PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari pembangunan nasional.
Pembanguna kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Pada saat ini kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup. Bila
dibandingkan dengan Negara di Asia lainnya seperti Filipina yaitu 210 per 100.000 kelahiran hidup dan
Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu tertinggi di india dan
Bangladesh 440 per 100.000 kelahiran hidup.
Tinggi angka kematian hidup di Indonesia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu, perdarahan, infeksi,
dan toxemia gravidarum. Salah satu dan ketiga factor tersebut adalah perdarahan dan perdarahan dapat
terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Dalam mencegah terjadi kematian pada wanita ( khususnya
yang mengalami perdarahan yang disebabkan karena mola hidatidosa).
Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofloblas gestasional sebagai akibat dari suatu kehamilan yang
berkembang tidak sempurna. Kehamilan mola hidatidosa terjadi pada ibu multipara dengan kondisi
kesehatan status gizi yang kurang dan lebih banyak di jumpai pada golongan sosio ekonomi rendah.
Di Indonesia menurut laporan beberapa penulis dari berbagai daerah menunjukan angka kejadian mola
hidatidosa di Indonesia sekitar 1 : 51 sampai 1 : 141 kehamilan. Sedangkan di Negara barat angka
kejadian ini lebih rendah di dari pada Negara-negara Asia dan amerika latin. Misalnya, Amerika Serikat
1 : 1.450 kehamilan (hertig dan Sheldon, 1978) dan di Inggris 1 : 1500 kehamilan ( Womack dan elston,
1985 )
Mengingat semakin meningkatnya angka kejadian mola hidatidosa, maka perlu perawatan intensif dan
tindakan pelayanan yang komprehensif melalui proses keperawatan serta melibatkan banyak sector.
Pemerintah melakukan upaya diantaranya deteksi dini pada wanita serta pelayanan rujukan yang
terjangkau.
Diharapkan dengan upaya tersebut , angka kematian ibu dapat ditekan menjadi 225 per 100.000
kelahiran hidup. Dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan perlu ditingkatkan
mutunya.
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada yang mengalami kasus Mola hidatidosa.
2. Tujuan Khusus
b. Menegakkan diagnosa yang tepat dari hasil analisa data yang dilakukan saat pengkajian.
c. Memberikan intervensi yang lengkap kepada pasien untuk mengatasi masalah yang sedang
dialaminya.
d. Memberikan pengetahuan berupa pendidikan kesehatan kepada pasien dalam mendeteksi gejala-
gejala patologis saat sedang mengandung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa berasal dari kata Hydats yang berarti
tetesan air.Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar ( konsepsi yang patologis)
dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalalami perubahan hidropik. Dalam
hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole sedangkan bila disertai janin atau bagian
janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial mole.
Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma vilus korialis langka vaskularisasi, dan
edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi vilus-vilus yang membesar dan edematus itu hidup dan
tumbuh terus; gambaran yang diberikan ialah sebagai sebuah gugus anggur. Jaringan tropoblast pada
vilus kadang-kadang berprofilerasi ringan dan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni
human chorionic gonadotropin (hCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa
(Prawirohardjo & Wikjosastro, 2005).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi korialisnya mengalami
perubahan hidrofik (Mansjoer, 2005).
Mola hidatidosa merupakan salah satu dari tiga jenis neoplasma trofoblastik gestasional (Bobak dkk,
2005).
Anatomi
Uterus adalah organ yang tebal,berotot,berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis,antara rectum
di belakang dan kandung kemih di depan.ototnya disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi
sebelah dalamnya disebut endometrium.peritoneum menutupi sebagian besar(tidak
seluruhnya)permukaan luar uterus,letak uterus sedikit antefleksi pada bagian lehernya dan
anteversi(meliuk agak memutar ke depan)dengan fundusnya terletak di atas kandung kemih.di bawah
dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya.ligamentum latum uteri di bentuk
oleh dua lapisan peritoneum,di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina.panjang uterus 5-8
cm dengan berat 30-60 gram.(verrals,silvia,2003:164)
c. Isthmus :terletak antara badan dan serviks bagian bawah serviks yang sempit pada uterus
di sebut serviks.rongga serviks bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna(os mulut).
