Anda di halaman 1dari 11

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan

2.1.1. Tinjauan Tentang Ibu Hamil

Kehamilan mencerminkan proses normal dalam siklus hidup

wanita. Definisi kehamilan menurut WHO adalah kondisi Sembilan bulan

dimana seseorang ibu mengandung embrio dan janin yang berkembang

didalam rahimnya. Selama kehamilan seorang ibu dan anak yang

dikandungnya menghadapi berbagai macam resiko kesehatan sehingga

sangat penting bagi seluruh ibu hamil dipantau oleh tenaga kesehatan

(WHO : 2016)

Pengamatan eksperimental jelas menunjukan bahwa selama

kehamilan tahap pre implantasi adalah periode kerentanan terbesar bagi

embrio dimasa yang akan dating dalam kaitan beberapa factor endogen

dana atau eksogen termasuk gizi ibu hamil. Reproduksi seksual adalah

fenomena yang dimulai sebelum pembuahan. Hal ini dapat terhujud berkat

adanya barisan sel dan gametosis yang berlangsung selama puberitas.

Literature memberikan informasi tentang konsekuensi dari kekurangan

gizi pada sel germinal kedua orang tua bahkan sebelum pembuahan sel

telur. (Musumeci et al : 2015)

7
8

2.1.2. Kesehatan Ibu Hamil

Ibu hamil sebagai salah satu investasi jaka panjang terdapat

beberapa langkah baik yang dapat diambil dan mampu memperbaiki

masalah kesehatan ibu baik secara menyeluruh khususnya ibu hamil.

Pelayanan kesehatan ibu hamil yang disebut antenatal care (ANC)

yaitu pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terhadap ibu selama

kehamilannya yang dilaksanakan sesuia dengan statndar pelayanan

kesehatan. Pemeriksaan ANC adlah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental fisik ibu hamil sehingga mampu

menghadapi persalinan kala nifas pemeberian ASI dan kembalinya

reproduksi ibu secara wajar. Tujuan ANC membantu pemantauan

kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin

sehingga dapat mempertahankan kesehatan fisik maternal (ALlegri

etc :2011).

Peran tenaga kesehatan harus dapat ditingkatkan sehingga tidak

hanya berfokus pada persalinan, transportasi pendonor darah penggunaan

kontrasepsi yang tepat pasca persalinan serta pencatatan laporan secara

detail mengenai kondisi ibu ( Almeida : 2014 )

2.1.3. Upaya Pencegahan Kematian Ibu Hamil

Prinsip kesehatan yang mendasari hak asasi manusia merupakan

unsur yang tidak terpisahkan dari hak atas kesehatan upaya mengurangi

kematian ibu yaitu : mendukung dan dapat menjamin pemenuhan hak

kesehatan atas dasar kesetaraan gender, tindakan memprolitaskan


9

perempuan yang hidup dalam kemiskinan didaerah dan menigkatkan

hubungan antara pasien-penyedia mendorong perempuan untuk mencari

perawatan kesehatan (Musumeci : 2015)

2.2 Perkembangan Plasenta

Pada kehamilan dini vili terdistribusi disepanjang tepi membran

korionik. Blastokista yang terlepas dari endometrium pada kehamilan awal

tampak tidak rata. Seiring dengan berkembang dan meluasnya blastokista

beserta trofoblas disekeliling di dalam desidua, salah satu sisi akan

membesar keluar menuju rongga Rahim. Sisi satunya akan membentuk

plasenta dari trofoblas vilus dan sitotrofoblas penambat. Vilikorionik yang

berkontak dengan desiduabasalis berproliverasi untuk membentuk korion

krondusun yang merupakan komponen janin plasenta. Dengan

pertembuhan jaringan embrionik suplay darah korion yang menghadap

rongga endomentrium menjadi terbatas karena vilus yang berkontak

dengan desidua akan berhenti tumbuh dan selanjutnya berdegenerasi.

