Disusun Oleh :
Albert U. R. L. Awang
Pembimbing :
dr. Laurens D. Paulus, Sp.OG (K) Onk
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
Waktu : Januari 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Gestational Trophoblastic Neoplasia (GTN) adalah spektrum tumor yang
berasal dari proliferasi abnormal jaringan trofoblas plasenta, mencakup mola
hidatidosa (komplit dan parsial), mola invasif, koriokarsinoma, placental cite
trophoblastic tumor, dan epitheloid trophoblastic tumor. Keempat bentuk terakhir
termasuk ke dalam kelompok tumor trofoblas gestasional (TTG) yang dapat
menginvasi, bermetastasis, dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani.
TTG adalah terjemahan dari Gestational Trophoblastic Tumor, yaitu istilah yang
digunakan oleh WHO. Kemudian International Society for the Study of
Trophoblastic Disease (ISSTD) dan FIGO, menggunakan istilah Gestational
Trophoblastic Neoplasm (GTN). (1),(2),(3)
Gestational trophoblastic neoplasia (GTN) merupakan variasi dari
kehamilan yang jarang dengan penyebab yang belum diketahui dan selalu sebagai
penyakit jinak dari mola hidatidosa. Penyakit yang menetap dan malignan, 20%
berkembang dari kehamilan mola.(3)
GTN persisten atau malignan berespon terhadap kemoterapi. Penanda
klinik dari GTN berupa (1) klinis tampak seperti hamil, (2) patognomik penanda
USG, dan (3) penanda tumor spesifik (quantitative serum human chorionic
gonadotropin [hCG]).(4)
.
Gambar Skema Konsepsi Normal
Mola hidatidosa meliputi proliferasi abnormal sinsitiotrofoblas dan
penggantian jaringan trofoblas plasenta normal oleh vili plasenta hidropik. Mola
hidatidosa komplit tidak memiliki embrio yang dapat diidentifikasi atau struktur
janin. Mola hidatidosa parsial ditandai oleh proliferasi trofoblas fokal, degenerasi
plasenta, dan struktur janin atau embrionik yang dapat diidentifikasi. Konstitusi
genetik dari dua jenis kehamilan mola berbeda. Mola hidatidosa komplit memiliki
kromosom yang seluruhnya berasal dari ayah sebagai hasil dari pembuahan
blighted ovum oleh sperma haploid yang reduplikasi, atau jarang, pembuahan
blighted ovum oleh dua sperma.(3),(4)
Kariotipe dari mola hidatidosa komplit biasanya 46XX. Janin dari mola
parsial biasanya merupakan triploid. Ini terdiri dari satu haploid set kromosom
maternal dan dua haploid set kromosom paternal, konsekuensi dari pembuahan
dispermic dari sel telur normal. Mola hidatidosa komplit adalah lebih umum
daripada mola hidatidosa parsial dan lebih cenderung mengalami transformasi
menjadi ganas.(3),(4)
Gambar Asal-usul genetik dari kehamilan dengan mola hidatidosa. (A) CHM yang
monosperma terbentuk hasil pembuahan yang kehilangan materi genetik ibu yang terjadi
baik sebelum pembuahan maupun setelah pembuahan, yang kemudian diikuti oleh
duplikasi dari materi genetik ayah. Materi genetik adalah diploid androgenetik dengan
rumus genetiknya yaitu 46,XX, 46,YY dan hasil pembuahan ini dianggap sebagai hasil
pembuahan yang non-viabel. (B) CHM yang dispermik berkembang dari dua buah sel
sperma yang membuahi sebuah ovumn yang mana tidak lagi mengandung materi genetik
ibu. Diploid androgenesisnya adalah 46,XX,46,XY. (C) CHM biparental terjadi pada
wanita dengan sel telur yang homozigot, atau gabungan heterozigot, yang terdapat mutasi
pada gen NLRP7 atau KHDC3L. pembuahan biparental ini memiliki fenotip yang mirip
dengan CHM dan kemungkinan memiliki rumus 46,XX, atau 46,XY. (D) PHM yang
dispermik sendiri berkembang dari pembuahan pada satu ovum oleh dua sperma. Ini
merupakan bentuk pembuahan darin diandri yang triploid, dengan kemungkinan rumus
genetiknya 69,XXX, 69,XXY or 69,XYY.
