Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi < 37 minggu (Marmi
dan Rahardjo, 2014).
Usia kehamilan merupakan salah satu faktor terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir
rendah, wanita dengan persalinan preterm umur kehamilan 34-36 minggu memiliki resiko
bayi BBLR namun dengan persalinan cukup bulan juga memiliki resiko bayi BBLR
(Leanardo, 2015). Penyebab terjadinya BBLR secara umum yaitu bersifat multifaktorial,
sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan namun
penyebab ini terbanyak terjadinya BBLR yaitu kelahiran prematur, semakin muda usia
kehamilan maka semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang terjadi. Ada
beberapa faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu faktor genetik atau
kromosom yang di tandai dengan infeksi ,bahan toksik, radiasi, isufidiensi/disfungsi plasenta
serta faktor nutrisi, dan faktor lainnya seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat saat
hamil, plasenta previa, kehamilan ganda dan obat-obatan.
Menurut World Health Organization (WHO 2018) melaporkan, bayi dengan berat lahir
rendah berkontribusi 80% dari kematian neonatus lebih besar dari bayi dengan berat normal.
Di Asia Tenggara pada tahun 2015-2016 merupakan angka tertinggi BBLR, di Philipina 20%,
menyusul kemudian Myanmar 15% dan Laos 14%, sedangakan yang terendah di Singapura
8%, menyusul kemudian Thailand dan Vietnam sebesar 9% sedangkan Indonesia kejadian
bayi berat lahir rendah yaitu 7,5% (Anonim, 2016). Di Indonesia, angaka kejadian Bayi
BBLR pada tahun 2015 yaitu 14% atau 710.000 dari 5 juta bayi lahir pertahun. Sedangkan
menurut survei demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2016 terdapat 7,5% atau 355.000 bayi
lahir dengan BBLR (Depkes, 2016).
Berdasarkan hal tersebut maka peran perawat sangat penting dalam aspek promotif yaitu
sebagai seorang perawat diharapkan untuk dapat memberikan informasi yang terkait dengan
kebutuhan gizi selama hamil dan informasi-informasi tersebut dapat berupa health education.
1
Aspek preventif yaitu peran perawat dalam pencegahan berat bayi lahir rendah pada ibu
dengan cara perawatan selama kehamilan, pastikan kondisi kesehatan ibu selalu terpantau
agar mencegah terjadinya persalinan prematur dan BBLR. Aspek kuratif yaitu peran perawat
dalam merawat BBLR yang harus dilakukan adalah dengan meletakkan bayi dalam inkubator
untuk menjaga suhu tubuh agar tetap hangat dan memberikan nutrisi sesuai kebutuhan bayi
dan memegang bayi seminimal mungkin untuk mengurangi penyebaran infeksi. Sedangkan
untuk aspek rehabilitatif yaitu peran perawat dalam perawatan bayi baru lahir dengan BBLR
seharusnya dengan menggunakan incubator yang sudah di atur suhunya dan menyesuaikan
dengan suhu yang dibutuhkan oleh bayi pada minggu pertama dan minggu-minggu berikutnya
sampai berat badan bayi menjadi normal (Arief, 2015).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR)

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi
b. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar BBLR
c. Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada BBLR

