Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Molahidatidosa merupakan bagian dari penyakit trofoblas dan dimasukkan


dalam Gestational Trophoblastic Disease.Molahidatidosa yang dikenal awam
sebagai hamil anggur, mempunyai frekuensi insiden yang cukup tinggi. Frekuensi
insiden di Asia menunjukkan lebih tinggi daripada di negara barat. Di Indonesia
1:51 sampai 1:141 kehamilan, di Jepang 1:500 kehamilan, di Ameriksa Serikat 1 :
1450 kehamilan. Secara umum sebagian besar negara di dunia memiliki insidensi
1 : 1000 kehamilan. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar negara Asia
mempunyai jumlah penduduk yang masih di bawah garis kemiskinan yang
menyebabkan tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein, asam folat
dan karoten. Menurut penelitian, umur memegang peranan, umur 20 tahun dan
diatas 40 tahun mempunyai resiko lebih tinggi menderita kehamilan mola. 1,2

Untuk mengetahui adanya molahidatidosa harus dideteksi secara dini,


perdarahan yang disertai dengan gelembung-gelembung, hiperemesis gravidarum
atau pre-eklampsia – eklampsia sebelum 24 minggu, pemeriksaan penunjang USG
dan kadar kuantitatif menentukan diagnosis lebih cepat dan prognosis yang lebih
baik. 3

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh
vilikorialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola dapat mengandung
janin (mola parsial) atau tidak terdapat janin di dalamnya (mola komplit).
Pada kebanyak kasus, mola tidak berkembang menjadi keganasan, namun
sekitar 2 – 3 kasus per 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas
dan disebut koriokarsinoma. Diperkirakan 20% pasien dengan
molahidatidosa primer berkembang menjadi penyakit
trofoblastikgestasional. Kemungkinan terjadinya mola berulang berkisar 1
dari 1000 wanita. Kadar hormon yang dihasilkan oleh molahidatidosa
lebih tinggi dari kehamilan biasa.2,4,5

B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi molahidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan marika latin
dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat
dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Di Amerika Serikat,
molahidatidosa ditemukan pada 1 dalam 600 aborsi terapeutik dan dari 1 –
1000 sampai 2000 kehamilan. Di negara-negara berkembang 1:100 atau
600 kehamilan. Soejoenoesdkk (1967) melaporkan 1 : 85 kehamilan, RS
Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31 persalinan dan 1:49 kehamilan.
Biasanya lebih sering dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15 – 45
tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas,
kemungkinan menderita mola lebih besar. 2,4,5

C. ETIOLOGI
Penyebab molahidatidosa tidak diketahui., faktor-faktor yang dapat
menyebabkan antara lain.2

2
a. Faktor ovum –ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
b. Imunoselektof dari trofoblas
c. Keadaaansosioekonomi yang rendah
d. Paritas tinggi
e. Kekurangan protein, asam folat dan karoten
f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

D. PATOGENESIS
Setelah ovum dibuahi, terjadi pembagian dari sel tersebut, dan tidak
lama kemudian terbentuk blastokista yang mempunyai lumen dan dinding
luar; dinding ini terdiri atas sel-sel ektoderm, yang kemudian menjadi
trofoblas. Trofoblas memegang peranan penting dalam proses
implantasiblastokista berhubung dengan kemampuannya menghancurkan
jaringan endometrium. Setelah zigot memasuki endometrium (yang kini
berubah menjadi desidua), trofoblas dan khususnya sitotrofoblast tumbuh
terus. Sitotrofoblast yang bersifat invasif dapat membuka pembuluh
darah, dan lewat jalan darah dapat dibawa ke paru-paru. Pada kurang lebih
50% wanita yang melahirkan dapat ditemukan sel-sel trofoblast dalam
paru-paru; sel-sel tidak tumbuh terus tetapi mati, berhubung dengan
kemampuan imunologik wanita yang bersangkutan.5
Sedang pada kehamilan biasa embrio bertumbuh terus menjadi janin
dan kemudian dapat dilahirkan sebagai bayi, maka pada sejumlah wanita
kehamilan menjadi abnormal, yakni menjadi molahidatidosa.
Molahidatidosa tergolong penyakit trofoblast yang tidak ganas, tetapi
penyakit ini dapat menjadi ganas (moladistruens atau penyakit trofoblast
ganas jenis villosum) dan sangat ganas koriokarsinoma atau penyakit
trofoblast ganas jenis nonvillosum)5
Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung berisi
cairan jernih, merupakan kista-kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi
seluruh cavumuteri. Secara histopatologis kadang-kadang ditemukan