Patologi
Gambar Hasil fotomikroskopik yang menunjukkan beragam bentuk histopatologis dari GTD. (A)
mola hidatidosa komplit, (B) mola hidatidosa parsial, (C) koriokarsinoma, (D) tumor trofoblas
plasenta. Secara keseluruhan semuanya memiliki karakteristik berupa gambaran proliferasi yang
abnormal dari trofoblas, dismorfik villi korionik di CHM dan PHM, tanpa adanya invasi abnormal
dari villi dan trofoblas di CC dan PSTT. (asli diperbesar 40x, 20x, 200x, dan 100x, secara berturut-
turut).
Semua bentuk dari GTD merupakan derivat dan beberapa komponen yang
membentuk plasenta normal pada manusia; mola hidatidosa+koriokarsinoma, dan
PSTT/ETT secara berturut-turut merupakan bentuk salinan yang abnormal dari
villi dan trofoblas ekstravilli dari plasenta. Gambaran mola hidatidosa komplit
secara histopatologis menunjukkan karakterisrik khas dari bagian villi, dengan
adanya hiperplasia yang abnormal dari sel-sel trofoblas, hiperselularitas di bagian
stroma, debris karioretik dan adanya kolaps pada pembuluh darah sekitar (Gambar
2A). Sebaliknya gambaran mola hidatidosa parsial secara histopatologis berupa
perubahan hidropik villi dengan villi bertepi irregular dan memiliki bentuk yang
tidak teratur tersebar yang persebaran bersamaan dengan adanya badan
psedoinklusi trofoblastik dan hiperplasia sel trofoblas sebagian (Gambar 2B).
perbedaan secara morfologi dari abortus yang non-mola, terutama yang berkaitan
dengan abnormalitas kromosom, dan hidatidosa parsial terkadang sukar untuk
dibedakan, dan prosedur tambahan mungkin dibutuhkan dalam hal ini, termasuk
pemeriksaan pewarnaan imunohistokimia dengan p57KIP2 (hasil negatif pada
CHM), analisis diploid dengan hibridisasi insitu atau sitometri aliran, atau teknik
pemeriksaan genotip molekular. Pemeriksaan genotip berguna dalam
mengindentifikasi ada tidaknya BiCHM, yang berkaitan dengan FRHM, semenjak
pemeriksaan secara histopatologi tidak dapat membedakannya dari AnCHM yang
tipikal. Sayangnya, hingga saat ini pemeriksaan secara histopatologi maupun
dengan imunohistokimia belum dapat secara pasti memprediksi kemungkinan
terjadinya GTD yang persisten yang dapat terjadi pada kehamilan selanjutnya,
oleh karena itu pada semua kasus kehamilan dengan mola membutuhkan
pengawasan tehadap kadar hormon hCG.(3),(4)
Koriokarsinoma (gambar 2C) merupakan tumor ganas epithelial yang
memproduksi hormone hCG dengan adanya diferensisasi dari fenotip trofoblast
villi, dengan yang secara histopatologi terdapat nekrosis sentral dan berupa
karakteristik dari bentuk bifasik yang menyimpulkan suatu sel yang menyerupai
sel sitotrofoblas dan multinulkeat, dengan area yang menyerupai sel
sinsitotrofoblast. Kasus koriokarsinoma intraplasenta merupakan suatu kasus
yang jarang, tetapi hal ini mungkin mewakili suatu sumber metastasis dari
koriokarsinoma, yang mana terjadi setelah adanya suatu kehamilan yang
tampaknya tidak ada komplikasi. PSTT (gambar 2D) adalah bentuk maligna yang