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Organ Generatif Internal

(a)Vagina
Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk tabung yang
memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih dianterior dan
rectum di posterior.
(b)Uterus
Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal yang sebagian
tertutup oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi untuk implantasi, memberi
perlindungan dan nutrisi pada janin, mendorong keluar janin dan plasenta pada
persalinan serta mengendalikan perdarahan dari tempat perletakan plasenta. Bentuk
uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian atas
berbentuk segitiga yang merupakan badan uterus yaitu korpus dan bagian bawah
berbentuk silindris yang merupakan bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum
atau tuba falopi bermula dari kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan
batas superior dan lateral. Bagian bagian atas uterus yang berada diatas kornus
disebut fundus. Bagian uterus dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung
oleh peritoneum, namun merupakan tempat peletakan dari ligamentum latum. Titik
semu serviks dengan korpus uteri disebut isthmus uteri. Bentuk dan ukuran
bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas seorang wanita. Sebelum pubertas
3
panjangnya bervariasi antara 2,5-3,5 cm. Uterus wanita nulipara dewasa panjangnya
antara 6-8 cm, sedang pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang
pernah melahirkan anatara 50-70 gram., sedangkan pada wanita yang belum pernah
melahirkan 80 gram atau lebih.
(c)Seviks Uteri
Seviks merupakan bagian uterus yang terletak di bawah isthmus di anterior batas
atau serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya sesuai dengan batas
peritoneum pada kandung kemih. Ostium eksterna terletak pada ujung bawah segmen
vagina serviks yaitu portio vaginalis. Serviks yang mengalami robekan yang dalam
pada waktu persalinan setelah sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler,
atau menyerupai bintang. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama
terdiri dari jaringan kolagen, jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama
kehamilan dan persalinan, kemampuan serviks untuk meregang merupakan akibat
pemecahan kolagen. Mukosa kanalis seviks merupakan kelanjutan endometrium.
Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumner yang menempel pada membran
basalis yang tipis.
(d)Korpus uteri
Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Endometrium
Merupakan bagian terdalam dari uterus, berupa lapisan mukosa yang melapisi
rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Tebal endometrium 0,5-5 mm.
2. Miometrium
Merupakan lapisan dinding uterus yang merupakan lapisan muskuler.
Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus, terdiri dari
kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak serabut elastindi
dalamnya.
3. Peritoneum
Merupakan lapisan serosa yang menyelubangi uterus, dimana peritoneum melekat
erat kecuali pada daerah di atas kandung kemih dan pada tepi lateral dimana
peritoneum berubah arah sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.

4
2. Organ Generatif Eksternal

(a)Mons Veneris
Merupakan bagian menonjol diatas simfisis. Pada wanita dewasa ditutupi oleh
rambut kemaluan, pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir
atau simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
(b)Labia Mayora (bibir-bibir besar)
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi jaringan lemak
serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan belakang kedua labia
mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior.
(c)Labia Minora (bibir-bibir kecil)
Merupakan suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua
bibir kecil bertemu dan membentuk di atas klitoris preputium klitoris dan bawah
klitoris frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk
fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula
sebasea dan urat saraf yang menyebutkan bibir kecil sangat sensitif dan dapat
mengembang.
(d)Klitoris
Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium klitoridis, terdiri atas glans
klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.
(e)Vulva
Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi dimuka
oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum,
embriologik sesuai sinus urogenitalis.
(f) Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra
Terletak di bawah selaput lendir vulva
5
B. Konsep Dasar Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
1. Pengertian
Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir (sofian amru, 2012). Berat yang lahir dengan berat lahir < 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilan . berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir (Ratna Dewi Pudiastuti, 2015).
Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir (sofian amru, 2012). Berat yang lahir dengan berat lahir < 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir (Ratna Dewi Pudiastuti, 2015).
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi BBLR berdasarkan umur kehamilan.
1) Bayi premature/kurang bulan ( usia kehamilan < 37 minggu ) sebagian bayi kurang
bulan belum siap hidup di luar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai
bernapas , menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuh tetap hangat.
2) Bayi cukup bulan ( usia kehamilan 38-42 minggu )
3) Bayi lebih bulan ( usia kehamilan >> 42 minggu )
b. Klasifikasi BBLR Berdasarkan berat badan
1) Bayi berat badan lahir amat sangat rendah/ekstrim rendah ( bayi lahir berat badan <
1000 gram )
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah ( bayi lahir berat badan < 1500 gram Bayi berat
badan lahir cukup rendah ( bayi berat badan 1501- 2500 gram ) (Ratna Dewi
Pudiastuti, 2015)
3. Etiologi
Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, Wilar & Salendu (2016) serta
Gebregzabiherher, Haftu, Weldemariam & Gebrehiwet (2017) ada beberapa faktor resiko
yang dapat menyebabkan masalah BBLR yaitu :
a. Faktor ibu
1) Usia
Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih tinggi terjadi
pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan yang tidak BBLR
6
(14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO yaitu usia yang paling aman
adalah 20-35 tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan melahirkan.
2) Parietas
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat atau lebih) 2,4
kali lebih berisiko untuk melahirkan anak BBLR, itu dikarenakan setiap proses
kehamilan dan persalinan meyebabkan trauma fisik dan psikis, semakin banyak
trauma yang ditinggalkan akan menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan
persalinan berikutnya.
3) Gizi
Gizi kurang saat hamil menyebabkan persalinan sulit/lama, persalinan sebelum
waktunya (prematur), serta perdarahan setelah persalinan. Ibu yang memiliki gizi
kurang saat hamil juga lebih berisiko mengalami keguguran, bayi lahir cacat dan bayi
lahir dengan berat badan yang kurang.
4) Jarak kehamilan
Berdasarkan penelitian, ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun berisiko 3,231
kali lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan dengan ibu yang memiliki
jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikarenakan pola hidup, belum menggunakan alat
kontrasepsi dan ibu tidak melakukan pemeriksaan dengan rutin.
5) Pola hidup
Ibu yang terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi alkohol dapat
menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah umbilikal sehingga
pertumbuhan janin akan mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan
BBLR.
b. Faktor kehamilan
1) Eklampsia / Pre-eklampsia.
2) Ketuban pecah dini.
3) Perdarahan Antepartum.
4) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
5) Faktor janin
6) Cacat bawaan (kelainan kongenital)
7) Infeksi dalam rahim.
7
4. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1) Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di
deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi premature
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain.
Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
2) Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi prematur mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi
lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
3) Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks
hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu,
padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya
lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada
bayi preterm.
4) Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan
panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori
5. Manifestasi klinis
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
c. Lingkar dada kurang atau sama dengan 30 cm .
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak bawah kulit sedikit
f. Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak
g. menangis lemah