Korion tersusun atas sitotrofoblas dan masentimmesodermal janin yang

dapat bertahan dalam Rahim yang mengandung oksigen dengan kadar

relatif rendah. Diakhir usia kehamilan 3 bulan korionlaeve dipisahkan dari

amion oleh rongga eksoselomik. Perkembangan plasenta manusia

modifikasi ekstensif sistem pembuluh maternal oleh trofoblas yang berasal

dari janin terjadi pada awal kehamilan karena memiliki peran yang sangat

penting pada aliran darah uteroplasenta. Plasenta juga memiliki kondisi

patologis tertentu misalnya preklamsi. Perkembangan pembuluh


10

uteroplasenta berlangsung dalam 2 tahap, tahap pertama terjadi sebelum

12 minggu pasca fertilisasi terdiri atas invasi arterispiralis hingga adanya

batasan antara desiduadaniometrium. Tahap kedua terjadi antara minggu

ke 12 dan 16 dan melibatkan segmen arteri spilaris yang terletak

diintramiometrium. Sekitar 4 minggu pasca konsepsi aliran darah maternal

memasuki ruang interfilus dalam bentuk semburan seperti air mancur dari

arteri spilaris didorong keluar dari pembuluh darah ibu kemudian darah

mengalir diatas sinsitiotropoblas. Setiap lobulus memiliki vena tunggal

sehingga lobulus merupakan unit fungsional bagian plasenta. Pada

kehamilan trimester pertama pertumbuhan plasenta terjadi lebih cepat

disbanding janin. Pada sekitar minggu ke 17 setelah menstruasi berat janin

dan plasenta sama. Saat kehamilan cukup bulan berat plasenta kurang

lebih seperenam berat janin, diameter plasenta cukup bulan adalah 185mm

dan ketebalan rata-rata 23mm dengan volume atau berat 500gr.

Plasenta secara fungsional merupakan anyaman kapiler janin yang

berkontak dengan darah ibu permukaan janin ditutupi oleh amion

transparan yang didalamnya berjalan pembuluh korionik. Permukaan

laternal plasenta dibagi menjadi lobus ireguler oleh jalur yang dibentuk

sektum terdiri dari jaringan fibrosa disertai pembuluh darah. Darah janin

yang teroksigenasi seperti darah vena mengalir ke plasenta melalui dua

arteri umbikalis. Pembuluh umbilical bercabang membentuk jalinan

kapiler pada bagian terminal. Darah yang mengandung oksigen akan

kembali ke janin dari plasenta melalui vena umbidikalis tunggal. 65%


11

plasenta aerterikorionik membentuk jejaring halus yang mengaliri darah

kotiledon. Sisanya 35% bercabang ke tepi plasenta keduanya merupakan

arteri ujung yang mendarahi satu kotiledon persatu cabang yang berjalan

di bawah menembus lempengan korion (Obstetri Wiliams, 2014).

Plasenta merupakan organ yang berfungsi sebagai pertukaran gas

oksigen dan karbondioksida, nutrisi ekresi dan produksi hormon. Transport

aktif terjadi dengan melibatkan energi misalnya pada asam amino dan

vitamin (Manuaba, 2016)

2.3 Mikrobiom Plasenta

Mikroorganisme atau mikrobiom adalah organisme yang

berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya

diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga

organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel

tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler) (Sekirov,

2010).

Dahulu sebelum di lakukan penelitian plasenta di anggap organ yang

steril pada kehamilan yang sehat, akan tetapi terbantahkan dengan

penelitian yang menggunakan DNA di temukannya bakteri pada plasenta,

cairan ketuban, vagina dan intra uteri. Mikroba pada plasenta masuk

melalui pembuluh darah biasaya pada ibu hamil dengan infeksi

periodontitis melalui oral. Infeksi pada plasenta menyebabkan kehamilan

yang merugikan, sehingga mikrobiom plasenta adalah karakteristik dari

kesehatan dalam kehamilan. (Douglas B Kell, 2016, Jacob S Leiby 2018)


12

Penelitian sebelumnya menggunakan metagenome cepat anotasi

menggunakan subsystem teknologi (MG-RAST) untuk menentukan

klasifikasi mikrobioma plasenta yang di tandai dengan genom senapan.

