Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal
ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan-
lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti
minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil lebih sering (poliuri),
makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang jelas
(Armstrong, 2007).
Pada penyandang diabetes melitus (DM) dapat terjadi komplikasi pada
semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik
dapat terjadi pada tingkat pembuluh darah kecil (mikro faskuler). Pada pembuluh
darah besar, menisfestasi komplikasi kronik DM dapat terjadi pada pembuluh darah
serebral, jantung (penyakit jantung koroner) dan pembuluh darah perifer (tungkai
bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebihan terhadap infeksi
dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru dan infeksi
kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetes
(Sudoyo,2009).
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus
sampai gangren yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau
iskemia perifer, atau keduanya (Grace & Borley, 2005).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010,
pasien diabetes mellitus tipe 2 (kronis) di Indonesia naik dari 8,4 juta pada 2000
menjadi 21,3 juta tahun 2010. Sedangkan International Diabetes Federation
memperkirakan pada 2030 jumlah penderita diabetes di seluruh dunia mencapai 450
juta orang (Mayfield, 2007).
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan klien
dengan gangrene (ulkus kaki diabetik).

1
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi Kaki Diabetik
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-
hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang
atau besar di tungkai.
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus
sampai gangren yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau
iskemia perifer, atau keduanya.
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus
(Sudoyo, 2009). Masalah khusus pada pasien ini adalah berkembangnya ulkus pada
kaki dan tungkai bawah. Ulkus terutama terjadi karena distribusi tekanan abnormal
sekunder karena neuropati diabetik. Kemungkinan lain ulkus diawali pemakaian
sepatu yang tidak pas dan tertusuk benda asing seperti jarum dan paku pada pasien
dengan defisit sensori yang menghalangi pasien mengalami nyeri (Isselbacher,
2000).
B. Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang
12 – 15 cm dan tranversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang
lambung, kelenjar inilah yang mengekresikan insulin melalui pulau langerhans yang
berada dalam kelenjar pankreas. Didalam kelenjar pankreas terdapat sel beta yang
menghasilkan insulin, didalam penkreas mengandung lebih kurang 100.000 pulau
langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Selain itu pankreas juga terdapat sel
alfa, yang bekerja sebaliknya insulin, sel ini menghasilkan glukagon yang berfungsi
untuk meningkatkan gula darah.
Insulin adalah suatu hormon yang menurunkan kadar gula darah dengan
meransang perubahan glukosa menjadi glukagen untuk disimpan dan dengan
meningkatkan ambilan glukosa selular. Insulin berfungsi memperbaiki kemampuan
sel tubuh untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa serta lemak. Asupan
glukosa yang terdapat dalam darah dihasilkan dari pemecahan karbohidrat dalam
berbagai bentuk termasuk monosakarida dan unit-unit kimia yang komplek,
disakarida dan polisakarida. Karbohidrat dikosumsi didalam tubuh dan dipecahkan
menjadi monosakarida kemudian diserap dalam tubuh melalui duodenum dan
jejunum proksimal. (Evelyn, 2003)

2
C. Etiologi Kaki Diabetik
Adapun etiologi dari kaki diabetik adalah sebagai berikut:
1. Suplay darah kurang. Jika sirkulasi terhambat akibat pembuluh darah
menyempit, kaki menjadi kurang peka terhadap gangguan seperti udara dingin,
infeksi, atau luka.
2. Neuropati adalah kondisi kerusakan saraf akibat tingginya tingkat kadar gula
darah sehingga terjadi gejala kesemutan, nyeri, dan akhirnya mati rasa pada
kaki dan tungkai (Sustrani dkk, 2006). Neuropati merupakan salah satu
komplikasi yang sering ditemukan pada penderita diabetes melitus yang
menyebabkan penderita beresiko mengalami kaki diabetes (Sudoyo dkk, 2009).
Hiperglikemia pada penderita diabetes melitus menyebabkan kerusakan pada
saraf (Sudoyo dkk, 2009). Kerusakan pada saraf membuat kaki kurang peka
terhadap rasa sakit dan suhu. Jika kaki seseorang menjadi kurang peka,
memungkinkan orang tersebut tidak mengetahui bila terjadi luka atau infeksi
sehingga memperparah luka jika tidak segera diobati (Suriadi, 2004).
3. Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi . Hal ini dikarenakan kemampuan sel
darah putih untuk membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah
diatas 200mg%.
D. Manifestasi Klinik
1. Umumnya pada daerah plantar kaki
2. Kelainan bentuk kaki; deformitas kaki
3. Berjalan yang kurang seimbang
4. Adanya fisura dan kering pada kulit
5. Pembentukan kalus pada area yang tertekan
6. Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal
7. Luka biasanya dalam dan berlubang
8. Sekeliling kulit dapat terjadi selulitis
9. Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri
10. Xerosis (keringnya kulit kronik)
11. Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis
12. Eksudat yang tidak begitu banyak
13. Biasanya luka tampak merah