8
h. Kepala bayi lebih besar dari badan , kepala tidak mampu tegak, rambut kepala tipis
dan halus, elastisitas daun telinga
i. Integumen : kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, jaringan subkutan sedikit.
j. Dada : dinding thorak elastis, putting susu belum terbentuk, pernafasan tidak teratur,
dapat terjadi apnea, pernafasan 40-50 kali/menit
k. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, kadang terjadi oedem, garis
telapak kaki sedikit, telapak kaki halus, tumit mengkilat
l. Genetalia : pada bayi laki-laki skrotum kecil dan testis tidak teraba (belum turun),
dan pada bayi perempuan klitoris menonjol serta labia mayora belum menutupi labia
minora atau labia mayora hampir tidak ada (Nuratif, 2015)
BBLR menunjukan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya yang
lemah , yaitu sebagai berikut :
a. Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB)
1) Kulit tipis dan mengkilap
2) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
3) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
4) Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
5) Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora
6) Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
7) Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk h. Kadang
disertai dengan pernafasan yang tidak teratur
8) Aktivitas dan tangisnya lemah
9) Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah
b. Tanda-tanda bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK)
1) Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
2) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
3) Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, putting kecil. Bila cukup bulan
payudara dan puting sesuai masa kehamilan
4) Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
5) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
6) Menghisap cukup kuat (Proverawati, 2010)