Mikrobiome pada plasenta E.coli adalah spesies dengan kelimpahan

tertinggi, beberapa spesies mikrobiome oral terdeteksi dalam plasenta

termasuk prevotella tannerae (celah-celah gingiva) dan non pato-

genik Neisseria spesies (permukaan mukosa). Penelitian ini menunjukan

bahwa mikrobiom plasenta sebagian besar dari mikrobiota patogenik dari

firmicutes, tenericutes, proteobacteri dan fusobakteria filum. Secara profil

mikrobiom plasenta mirib dengan mikrobiom oral pada ibu yang tidak

hamil. Jurnal 2016

2.4 Faktor Mengubah Mikrobiom Plasenta

a. Obesitas pada ibu

Efek samping pada ibu hamil dengan obesitas dalam kehamilan di

kaitkan dengan, anomaly dalam fungsi feto plasenta. Pada kehamilan

obesitas pada ibu mengalami perubahan modi fi es yang di amamanati

mikrobiota usus. Perubahan ini telah di tunjukan untuk mempengaruhi

lingkungan perkembangan keturunan obesitas atau berat badan berlebih

pada kehamilan di kaitkan dengan mikrobiota plasenta dan lebih terlihat

pada ibu hamil yang melahirkan premature. Peningkatan fimicutes

actinobacteria dan menurun proteobakteria. Hal ini menujukan bahwa

penyimpangan mikrobiota plasenta premature di hubungkan dengan

kelahiran premature ibu hamil dengan obesitas memiliki gen yang rendah
13

terhadap biosintesis folat. Kehamilan dengan obesitas dapat

menyebabkan disbiosis/ketidakseimbangan microbiota plasenta.

b. Kehamilan dengan diabetes mellitus

Diabetes mellitus adalah tingkat intoleransi glukosa dengan

pemeriksaan onset selama kehamilan yang akan merugikan untuk ibu dan

bayi perbedaan mikrobiota plasenta dapat di kaitkan dengan komplikasi

kehamilan. Mikrobiota plasenta dengan wanita diabetes mellitus berbeda

dengan ibu hamil normal. Ibu dengan gestasinal diabetes mellitus

menunjukan penurunan pseudomonadales dan genus acinetobacter.

Penurunan acinetobacte di kaitkan dengan jumlah eosinophil darah dan

ekspresi plasenta lebih rendah dan banyak anti-in fi gen inflamasi

termasuk interleukin (IL) – 10.

c. Probiotik dan antibiotic

Setiap suplemen mikroba atau pribiotik selama kehamilan dapat

mengubah mikrobiome. Probiotik dan antibiotic dapat mengubah

komposisi mikrobiota plasenta pada penelitian sebelumnya di kaitkan

dengan sistemik di fi peradangan. Suplementasi prebiotic yang di minum

ibu dapat memodulasi ekspresi gen yang terkait dengan TRL dalam

plasenta dan usus janin. Strain probiotik dobacterium dan lactobacillius

telah terdeteksi di plasenta ibu. Oleh karena itu bahwa hipotesis probiotik

sebelum dan selama kehamilan menjasi terapi alternative untuk

mencegah penyakit metabolic pada wanita hamil yang beresiko. Ibu

hamil yang terkena antibiotic selama kehamilan atau saat melahirkan


14

menyebabkan signi fi perubahan mikrobiota usus yang mengakibatkan

matinya bakteri baik dan bakteri pathogen. Namun penelitian sebelumnya

menjelaskan mikrobiota plasenta terkena infekesi antenatal dengan terapi

antibiotic melaporkan bahwa sedikitnya 11 jenis antibiotic berspectrum

melintas plasenta dan mencapai janin. (Elise plezer, 2016).

Pemberian antibiotik pada ibu hamil yang mengalami infeksi

seperti tuberkolosis memberikan sepuluh kali lipat perlindungan terhadap

kejadian peeklamsi, hal ini merupakan upaya preventif dalam

pencegahan preeklasia pada ibu hamil dengan infeksi (dauglas B

kell,2016)

2.5 Preeklamsia

Kehamilan dengan hipertensi dengan preeklamsia merupakan

penyakit hipertensi yang mempersulit kehamilan 5% hingga 10% setelah

pendarahan dan infeksi. Di Negara maju 16% kematian ibu disebebkan

oleh preeklamsi, persentasi ini lebih besar dari 3 penyebab utama

pendarahan 13%, aborsi 8%, sepsis 2%. Lebih dari setengah kematian

terkait dengan hipertensi dan kehamilan dapat dicegah. Preeklamsi

digambarkan sebagai sindrom khusus kehamilan yang dapat mengenai

sistem organ. Preeklamsi ditandai dengan ekresi protein dalam urin yang

melebihi 300 mg dalam 24 jam. Protein timbul setelah kehamilan lebih

dari 20 minggu dengan tekanan darah > 140 mmhg siastol, > 90 tekanan

darah diastol, 3-5% preeklamsia terjadi pada kehamilan nulipara

(Cunningham, 2014, Douglas B Kell, 2016).