3
jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda mola. Gelembung mola besar bervariasi, mulai dari yang
kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm.2,5
Molahidatidosa terbagi menjadi
a. Molahidatidosa sempurna
Vilikorionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih.
Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter
sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok-kelompok
menggantung pada tangkai kecil, gejala-gejala yang dapat timbul
seperti perdarahan pervaginam yang ditemukan pada 97% kasus,
pembesaran uterus dan muntah-muntah
b. Molahidatidosa parsial
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang
berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi
perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian
vili yang biasanya avaskular, sementara vili-vili berpembuluh
lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi baik
tidak terkena. Ukuran uterus umumnya kecil untuk usia
kehamilan, pembesaran uterus dilaporkan terjadi pada 4% pasien,
perdarahan uterus terjadi pada 75% kasus. Level serum hCG
biasanya normal atau lebih rendah dari usia kehamilan.
Preeklampsia biasanya terjadi pada insidensi yang rendah (2,5%)
tapi bisa menjadi cukup parah.

E. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gejala klinis yang khas dari mola adalah sebagai berikut 2,5
a. Amenorrhea dan tanda-tanda kehamilan
b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat,
merupakan gejala utama dari molahidatidosa, sifat perdarahan bisa
intermiten selama beberapa minggu sampai beberapa bulan sehingga
dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

4
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya dan tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Hal ini mungkin disebabkan oleh proliferasi
jaringan trofoblastik dan atau perdarahan yang terjadi di dalam uterus.
d. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun
ballotement
e. Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat
f. Preeklampsia dan eklampsia sebelum minggu ke 24
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa
pasti
h. Tirotoksikosis, seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang
tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

F. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pada permulaannya gejala molahidatidosa menunjukkan amenorea 1-2
bulan, dan perdaraan pervaginam yang ireguler. Sebagian besar pasien
menunjukkan gejala nausea dan vomitus yang berlebihan. Vaginal
spotting ada gejala perdarahan yang biasanya terjadi pada bulan
pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat
perdarahan biasa intermitten, sedikit-sedikit, atau sekaligus banyak,
sehingga menyebabkan syok dan kematian. Karena perdarahan ini
maka umumnya pasien mola masuk dengan keadaan anemia.5
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya perkembangan uterus lebih
pesat, sehingga biasanya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan.
75% pasien dengan mola parsial akan mengalami perdarahan
pervaginam, hiperemesis, uterus yang tumbuh lebih cepat dari
kehamilan biasa namun tidak terdapat tanda-tanda adanya janin di
dalamnya seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi
dan denyut jantung janin, hipertensi gestasional, hipertiroid dan kista
teka lutein namun jumlahnya sedikit. 5

5
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonography
Ultrasonografi memainkan peran penting dalam mendiagnosis
baik mola komplit maupun parsial. Pada pemeriksaan ini, akan
tampak gambaran yang sangat khas, yaitu berupa badai salju
(snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey
comb) 5
Pada mola parsial akan tampak focus ruangan cystic dalam
plasenta dan peningkatan diameter transversal pada kantong
gestasi. Sedangkan pada mola komplit tampak lubang-lubang kecil
dalam massa plasenta namun tidak ada janin. 5

Gambar 1. Hasil ultrasonografi mola komplit. Tampak gambaran


lubang-lubang dalam plaenta tanpa adanya fetus.
2. Laboratorium
Karakteristik yang penting pada kondisi ini adalah kemampuan
dalam memproduksi hormon β-hCG, sehingga jumlahnya
meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar β-hCG seharusnya
pada usia kehamilan yang sama.