9
6. Komplikasi
a. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi
baru lahir belum matang. adapun ciri-ciri mengalami hipotermi adalah suhu tubuh < 32
°C, mengantuk dan sukar dibangunkan, menangis sangat lemah, seluruh tubuh dingin,
pernafasan tidak teratur.
b. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makaan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan
glukosa ini kurang mempenagruhi kecerdasan otak
c. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G, maupun
gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sangup membentuk anti bodi dan daya
fagositisis serta reaksi terhadap infeksi belum baik, karena sistem kekebalan bayi belum
matang
d. Sindroma Gangguan Pernafasan
Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah perkembangan imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru Gangguan nafas yang
sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adalah penyakit membran hialin,
dimana angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur kehamilan.
e. Masalah Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan sisa
metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara anatomis dan
fungsinya.
f. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan
makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum
sempurna sehingga waktu pengosongan lambung bertambah.
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi (2015) pemeriksaan penunjang
bayi BLLR antara lain :
10
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic perinatal.
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebih ).
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-
50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
f. Pemeriksaan analisa gas darah.
8. Penatalaksanaan
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayi premature akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah dan permukaan badan relative luas. Oleh karena itu bayi premature harus
dirawat di dalam incubator, sehingga panas badannya mendekati rahim. Bila belum
memiliki incubator, bayi premature dapat dibungkus dengan kain dan di sampingnya di
taruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kanguru yaitu perawatan
bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya (Proverawati, 2010).
b. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.
ASI (Air Susu Ibu ) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. Permulaan
pemberian cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kg/BB/hari. Cara pemberian makanan
BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi
dan masuknya udara dalam usus (Proverawati.dkk, 2010).
c. Cara metoda kanguru
Bayi hanya memakai popok, topi, kaus tangan dan kaus kaki, beri bayi posisi telungkup
di dada ibu dengan posisi tegak dan menempel kedada ibu serta atur posisi kepala,leher
dan badan untuk menghindariterhalangnya jalan napas. Tangan dan kaki dalam keadaan
11
fleksi seperti posisi katak kemudian fiksasi dengan selendang. Kemudian ibu
mengenakan pakaian longgar, sehingga bayi dapat berada dalam 1 pakaian dengan ibu.
Jika perlu, gunakan selimut. Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan
metoda kanguru.
d. Lakuka Imunisasi segera
Berikan imunisasi HB0 sebelum bayi berumur 7 hari, beri imunisasi BCG dan Polio 1
ketika bayi berumur 1 bulan kecuali bayi yang lahir di Rumah Sakit, imunisai diberikan
sebelum di pulangkan, tunda pemberian imunisasi pada bayi yang mempunyai
klasifikasi merah serta tali pusat dalam keadaan bersih.
e. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuk bibit penyakit atau kuman dalam keadaan tubuh khususnya
mikroba. BBLR sangat mudah mendapatkan infeksi. Rentan terhadap infeksi
dikarenakan oleh kadar immunoglobulin serum pada BBLR masih rendah. BBLR tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Fungsi perawatan disini
adalah memberikan perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena
itu bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat,
perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptic alat-alat yang digunakan,
isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan,
menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian
antibiotik yang tepat (Sudarti, 2012).
f. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
g. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi diberikan sekitar 30%-35% dengan
mengunakan head box. Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
h. Kenaikan Berat Badan Pada Bayi

12
Bayi BBLR dengan berat badan < 1500 gram akan banyak kehilangan berat badan 15 %
selama 7-10 hari pertama. Berat lahir biasanya tercapai kembali, kenaikan berat badan
selama 3 bulan. Kenaikan berat badan bayi BBLR dengan berate badan < 1500 gram
adalah 150-200 gram seminggu.
i. Pengawasan Jalan Nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakea, bronkeolus,
bronchioles respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas
dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR
tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga
dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR beresiko mengalami serangan apneu
dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan
jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring,
merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjetik tumit. Bila tindakan ini gagal,
dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan
selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. ( Verawati, 2010).

13
9. Penyimpangan KDM terhadap kondisi patofisiologi BBLR

Faktor ibu Faktor kehamilan


Faktor janin
a. Toxemia gravidarum a. Kehamilan ganda
a. Cacat bawaan
b. Perdarahan b. Kelainan kromosom
b. Infeksi pada rahim
c. Trauma fisik c. Perdarahan antepartus

BBLR (Berat Bayi Lahir


Rendah)

Kulit tipis dan Pengaturan Pencernaan Penurunan sistem


lemak subcutan pernapasan belum belum sempurna imun
sempurna
Tidak dapat Rentan terjadi infeksi
Intake nutrisi
menyimpan O₂ dalam darah
tidak adekuat
panas menurun MK : Reaksi
Asupan gizi kurang infeksi
Mudah
O₂ dalam sel darah
kehilangan panas
menurun CO₂ tinggi Aktivitas otot pengunyah
makanan menurun