3
Gejala permulaannya adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan
atau peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada malam hari) dan
bertambah lanjutnya kaki merasa mati rasa. Di samping itu, penurunan fungsi
proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta gerakan tubuh dan terhadap posisi
serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas
terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-
huyung. Penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita kaki diabetes
beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui (Brunner,
2001).
E. Patofisiologi
Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang
mengkontribusi terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan
diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki. Pasien
dengan diabetik juga mengalami gangguan pada sirkulasi. Efek sirkulasi inilah yang
menyebabkan kerusakan pada saraf yang sering disebut neuropati dan berdampak
pada sistem saraf autoimun yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan
organ viseral. Gangguan pada saraf autonomi pengaruhnya adalah terjadi perubahan
tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah, dengan demikian
kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak mencukupi
atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, dan atau untuk kebutuhan metabolisme
pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi neuropati ini akan menimbulkan kulit
menjadi kering, anhidrosis yang memudahkan kulit menjadi rusak dan luka yang
sukar sembuh, dan dapat menimbulkan infeksi dan mengkontribusi untuk terjadinya
gangren. Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer yang mempengaruhi
pada saraf sensori dan sistem motor yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri,
tekanan dan perubahan temperatur.
F. Klasifikasi
Menurut Edmond 2004-2005 dalam Sudoyo (2009) klasifikasi kaki diabetes
berdasarkan pada perjalanan alamiah kaki diabetes terbagi menjadi 6 stage, yaitu:
1. Stage 1= normal foot
tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan kalus
”claw”
2. Stage 2 = High Risk Foot
ulkus superfisial terbatas pada kulit

4
3. Stage 3 = Ulcerated foot
ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
4. Stage 4 = Infected foot
abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
5. Stage 5 = Necrotic foot
gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selullitis
6. Srage 6 = Unsalvable foot
gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
Untuk stage 1 dan stage 2, peran pencegahan primer sangat penting dan
semuanya dapat dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh
podiatrist/chiropodist maupun oleh dokter umum atau dokter keluarga.
Stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat
pelayanan kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan
spesialistik. Untuk stage 5, apalagi 6 jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas
sekali memerlukan suatu kerjasama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter
bedah, terutamanya dokter ahli bedah vaskuler atau ahli bedah plastik dan
rekonstruksi (Sudoyo, 2009)
Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka
dan luasnya iskemik yang dimodifikasi oleh Brodsky dara klasifikasi kaki diabetik
menurut Wagner, yaitu:
Kedalaman luka Defenisi
0 Kaki berisiko, tanpa ulserasi
1 Ulserasi superficial, tanpa infeksi
2 Ulterasi yang dalam sampai mengenai
tendon
3 Ulserasi yang luas/ abses

Luas daerah iskemia Defenisi


A Tanpa iskemia
B Iskemia tanpa gangrene
C Patial gangrene
D Complete foot gangrene
(Handaya, 2009)

5
G. Evaluasi Diagnostik (Pemeriksaan Penunjang)
1. Gula darah meningkat: 200-1000 mg/dl atau lebih.
2. Aceton plasma: positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol
4. Osmolalitas serum: <330 dl="" mos="" span="">
5. Elektrolit
 Natrium: Meningkat / menurun
 Kaium: Normal/meningkat
 Fosphor: Lebih sering meninggi
6. GDA: Biasanya menunjukkan pH rendah dan menurun pada HCO3 dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
7. Darah:
 Trombosit darah: H+ mungkin meninggi (dehidrasi)
 Ureum kreatinin: Meningkat atau normal
 Insulin darah: Pada tipe I mungkin menurun atau tidak ada. Pada tipe II
mungkin normal.
8. Urin
 Gula dan aseton +, berat jenis menurun.
 Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi saluran kemih.
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Medis
Menurut Soegondo (2006), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes
Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3) Penghambat glukoneogenesis.
4) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.

6
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa
darah.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara
lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan
ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan
larutan kalium permanganate 1:500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril.
Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan tubuh
terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), tujuan utama penatalaksanaan terapi
pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa
darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya
komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan
semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah
kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
I. Pemeriksaan Sensitifitas Kaki DM
1. Monofilamen
Pemeriksaan dengan monofilamen ini adalah untuk mengevaluasi
tekanan sensasi pada kaki pasien dengan diabetes. Cara melakukan pemeriksaan
monofilamen adalah dengan memberikan sentuhan nilon monofilamen pada sisi
plantar (area metatarsal, tumit dan dan di antara metatarsal dan tumit) dan sisi
dorsal.