ekuivalen dengan trofoblast yang menyerupai tempat implantasi interstitial
ekstravilli dan membentuk lesi pada rahim dengan perdarahan yang sedikit dan
nekrosis pada jaringan sekitar, dan kadar hormon hCG yang rendah, dibandingkan
dengan koriokarsinoma. Secara histologi menunjukkan infiltrasi local dan sel-sel
yang monomorfik, sel trofoblast interstitial, yang mengalami bentuk pleomorfik
sedang dan tampaknya adanya mitosis sel, dan terdapat ekspresi dari Human
placental lactogen (hPL) dan penandan trofoblas ekstravilli lainnya. Variasi
spesifik dari PSST dengan gambaran proses hialinisasi yang khas dan gambaran
profil imunohistokimia yang sedikit berbeda telah dilaporkan, dan ETT secara
klinis diperkirakan memiliki karakteristik yang mirip dengan PSTT.(1),(3),(4)
3. KLASIFIKASI
Stadium Deskripsi
Stadium I Penyakit trofoblastik nonmetastatik
Stadium II Penyakit trofoblastik metastatik
Prognosis baik
Kadar hCG urin < 100.000 IU/24 jam atau kadar hCG serum
< 40.000 IU/I
Gejala timbul selama < 4 bulan
Tidak terdapat metastasis ke otak dan hepar
Belum pernah mendapat kemoterapi
Kehamilan sebelumnya bukan kehamilan aterm (misalnya
mola, ektopik, atau abortus spontan)
Prognosis jelek
Kadar hCG urin > 100.000 IU/24 jam atau kadar hCG serum
> 40.000 IU/I
Gejala timbul selama > 4 bulan
Terdapat metastasis ke otak atau hepar
Pernah mengalami kegagalan kemoterapi sebelumnya
Kehamilan sebelumnya adalah kehamilan aterm
• Anamnesis:
1. Amenorea 2. Hiperemesiis 3. Perdarahan pervaginam 4. Gejala lainnya
• Pemeriksaaan Fisik :
Pemeriksaan penunjang
1. Kadar ᵦ-hCG 2. Foto thorax (metastasis? Jika ya kemoterapi), jiak tidak lanjutkan
utuk indakan kuretase
Tindakan
Jinak : Ganas
1. kemoterapi
Selama evaluasi kadar ᵦhCG abnormal
Kemoterapi
Gambar 3. USG pelvis dengan Doppler yang menunjukkan GTN yang persisten setelah
munculnya HM. (A) sebelum kemoterapi. (B) post-kemoterapi.
Investigasi stadium dan stratifikasi terapi setelah kehamilan dengan mola
hidatidosa
Kebanyakan pasien GTN setelah kehamilan dengan mola hidatidosa
teridentifikasi melalui monitoring terhadap kadar hormon hCG dan jarang
memerlukan pemeriksaan lanjutan yang lebih ekstensif. Informasi tambahan yang
dibutuhkan unutk menentukan terapi meliputi anamnesis tentang riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu, pemeriksaan klinis, penghitungan kadar hCG serum,
pemeriksaan dengan USG Doppler untuk mengkonfirmasi ada tidaknya
kehamilan, menilai ukuran dan volume dari uterus, dan mengevaluasi adanya
tidaknya penyebaran ke organ lain disekitar rongga panggul termasuk vaskular
(gambar 3). Penilaian akhir dengan menggunakan indeks pulsasi dari Doppler
merupakan suatu faktor prognostik tersendiri untuk mengetahui resistensi
terhadap pengobatan tunggal dengan metotreksat dan saat ini sementara diteliti
dalam suatu penelitian prosepektif. Karena metastatis ke paru merupakan hal yang
paling sering terjadi maka pemeriksaan X-ray dada juga penting untuk dilakukan.
