Anda di halaman 1dari 12

MOLA HIDATIDOSA

Rachel Gabriela Elaeis Uliarta


Sidabutar
12/335317/KU/15130

definisi
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal
dimana seluruh villi korialisnya mengalami
perubahan hidrofobik
Mola hidatidosa merupakan kehamilan yang
dihubungkan dengan edema vesikular dari vili
korialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus
yang intak. Secara histologis terdapat proliferasi
trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia
dan displasia. Vili khorialis terisi cairan,
membengkak, dan hanya terdapat sedikit
pembuluh darah.

Di Asia insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada


di Amerika Serikat, dengan Jepang yang
melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan
mola dari 1000 kehamilan.Sedangkan di Korea
Selatan insiden kehamilan mola yaitu 40 kehamilan
per 1000 kelahiran (Kim, 2004). Secara etnis
wanita Filipina, Asia Tenggara dan Meksiko, lebih
sering menderita mola daripada wanita kulit putih
Amerika. Di negara-negara Timur Jauh beberapa
sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi
lagi yakni 1:120 kehamilan.

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, banyak


faktor yang dapat menyebabkan antara lain :
Faktor ovum: ovum sudah patologik sehingga mati,
tetapi terlambat dikeluar-kan.
Umur di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun.
Imunoselektif dari trofoblas.
Keadaan sosioekonomi yang rendah dan
defisiensi gizi; mola hidatidosa banyak ditemukan
pada mereka dengan status ekonomi yang rendah
serta diet rendah protein.
Paritas tinggi.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum
jelas.

Faktor risiko
wanita pada remaja awal atau usia perimenopausal
Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2
kali lipat. Wanita usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 7
kali dibanding wanita yang lebih muda hal ini dikaitkan
dengan kualitas sel telur yang kurang baik pada wanita usia
ini.
riwayat keguguran 2 kali atau lebih,
riwayat kehamilan mola sebelumnya juga dapat
meningkatkan kejadian mola hingga lebih dari 10 kali lipat.
Secara epidemiologi mola komplit dapat meningkat bila
wanita kekurangan carotene dan defisiensi vitamin A.
Sedangkan mola parsialis lebih sering tejadi pada wanita
dengan tingkat pendidikan tinggi, menstruasi yang tidak
teratur dan wanita perokok.

Patologi
Mola hidatidosa sebagian dari villi berubah
menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih
merupakan kista-kista kecil seperti anggur dan
dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara
histopatologic kadang-kadang ditemukan jaringan
mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga
terjadi kehamilan ganda mola dimana satu jenis
tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola
hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi,
mulai dari yang kecil sampai yang berdiameter
lebih dari 1 cm.

Mola hidatidosa komplit


yaitu kehamilan mola tanpa adanya janin.
Pada pemeriksaan kandungan dijumpai
pembesaran rahim tetapi tidak teraba
bagian tubuh janin. Hal ini disebabkan 1
sperma membuahi sel telur dengan gen
yang sudah tidak aktif, kemudian kromosom
paternal berkembang menjadi kromosom 46
XX atau 46 XY yang sepenuhnya merupakan
kromosom sang ayah, sehingga didapati
perkembangan plasenta tanpa adanya janin.

Mola hidatidosa parsial


Mola hidatidosa parsial, mengandung
janin, umbilicus, dan selaput amnion,
memiliki jonjot korion yang normal
dan hampir selalu tripoid

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola


hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke
14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan
biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti
perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta
keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.
Tanda dan gejala serta komplikasi mola :
1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10%
pasien masuk RS
2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan (lebih besar)
3. Gejala gejala hipertitoidisme seperti intoleransi
panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat
dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab
4. Gejala gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan
pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan
darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni)

Pemeriksaan Penunjang
1. Serum s-hCG untuk memastikan kehamilan dan
pemeriksaan s-hCG serial (diulang pada interval
waktu tertentu)
2. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG
kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung
gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat
mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin.
Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam
pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan
ini bukanlah kehamilan yang normal
3. Foto roentgen dada

Tata laksana
Mola harus dikeluarkan seluruhnya dari
dalam rahim yang biasanya dilakukan
melalui tindakan dilatasi dan kuretase
atau lebih dikenal sebagai kuret.
Sebagai alternatif dapat digunakan obat
oksitosin atau prostaglandin untuk
membuat rahim berkontraksi dan
mengeluarkan isinya. Setelah itu tindakan
kuretase tetap harus dilakukan untuk
memastikan rahim sudah bersih

Follow up
Ibu harus memeriksakan darah dan air
seninya secara teratur selama 1 tahun setelah
dilakukannya tindakan untuk memastikan
hormon hCG kembali normal dan tidak ada
pertumbuhan jaringan plasenta lagi. Apabila
terapi berhasil dengan baik maka wanita pada
umumnya dapat kembali hamil lagi jika
mereka menginginkannya. Namun penting
untuk diingatkan bahwa sebaiknya wanita
dengan mola tidak hamil terlebih dahulu
selama 12 bulan pertama.

Anda mungkin juga menyukai