Ligamentum teres uteri:ada 2 buah kiri dan kanan,berjalan melalui annulus inguinalis,profundus ke
kanalis iguinalis.setiap ligament panjangnya 10-12,5 cm,terdiri atas jaringan ikat dan otot,berisi
pembuluh darah dan di tutupi peritoneum.
Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya,membentuk kantong utero-
vesikuler.di bagian belakang,peritoneum membungkus badan dan serviks uteri dan melebar ke bawah
sampai fornix posterior vagina,selanjutnya melipat kedepan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal.
Ligamentum latum uteri: peritoneum yang menutupi uterus,di garis tengah badan uterus melebar ke
lateral membentuk ligamentum lebar,di dalamnya terdapat tuba uterin,ovarium diikat pada bagian
posterior ligamentum latum yang berisi darah dan saluran limfe untuk uterus maupun untuk ovarium.
Fisiologi
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum,sesudah keluar dari
overium di antarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba
uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu,uterus bertambah besar,tapi
dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis,masuk kedalam
rongga abdomen pada masa fetus.
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna.tetapi dalam
kenyataanya tidak selalu demikian.seringkali perkembangan kehamilan mendapat gangguan.demikian
pula dengan penyakit tropoblast,pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi.disini kehamilan
tidak berkembang menjadi janin yang sempurna,melainkan berkembang menjadi keadaan patologik
yang terjadi pada minggu-minggu kehamilan,berupa degenerasi hidropik dari jonjot karion,sehingga
menyerupai gelembung yang disebut”mola hidatinosa”.pada umumnya penderita’mola hiatinosa”akan
menjadi baik kembali,tetapi ada di antaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang
berupa karsinoma.(wiknjosastro,hanifa,2002:339).
2.3 Etiologi
Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola hidatidosa belum
diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah:
a. Faktor ovum
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki ovum
tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka
untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
c. Paritas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau
penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi
seperti klomifen atau menotropiris (pergonal).
d. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan
janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat
meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari
normal.
e. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba
dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini sangat tergantung dari
jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.
2.4 Klasifikasi
Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilsasi sebuah telur yang intinya telah hilang atau tidak
aktif. Mola menyerupai setangkai buah anggur putih. Vesikel-vesikel hidrofik (berisi cairan) tumbuh
dengan cepat, menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari uisa kehamilan seharusnya. Biasanya Mola
tidak mengandung janin, plasenta, membran amniotik atau air ketuban. Darah maternal tidak memiliki
plasenta oleh karena itu, terjadi perdarahan ke dalam rongga rahim dan timbul perdarahan melalui
vagina. Pada sekitar 3 % kehamilan, Mola ini berkembang menjadi koriokarsinoma (suatu neoplasma
ganas yang tumbuh dengan cepat). Potensi untuk menjadi ganas pada kehamilan Mola sebagian jauh
lebih kecil dibanding kehamilan Mola komplek (Bobak dkk, 2005).
WOC Molahidatidosakomplit
Selteluryangtidakadakromosom
embriotidakterbentuk
proliferasivilikorealis
vilimengandungbanyakcairan
molahidatidosakomplit
Mola inkomplet atau parsia terjadi jika disertai janin atau bagian janin (Bobak dkk,2005).
Hidrofikvili
molahidatidosaparsial.
a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan. Pada tahap awal tanda dan gejala tahap kehamilan mola tidak
dapat dibedakan dari tanda dan gejala kehamilan normal.
b. Pada waktu selanjutnya pendarahan pervagina pada hampir di temukan di semua kasus dan terjadi
secara berulang. Cairan yang keluar dari vagina bisa berwarna coklat tua atau merah terang, bisa sedikit
atau banyak. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola. Keadaan ini bisa berlangsung
beberapa hari saja atau secara intermitten selama beberapa minggu.
d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengar DJJ sekalipun uterus sudah membesar
setinggi pusar atau lebih.
f. Anemia akibat kehilangan darah, rasa mual dan muntah yang berebihan(hiperemesisgravidarum), dan
kram perut yang disebabkan dispensi rahim.