G. PENATALAKSANAAN
a. Evakuasi
1.Perbaikan keadaan umum
2. - Bila mola sudah keluar spontan, dilakukan kuret atau kuret isap

6
- Bila kanalis servikalis belum terbuka, dipasang lami. naria dan 12
jam kemudian dilakukan kuret
3.Memberikan obat-obatan antibiotik, uterotonika dan perbaiki
keadaan umum penderita
4.7 – 10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan
5.Histerektomi total dilakukan pada mola risiko tinggi, usia lebih dari
30 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar yaitu
setinggi pusat atau lebih
b. Pengawasan Lanjutan
1. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai
kontrasepsi
2. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2 – 3 tahun
 Setiap 2 minggu pada triwulan pertama
 Setiap 2 minggu pada triwulan kedua
 Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
 Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya setiap 3
bulan
3. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan
 Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan
 Pemeriksaan dalam
- Keadaan serviks
- Uterus bertambah kecil atau tidak
 Laboratorium
Reaksi biologis dan imunologis
- 1x seminggu sampai hasil negatif
- 1x2 minggu selama triwulan selanjutnya
- 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
- 1x3 bulan selama tahun berikutnya
- Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya
keganasan

7
4. Sitostatikaprofilaksis
Metotreksat 3 x 5 mg selama 5 hari

H. PROGNOSIS
Pengamatan lanjut pada wanita dengan molahidatidosa yang uterusnya
dikosongkan, sangat penting berhubung dengan kemungkinan timbulnya
tumor ganas (dalam ±20%). Anjuran untuk pada semua penderita
pascamola dilakukan kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan,
belum dapat diterima oleh semua pihak.5
Pada pengamatan lanjut, selain memeriksa terhadap kemungkinan
timbulnya metastasis, sangat penting untuk memeriksa kadar hormon
koriogonadotropin (hCG) secara berulang. 5

8
Pada kasus-kasus yang tidak menjadi ganas, kadar hCG lekas turun
menjadi negatif, dan tetap tinggal negatif. Pada awal masa pascamola
dapat dilakukan tes hamil biasa, akan tetapi setelah tes hamil biasa
menjadi negatif, perlu dilakukan pemeriksaan radio immuno-assayhCG
dalam serum. Pemeriksaan yang peka ini dapat menemukan hormon dalam
kuantitas rendah. 5
Pemeriksaan kadar hCG dilakukan setiap minggu sampai kadar
menjadi negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama 6
bulan. Penilaian hasil kadar hCG dinyatakan dalam sebuah kurva regresi,
dimana pada kondisi normal, kadarnya terus menurun. Sampai kadar hCG
menjadi negatif, pemeriksaan Roentgen paru-paru dilakukan tiap bulan.
Selama dilakukan pemeriksaan kadar hCG, penderita diberitahukan supaya
tidak hamil. Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2-hal: 1) mencegah
kehamilan baru, dan 2) menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang
dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar hCG. Apabila tingkat kadar hCG
tidak turun dalam 3 minggu berturut-turut atau malah naik, dapat diberi
kemoterapi, kecuali jika penderita tidak menghendaki bahwa uterus
dipertahankan; dalam hal ini dilakukan histerektomi. 5,6
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian Methotrexate atau
Dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut.
Biasanya cukup hanya memberi satu seri dari obat yang bersangkutan.
Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG menjadi negatif
selama 6 bulan. 5

9
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan :16 06 2017


Ruangan : IGD Kebidanan
Jam : 16.00 WITA

I. IDENTITAS
Nama : Ny. M NamaSuami : Tn. U
Umur :25 tahun Umur : 31 tahun
Alamat :Jl. durian, balaesang Alamat : Jl. Durian,Balaesang
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