7
Uji monofilamen merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana dan
cukup sensitif untuk mendiagnosis pasien yang memiliki risiko terkena ulkus
karena telah mengalami gangguan neuropati sensoris perifer. Hasil tes dikatakan
tidak normal apabila pasien tidak dapat merasakan sentuhan nilon monofilamen
(Suriadi, 2004).
2. Refleks Hammer
Reflex Hammer/palu refleks adalah alat medis yang digunakan oleh
dokter untuk menguji refleks tendon dalam/lutut. Pengujian refleksitas pasien
merupakan bagian penting dari pemeriksaan fisik neurologis untuk mendeteksi
kelainan pada sistem saraf pusat atau perifer.
Cara pemeriksaan reflek hammer adalah sebagai berikut:
a Pasien tidur terlentang atau duduk.
b Bila pasien tidur terlentang pemeriksa berdiri dan bila pasien duduk
pemeriksa jongkok disisi kiri pasien.
c Bila pasien tidur terlentang lutut fleksi 90 derajat dan disilangkan diatas kaki
berlawanan, bila pasien duduk kaki menggelantung bebas.
d Pergelangan kaki dorsofleksikan dan tangan kiri pemeriksa memegang/
menahan kaki pasien.
e Carilah tendon achiles diantara 2 cekungan pada tumit yang terasa keras dan
makin tegang bila posisi kaki dorsofleksi.
f Ayunkan refleks hammer diatas tendon achiles.
3. Pemeriksaan biotesiometer
Biotesiometer merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur
sederhana dan akurat ambang apresiasi getaran pada subyek manusia.
Biotesiometer digunakan sebagai alat penelitian di penyakit saraf banyak. Pada
dasarnya Biotesiometer adalah sebuah “garpu tala listrik” yang amplitudonya
dapat diatur untuk setiap tingkat yang telah ditentukan atau yang amplitudonya
dapat ditingkatkan secara bertahap sampai ambang sensasi getaran tercapai.
Sebaliknya, amplitudo dapat diturunkan sampai getaran tidak terlihat lagi
dilihat. Biotesiometer tidak hanya jauh lebih unggul garpu tala dalam akurasi,
namun akan mendeteksi perubahan neurologis yang tidak diungkapkan dengan
garpu tala.
J. Prosedur Perawatan Luka Kaki Diabetik
1. Peralatan

8
a. Nampan balutan balutan steril (gunting, forsep, bantalan kasa jika perlu)
b. Balutan kasa steril
c. Mangkok steril
d. Plaster 2 inchi
e. Sarung tangan steril
f. Sarung tangan bersih
g. Handuk atau alas linen
h. Bola kapas dan lidi kapas (jika perlu)
i. Salin irigasi atau air steril
j. Swab iodin povidon (betadin)
k. Salep bakterio static
l. Kantong kertas, kantong plasik
2. Tujuan
a. Menghilangkan sekresi yang tera kumulasi dan jaringan mati dari luka
atau tempat insisi.
b. Menurunkan pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau tempat insisi.
c. Meningkatkan penyembuhan luka
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan dan atur peralatan Menurunkan perpindahan mikroorganisme

2 Jelaskan prosedur dan bantuan yang Meningkatkan efisiensi


diminta dari klien Menurunkan ansietas
Meningkatkan kerjasama
3 Kaji tingkat nyeri klien dan tunggu Menurunkan ketidaknyamanan karena
sampai medikasi menunjukkan penggantian balutan
efeknya, sebelum prosedur dimulai

3 Tempatkan alat-alat di samping Memudahkan penatalaksanaan steril dan


tempat tidur dekat area luka. benda-benda
4 Siapkan alat-alat:
- Tempatkan alat-alat disamping Mempercepat tindakan
tempat tidur

9
Plaster kantong kertas atau kantong Mempermudah pembuangan sisa bahan
sampah di samping tempat tidur. yang terkontaminasi
Buka sarung tangan steril Memfasilitasi penggunaan bahan tanpa
menggunakan bagian dalam kemasan kontaminasi
sarung tangan sebagai area steril.
Buka kemasan kasa dan jatuhkan Memungkinkan kasa dalam keadaan basah
beberapa kasa ke dalam area steril,
biarkan sisa kasa dalam wadah
plastik.
Buka nampan balutan dan mangkok. Mencegah perpindahan organisme dari
tempat tidur ke benda
Buka cairan dan basahi dua kasa Menghindari kontaminasi
dengan salin normal dalam wadah
plastik dan basahi 4 kasa dengan
betadin.
Buka swab betadin, jika digunakan, Menjaga kebersihan alas kasur
untuk memajankan ujung lidi plastik.
Tempatkan beberapa lidi kapas steril Memungkinkan observasi luka dan
dan bola kapas pada area steril memajankan tempat untuk pembersihan
Gunakan sarung tangan bersih
Tempatkan handuk atau alas di bawah Menghindari kontaminasi
area luka Mencegah penyebaran mikroorganisme
Kendurkan plaster dengan menarik ke
arah luka dan lepaskan balutan yang Memudahkan terbentuknya jaringan baru
kotor, perhatikan penampilan balutan
dan luka. Basahi balutan dengan salin
normal jika melekat pada luka dan
kemudian tarik dengan perlahan
Masukkan balutan kotor dalam
kantong kertas. Mencegah kontaminasi luka oleh
Buang sarung tangan dan cuci tangan. organisme permukaan kulit
Gunakan sarung tangan steril (jika Mempertahankan sterilitas alat-alat
perlu)