Pemeriksaan CT-scan dada tidak diperlukan bila hasil X-ray dada menunjukkan
hasil yang normal, sekalipun ditemukan adanya mikrometastasis paru yang dapat
ditemukan pada 40% kasus, pemeriksaan dengan CT tidak akan memberikan hasil
yang cukup bermakna. Namun, bila lesi tidak terlihat dengan pemeriksaan X-ray
dada, maka diindikasikan untuk melakukan pemeriksaan MRI otak dan CT-scan
tubuh untuk mengeksklusi adanya penyebaran yang luas ke organ lain dari tubuh
oleh penyakit ini, misalnya penyebaran ke otak atau hepar, yang mana secara
signifikan akan merubah tatalaksana terapinya.(3),(4)
FIGO melaporkan data GTN dengan menggunakan sistem skoring untuk
menentukan prognosis dan sistem stadium secara anatomis (Tabel 2). Sejak tahun
2002 seluruh klinis dianjurkan untuk menggunakan sistem skoring ini sebagai
panduan terapi GTN dan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya rekurensi
pada pasien dengan GTN yang menerima terapi tunggal dengan Metotreksat atau
Aktinomisin D. skor dengan nilai 0-6 dan ≥7 secara berturut-turut menunjukkan
adanya risiko yang rendah risiko tinggi terjadinya resisten terhadap pengobatan.
Hasil akhir yang didapatkan adalah hampir tidak ada kemungkinan untuk sembuh
bila hanya diterpai dengan pengobatan tunggal, oleh karena itu diperlukan terapi
multi-agen. Sementara penentuan stadium secara anatomis tidak banyak
membantu dalam menentukan terapi, tetapi cukup membantu klinisi dalam hal
membuat perbandingan hasil antar pusat penelitian. Variabel yang dinilai dalam
skoring untuk menentukan prognosis antara lain : (i) volume tumor, (ii) tempat
yang terlibat, (iii) ada tidaknya resisten terhadap pengobatan sebelumnya (iv)
durasi timbulnya penyakit ini dari kehamilan sebelumnya (tabel 2).(3),(4)
5. PENATALAKSANAAN
Dalam kebanyakan kasus kehamilan mola, perawatan definitifnya adalah
kuretase dari isi uterus. Evakuasi isi uterus dilakukan paling sering dengan
pelebaran serviks, dan kuretase. Evakuasi mola yang lebih besar kadang-kadang
dikaitkan dengan atonia uteri dan kehilangan darah yang berlebihan, persiapan
yang tepat harus dilakukan untuk pemberian uterotonik dan transfusi darah, jika
perlu. Histerektomi atau induksi persalinan dengan prostaglandin biasanya tidak
dianjurkan, karena peningkatan risiko kehilangan darah dan gejala sisa lainnya.