II. ANAMNESIS
Status Obstetri
G2P1A0
HPHT: 20 – 03 – 2016 Usia Kehamilan : 23 minggu
TP : 27 – 12 – 2017 Menarche : 13 tahun
Perkawinan : I, 7 tahun

Keluhan Utama :
Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien G2P1A0 datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit Anutapura
Palu dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak tanggal
8/6/2017 (9 hari yang lalu SMRS). Pasien mengaku darah yang keluar
banyak dan sesekali bergumpal .Pasien juga mengeluh nyeri perut
terutama bagian bawah.  Pasien sudah 2 bulan tidak menstruasi kemudian
pasien periksa kebidan dan dinyatakan positif hamil namun gerakan janin

10
belum dirasakan oleh pasien. Keluhan disertai dengan adanya mual dan
muntah. Pusing (+), sakit kepala (-), BAK biasa dan BAB lancar. Pasien
sudah diperiksa dengan USG di salah satu dokter ahli kandungan dan
dinyatakan sebagai kehamilan anggur.
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa.
Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi,
diabetes mellitus, dan asma.
Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan
makanan

Riwayat Penyakit Keluarga :


Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti
pasien. Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan
asma disangkal dalam keluarga disangkal.
Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)
( -) Pil KB ( +) Suntik KB 3 bulanan ( − ) IUD
( − ) Susuk KB ( − ) Lain-lain
Riwayat Obstetri:
1. Perempuan, aterm, spontan LBK, di rumah sakit, di bantu bidan,
BBL 3100 gram, usia 5 tahun
2. Hamil sekarang

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,4oC

11
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk normochepal dan simetris, rambut warna hitam, tidak mudah di cabut,
tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, edema palpebra-/-, secret -/-
3. Pemeriksaan Telinga
Deformitas (-), nyeritekan (-), otore (-), discharge (-).
4. Pemeriksaan Hidung
Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistasis (-), discharge (-).
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Sianosis (-), bibir pecah-pecah (-), stomatitis (-), hiperemis pada faring (-).
Pemeriksaan Thorak
 Inspeksi : Bentuk dada simetris,pergerakan simetris
 Palpasi : nyeri (-), Vocal fremitus Ka=Ki
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Paru :rhonki(-),wheezing(-) jantung : S1/S2
tunggal
Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi :Abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak
ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-).
 Perkusi : Redup abdomen kuadran bawah,lainnya timpani

 Palpasi :Teraba tinggi fundus uteri setinggi umbilikus,


balotement (-), tidak teraba bagian janin, nyeri tekan (+)
 Auskultasi :Peristaltik (+) kesan normal, Aorta abdominalis (+)

PemeriksaanEkstremitas
 Superior : deformitas (-), akral dingin (-/-)
 Inferior : deformitas (-), akral dingin (-/-)

12
IV. PEMERIKSAAN GENITALIA

 Inspekulo
Tidak dilakukan
VT :
Dinding vagina normal, massa (-), porsio licin, Ø(-), teraba jaringan (-),
nyeri goyang porsio (-), lunak

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Lengkap :


Leukosit 10,87x103/μL
Eritrosit 3,54x106/μL
Hemoglobin 9,5 g/dL
Platelet 224 x103/μL
Clotting Time 7 menit 30 detik
Bleeding Time 4 menit
HbSAg Non reaktif
Anti HIV Nonreaktif
Ultrasonografi (USG) OBSTETRI :