10
Ambil balutan yang dibasahi salin Mengurangi pemindahan mikroorganisme
dengan forsep dan bentuk swab besar
Gunting dan buang jaringan mati yang Menghindari kontaminasi silang
terdapat pada luka
Bersihkan debris dan drainase dari Mencegah pertumbuhan bakteri pada luka
luka, dengan menggerakkan swab dari
bagian tengah ke luar dan gunakan
swab baru untuk setiap area yang
dibersihkan, buang swab lama
menjauhi benda steril
Usap luka dengan swab yang dibasahi Memungkinkan udara mencapai luka
betadin, mulai dari bagian tengah luka
ke luar, buang forsep
Oleskan saleb bakterio statik pada
area luka
Letakkan balutan di atas luka sampai
luka tertutup rapat
Tempel plaster pada kasa yang Memberikan fiksasi
menutup luka.
Buang sarung tangan dan cuci tangan Mencegah penyebaran mikroorganisme
Posisikan klien untuk kenyamanan Memberika kenyamanan pada klien

Catat tanggal dan waktu penggantian Dokumentasi


balutan

Sumber: Johnson (2005)


K. Pencegahan komplikasi yang dapat dilakukan
1. Gagal ginjal kronik
a. Pengendalian kadar gula darah (olahraga, diet, obat anti diabetes).

11
b. Pengendalian tekanan darah (diet rendah garam). Pembatasan asupan garam
adalah 4 sampai 5 gram/hari.
c. Perbaikan fungsi ginjal (diet rendah protein). Asupan protein hingga 0,8
g/kg/bb/hari.
d. Mengendalikan kadar lemak dan mengurangi obesitas
e. Melakukan gaya hidup yang sehat meliputi olahraga rutin, diet,
menghentikan merokok serta membatasi konsumsi alkohol. Olahraga rutin
yang dianjurkan adalah berjalan 3 sampai 5 km/hari dengan kecepatan
sekitar 10 sampai 12 menit/km, 4 sampai 5 kali seminggu.
2. Retinophaty
a Lakukan pemeriksaan mata setiap setahun sekali atau lebih sering lagi oleh
dokter spesialis mata yang harus dimulai 5 tahun sesudah diagnosis
diabetes tipe I ditegakkan atau pada tahun ketika diagnosis diabetes tipe II
ditegakkan.
b Lakukan terapi laser dini disertai dengan pengendalian glukosa dan
tekanan darah yang baik dapat mencegah kehilangan penglihatan akibat
retinopati.
c Kenali gejala hipoglikemia dan hiperglikemia sebagai dua keadaan yang
menyebabkan penglihatan kabur.
3. Cardiovaskuler
a. Pengendalian kadar glukosa darah dalam tingkat normal atau mendekati
normal melalui terapi insulin.
b. Menjaga status gizi.
c. Menjaga kadar kolesterol.
d. Pola hidup sehat.
e. Menjaga tekanan darah.
L. Kolaborasi
Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, 20% protein, dan 20% lemak
dalam penataan makan/ pemberian makanan tambahan. Kompleks karbohidrat
(seperti jagung, wortel, brokoli, buncis gandum, dan lain-lain) menurunkan kadar
glukosa/ kebutuhan insulin, menurunkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan
rasa kenyang. Pemasukan makanan akan dijadwalkan sesuai karakteristik insulin
yang spesifik (misal efek puncaknya) dan respon pasien secara individual. Catatan :
makanan tambahan dari kompleks karbohidrat terutama sangat penting (jika insulin

12
diberikan dalam dosis terbagi) untuk mencegah hipoglikemia selama tidur (Doenges,
2000).
Daftar menu makanan seimbang bagi pasien kaki diabetes. Makanan seimbang akan
membantu mengontrol diabetes dan menjamin pengobatan berjalan efektif. Tabel di
bawah ini berisi contoh makanan yang sebaiknya dikonsumsi.
Sarapan Makanan Ringan
1. Susu krim atau semi krim 1. Roti, pasta, atau kentang dengan isi rendah
2. Pemanis buatan sebagai pangganti gula lemak, seperti seiris daging, kacang-
3. Sereal kaya akan serat kacangan, keju rendah lemak, atau ikan
4. Roti dari beras atau tepung kalengan
5. Mentega tak jenuh atau low fat 2. Buah segar atau kalengan dengan jus
6. Selai dengan sedikit gula alami
7. Buah 3. Sayuran atau salad
Makanan Utama Kue-Kue Diantara Waktu Makan
1. Makanan dari tepung, kentang, pasta,
1. Hindari makan terlalu banyak kue-kue jika
nasi, atau roti ingin mengurangi berat tubuh, dan
2. Sedikitnya dua porsi sayuran, dan menggantinya dengan buah
termasuk kacang polong dan kacang-
2. Roti panggang dengan isi rendah lemak
kacangan sesering mungkin 3. Semangkuk sereal atau bubur
3. Seporsi kecil daging iris atau ikan tanpa
4. Keripik rendah lemak
lemak, dang hindari digoreng 5. Biskuit tawar
4. Buah segar atau kalengan dalam jus
alami, tidak manis, jeli tidak manis
5. Yogurt tanpa lemak
Sumber: Bilous, (2008)