15

Penyebab preeklamsi dan eklamsi sampai sekarang belum

diketahui. Beberapa teori yang ada sebagai berikut : ibu hamil dengan

primigrafida, kehamilan ganda, higramion dan molahidatidosa (jurnal…..)

Mekanisme penyebab preeklamsi ada beberapa faktor meliputi : ibu,

plasenta, janin. Faktor-faktor tersebut mencakup inplantasi plasenta disertai

infasi trofoblastik abnormal pada pembuluh darah uterus, toleransi

imunologis yang bersifat maladaktif diantara jaringan maternal plasenta dan

fetal, maladapsi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau

implamatorik yang terjadi pada kehamilan normal faktor genetik, termasuk

gen predisposisi yang diwariskan serta pengaruh epigenetik.

2.5 Polimerase Chain Reaction (PCR)

Reaksi berantai polimerase (Polymerase Chain Reaction) adalah

suatu metode enzimats untuk melipatgandakan secara eksponensial suatu

sekuen nukleotida tertentu dengan cara in vitro. Metode ini pertama kali

dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B. Mulis. Metode PCR tersebut

sangat sensitive. Sensitivitas tersebut membuatnya dapat digunakan untuk

melipatgandakan molekul DNA.

Konsep asli teknologi PCR mensyaratkan bahwa bagian tertentu

sekuen DNA yang akan dilipatgandakan harus diketahui terlebih dahulu

sebelum proses pelipatgandaan tersebut dapat dilakukan. Sekuen yang

diketahui tersebut penting untuk menyediakan primer, yaitu suatu sekuen

oligonukleotida pendek yang berfungsi mengawali sintesis rantai DNA

dalam reaksi berantai polimerase.


16

Proses kerja Polymerase Chain Reaction (PCR) terdiri tiga proses

yaitu :

a. Denaturasi

Newton dan graham 1997 dan rahmy 2001 menyakan bahwa

denaturasi merupakan proses memisahkan DNA menajdi seutas

rantai tunggal, biasaya dilakukan pada suhu 92-95 derajat

Celsius. Denaturasi awal dilakukan 1-3 menit diperlukan untuk

menyakinkan hasil PCR diguakan pada tahap ke tiga proses

elektroforesis. Denaturasi yang tidak berlangsung secara

sempurna dapat menyebabkan rantai DNA terputus.

b. Annealing

Merupakan penempelan primer tahap terpenting dalam PCR

karena jika salah ini akan mempengaruhi kemurnian dari hasil

produk DNA yang di inginkan. Factor yang mempengaruhi

tahap ini antara lain suhu annealing dan primer. Suhu annealing

yang terlalu rendah dapat mengakibatkan timbulnya pita

elektroresis yang tidak spesifik sedangkan suhu tinggi dapat

meningkatkan keepesifikan amplikasi ( Rahmi,2001)

Kenaikan suhu setelah tahab annealing hingga 70-740C

bertujuan untuk mengaktifkan enzim taq DNA

Polymerase. Proses pemanjangan primer tahap


0
extension biasanya dilakukan pada suhu 72 C yaitu

suhu optimal untuk taqDNA polymerese.


17

c. Extension

Merupakan proses pemanjangan DNA. Dalam tahap

extension atau sintesis DNA enzim polymerase

bergabung bersama dengan nukleutida dan pemanjngan

primer lengkap untuk sintesis sebuah DNA utas ganda.

Reaksi ini akan berubah dari satu siklus ke siklus

selanjutnya mengikuti perubahan konsetasi DNA. Hasil

sintesa DNA dalam satu siklus dapat berperan sebagai

cetakan pada siklus. dengan kata lain dna target

selanjutnya dna yang berlipat ganda jumblah nya dapat

di amplifikasi DNA target. ( Sunarto et all 2004)

d.

2.

Anda mungkin juga menyukai