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada
minggu ke 14-16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang
terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti
anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola hidatidosa:
a. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
b. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
c. Gejala–gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat
dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
d. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan
darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
2.6 Komplikasi
Menurut Mansjoer dkk (2005) komplikasi yang dapat terjadi pada ibu penderita Mola hidatidosa adalah :
1. Syok
Pendarahan yang hebat sampai syok,kalau tidak segera di tolong dapat berakibat fatal.Syok adalah
kondisi medis yang mengancam nyawa,yang terjadi ketika tubuh tidak mendapat cukup aliran darah
sehingga tidak tercukupinya kebutuhan aerobic seluler/tidak tercukupinya oksigen untuk memenuhi
kebutuhan metabolic tubuh sehingga dapat menyebabkan hipoperpusi jaringan secara global dan
menyebabkan asidosis metabolic.
2. Anemia
Pendarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia. Anemia adalah berkurangnya jumlah sel
darah merah atau kandungan hemoglobin di dalam darah.Hemoglobin(hb)adalah suatu senyawa oksigen
di dalam sel darah merah,sel darah merah di produksi di sum-sum tulang.sebagai bahan baku di perlukan
zat gizi dari makanan,termasuk berbagai vitamin(B2,B12)dan mineral(zat besi).
3. Infeksi sekunder
Infeksi adalah suatu keadaan dimana adanya suatu organisme pada jaringan tubuh yang di sertai dengan
gejala klinis baik itu bersifat local maupun sistemik seperti demam atau panas sebagai suatu reaksi tubuh
terhadap organisme tersebut.jika gejala demam tersebut bersifat mendadak,maka di sebabkan oleh
infeksi virus
5. Menjadi ganas(PTG)pada kira-kira 18-20%kasus ,akan mejadi mola destruens atau koriokarsinoma
6. Eklampsia adalah kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain
mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang
kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah
melahirkan.
2.7 Patofisiologi
Ada beberapa teori yang di anjurkan untuk menerangkan pathogenesis dari penyakit tropoblast:
Teori missed abortion,mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran
darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-
gelembung.teori neoplasma dari park.sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang
abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung.
(mansjoer,arif,dkk,2001:265)
Mola hidatinosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan
edema stroma villi.(jack A.pritchard,dkk,1991:514)
Mola hidatinosa adalah kristik,hidropik,dari pada vili chorialis,di sertai propelirasi hiperplastik dan
anaplastik epitel chorion.tidak terbentuk fetus(soekojo,saleh,1973:325)
Mola hidatinosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai
anggur yang di penuhi dengan cairan.embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat,membesarnya uterus
dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin(hCG)(Hamilton,C.Mary,1995:104)
2.8 Patoflow
Kromosom yg abnormal
Pd tropoblast plasenta
MOLA HIDATIDOSA
Menyebabkan lesi(luka)
Menstimulasi BPH
S.Afferent
medula spinalis
s.korteks serebri
Thalamus
s.efferent
Nyeri
Insomnia
Penekanan s.simpatis
Masuknya kuman
Resiko infeksi
Hipothalamus
Setpoint meningkat
Anemia berkepanjangan
malaise
Intoleransi aktivitas
hipertermi
G.g rasa nyaman
>Laboraturium
Karakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah kemampuan dalam memproduksi hCG, sehingga
jumlahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar ß-hCG seharusnya pada usia kehamilan yang
sama.Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan pemeriksaan yang lebih sering
dipakai adalah ß-hCG kuantitatif serum. Pemantauan secara hati-hati dari kadar ß-hCG penting untuk
diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus penyakit trofoblastik. Jumlah ß-hCG
yang ditemukan pada serum atau pada urin berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor yang ada.Untuk
pemeriksaan Gallli mainini 1/300 suspek mola hidatiosa dan jika 1/200 kemungkinan mola hidatidosa
atau gemelli. Pengukuran ß-hCG pada urin dengan kadar>100.000 mIU /ml/24 jam dapat dianggap
sebagai mola.
>USG
Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau janin USG ini merupakan pemeriksaan
penunjang yang spesifik antar kehamilan dengan mola hidatiosa.Pada kelainan mola, bentuk karakteristik
berupa gambaran seperti badai salju dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami perdarahan pada trimester awal
kehamilan dan memiliki uterus lebih besar dari usia kehamilan. USG dapat menjadi pemeriksaan yang
spesifik untuk membedakan antara kehamilan normal dengan mola hidatidosa.Pada 20-50% kasus
dijumpai adanya massa kistik di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein.