13
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn.A
b. Umur : 42 Thn
c. Alamat : desa tanjung
d. Agama : islam
e. Pekerjaan : Tukang Kayu
2. Riwayat kesehatan :Pasien meiliki riwayat DM
3. Data Objektif:
a. Luka berbau, keluar nanah, dan mengeluarkan darah.
b. Keluhan kaki kanan membusuk
c. Ekstremitas inferior dextra tampak udem, pedis dextra tampak ulkus, pus,
dan hiperemis.
d. Gula darah: 332 mg/dL.
e. Kreatinin : 1,74 mg/dl (Normalnya: 0,6-1,3 )
f. Hb: 7,7 % (normal:12-16)
g. Konjungtiva anemis
h. BB :58 kg (BB awal :63 kg, TB: 160 cm)
i. Mata kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam disekitar mata.
j. TD: 130/90 mmHg .
k. P: 75 x/i.
l. RR: 26 x/i.
m. T: 36,4 .
n. Pasien terlihat putus asa dan murung, khawatir dengan keadaannya.
4. Data Subjektif:
a. Keluhan dirasakan sejak satu bulan yang lalu karena tertusuk paku.
b. Awalnya kaki kiri terluka karena tertusuk kayu namun lama kelamaan luka
semakin bertambah parah.
c. Berat badan menurun sejak dua bulan ini
d. Klien sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air kecil.
e. Penglihatan kabur sejak sejak 3 yang lalu.
f. Pasien mengalami kesulitan tidur sejak dirawatdan anoreksia dan mual.

14
g. Kadang-kadang merasa kesemutan pada di tangan dan kaki.
h. Pasien hanya makan 2-3 sendok.
i. Rutin berobat di puskesmas dan mendapat obat Glibenclamid.
B. Analisa data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS: Gangguan perfusi
1. Keluhan dirasakan sejak Riwayat DM jaringan
satu bulan yang lalu
karena tertusuk paku.
2. Awalnya kaki kiri terluka Disfungsi endotel
karena tertusuk kayu makrovaskuler
namun lama kelamaan
luka semakin bertambah
Aterosklerosis
parah.
Makroangiopati

Penyakit pembuluh
DO:
darah kapiler
1. Gula darah: 332 mg/dL.
2. Keluhan kaki kanan
membusuk
3. Luka berbau, keluar Ulkus
nanah, dan mengeluarkan
darah.
4. Kadang-kadang merasa
kesemutan pada di tangan Gangren

dan kaki.
5. Kreatinin : 1,74 mg/dl Gangguan perfusi

(Normalnya: 0,6-1,3 ) jaringan

15
2 DS: Neuropati perifer Gangguan mobilitas
1. Kadang-kadang merasa fisik
kesemutan pada di tangan Neuropati sensorik
dan kaki.
DO: Hilang rasa
1. Ekstremitas inferior
dextra tampak udem, Trauma : tertusuk paku
pedis dextra tampak ulkus,
pus, dan hiperemis. Ulkus
2. Luka berbau, keluar
nanah, dan mengeluarkan
darah. Gangguan mobilitas
fisik
3 DS: Ulkus Gangguan pemenuhan
1. Pasien mengalami nutrisi kurang dari
anoreksia dan mual. kebutuhan tubuh
2. Pasien hanya makan 2-3 Kecemasan Meningkat
sendok.
3. Berat badan menurun
sejak dua bulan ini
HCL meningkat
DO: -Pasien tampak
lemah
- Hb: 7,7 % (normal:12- Anoreksia
16)
- Konjungtiva anemis
- BB :58 kg
(BB awal :63 kg, Gangguan Pemenuhan
TB: 160 cm) Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
4 DS: Gangguan integritas
Hiperglikemia
1. Keluhan kaki kanan jaringan
membusuk.

16
2. Keluhan dirasakan sejak
Aterosklerosis
satu bulan yang lalu
karena tertusuk.paku.
Nutrisi dan oksigen
3. Kadang-kadang merasa
tidak sampai ke jaringan
kesemutan pada di tangan
perifer
dan kaki.

