Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak


terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,
atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000
kelahiran. Hiperemesis gravidarum umumnya sembuh dengan sendirinya (self-limiting),
tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps yang sering umum terjadi.(Bobak; 721)

Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50 % kehamilan. Kebanyakan perempuan


mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan symptom akan
teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara
pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis.

Mual dan muntah tampaknya disebabkan oleh kombinasi hormone estrogen dan
progesterone, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti dan hormone human chorionic
gonadotropin juga berperan dalam menimbulkan mual dan muntah. Gastroesophageal reflux
terjadi kurang lebih 80 % dalam kehamilan, dan dapat disebabkan oleh kombinasi
menurunnya tekanan spingter esophageal bagian bawah, meningkatnya tekanan intragastrik,
menurunnya kompetensi sfingter pilori dan kegagalan mengeluarkan asam lambung.
Konstipasi disebabkan oleh efek hormone progesterone yang dapat menyebabkan relaksasi
otot polos dan peningkatan waktu transit dari lambung dan usus dapat meningkatkan absorpsi
cairan.
Kelainan gastrointestinal tersebut bisa timbul pada saat kehamilan atau oleh kelainan
yang sebelumnya sudah ada dan akan bertambah berat sewaktu hamil. Memahami adanya
keluhan atau kondisi tersebut sangat bermanfaat untuk dapat memberikan perawatan sebaik-
baiknya. Perubahan-perubahan fisiologi atau patologi umumnya tidak berbahaya dan dapat
ditangani dengan mudah melalui penjelasan pada pasien serta pemberian obat-obat yang
relatif ringan.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 1


B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
a. Apa itu hiperemesis gravidarum;
b. Bagaimana cara penerapan asuhan keperawatan pada pasien hiperemesis gravidarum;

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu untuk:

a. Mengetahui tentang hiperemesis gravidarum.


b. Mengetahui dan memahami cara penerapan asuhan keperawatan pada pasien
hiperemesis gravidarum.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP KEHAMILAN
 KEHAMILAN

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita,
yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan
proses persalinan,

 PEMBUAHAN

pembuahan (konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu sel telur
dibuahi oleh satu sperma. ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari
siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. sel telur yang
dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong, yang
merupakan tempat terjadinya pembuahan. jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan
mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan
darah menstruasi. jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma
ini akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin).

Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel telur dan kemudian diikuti dengan
pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya kembar 2. Kasus seperti ini
merupakan kembar fraternal. kembar identik terjadi jika pada awal pembelahan, sel telur
yang telah dibuahi membelah menjadi 2 sel yang terpisah atau dengan kata lain, kembar
identik berasal dari1 sel telur. Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher
rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma
bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5
menit. sel yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan
pembentukan zigot (sel telur yang telah dibuahi)

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 3


 IMPLANTASI & PERKEMBANGAN PLASENTA

Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya


tertanam.blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian depan maupun
dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, kecuali pada daerah
tertentu terdiri dari 3-4sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding blastosis yang tebal akan
berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding
rahim dan membentuk plasenta (ari-ari), plasenta menghasilkan hormon untuk membantu
memelihara kehamilan dan memungkin perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara
ibu dan janin. Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai
pada hari ke9-10,dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang
membungkus embrio (korion). lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12
dan membentuk kantung amnion. kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion)
dan akan mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang
mengapung di dalamnya, tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh,
memanjang ke dalam dinding rahim dan membentuk percabangan seperti susunan pohon,
susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta,
sehingga zat gizi dari ibu lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak
dibuang dari janin ke ibu. Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada
minggu ke 18-20, tetapi plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat
persalinan beratnya mencapai 500 gram

 PERKEMBANGAN EMBRIO

Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah
pembuahan. kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak dan
medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada hari ke 16-
17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke 20 dan hari
berikutnya muncul sel darah merah yang pertama selanjutnya, pembuluh darah terus
berkembang di seluruh embrio dan plasenta, organ-organ terbentuk sempurna pada usia
kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah permbuahan), kecuali otak dan medulla
spinalis, yang terus mengalami pematangan selama kehamilan.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 4


Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester
pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan
organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. karena itu
seorang wanita hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi obat-
obatan pada trimester pertama kecuali sangat penting untuk melindungi kesehatannya.
pemberian obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan malformasi harus dihindari.
Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada salah satu sisi
rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan setelah usia
kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga
lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah memenuhi seluruh rahim)

B. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah
merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I, kurang
lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. (Mitayani, 2009; 40)

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat
pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
(Saifuddin, 2005; 275)

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan
umum dan menggganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan
terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala panyakit apandisitis, pielititis, dan
sebagainya. (Saifuddin, 2005; 815)

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 5


“ Morning sickness” dengan muntah terus-menerus, makan kurang dapat
menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari. Dalam situasi demikian di sebut
hiperemesis gravidarum. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999; 102)

Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak


terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar
3,5 per 1000 kelahiran. Hiperemesis gravidarum umumnya sembuh dengan sendirinya
(self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps yang sering umum
terjadi.(Bobak, 2004; 721)

2. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :

1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan oleh primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebabkan
sebagai salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. Hubungan psikologik dengan

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 6


hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Tidak jarang dengan memberikan
suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah.

3. Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:

Tingkat I

Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat
badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit
cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per
menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.

Tingkat II

Gejala lebih besar, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang
dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam
urin, dan berat badan cepat menurun.

Tingkat III

Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.

4. Patofisiologi

Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologi hormone
estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 7


Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehisrasi dan tidak seimbangnya eletrolit
dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada
sebagian kecil wanita, tetapi faktor resiko psikologik merupakan faktor utama, di samping
pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sedah menderita lambung
spastic dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang
lebih berat.
Hiperemesis gravidarum dapat ini mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
terpakai habis untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dangan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga ekstraseluser dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah
menurun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah
zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Di samping dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung
(Sindroma Mallory- Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat terhenti sendiri. Jarang sampai diperlukam transfuse
atau tindakan operatif.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 8


Endokrin psikosomatis Alergi

Kehamilan ganda, stres Antigen baru janin dan plasenta,

Molahidatidosa Kurang support sosial vebi khoriolis

HCG dan Estrogen Motalitas Berlawanan dengan

Meningkat GIT menurun antigen ibu

Merangsang muntah

Hiperemesis Gravidarum

Intake menurun output meningkat

Absorbsi menurun HCL meningkat Dehidrasi

KH Gangguan Nutrisi Iritasi saluran

Menurun cerna hipokalemi Penurunan Ekstrasel


Energi menurun dan Plasma dan cairan

Kelemahan Mobilisasi Nyeri ulu hati Gangguan


Intoleransi lemak Keseimbangan
Elektrolit
Aktivitas protein Gangguan Rasa
Di jaringan Nyaman hemokonsentrasi imbalance

elekrolit

BB menurun Ketosis darah suplai O2 alkalosis

Dan respiratori
Pada Fetal
Nutrisi transplasenta

Resiko Perubahan
Nutrisi

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 9

Pada Fetal
5. Manifestasi Klinis
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya
gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.
Tingkatan I. muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor
kulit mengurang, lidah mongering dan mata cekung.
Tingkatan II. Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
mongering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata
sedikit ikteris. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokosentrasi,oliguria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan,
karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
Tingkatan III. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang di kenal sebagai Ensefalopati Wernicke,
dengan gejala : nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.

6. Patologi
Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis gravidarum
menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan
pada malnutrisi oleh bermacam sebab
1. Hati. Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi lemak
tanpa nekrosis; degenerasi lemak tersebut sentrilobuler. Kelainan lemak ini nampaknya
tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai aksi muntah yang terus menerus.
Dapat ditambahkan bahwa separuh penderita yang meninggal karena hiperemesis
gravidarum menunjukkan gambaran mikroskopi hati yang normal.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 10


2. Jantung. Jantung menjadi lebih kecil daripada biasa dan beratnya atrofi; ini sejalan
dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.
3. Otak. Adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada
ensefalopati Wernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di
daerah corpora mamilaria ventrikel ketiga dan keempat).
4. Ginjal. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.

7. Komplikasi

Ensepalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental,


serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus.

8. Diagnosis

 Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.


 Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan
berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
 Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher
uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo
serviks berwarna biru (livide).
 Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa.
 Laboratorium: kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda
keton, dan proteinuria.
 Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi
psikologi.

9. Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap hiperemensis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 11


yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan
panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula.
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurangi maka
diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.
Sedative yang sering diberikan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah
vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan seperti dramamin,avomin. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiematik seperti disiklomin hidrokhloride atau
khlorpromasin. Penanganan hiperemnsis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di
rumah sakit.

2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cera dan peredaran udara yang
baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk
ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan atau minuman selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja
gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 12


4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2 – 3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambahkan kalium dan vitamin khususnya B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, daoat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar control cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein,aseton,khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi
diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit
pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan makanan,
dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan
penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.

5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medic dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, takikardia, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu
sampai terjadi gejala irevesibel pada organ vital.

