PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mual dan muntah tampaknya disebabkan oleh kombinasi hormone estrogen dan
progesterone, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti dan hormone human chorionic
gonadotropin juga berperan dalam menimbulkan mual dan muntah. Gastroesophageal reflux
terjadi kurang lebih 80 % dalam kehamilan, dan dapat disebabkan oleh kombinasi
menurunnya tekanan spingter esophageal bagian bawah, meningkatnya tekanan intragastrik,
menurunnya kompetensi sfingter pilori dan kegagalan mengeluarkan asam lambung.
Konstipasi disebabkan oleh efek hormone progesterone yang dapat menyebabkan relaksasi
otot polos dan peningkatan waktu transit dari lambung dan usus dapat meningkatkan absorpsi
cairan.
Kelainan gastrointestinal tersebut bisa timbul pada saat kehamilan atau oleh kelainan
yang sebelumnya sudah ada dan akan bertambah berat sewaktu hamil. Memahami adanya
keluhan atau kondisi tersebut sangat bermanfaat untuk dapat memberikan perawatan sebaik-
baiknya. Perubahan-perubahan fisiologi atau patologi umumnya tidak berbahaya dan dapat
ditangani dengan mudah melalui penjelasan pada pasien serta pemberian obat-obat yang
relatif ringan.
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. KONSEP KEHAMILAN
KEHAMILAN
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita,
yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan
proses persalinan,
PEMBUAHAN
pembuahan (konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu sel telur
dibuahi oleh satu sperma. ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari
siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. sel telur yang
dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong, yang
merupakan tempat terjadinya pembuahan. jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan
mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan
darah menstruasi. jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma
ini akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin).
Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel telur dan kemudian diikuti dengan
pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya kembar 2. Kasus seperti ini
merupakan kembar fraternal. kembar identik terjadi jika pada awal pembelahan, sel telur
yang telah dibuahi membelah menjadi 2 sel yang terpisah atau dengan kata lain, kembar
identik berasal dari1 sel telur. Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher
rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma
bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5
menit. sel yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan
pembentukan zigot (sel telur yang telah dibuahi)
PERKEMBANGAN EMBRIO
Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah
pembuahan. kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak dan
medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada hari ke 16-
17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke 20 dan hari
berikutnya muncul sel darah merah yang pertama selanjutnya, pembuluh darah terus
berkembang di seluruh embrio dan plasenta, organ-organ terbentuk sempurna pada usia
kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah permbuahan), kecuali otak dan medulla
spinalis, yang terus mengalami pematangan selama kehamilan.
B. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah
merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I, kurang
lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. (Mitayani, 2009; 40)
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat
pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
(Saifuddin, 2005; 275)
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan
umum dan menggganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan
terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala panyakit apandisitis, pielititis, dan
sebagainya. (Saifuddin, 2005; 815)
2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan oleh primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebabkan
sebagai salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. Hubungan psikologik dengan
3. Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
Tingkat I
Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat
badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit
cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per
menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.
Tingkat II
Gejala lebih besar, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang
dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam
urin, dan berat badan cepat menurun.
Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.
4. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologi hormone
estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Merangsang muntah
Hiperemesis Gravidarum
elekrolit
Dan respiratori
Pada Fetal
Nutrisi transplasenta
Resiko Perubahan
Nutrisi
Pada Fetal
5. Manifestasi Klinis
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya
gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.
Tingkatan I. muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor
kulit mengurang, lidah mongering dan mata cekung.
Tingkatan II. Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
mongering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata
sedikit ikteris. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokosentrasi,oliguria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan,
karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
Tingkatan III. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang di kenal sebagai Ensefalopati Wernicke,
dengan gejala : nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.
6. Patologi
Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis gravidarum
menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan
pada malnutrisi oleh bermacam sebab
1. Hati. Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi lemak
tanpa nekrosis; degenerasi lemak tersebut sentrilobuler. Kelainan lemak ini nampaknya
tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai aksi muntah yang terus menerus.
Dapat ditambahkan bahwa separuh penderita yang meninggal karena hiperemesis
gravidarum menunjukkan gambaran mikroskopi hati yang normal.
7. Komplikasi
8. Diagnosis
9. Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap hiperemensis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cera dan peredaran udara yang
baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk
ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan atau minuman selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja
gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medic dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, takikardia, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu
sampai terjadi gejala irevesibel pada organ vital.
DIET HIPEREMESIS
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen
tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi
yang cukup. Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
a. Karbohidrat tinggi, yaitu 75 – 80 % dari kebutuhan energi total.
b. Lemak rendah, yaitu < 10 % dari kebutuhan energi total.
c. Protein sedang, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energi tital.
10. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
1. Pengkajian
1. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu
sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum, yaitu: mual dan muntah
yang terus-menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di
mulut, serta kontipasi dan demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan
yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria,
takikardia, mata cekung, dan ikterus.
o Nutrisi
- Kebiasaan: status nutrisi sebelum hamil
- Perubahan selama hamil
o Istirahat tidur
- kebiasaan
3. Riwayat menstruasi
a. Kemungkinan menarkhe usia 12-14 tahun.
b. Siklus 28-30 hari.
c. Lamanya 5-7 hari.
d. Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari.
e. Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan muntah
f. HPHT
4. Riwayat perkawinan
A : abortus (keguguran)
6. Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu
sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah
marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih, serta
kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri (koping) yang
Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun pada
umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini diperkirakan
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.
8. Data penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah dan
urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai hemaglobin dan hematokrit yang meningkat
menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalisis
yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya
aseton didalam urine.
e. Kulit
o Turgor kulit : perhatikan adanya dehidrasi
o Kulit pucat
2. Diagnosis Keperawatan
Dari pengkajian yang telah diuraikan, maka ada beberapa kemungkinan diagnosis
keperawatan yang dapat ditegakkan.
1. Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan muntah yang berlebihan dan
pemasukan yang tidak adekuat.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual dan
muntah terus menerus.
3. Nyeri dan epigastrum yang berhubungan dengan muntah yang berulang.
4. Resiko intoleransi aktivitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan dan kurangnya
intake nutrisi.
5. Risiko perubahan nutrisi fetal yang berhubungan dengan berkurangnya peredaran darah
dan makanan ke fetal (janin).
6. Cemas berhubungan dengan koping tidak efektif perubahan psikologi kehamilan.
7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat.
Intervensi
2. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah yang terus-
menerus.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4. Tidak efektifnya pola pertahanan diri yang berhubungan dengan efek psikologis terhadap
kehamilan dan perubahan peran sebagai ibu.
Tujuan: pola pertahanan diri efektif.
Intervensi:
a. Bantu ibu untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung terhadap kehamilan.
Rasional: dengan mengungkapkan perasaannya, dapat diketahui reaksi ibu terhadap
kehamilannya.
b. Dengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian.
Rasional: ibu merasa diperhatikan dan tidak sendiri dalam mengatasi masalahnya.
5. Risiko perubahan nutrisi janin yang berhubungan dengan berkurangnya peredaran darah
makanan ke janin.
Tujuan: perkembangan janin tidak terganggu
Intervensi:
a. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin.
Rasional: agar ibu menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin dan ibu mengetahui
akan kebutuhan nutrisinya.
b. Periksa fundus uteri.
Rasional: tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan usia kehamilan dapat menjadi
bahan penilaian akan nutrisi janin.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakitnya, gejala, dan tanda, serta
yang perlu diperhatikan dalam perawatannya.
b. Beri penjelasan tentang proses penyakit, gejala, tanda dan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan dan pengobatan.
c. Jelaskan tentang pentingnya perawatan dan pengobatan.
d. Jelaskan tentang pentingnya istirahat total.
e. Berikan informasi tertulis/verbal yang terpat tentang diet pra natal dan suplemen
vitamin/zat besi setiap hari.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak
terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,
atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000
kelahiran. Hiperemesis gravidarum umumnya sembuh dengan sendirinya (self-limiting),
tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps yang sering umum terjadi. Etiologi
hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Hiperemesis gravidarum, menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.
Asuhan keperawatan wanita hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
dilakukan dengan menetapkan rencana perawatan medis; pemberian terapi intravena yang
kemudian dipantau, pemberian agen farmakologi dan suplemen nutrisi, dan pemantauan
respon wanita terhadap intervensi.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang
hiperemesis gravidarum. Dengan demikian, diharapkan nantinya dapat melakukan asuhan
keperawatan yang tepat pada hiperemesis gravidarum.
Achadiat, Crisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC. Hal 72
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternita Edisi Keempat. Jakarta :
EGC. Hal 721 - 724
Gde, Ida bagus, Manuaba, dkk. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Hal 102
Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi. Jakarta : EGC. Hal 761
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Edisi
Kedua. Jakarta : EGC. Hal 227
Mansjoer, Arif. Kuspuji Triyanti,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius. Hal 259 - 260
Proverawati, Atika, Erna Kusmawati. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogjakarta : Nuha Medika
Wiknjosastro, Hanifa, Abdul Bari Saifudin, dkk. 2007. Ilmu Kebidanan Edisi ketiga. Cetakan
Kesembilan. Jakarta : YBP-SP. Hal 275 - 280
Wiknjosastro, Hanifa, Abdul Bari Saifudin, dkk. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi keempat. Jakarta;
YBP-SP. Hal 814 - 818