Gangguan integritas
DO:
jaringan
1. Luka berbau, keluar
nanah, dan mengeluarkan
darah.
2. Ekstremitas inferior
dextra tampak udem,
pedis dextra tampak ulkus,
pus, dan hiperemis.
3. Gula darah: 332 mg/dL.

5 DO : Insulin menurun Infeksi


1. Luka berbau, keluar
nanah, dan mengeluarkan
darah. Sel PNM tidak bekerja
2. Ekstremitas inferior dengan baik
dextra tampak udem,
pedis dextra tampak ulkus,
pus, dan hiperemis.
Fagositosis
DS: Lambat terjadi
1. Keluhan kaki kanan
membusuk
2. Keluhan dirasakan sejak Infeksi
satu bulan yang lalu
karena tertusuk paku.

17
3. Awalnya kaki kiri terluka
karena tertusuk kayu
namun lama kelamaan
luka semakin bertambah
parah.
6 DO: Hiperglikemi Gangguan pola tidur
1. Ekstremitas inferior
dextra tampak udem,
pedis dextra tampak ulkus,
pus, dan hiperemis. Glukosoria
2. Mata kelihatan cekung
dan terlihat lingkaran
hitam disekitar mata. Diaresis osmotik
DS:
1. Keluhan kaki kanan
membusuk
2. Awalnya kaki kiri terluka Poliuria polidipsi
karena tertusuk kayu
namun lama kelamaan
luka semakin bertambah
parah. gengguan pola tidur
3. Pasien mengalami
kesulitan tidur sejak
dirawat.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b.d menurunnya aliran darah ke daerah gangren
akibat adanya obstruksi pembuluh darah
2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
4. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.

18
5. Infeksi b.d perlukaan, luka yang sukar sembuh, dan gangguan pada autonomi
neuropati
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki

D. Intervensi

No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional


keperawatan
1 Gangguan TJ: mempertahankan1. Ajarkan pasien1. Dengan
perfusi sirkulasi perifer tetap untuk melakukan mobilisasi
jaringan b.d normal mobilisasi meningkatkan
menurunnya KH: sirkulasi darah
aliran darah1. Denyut nadi perifer
ke daerah teraba kuat dan reguler2. Ajarkan tentang2. Meningkatkan
gangren 2. Warna kulit disekitar faktor-faktor yang dan
akibat luka tidak dapat meningkatkan melancarkan
adanya pucat/sianosis aliran darah: aliran darah
obstruksi 3. Kulit sekitar luka tinggikan kaki sehingga tidak
pembuluh teraba hangat sedikit lebih rendah terjadi oedema.
darah 4. Oedem tidak terjadi dari jantung (posisi
dan luka tidak elevasi pada waktu
bertambah parah istirahat), hindari
5. Sensorik dan motorik penyilangan kaki,
membaik hindari penggunaan
bantal di belakang
lutut dan
sebagainya, hindari
balutan ketat
3. Kolesterol
3. Ajarkan tentang tinggi dapat
modifikasi faktor- mempercepat
faktor resiko terjadinya
berupa: hindari diet arterosklerosis,

19
tinggi kolesterol, merokok dapat
teknik relaksasi, menyebabkan
menghentikan terjadinya
kebiasaan merokok, vasokontriksi
dan penggunaan pembuluh
obat vasokontriksi. darah, relaksasi
untuk
mengurangi
efek stres.
4. Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain4. Pemberian
dalam pemberian vasodilator
vasodilator, akan
pemeriksaan gula meningkatkan
darah secara rutin dilatasi
dan terapi oksigen. pembuluh
darah sehingga
perfusi jaringan
dapat
diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan
gula darah
secara rutin
dapat
mengetahui
perkembangan
dan keadaan
pasien, terapi
oksigen untuk
memperbaiki
oksigenisasi
daerah

20
ulkus/gangren
2 Keterbatasan TJ: Pasien dapat1. Kaji dan1. Untuk
mobilitas mencapai tingkat identifikasi tingkat mengetahui
fisik kemampuan aktivitas kekuatan otot pada derajat
berhubungan yang optimal. kaki pasien. kekuatan otot-
dengan rasa KH: otot kaki
nyeri pada1. Pergerakan paien2. Beri penjelasan pasien.
luka di kaki. bertambah luas. tentang pentingnya
2. Pasien dapat melakukan aktivitas2. Pasien
melaksanakan aktivitas untuk menjaga mengerti
sesuai dengan kadar pentingnya
kemampuan (duduk, gula darah dalam aktivitas
berdiri, berjalan). keadaan normal. sehingga dapat
3. Rasa nyeri berkurang. kooperatif
4. Pasien dapat dalam tindakan
memenuhi kebutuhan keperawatan.
sendiri secara bertahap3. Anjurkan pasien3. Untuk melatih
sesuai dengan untuk otot – otot kaki
kemampuan. menggerakkan/men sehingg
gangkat ekstrimitas berfungsi
bawah sesui dengan baik.
kemampuan.