DIET HIPEREMESIS
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen
tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi
yang cukup. Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
a. Karbohidrat tinggi, yaitu 75 – 80 % dari kebutuhan energi total.
b. Lemak rendah, yaitu < 10 % dari kebutuhan energi total.
c. Protein sedang, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energi tital.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 13


Makanan diberikan dalam bentuk kering, mudah dicerna, tidak merangsang saluran
pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi yang kecil. Bila makan pagi dan siang sulit
diterima, maka pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam. Makanan
diberikan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan gizi pasien. Sedangkan pemebrian cairan disesuaikan dengan keadaan
pasien, yaitu 7 – 10 gelas per hari.

Macam-macam diit hiperemesis


a. Diet hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 – 2 jam
sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka
tidak diberikan dalam waktu lama.
b. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara
berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang
tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
c. Diet hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum ringan.
Diet diberikan sesuai dengan kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat
gizi. Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
 Roti panggang, biskuit dan crackers.
 Buah segar dan sari buah.
 Minuman botol ringan (coca cola, fanta, sirop,kaldu tak berlemak, teh dan kopi
encer.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 14


Makanan yang tidak dianjurkan pada diet hiperemesis I, II dan III adalah makanan
yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang
mengandung alkohol, kopi dan yang mengandung zat tambahan ( pengawet, pewarna dan
bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

10. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 15


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan wanita hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum


dilakukan dengan menetapkan rencana perawatan medis; pemberian terapi intravena yang
kemudian dipantau, pemberian agen farmakologi dan suplemen nutrisi, dan pemantauan
respon wanita terhadap intervensi.

1. Pengkajian
1. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu
sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum, yaitu: mual dan muntah
yang terus-menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di
mulut, serta kontipasi dan demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan
yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria,
takikardia, mata cekung, dan ikterus.

b. Riwayat kesehatan dahulu


 Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum sebelumnya.
 Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan saluran
pencernaan yang menyebabkan mual muntah.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.

2. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

o Nutrisi
- Kebiasaan: status nutrisi sebelum hamil
- Perubahan selama hamil
o Istirahat tidur
- kebiasaan

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 16


- perubahan selama hamil
o Personal hygine
- Perhatikan kebersihan diri pasien
o Aktifitas
- Perhatikan aktivitas pasien selama hamil

3. Riwayat menstruasi
a. Kemungkinan menarkhe usia 12-14 tahun.
b. Siklus 28-30 hari.
c. Lamanya 5-7 hari.
d. Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari.
e. Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan muntah
f. HPHT
4. Riwayat perkawinan

Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda.

5. Riwayat kehamilan dan persalinan


a. Hamil muda: ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu makan.
b. Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat badan, tekanan
darah, dan tingkat kesadaran.

c. GPAO  G : gravidarum (hamil keberapa)

P : partus (sudah berapa kali melahirkan)

A : abortus (keguguran)

O : berapa anaknya yang hidup

6. Data psikologi

Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu
sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah
marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih, serta
kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri (koping) yang

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 17


digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan serta dukungan dari
keluarga dan perawat.

7. Data sosial ekonomi

Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun pada
umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini diperkirakan
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.

8. Data penunjang

Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah dan
urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai hemaglobin dan hematokrit yang meningkat
menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalisis
yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya
aseton didalam urine.

10. Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan fisik umum
o Keadaan umum: lemah
o BB/TB
o TTV :
- TD : hipotensi
- N : takikardia
- P
- S
b.Kepala
o Kulit wajahnya terdapat flek hitam
o Mulut terdapat caries, somatitis
o Gusi anemis
o Mukosa membrane dan bibir kering
o Leher: pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran U. Jugularis
c. Mata
o Mata cekung

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 18


o Sklera : ikterus
d. Payudara
 Mamae membengkak
 Hiperpigmentasi pada areola mamae

e. Kulit
o Turgor kulit : perhatikan adanya dehidrasi
o Kulit pucat

2. Diagnosis Keperawatan

Dari pengkajian yang telah diuraikan, maka ada beberapa kemungkinan diagnosis
keperawatan yang dapat ditegakkan.

1. Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan muntah yang berlebihan dan
pemasukan yang tidak adekuat.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual dan
muntah terus menerus.
3. Nyeri dan epigastrum yang berhubungan dengan muntah yang berulang.
4. Resiko intoleransi aktivitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan dan kurangnya
intake nutrisi.
5. Risiko perubahan nutrisi fetal yang berhubungan dengan berkurangnya peredaran darah
dan makanan ke fetal (janin).
6. Cemas berhubungan dengan koping tidak efektif perubahan psikologi kehamilan.
7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 19


3. Intervensi keperawatan
1. Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan muntah berlebihan dan
pemasukan yang tidak adekuat.

