MOLA HIDATIDOSA
Oleh :
Auryn Zhafiri Erwin Nawing
1102013049
Dokter Pembimbing:
dr. Utomo Budidarmo, SpOG, MKes
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
BAB II
2.1 DEFINISI................................................................................................................. 4
2.2 EPIDEMIOLOGI ....................................................................................................4
2.3 ETIOLOGI ............................................................................................................... 4
2.4 PATOFISIOLOGI ................................................................................................... 4
2.5 MANIFESTASI KLINIS ........................................................................................ 6
2.6 DIAGNOSIS ............................................................................................................ 7
2.7 TATALAKSANA .................................................................................................... 8
2.8 PROGNOSIS ........................................................................................................... 9
BAB III
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah kelompok beragam penyakit yang saling terkait
yang mengakibatkan proliferasi jaringan trofoblas yang abnormal. Penyakit ini dapat
dikelompokkan ke dalam empat klasifikasi utama yaitu kehamilan mola (80%), PTG persisten
dan mola invasif (10% hingga 15%), koriokarsinoma gestasional (2% sampai 5%), dan
placental site trophoblastic tumors yang sangat jarang. Tumor-tumor ini unik karena proliferasi
yang berasal dari jaringan janin yang abnormal bukan dari jaringan ibu. Neoplasma ini juga
berbagi kemampuan untuk menghasilkan human chorionic gonadotropin (hCG), yang
berfungsi baik sebagai penanda tumor untuk mendiagnosis penyakit dan sebagai alat untuk
mengukur efek pengobatan. Penyakit trofoblas gestasional juga sangat sensitif terhadap
kemoterapi dan karenanya merupakan keganasan ginekologis yang paling dapat disembuhkan
dan salah satu dari sedikit yang memungkinkan pelestarian kesuburan. Tingkat kejadian rendah
dan menengah terlihat di Amerika Utara dan Eropa, sedangkan Amerika Latin dan Asia
memiliki tingkat sedang hingga tinggi. Tingkat global tertinggi adalah pada wanita Asia
Tenggara di Jepang, di mana kehamilan mola dapat terjadi sesering 1 dari 500 kehamilan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik. Gambaran Histopatologik yang khas dari mola hidatidosa adalah edema stroma vili,
tidak ada pembuluh darah pada vili atau degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.
Mola hidatidosa termasuk ke dalam penyakit trofoblas gestasional yang bersifat jinak.1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Insiden kehamilan mola adalah sekitar 1 dari 1.500 kehamilan dan 1 dari 600 terapeutik
aborsi di Amerika Serikat. Ada penurunan tingkat PTG pada wanita Afrika-Amerika di
Amerika Serikat. Insiden kehamilan mola di seluruh dunia bervariasi dari satu daerah ke daerah
lain. Tingkat rendah dan menengah terlihat di Amerika Utara dan Eropa, sedangkan Amerika
Latin dan Asia memiliki tingkat sedang hingga tinggi. Tingkat global tertinggi adalah pada
wanita Asia Tenggara di Jepang, di mana kehamilan mola dapat terjadi sesering 1 dari 500
kehamilan.2
2.3 ETIOLOGI
Usia yang ekstrem dan riwayat PTG adalah dua faktor risiko paling umum untuk
kehamilan mola hidatidosa. Ada sedikit peningkatan pada wanita di bawah 20 tahun dan
peningkatan yang signifikan pada wanita di atas 35 tahun. wanita di atas 35 tahun juga memiliki
peningkatan risiko penyakit ganas. Demikian pula, wanita dengan riwayat PTG berada pada
risiko yang meningkat untuk kehamilan berikutnya. Lebih dari 70% wanita dengan PTG tidak
pernah melahirkan, menjadikan nulliparitas sebagai faktor risiko penting.1,2
2.4 PATOFISIOLOGI
Mola Komplit (Klasik)
Meskipun penyebab kehamilan mola tidak diketahui, diyakini bahwa mola komplit
(klasik) paling banyak dihasilkan dari pembuahan sel telur enukleat atau telur kosong, yang
nukleusnya hilang atau tidak fungsional, oleh satu sperma normal yang kemudian mereplikasi
dirinya sendiri. Karena itu, semua kromosom diturunkan dari paternal. Pola kromosom yang
paling umum untuk mola komplit adalah diploid (46, XX).1
4
Gambar 1 : menunjukkan sperma normal membuahi ovum yang kosong dan