14
Kedinginan Asidosis Merangsang produksi
HCL neningkat

MK : MK : Gangguan
Mual,
hipotermiia pertukaran gas
muntah

Anoreksi
a

MK : Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

15
C. Konsep Asuhan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
1. Pengkajian
a) Pengumpulan data
(1) Identitas
(a)Identitas bayi
Meliputi nama /panggilan, umur/tanggal lahir, jenis kelamin anak, jumlah
saudara, diagnose medis dan jaminan.
(b)Identitas orang tua
Meliputi nama ibu dan ayah, umur ibu dan ayah, agama ibu dan ayah,
pendidikan ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah dan alamat tempat tinggal.
(2) Keluhan utama
Bayi terlihat kecil, kulit tampak tipis, lanugo masih banyak, malas menyusu,
tampak lemah, reflek hisap lemah, dan bayi tampak lebih sering tidur.
(3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi dengan ukuran fisik : UK < 37 minggu, BB < 2500 gram, panjang badan
< 45 cm. Gambaran fisik : kepala lebih besar dari badan, kulit tipis
transparan, rambut lanugo banyak, lemak subkutan tipis, daya hisap lemah
atau bayi tak mau minum, tangis yang melengking.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Selama hamil ibu mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia berat,
pendarahan anterpartum, hipertensi, preeklamsi, infeksi kehamilan.
(1).Riwayat obstetri dan ginekologi
Riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat KB, riwayat kehamilan &
persalinan yang lalu, riwayat kehamilan & persalinan sekarang
(2). Riwayat kehamilan
Status kehamilan , pemeriksaan kehamilan/ANC tidak pernah, masalah
kehamilan biasanya seperti eklamsia dan preeklamsia, mengkonsumsi
obat selama kehamilan.

16
(3). Riwayat kelahiran
Usia kehamilan, berat badan lahir kurang dari 2500 gram, nilai APGAR,
kala persalinan, penolong persalinan, air ketuban jernih, kelainan bayi,
inisisai menyusui dini.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada dalam anggota keluarga yang perna memiliki riwayat atau
kelahiran bayi dengan BBLR
(4). Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Keadaan lemah, kurang aktif, jarang menangis
Kesadaran : Biasanya kesadaran bayi dengan BBLR composmentis
Suhu : Biasanya bayi dengan BBLR berisiko terjadinya hipotermi
jika suhu tubuhnya kurang dari 36 °C
Nadi : Biasanya bayi dengan BBLR memiliki nadi normal antara 120-
140 x/menit
Pernafasan : Biasanya pernapasan bayi dengan BBLR normal antara
40-60x/menit.
Panjang badan : Panjang badan bayi biasanya kurang dari 45 cm
Berat badan : Biasanya bayi BBLR, berat badannya kurang dari 2500
gram.
b. Head To Toe
1. Kepala
Bentuk kepala bukit, fontale mayor dan minor masih cekung, sutura belum
menutup dan kelihatan masih bergerak, lingkar kepala sama dengan atau
kurang dari 33 cm.
2. Rambut
Lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau bercabang dan halus
atau kasar
3. Mata

17
Biasanya konjungtiva dan sclera berwarna normal, lihat reflek kedip baik
atau tidak, terdapat radang atau tidak dan pupil isokor. Pada pupil terjadi
miosis saat diberikan cahaya

4. Hidung
Adanya pernafasan cuping hidung, terdapat sekret yang berlebihan dan
terpasang O2, ada nyeri tekan atau tidak dan benjolan
5. Mulut dan faring
Pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat
6. Telinga
Adanya kotoran atau cairan dan bagaimana bentuk tulang rawannya,
adanya respon nyeri pada daun telinga
7. Leher
Vena jugolaris teraba atau tidak, adanya benjolan atau tidak, adanya edema
atau tidak
8. Thorak
Nafas cepat dan tarikan dada bagian bawah kedalam, pada lingkar dada
sama dengan atau dari 30 cm, adanya stridor atau wreezing menunjukkan
tanda bahaya
9. Abdomen
Lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen, adanya nyeri tekan
dan pembesaran abdomen
10.Integumen
Pada kulit terlihat keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga
dan lengan, kulit tampak merah
11.Genitalia
Pertumbuhan genitalia belum sempurna, pada laki-laki testis belum turun
sedangkan pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol (labia
mayora belum menutup labia minora