4. Bantu pasien4. Agar


dalam memenuhi kebutuhan
kebutuhannya. pasien tetap
dapat
terpenuhi.
5. Kerja sama dengan5. Analgesik
tim kesehatan lain : dapat
dokter ( pemberian membantu
analgesik ) dan mengurangi
tenaga fisioterapi. rasa nyeri,

21
fisioterapi
untuk melatih
pasien
melakukan
aktivitas secara
bertahap dan
benar.
3 Gangguan TJ: Kebutuhan nutrisi 1. Kaji1. Untuk
pemenuhan dapat terpenuhi status nutrisi dan mengetahui
nutrisi KH: kebiasaan makan. tentang
(kurang dari)1. Berat badan dan keadaan dan
kebutuhan tinggi badan ideal. kebutuhan
tubuh 2. Pasien mematuhi nutrisi pasien
berhubungan dietnya. sehingga dapat
dengan 3. Kadar gula darah diberikan
intake dalam batas normal. tindakan dan
makanan 2. Anjurkan pasien pengaturan diet
yang kurang. untuk mematuhi yang adekuat.
diet yang telah2. Kepatuhan
diprogramkan. terhadap diet
dapat
mencegah
3. Timbang berat komplikasi
badan setiap lebih lanjut.
seminggu sekali. 3. Mengetahui
perkembangan
berat badan
pasien (berat
badan
merupakan
4. Identifikasi salah satu
perubahan pola indikasi untuk
makan. menentukan

22
diet).
4. Mengetahui
5. Kerja sama dengan apakah pasien
tim kesehatan lain telah
untuk pemberian melaksanakan
insulin dan diet program diet
diabetik. yang
ditetapkan.
5. Pemberian
insulin akan
meningkatkan
pemasukan
glukosa ke
dalam jaringan
sehingga gula
darah
menurun,pemb
erian diet yang
sesuai
dapat
mempercepat
penurunan gula
darah dan
mencegah
komplikasi.

4 Ganguan TJ: Tercapainya proses1. Kaji luas dan1. Pengkajian


integritas penyembuhan luka. keadaan luka serta yang tepat
jaringan KH: proses terhadap luka
berhubungan1. Berkurangnya penyembuhan. dan proses
dengan oedema sekitar luka. penyembuhan
adanya 2. Pus dan jaringan akan membantu
gangren berkurang dalam

23
pada 3. Adanya jaringan menentukan
ekstrimitas. granulasi. 2. Rawat luka dengan tindakan
4. Bau busuk luka baik dan benar : selanjutnya.
berkurang. membersihkan luka2. Merawat luka
secara abseptik dengan teknik
menggunakan aseptik, dapat
larutan yang tidak menjaga
iritatif, angkat sisa kontaminasi
balutan yang luka dan
menempel larutan yang
pada luka dan iritatif akan
nekrotomi jaringan merusak
yang mati. jaringan
granulasi tyang
timbul,
sisa balutan
3. Kolaborasi dengan jaringan
dokter untuk nekrosis dapat
pemberian insulin, menghambat
pemeriksaan kultur proses
pus granulasi.
pemeriksaan gula3. Insulin akan
darah pemberian menurunkan
anti biotik. kadar gula
darah,
pemeriksaan
kultur
pus untuk
mengetahui
jenis kuman
dan anti biotik
yang tepat
untuk

24
pengobatan,
pemeriksaan
kadar gula
darahuntuk
mengetahui
perkembangan
penyakit.
5 Infeksi b.d TJ: menggurangi 1. Observasi1. Mengetahui
perlukaan, infeksi yang terjadi tanda-tanda infeksi sejauh mana
luka yang KH: dan peradangan infeksi telah
sukar 1. Tanda-tanda infeksi seperti demam, terjadi.
sembuh, dan tidak ada. kemerahan, adanya
gangguan 2. Tanda-tanda vital pus atau luka.
pada dalam batas normal (T:
autonomi 36-37,50C). 2. Tingkatkan
neuropati 3. Keadaan luka baik upaya pencegahan2. Mencegah
dan kadar gula darah dengan melakukan timbulnya
normal. cuci tangan yang infeksi silang
baik pada semua (infeksi
orang yang nosokomial)
berhubungan
dengan pasien
termasuk pasiennya
sendiri.

3. Kolaborasi3. Untuk
Lakukan mengidentifika
pemeriksaan kultur si organisme
dan sensitifitas sehingga dapat
sesuai dengan memilih
indikasi. memberikan
terapi antibiotik
yang terbaik.