Gambaran : uterus membesar, tampak multiple lesi kistik memberi


gambaran swiss cheese appearance

13
Kesan :Molahidatidosa
VI. DIAGNOSIS
Mola hidatidosa
VII. RESUME
Pasien wanita usia 25 tahun dating ke IGD kebidanan Rumah Sakit
Anutapura Palu dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak 9
hari yang lalu SMRS. Pasien mengaku darah yang keluar banyak dan sesekali
bergumpal.Pasien juga mengeluh nyeri perut terutama bagian bawah.  Pasien
sudah 2 bulan tidak menstruasi kemudian pasien periksa kebidan dan
dinyatakan positif hamil .Gerakan janin belum dirasakan oleh pasien.Keluhan
disertai dengan adanya nausea, vomitus, dan vertigo.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik,
composmentis.Tanda vital; TD 130/80 mmHg, N 80 x/menit, R 20x/menit, S
36,4oC.Konjungtiva; anemis +/+.
Pada pemeriksaan abdomen ,abdomen tampak mengalami pembesaran,
perkusi redup pada abdomen kuadran bawah, teraba tinggi fundus uteri
setinggi umbilikus, balotement (-), tidak teraba bagian janin, nyeri tekan (+).
Pada pemeriksaan vaginal toucher didapatkan dinding vagina normal, massa
(-), porsio licin, Ø(+), teraba jaringan (+), nyeri goyang porsio (-), lunak.
Pemeriksaan laboratorium; leukosit 10,87 x103/μL, eritrosit 3,54
x106/μL, hemoglobin 9,8 g/dL, platelet 224 x103/μL, clotting time 7 menit
30 detik, bleeding time 4 menit 30. Pemeriksaan USG menunjukkan
gambaran swiss cheese appereance memberikan kesan molahidatidosa.

VIII. DIAGNOSIS
Mola Hidatidosa

IX. PENATALAKSANAAN
a. Rencana Diagnosis
 Cek β-HCG

14
b. Rencana Terapi
 Infus RL 20 tpm
 Transfusi PRC 2 kantong
 Antasida sirup 3 x 1 cth
 Inj. Keorolac bila perlu
 SF 1 x 1
 rencana konsul anastesi dan interna
 kuretase besok
c. Rencana Monitoring
 Observasi keadaan umum dan vital sign
 Observasi perdarahan
d. konseling pasien dan keluarga

FOLLOW UP

Tanggal Keterangan
17/06/2017 S : nyeri perut (-), mual (-) muntah (-), perdarahan
pervaginam (+), sedikit
O : TD : 140/80 mmHg
N : 80 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36,7ºC
 Lab : Hb : 9,5 g/dl
WBC : 10,87 ribu/uL
titer β-HCG = 157.321 mIU/ml
A :mola parsial pro kuretase
P : Selesai foto rontgen bronchitis &
cardiomegaly

18/06/2017 S : nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+)

15
O : TD : 130/80 mmHg
N : 92 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36,5ºC
A :molaparsial pro kuretase
P :Selesai konsul anestesi tidak ada kontraindikasi
absolut untuk tindakan kuretase
Selesai konsul interna Saat ini tidak ada
kelainan bermakna

19/06/2017 S : perdarahan pervaginam, susah tidur(+)


O : TD : 140/80 mmHg
N : 80 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36,7ºC
A :mola hidatidosa parsial pro kuretase
P :
Dilakukan tindakan kuretase
Laporan Operasi
1. Posisi litotomi diatas meja ginekologi dengan
anestesi general
2. Dilakukan tindakan aseptik pada area operasi
3. Dilakukan pemasangan duk steril
4. Dipasang spekulum sims, dijepit porsi arah jam
11, dilakukan sondase ke dalam cavum uteri
(16cm)
5. Dilakukan kuretase dengan tang tumpul
dilanjutkan dengan tang tajam. Didapatkan
jaringan mola ±100 cc dan perdarahan ±20cc
6. bersihkan area kerja
7. Kuretase selesai

16
Instruksi post kuretase
 Dripsoxytocin 2 amp dalam RL 28 tpm hingga 2
kolf
 Inj. Ketorolac 1amp/IV (ekstra)
 Cefadroxil 2 x 1 tab
 Asam mefenamat 3 x 1 tab
 Methergin 3 x 1 tab
 As. Folat 1 x 1 tab
 SF 2 x 1

20/06/2017 S : perdarahan pervaginam (+) sedikit.