Tujuan: kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.

Intervensi

a. Istirahatkan ibu ditempat yang nyaman


Rasional: istirahat akan menurunkan kebutuhan energi kerja yang membuat
metabolisme tidak meningkat, sehingga tidak merangsang terjadinya mual dan
muntah.
b. Pantau tanda-tanda vital serta tanda-tanda dehidrasi
Rasional: dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat di ketahui
sejauh mana keadaan umum dan kekurangan cairan pada ibu. Tekanan darah turun,
suhu meningkat, dan nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehidrasi dan
hipovolemia.
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infuse.
Rasional: pemberian cairan infuse dapat mengganti jumlah cairan elektrolit yang
hilang dengan cepat, sehingga dapat mencegah keadaan yang lebih buruk pada ibu.
d. Pantau tetes cairan infuse.
Rasional: jumlah tetesan infuse yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
kelebihan dan kekurangan cairan didalam system sirkulasi.
e. Catat intake dan output
Rasional: dengan mengetahui intake dan output cairan diketahui keseimbangan cairan
didalam tubuh.
f. Setelah 24 jam anjurkan untuk minum tiap jam.
Rasional: minum yang sering dapat menambah pemasukan cairan melalui oral.

2. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah yang terus-
menerus.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 20


Intervensi
a. Kaji kebutuhan nutrisi ibu
Rasional: dengan mengetahui kebutuhan nutrisi ibu dapat dinilai sejauh mana
kekurangan nutrisi pada ibu dan menentukan langkah selanjutnya.
b. Observasi tanda-tanda kekurangan nutrisi.
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi akibat muntah yang
berlebihan.
c. Setelah 24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tetapi sering
Rasional: makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan lambung dan
mengurangi kerja peristaltic usus serta memudahkan proses penyerapan.
d. Berikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional: makanan yang hangat diharapkan dapat mengurangi rasa mual dan
makanan yang bervariasi untuk menambah nafsu makan ibu, sehingga diharapkan
kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi.
e. Berikan makanan yang tidak berlemak dan berminyak.
Rasional: makanan yang tidak berlemak dan berminyak mengurangi rangsangan
saluran pencernaan, sehingga diharapkan mual dan muntah berkurang.
f. Anjurkan klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang
pencernaan (roti kering dan biskuit).
Rasional: makanan kering tidak merangsang pencernaan dan mengurangi perasaan
mual
g. Berikan ibu motivasi agar mau menghabiskan makanan.
Rasional: ibu merasa diperhatikan dan berusaha menghabiskan makanannya.
h. Timbang berat badan ibu
Rasional: dengan menimbang berat badan dan dapat diketahui keseimbangan berat
badan sesuai usia kehamilan dan pengaruh nutrisi.

3. Nyeri pada epigastrium yang berhubungan dengan muntah berulang.


Tujuan: rasa nyaman terpenuhi.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 21


Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri
Rasional: dengan mengkaji dapat diketahui tingkat nyeri pada ibu dan menentukan
tindakan selanjutnya.
b. Atur posisi ibu dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan.
Rasional: dengan posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada
gastrointestinal, sehingga dapat mencegah muntah yang berulang.
c. Perhatikan kebersihan mulut ibu sesudah dan sebelum makan.
Rasional: kebersihan mulut yang baik dan terpelihara dapat menimbulkan rasa
nyaman juga diharapkan dapat mengurangi mual dan muntah.
d. Alihkan perhatian ibu pada hal yang menyenangkan
Rasional: dengan mengalihkan perhatian diharapkan ibu dapat melupakan rasa nyeri
akibat muntah yang berulang.
e. Anjurkan ibu untuk beristirahat dan batasi pengunjung
Rasional: dengan istirahat yang cukup dan membatasi pengunjung dapat menambah
ketenangan pada ibu.
f. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative dengan dokter
Rasional: obat antiemetic mengurangi muntah dan obat sedative membuat ibu
tenang, sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu.

4. Tidak efektifnya pola pertahanan diri yang berhubungan dengan efek psikologis terhadap
kehamilan dan perubahan peran sebagai ibu.
Tujuan: pola pertahanan diri efektif.