18
12.Ekstremitas
Tumit terlihat mengkilap, telapak kaki teraba halus, tonus otot masih
lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, tubuhnya
kurang berisi ototnya lembek, adanya nyeri tekan dan benjolan, terdapat
sianosis dan ekstremitas atas terdapat luka

c. Kebutuhan Dasar
1. Pola nutrisi
Pada neonatus dengan BBLR perlu perawatan khusus karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna
2. Pola eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna
3. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama
saat BAK dan BAB, saat BAB dan BAK harus diganti popok khusus bayi
BBLR yang kering dan halus
4. Pola tidur
Pada neonatus dengan BBLR cenderung lebih nayak tidur dan pemalas
5. Pola aktivitas
Terlihat gerak bayi masih pasif, tangisannya masih merintih meskipun
keadaan lapar bayi tetap tidak menangis

19
b) Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
1. Keluarga pasien mengeluh bayi 1. Tonus otot masih lemah, bayi kurang
tampak lemah, dan sesak napas aktif, dan pergerakannya lemah
2. Tangis bayi terdengar melengking,
pernapasan 40-60x/m, nadi 120-
140x/m, bayi tampak terpasang O2,
biasanya bayi dengan BBLR suhu
tubuhnya > 36°c
2. Keluarga pasien mengeluh bayi 3. Bayi tampak terlihat kecil,kulit
tampak lemah dan sering tampak tipis, dan kulit tampak merah
menangis 4. pernapasan 40-60x/m, nadi 120-
3. Keluarga pasien mengatakan kulit 140x/m, bayi tampak terpasang O2,
tangannya luka biasanya bayi dengan BBLR suhu
tubuhnya > 36°c
4. Keluarga pasien mengeluh bayi 5. Refleks hisap lemah, tampak bibir
tampak lemah dan sering kering dan pucat, bayi tampak
menangis menangis
6. pernapasan 40-60x/m, nadi 120-
5. Keluarga pasien mengeluh bayi 140x/m, bayi tampak terpasang O2,
malas menyusu, tampak lemah biasanya bayi dengan BBLR suhu
dan bayi lebih sering tidur tubuhnya > 36°c
7. Bibir bayi tampak kering dan pucat,
6. Keluarga pasien mengeluh tubuh sianosis, dan membrane mukosa
bayi dingin kering, bayi tampak lemh, dan kulit
tampak tipis
8. pernapasan 40-60x/m, nadi 120-
140x/m, bayi tampak terpasang O2,
biasanya bayi dengan BBLR suhu
tubuhnya > 36°c
20
c) Analisa data
Data Fokus Etiologi Masalah
DS : BBLR Ganguan pertukaran
1. Keluarga pasien gas
mengeluh bayi tampak Pengaturan pernapasan
lemah, dan sesak napas belum sempurna
DO :
1. Tonus otot masih O2 dalamdarah menurun
lemah, bayi kurang
aktif, dan O2 dalam sel darah
pergerakannya lemah menurun CO2 tinggi
2. Tangis bayi terdengar
melengking, Asidosis
pernapasan 40-60x/m,
nadi 120-140x/m, bayi Gangguan pertukaran gas
tampak terpasang O2,
biasanya bayi dengan
BBLR suhu tubuhnya
>36°c.

DS : BBLR Resiko infeksi


1. Keluarga pasien
mengeluh bayi tampak Penurunan sistem imun
lemah dan sering
menangis Rentan terjadi infeksi
21
2. Kelurga pasien
mengeluh tubuh bayi Resiko infeksi
tampak merah
3. Kelurga pasien
mengatakan kulit
tangannya luka
DO :
1. Bayi tampak terlihat
kecil, kulit tampak
tipis, dan kulit tampak
merah
2. pernapasan 40-60x/m,
nadi 120-140x/m,
biasanya bayi dengan
BBLR suhu tubuhnya
>36°c.

DS : BBLR Nutrisis kurang dari


1. Keluarga pasien kebutuhan tubuh
mengeluh bayi malas Pencernaan belum
menyusu, tampak sempurna
lemah, dan bayi lebih
sering tidur
DO : Intake nutrisis tidak
1. Reflek hisap lemah adekuat
2. Tampak bibir kering
dan pucat Asupan gizi kurang
3. Bayi tampak menagis
4. pernapasan 40-60x/m,
nadi 120-140x/m, Aktivitas otot menguyah
biasanya bayi dengan makanan menurun
22
BBLR suhu tubuhnya
>36°c Merangsang produksi HCL
meningkat