25
4. Penanganan
awal dapat
4. Kolaborasi membantu
Berikan obat mencegah
antibiotik yang timbulnya
sesuai sepsis

6 Gangguan TJ: Gangguan pola 1. 1. Lingkungan yang


pola tidur tidur pasien akan Ciptakan nyaman dapat
berhubungan teratasi. lingkungan yang membantu
dengan rasa KH: nyaman dan tenang. meningkatkan
nyeri pada1. Pasien mudah tidur tidur/istirahat.
luka di kaki. dalam waktu 30 – 402. Kaji tentang2. mengetahui
menit. kebiasaan tidur perubahan dari
2. Pasien tenang dan pasien di rumah. hal-hal yang
wajah segar. merupakan
3. Pasien kebiasaan
mengungkapkan dapat pasien ketika tidur
beristirahat dengan akan
cukup. mempengaruhi
pola tidur pasien.
3. Kaji adanya faktor3. Mengetahui
penyebab gangguan faktor penyebab
pola tidur yang lain gangguan pola
seperti cemas, tidur yang lain
efek obat-obatan dialami dan
dan suasana ramai. dirasakan pasien.

4. Pengantar tidur
4. Anjurkan pasien akan
untuk memudahkan
menggunakan pasien dalam

26
pengantar tidur dan jatuh dalam
teknik relaksasi. tidur, teknik
relaksasi akan
mengurangi
ketegangan dan
rasa nyeri.
5. Kaji tanda-tanda
kurangnya 5. Untuk
pemenuhan mengetahui
kebutuhan tidur terpenuhi atau
pasien. tidaknya
kebutuhan tidur
pasien akibat
gangguan pola
tidur sehingga
dapat diambil
tindakan yang
tepat.

27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus sampai
gangren yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia
perifer, atau keduanya. Adapun etiologi dari kaki diabetik adalah Suplay darah
kurang, Neuropati dan Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Manifestasi Klinik untuk ulkus diabetik adalah Umumnya pada daerah
plantar kaki, Kelainan bentuk kaki; deformitas kaki, Berjalan yang kurang seimbang,
Adanya fisura dan kering pada kulit, Pembentukan kalus pada area yang tertekan,
Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal, ABI normal, Luka biasanya
dalam dan berlubang, Sekeliling kulit dapat terjadi selulitis, Hilang atau
berkurangnya sensasi nyeri, Xerosis (keringnya kulit kronik), Hyperkeratosis pada
sekeliling luka dan anhidrosis, Eksudat yang tidak begitu banyak, Biasanya luka
tampak merah. Pemeriksaan dignostik yang dapat dilakukan pada ulkus diabetikum
yaitu Gula darah , Aceton plasma, Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol ,
Osmolalitas serum, Elektrolit (Natrium, Kalium, Fosphor, GDA, Darah, Urin.
Penatalaksanaan Medis ulkus diabetik yaitu Obat hiperglikemik oral
(OHO), Insulin dan Terapi Kombinasi dan penatalaksanaan keperawatan nya yaitu
Diet (Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak) .Latihan (Dengan latihan ini
misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
kadar insulin). Pemantauan (Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah
secara mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara
optimal). Adapun Pemeriksaan Neuropati untuk Ulkus diabetik ini adalah
Monofilamen, Refleks Hammer dan Pemeriksaan biotesiometer
B. Saran
1. Untuk klien diharapkan mengontrol gula darah dan control ke dokter atau rumah
sakit setiap bulan dengan teratur, melakukan perawatan luka, memperhatikan
pola makan, olahraga dan minum obat dengan teratur.

28
2. Untuk mahasiswa diharapkan melalui makalah ini dapat mengerti dan
memahami Asuhan Keperawatan klien dengan ulkus diabetik dan dapat
mengaplikasikan di Rumah Sakit.

29
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, D & Lawrence, A . (2007). Diabetic Foot Ulcers,Prevention,Diagnosis


and Classification. Jakarta: EGC.
Bilous, R. W. (2008). Bimbingan Dokter pada Diabetes. Jakarta: Dian Rakyat.
Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT Gramedia

Grace, P. A & Borley, N.R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:
Gramedia.
Handaya, A. Y. (2009). Ulkus Kaki Diabetes.
Hinchliff, S. (2001). Kamus keperawatan. Jakarta: EGC.
Johnson, J. Y. [et al]. (2005). Prosedur Perawatan di Rumah Pedoman untuk
Perawat. Jakarta: EGC.
Mayfield, J. A. [et al]. (2007). Preventive Foot Care in People with Diabetes. Jakarta:
EGC
Pendsey, S. [et al]. (2004). Diabetic Foot: A Clinical Atlas. New Delhi: Jaypee
BrothersMedical Publisher (P) Ltd.
Rendy, M. C & Margareth, T.H. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah &
Penyakit Dalam. Jogyakarta: Nuha Medika.
Sudoyo, A. W. [et al]. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V.
Jakarta:Interna Publishing.
Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Jakarta: Sagung Seto.
Sustrani, L. [et al]. (2006). Diabetes. Jakarta: Gramedia.

30

Anda mungkin juga menyukai