Intervensi:
a. Bantu ibu untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung terhadap kehamilan.
Rasional: dengan mengungkapkan perasaannya, dapat diketahui reaksi ibu terhadap
kehamilannya.
b. Dengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian.
Rasional: ibu merasa diperhatikan dan tidak sendiri dalam mengatasi masalahnya.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 22


c. Diskusikan bersama ibu mengenai masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah
yang dapat dilakukan.
Rasional: melalui diskusi dapat diketahui koping ibu dalam menghadapi
masalahnya.
d. Bantu ibu untuk memecahkan masalahnya, terutama yang berhubungan dengan
kehamilan.
Rasional: dengan membantu memecahkan masalah ibu, maka perawat dapat
menemukan pola koping ibu yang efektif.
e. Dukung ibu dalam menemukan pemecahan masalah yang konstruktif.
Rasional: dukungan dapat menambah rasa percaya diri ibu dalam menemukan
pemecahan masalah.
f. Libatkan keluarga dalam kehamilan ibu
Rasional: keluarga dapat diajak bekerja sama dalam memberikan dukungan pada ibu
terhadap kehamilannya.
g. Kolaborasi dengan ahli psikiatri jika diperlukan
Rasional: untuk mengetahui adanya kemungkinan factor psikologis yang lebih berat
sebagai penyebab masalah.

5. Risiko perubahan nutrisi janin yang berhubungan dengan berkurangnya peredaran darah
makanan ke janin.
Tujuan: perkembangan janin tidak terganggu

Intervensi:
a. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin.
Rasional: agar ibu menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin dan ibu mengetahui
akan kebutuhan nutrisinya.
b. Periksa fundus uteri.
Rasional: tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan usia kehamilan dapat menjadi
bahan penilaian akan nutrisi janin.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 23


c. Pantau denyut jantung janin
Rasional: denyut jantung yang masih dalam keadaan normal dan aktif manandakan
janin masih dalam keadaan baik.

6. Cemas berhubungan dengan koping tidak efektif perubahan psikologi kehamilan


Intervensi :
a. Kontrol lingkungan klien dan batasi pengungjung
Rasional : Untuk mencegah dan mengurangi kecemasan
b. Kaji tingkat fungsi psikologis klien
Rasional : Untuk menjaga integritas psikologis
c. Berikan support psikologis
Rasional : Untuk menurunkan kecemasan dan membina saling percaya
d. Berikan penguatan positif
Rasional : Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan
e. Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal
Rasional : Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan berhubungan dengan


informasi yang tidak adekuat.
Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penyakit dan pengobatan meningkat.

Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakitnya, gejala, dan tanda, serta
yang perlu diperhatikan dalam perawatannya.
b. Beri penjelasan tentang proses penyakit, gejala, tanda dan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan dan pengobatan.
c. Jelaskan tentang pentingnya perawatan dan pengobatan.
d. Jelaskan tentang pentingnya istirahat total.
e. Berikan informasi tertulis/verbal yang terpat tentang diet pra natal dan suplemen
vitamin/zat besi setiap hari.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 24


f. Evaluasi motivasi/sikap, dengan mendengar keterangan klien dan meminta umpan
balik tentang informasi yang diberikan.
g. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai dengan budaya dan hal- hal tabu
selama kehamilan

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 25


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak
terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,
atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000
kelahiran. Hiperemesis gravidarum umumnya sembuh dengan sendirinya (self-limiting),
tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps yang sering umum terjadi. Etiologi
hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Hiperemesis gravidarum, menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.
Asuhan keperawatan wanita hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
dilakukan dengan menetapkan rencana perawatan medis; pemberian terapi intravena yang
kemudian dipantau, pemberian agen farmakologi dan suplemen nutrisi, dan pemantauan
respon wanita terhadap intervensi.

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang
hiperemesis gravidarum. Dengan demikian, diharapkan nantinya dapat melakukan asuhan
keperawatan yang tepat pada hiperemesis gravidarum.

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 26


DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Crisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC. Hal 72

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternita Edisi Keempat. Jakarta :
EGC. Hal 721 - 724

Gde, Ida bagus, Manuaba, dkk. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Hal 102

Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi. Jakarta : EGC. Hal 761

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Edisi
Kedua. Jakarta : EGC. Hal 227

Mansjoer, Arif. Kuspuji Triyanti,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius. Hal 259 - 260

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika. Hal 40 - 47

Proverawati, Atika, Erna Kusmawati. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogjakarta : Nuha Medika

Wiknjosastro, Hanifa, Abdul Bari Saifudin, dkk. 2007. Ilmu Kebidanan Edisi ketiga. Cetakan
Kesembilan. Jakarta : YBP-SP. Hal 275 - 280

Wiknjosastro, Hanifa, Abdul Bari Saifudin, dkk. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi keempat. Jakarta;
YBP-SP. Hal 814 - 818

(KELOMPOK I ) HIPEREMESIS GRAVIDARUM Page 27

Anda mungkin juga menyukai