O : TD : 130/70 mmHg
N : 88 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36,5ºC
A :Post kuretase H-1 a/i mola hidatidosa parsial
P :Cefadroxil 2 x 1 tab
Asam mefenamat 3 x 1 tab
Methergin 3 x 1 tab
As. Folat 1 x 1 tab
Cek β-hCG kembali tanggal 26/ 06/ 2017
Boleh rawat jalan

17
GAMBAR HASIL KURETASE

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, diagnosis molahidatidosa ditegakkan berdasarkan anamesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ditemukan pada pasien.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan adanya darah yang keluar dari jalan
lahir. Hal ini merupakan gejala utama dari molahidatidosa, sifat perdarahan bisa
intermiten selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Selain itu, pasien
juga mengalami amenore dan tanda-tanda kehamilan yang kemudian mendukung
untuk ditegakkan diagnosis molahidatidosa.

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya ukuran uterus yang tidak sesuai
untuk usia kehamilan. Hal tersebut, sering ditemukan pada pasien dengan
kehamilan mola parsial.

Pada pemeriksaan penunjang, yang mendukung diagnosis molahidatidosa


pada kasus ini yaitu kadar β-hcG yang tinggi yaitu 157.312 mIU/mL, dimana
kadar β-hcG normal pada usia kehamilan pasien yaitu berkisar 10.000 - 30.000
mIU/mL. Hasi lpemeriksaan USG ditemukan gambaran, berupa multiple lesi
kistik memberi gambaran swiss cheese appearance, kesan molahidatidosa.
Pengelolaan molahidatidosa terdiri atas beberapa tahap berikut ini :

1. Perbaikan keadaan umum


2. Pengeluaran jaringan mola
3. Pemeriksaan tindak lanjut

Pada pasien ini, dilakukan kuretase sebagai tindakan pengeluaran jaringan


mola. Hasil kuretase yang didapatkan yaitu jaringan mola berupa gelembung –
gelembung putih, tembus pandang, berukuran 0,5 - 1 cm dalam jumlah yang
banyak.

Berdasarkan teori, tindakan histerektomi sebaiknya dilakukan pada mola


risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih atau uterus yang

19
sangat besar, yaitu setinggi pusat atau lebih. Pada pasien ini ada dua hal yang
mendukung untuk tindakan tersebut, yaitu usia dan jumlah paritas pada pasien ini,
sehingga seharusnya dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan histerektomi.

Setelah pengeluaran jaringan mola, maka perlu dilakukan pemeriksaan


tindak lanjut (follow up). Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan
keganasan setelah molahidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai normal 8
minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan berkisar 1 tahun. Untuk tidak
mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil
dulu dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom, diafragma atau
pantang berkala. Pada pasien ini, dilakukan pemeriksaan β-hCG kuantitatif secara
berturut pada minggu kedua dan ketiga setelah postkuretase.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah. M.N. dkk. 1994. MolaHidatidosa. Pedoman Diagnosis dan terapi


Lab/UPF. Surabaya. Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dokter
Soetomo. Hal 25 – 28
2. Cunningham. F.G. dkk. 2013. “MolaHidatidosa” Penyakit
TrofoblastikGestasional Obstetri Williams. Edisi 23. Vol 2. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran. ECG. Hal. 930 – 938.
3. Leveno, KJ, dkk. 2011. HydatiformMole. Williams Manual of
PregnancyComplications. 23rd Edition. North America. McGraw-
HillCompanies. 278 – 282
4. Martaadisoebrata. D. Sumapraja. S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta &
Selaput Janin. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2002.
5. Prawirohardjo. S. Wiknjosastro. H. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1999
6. Hidayat. M. Y. Gandamihardja. S. Krisnadi. S. R. 2014. “Hubungan Kadar β-
hCGPraevakuasi, Gambaran Histopatologi, dan Kista Lutein dengan
Performa β-hCG pada Penderita MolaHidatidosa yang Berkembang Menjadi
PTG dan Kembali Normal”, dalam MKB, Volume 46. No. 4., diakses dari
<http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/viewFile/345/pdf_160>

21

Anda mungkin juga menyukai