>Amniografi
Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam uterus secara trans abdominal akan
memberikan gambaran radiografik khas pada kasus mola hidatidosa kavum uteri ditembus dengan jarum
untuk amniosentesis. 20 ml Hypaque disuntikkan segera dan 5-10 menit kemudian dibuat foto
anteroposterior. Pola sinar X seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang
mengelilingi gelombang-gelombang korion. Dengan semakin banyaknya sarana USG yang tersedia teknik
pemeriksaan amniografi ini sudah jarang dipakai lagi. Bahan radiopaq yang dimasukan ke dalam uterus
akan memberikan gambaran seperti sarang tawon.
Sonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan cavum uteri .bila tidak ada
tahanan sonde diputar setelah ditarik sedikit bila tetap tidak ada tahanan maka kemungkinan adalah
mola.
>Foto thorax
Pada mola ada gambaran emboli udara
b. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya
sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan
kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan
korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau
DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
e. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih
terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu :
Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU
oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif
terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung
manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga
pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid
baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600
mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan
masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG
serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk
menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin
menghentikan fertilisasi.
Pengobatan
Mola harus dibuang seluruhnya, biasanya jika tidak terjadi aborsi spontan dan diagnosisnya sudah pasti,
dilakukan aborsi terapeutik melalui prosedur dilatasi dan kuretase. Setelah prosedur tersebut, dilakukan
pengukuran kadar HCG untuk mengetahui apakah seluruh mola telah terbuang. Jika seluruh mola telah
terbuang, maka dalam waktu 8 minggu kadar HCG akan kembali normal. Wanita yang pernah menjalani
pengobatan untuk mola sebaiknya tidak hamil dulu dalam waktu 1 tahun. 2-3% kasus mola bisa
berkembang menjadi keganasan (koriokarsinoma). Pada koriokarsinoma diberikan kemoterapi yaitu
metotreksat, daktinomisin atau kombinasi kedua obat tersebut.
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya hamil anggur yaitu,dengan melakukan pemeriksaan saat mengalami gejala
hamil anggur seperti di atas.dengan pemeriksaan ke dokter kita juga dapat mengetahui apakah
kehamilan tersebut normal atau tidak.untuk pencegahan kehamilan anggur,bisa melakukan beberapa hal
berikut:
1. Konsumsi vit A
4. Perbanyak protein
a. pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga
dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
1) Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
2) Keluhan utama: kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
· Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
· Riwayat kesehatan masa lalu: kaji adanya kehamilan molahidatidosa sebelumnya, apa tindakan yang
dilakukan, kondisi klien pada saat itu.
· Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan ,
kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
4) Riwayat penyakit yang pernah dialami: kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit
lainnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga: yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
6) Riwayat kesehatan reproduksi: kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluhan yang menyertainya.
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
8) Riwayat seksual: kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluhan yang menyertainya.
9) Riwayat pemakaian obat: kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
10) Pola aktivitas sehari-hari: kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
b. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
1) Diagnosa I: Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Kriteria hasil :
Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
1. mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang
tepat.
2.perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri
yang dialami oleh klien.
3. teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan
perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan
5. obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan
Kriteria Hasil:
-TTV normal
Rasional
Rasional
1. pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi mengganti cairan untuk
masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
2. membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat pendarahan,muntah atau penggunaan diuretic
mencegah kehilangan cairan lanjut.
4. perpindahan cairan,penurunan fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhi penyembuhan pasien dan
memerlukan intervensi tambahan.
3). Diagnosa III: gangguan rasa nyaman: hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Kriteria hasil:
Intervensi
Rasional
1. suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa.
2.suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal.
4.kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.
4). Diagnosa IV: gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
Kriteria hasil:
Intervensi
Rasional
1. dengan mengetahui pola tidur klien, akanmemudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.
3. susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur.
4. dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien
dapat beristirahat.
Kriteria hasil:
Intervensi
Rasional
4. Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.
1. untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat
membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.
2. kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat.
3.pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan
menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Verralis,silvia,2003:164
Wiknjosastro,hanifa,2002:339
Mansjoer, Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesbulapius Fakultas UI.