bereplikasi
Abnormalitas plasenta pada mola komplit ditandai oleh proliferasi trofoblas noninvasif yang
berhubungan dengan pembengkakan difus pada vili korionik. Degenerasi hidropik ini
memberikan mola komplit penampilan seperti vesikel yang mirip dengan anggur yang
mengisi rahim tanpa adanya embrio. Pada kehamilan mola komplit, terdapat proliferasi
abnormal syncytiotrophoblast yang menghasilkan hCG. Ini bertanggung jawab atas kadar
hCG yang sangat tinggi yang dapat dikaitkan dengan mola komplit, dan menjelaskan banyak
tanda dan gejala yang terkait dengan mola komplit.2,3
5
kehamilan mola parsial normal atau hanya sedikit meningkat dibandingkan dengan
peningkatan ekstrem yang terlihat pada mola komplit. Mola parsial adalah satu-satunya jenis
PTG yang histologisnya terkait dengan adanya embrio. Faktanya, kantung kehamilan dan
denyut jantung janin dapat terlihat. Kebanyakan embrio yang terkait dengan mola parsial
bertahan hidup hanya beberapa minggu dalam rahim sebelum keguguran secara spontan pada
trimester pertama atau awal kedua.2,3
6
sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun bilateral. Umumnya kista ini
menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan. Pada mola komplit DJJ tidak ditemukan
Pada kehamilan mola parsial pemeriksaan fisik biasanya normal. Mengingat kadar hCG
yang relatif normal, hiperemesis, hipertiroidisme, dan preeklamsia jarang terlihat pada wanita
dengan mola parsial. DJJ pada mola hidatidosa dapat ditemukan.2,3
2.6 DIAGNOSIS
Mola Komplit (Klasik)
Adanya mola hidatidosa komplit harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea,
perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan
tanda kehamilan pasti seperti balotement dan detik jantung janin. Untuk memperkuat diagnosis
dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human Chorionic Gonaditropin (hCG) dalam darah atau
urin, baik secara bioassay, immunoassay, maupun radioimmunoassay.1
Pada kehamilan molar, kadar hCG serum kuantitatif bisa sangat tinggi (> 100.000 mIU /
mL). Tingkat hCG mencerminkan jumlah volume tumor dan dapat digunakan untuk diagnosis,
stratifikasi risiko, dan penilaian efektivitas pengobatan. kecurigaan PTG biasanya dikonfirmasi
menggunakan USG panggul. Dalam kasus mola komplit, tidak ada embrio atau kantung
kehamilan. Pada trimester II gambaran mola hidatidosa lebih spesifik, lingkungan intrauterin
muncul sebagai pola "snowstorm" karena pembengkakan vili korionik. Diagnosis pasti
kehamilan mola dibuat pada pemeriksaan patologis jaringan intrauterin setelah uterus
dievakuasi.2
7
Diagnosis paling tepat bila kita telah melihat keluarnya gelembung mola. Namun, bila
kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran
gelembung umunya disertai perdarahan yang banyak dan keadan umum pasien menurun.
Terbaik ialah bila dapat mendiagnosis mola sebelum keluar.2,3
Mola Parsial
Apabila jaringan mola memenuhi sebagian kavum uteri dan berisi janin yang ukurannya
relative kecil dari umur kehamilannya disebut mola parsialis. Umumnya janin mati pada bulan
pertama. Tidak seperti kehamilan mola komplit, kadar hCG serum kuantitatif cenderung relatif
normal pada kehamilan mola parsial. Ultrasonografi panggul dapat memperlihatkan janin
dengan aktivitas jantung, kelainan bawaan, dan janin tidak berkembang (IUGR). Cairan
ketuban biasanya sedikit dan berkurang, dan pasien-pasien ini umumnya tidak memiliki kista
theca lutein. Jaringan intraunterine mungkin mengandung ruang anechoic yang disandingkan
dengan vilus korionik, sehingga membuat jaringan ini terlihat seperti "swiss-cheese".2
2.7 TATALAKSANA
Perbaikan Keadaan Umum
Atasi penyulit seperti pemberian transfuse darah untuk memperbaiki syok, anemia dan
mengatasi preeklampsia1
8
Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai
anak. Alsan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi
merupakan factor predisposisi untuk terjadinya keganasan.1,2
2.8 PROGNOSIS
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung, atau
tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi, di
negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2%-5,7%. Sebagian dari pasien
mola akan sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan
yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.1,2
9
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
10