Mual muntah

Anoreksia

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
DS : BBLR Hipotermia
1. Keluarga pasien
mengeluh tubuh bayi Kulit tipis dan lemak
dingin subcutan
DO :
1. Bibir bayi tampak Tidak dapat menyimpan
kering dan pucat, panas
sianosis, dan
membrane mukosa Mudah kehilangan panas
kering, bayi tampak
lemah Kedinginan
2. Kulit bayi tampak tipis
3. pernapasan 40-60x/m,
nadi 120-140x/m, Hipotermia
biasanya bayi dengan
BBLR suhu tubuhnya
>36°c
.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
23
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturitas
reflek menghisap.
d. Hipotermia berhubungan dengan kegagalan mempertahankan suhu tubuh

24
3. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakaukan tindakan a. Posisikan pasien untuk a. Pengaturan posisi
berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 memaksimalkan ventilasi membuat jalan
perubahan embrane jam diharapkan gangguan b. Monitor rata-rata, kedalaman, napas menjadi
alveolar kapiler pertukaran gas irama dan usaha respirasi lebih efektif
kembalinormal dengan c. Monitor respirasi dan status b. Berguna dalam
kriteria hasil : oksigen derajat distress
a. `Nafas spontan d. Kelola O2 sesuai indikasi pernapasan atau
b. O2 tidak terpasang e. Pertahankan kepatenan jalan kronisnya proses
c. Frekuensi napas normal napas penyakit
30-60 x/menit c. Untuk mengetahui
adanya perubahan
nilai SaO2 dan
status
hemodinamik
d. Untuk
meningkatkan
jalan napas pasien
e. Agar pasien
bernapas dengan

25
mudah
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Jelaskan pada keluarga pasien a. Untuk menambah
berhubungan dengan keperawatan selama ……x tentang penyebab dan tanda- pengetahuan
pertahanan imunologis 24 jam, diharapakan tanda infeksi keluarga pasien
yang kurang neonatus tidak mengalami b. Anjurkan pada keluarga untuk b. Untuk mencegah
infeksi. Dengan kriteria hasil mempertahankan teknik aseptik adanya penyebaran
: dalam perawatan bayi infeksi nosokomial
a. Keluarga dapat c. Ajarkan teknik mencuci tangan c. Untuk
menjelaskan kembali yang baik dan benar pada menghambat
tentang penyebab infeksi keluarga pasien pertumbuhan
b. Keluarga pasien mampu d. Observasi adanya tanda-tanda bakteri
mempertahankan teknik infeksi d. Mengetahui
aseptik dalam perawatan e. Kolaborasi dalam pemberian apabila terjadinya
bayi antibiotik infeksi secara dini
c. Keluarga dapat e. Untuk pengobatan
mempraktekkan kembali bila terjadinya
teknik mncuci tangan infeksi
yang baik dan benar
d. Tidak ada tanda-tanda
infeksi (tumor, dolor
kalor, ubor dan fungtio
lease) pada tubuh klien,

26
e. TTV dalam batas normal
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan a. Jelaskan pada keluarga tentang a. Untuk menambah
nutrisi kurang dari keperawatan selama….x 24 kebutuhan nutrisi neonatal pengetahuan klien
kebutuhan tubuh jam, diharapkan adanya b. Anjurkan kepada keluarga tentang nutrisi
berhubungan dengan peningkatan berat badan pasien untuk memberikan ASI yang dibutuhkan
imaturitas reflek neonatus. Dengan kreteria Eksklusif selama 6 bulan. neonates
menghisap. hasil: c. Anjurkan kepada ibu untuk b. Untuk memenuhi
a. Keluarga dapat menyusui bayi pada payudara kebutuhan nutrisi
menjelaskan kembali ibu bila reflek menghisap kuat bayi karena pada
tentang kebutuhan nutrisi d. Observasi intake dan output usia 0-6 bulan,
neonatal nutrisi klien. nutrisi bayi hanya
b. Keluarga pasien terlihat e. Observasi reflek hisap bayi dari ASI atau susu
mau memberikan ASI f. Kolaborasi pemberian gizi formula.
ekslusif pada bayi selama neonatal dengan ahli gizi c. Untuk membantu
6 bulan pemenuhan nutrisi
c. Keluarga pasien mampu awal neonatal
menyusui bayi pada d. Untuk mengetahui
payudara ibu kebutuhan nutrisi
d. Intake dan Output nutrisi bayi
neonatal baik e. Untuk mengetahui
e. Menunjukkan peningkatan kemampuan hisap
fungsi hisap neonatal bayi

27
f. Proses
penyembuhan
4 Hipotermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Jelaskan pada keluarga pasien a. Untuk menambah
dengan kegagalan keperawatan selama …..x 24 penyebab ketidakseimbangan pengetahuan
mempertahankan suhu jam, diharapkan suhu tubuh termoregulasi (suhu tubuh) keluarga pasien
tubuh dapat kembali normal. b. Anjurkan keluarga pasien untuk b. Untuk
Dengan kriteria hasil : menempatkan bayi pada mempertahankan
a. Keluarga pasien dapat incubator suhu tubuh yang
menjelaskan kembali c. Observasi suhu. Periksa suhu stabil
tentang penyebab rektal pada awalnya lalu c. Memantau
ketidaksembangan suhu selanjutnya periksa suhu axila. perkembangan
tubuh d. Monitor adanya tandatanda suhu dan
b. Keluarga pasien mau hipotermia, missal : warna mencegah adanya
memakaikan pakaian kemerahan dan keringat dingin. hipotermi.
hangat dalam keranjang e. Observasi adanya takipnea atau d. Untuk mengetahui
terbuka apnea, sianosis umum, kulit keadaan pasien
c. Klien tidak mengalami belang, bradikardi, menangis e. Untuk memantau
menggigil / hipotermi, buruk atau letargia. perkembangan
dehidrasi adekuat. f. Kolaborasi dengan tim medis sistem fungsional
d. Suhu badan normal 36,5- dalam pemberian terapi bayi dan mencegah
37,5°C terjadinya
e. Tidak terdapat tanda komplikasi lebih

28
takipnea dan apnea, tidak lanjut.
ada sianosis, kulit tidak f. Pemberian
belang, tidak ada obatobatan secara
bradikardi kausal penting
dalam proses
penyembuhan

29
4. Implementasi
Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan spesifik. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi secara singkat apakah tindakan masih sesuai
dengan kondisis saat ini. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan
ditunjukan pada nursing order untuk membantu klien mendapat tujuan yang diharapkan.
Karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah teraksir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dan
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil. Evaluasi dilaksanakan dengan SOAP :
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objekstif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : Analisa ulang antara data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan apa masih
muncul masalah baru atau data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi < 37 minggu (Marmi
dan Rahardjo, 2014).
Penyebab terjadinya BBLR secara umum yaitu bersifat multifaktorial, sehingga kadang
mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan namun penyebab ini terbanyak
terjadinya BBLR yaitu kelahiran prematur, semakin muda usia kehamilan maka semakin
besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang terjadi. Ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu faktor genetik atau kromosom
Tanda-tanda bayi dengan BBLR adalah Berat kurang dari 2500 gram, Panjang badan
kurang atau sama dengan 45 cm, Lingkar dada kurang atau sama dengan 30 cm, Lingkar
kepala kurang dari 33 cm, Jaringan lemak bawah kulit sedikit, Tulang tengkorak lunak atau
mudah bergerak, menangis lemah, Kepala bayi lebih besar dari badan , kepala tidak mampu
tegak, rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga dan sebagainnya.
Cara mencegah bayi dengan BBLR adalah dengan mempertahankan suhu tubuh bayi,
pengaturan dan pengawasan intake nutrisi, cara metoda kanguru, lakukan imunisasi segera,
pencegahan infeksi, penimbangan berat badan, pemberian oksigen dan meningkatkan
kenaikan berat badan pada bayi.

B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat dirumah sakit daam melakukan tindakan
asuhan keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan yang baik pada klien
BBLR
2. Bagi keluarga dan pasien
Dapat membantu menambah pengetahuan tentang BBLR

31
DAFTAR PUSTAKA

Mboi. Nasiah, dkk. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Peneliti Dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic –Noc. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediacation
Https://www.academia.edu/11800237/Asuhan_Keperawatan_Anak_BBLR (Diakses pada
tanggal14 Juni 2022)

32

Anda mungkin juga menyukai