Indung telur multikistik yang diperbesar secara bilateral (kista theca lutein) yang
dihasilkan dari stimulasi folikel oleh tingkat tinggi hCG yang bersirkulasi, tidak
mewakili perubahan keganasan. Kista teka lutein selalu mengalami kemunduran
dalam beberapa bulan pasca evakuasi, dan karena itu tidak memerlukan
pengangkatan secara operasi.(4),(7)
Manajemen Pasca Evakuasi
Kecenderungan untuk kambuh, pasien harus dipantau secara ketat selama 6
hingga 12 bulan setelah evakuasi kehamilan mola. Pasien Rh-negatif harus
diberikan globulin Rhimmune. Tindak lanjut terdiri dari pemeriksaan fisik berkala
untuk memeriksa metastasis vagina dan involusi struktur panggul. Level hCG
kuantitatif harus diperiksa dalam waktu 48 jam pasca evakuasi, setiap 1 hingga 2
minggu pasca evakuasi, dan pada 1 hingga 2 bulan kemudian. Level hCG
kuantitatif yang naik merupakan indikasi penyakit persisten. Selama tahun
pertama, pasien harus dirawat dan diberikan pil kontrasepsi oral (OCP) atau
kontrasepsi andal lainnya metode untuk mencegah kehamilan berulang. Risiko
kekambuhan setelah 1 tahun remisi adalah <1%. Risiko kambuh dengan
kehamilan berikutnya adalah 1% hingga 2%.(4)
Gambar Kurva Mochizuki untuk evaluasi kadar Hcg pasien dengan paskaevakuasi mola hidatidosa
Personalisasi pengobatan
GTN merupakan salah satu contoh bentuk kanker yang jarang ditemukan,
dimana agen target molekular masih belum ditemukan, dan untuk
penyembuhannya masih menggunakan agen kemoterapi konvensional. Hal ini
disebabkan karena GTN memberikan respon yang baik dengan terapi
menggunakan obat-obatan tersebut dan dilakukan pengukuran kadar hCG secara
serial, karena penyakit ini memiliki biomarker yang relatif sensitif,
memungkinkan terdeteksinya adanya resistensi obat lebih dini, sehingga terapi lini
kedua atau ketiga sudah dapat diberikan sebelum terbentuk pertumbuhan tumor
yang baru.(4)
Pada keadaan yang jarang dapat terjadi multi-drug resistant yang mana
pada keadaan tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan pembedahan atau
pemberian terapi lainnya, sehingga belum dapat dipahami dengan jelas,
bagaimana tatalaksana terbaik untuk kasus ini. Semenjak GTN diketahui memiliki
vaskularisasi yang tinggi, dapat dipikirkan kemungkinan untuk diberikan vascular
targeting agents seperti bevacizumab yang dianggap efektif pada kasus ini.
Tumor ini juga dapat mengekspresikan reseptor faktor pertumbuhan epidemis
secara berlbihan, yang menyebabkan timbulnya pertanyaan apakah preparat
erlotinib atau gefitinib dapat menunjukkan efikasi dalam penggunaannya. Namun
sejauh ini, kami tidak menemukan adanya manfaat penggunaan beberapa agen ini
pada kasus dengan multi- drug-resistant. Sementara untuk potensi terapi dengan
anti-hCG targeted therapy masih belum diteliti lebih lanjut dan mungkin dapat
dicoba pada wanita yang sudah tidak ingin menambah keturunan atau untuk
pasien yang sudah tidak memiliki pilihan terapi yang lain.(4)
LAPORAN KASUS
Riwayat Menstruasi :
Menarche : 10 tahun dengan siklus 28 hari teratur dan lama haid 3-5 hari
Riwayat KB ; -
Riwayat Persalinan :
1. 9 bulan/RSUD Soe/Bidan/ Spontan pervaginam/2800 gram /laki-
laki/2 tahun/Sehat
Hematologi
Darah Rutin
RDW-SD 57,2 fL 37 – 54 H
Jumlah Leukosit 9,13 103/ul 4,0 – 10,0
Hitung Jenis
Neutrofil 70,0 % 50 – 70
Limfosit 21,7 % 20 – 40
Kimia Darah
27 Mei 2018
PST Positif Negatif
Hepar : ukuran normal (10 cm), intensitas echo parenkim normal, sudut tajam tepi
reguler, tak tampak pelebaran IHBD/EHBD, v.porta/v.hepatika normal, tak tampak kista
atau massa nodul
GB : ukuran normal, tak tampak penebalan dinding, tidak tampak batu/kista/massa
Pancreas : ukuran normal, intensitas echo parenkim normal, tidak tampak
kalsifikasi/kista/massa, tak tampak pelebaran duktus pancreaticus
Lien : ukuran normal(7,8 cm), intensitas echoparenkim normal, tidak tampak
kista/massa/nodul
Ginjal kanan: ukuran normal (8,3 cm), intensitas echoparenkim normal, batas sinus
kortex tampak jelas, tak tampak ektasis sitem pelviocaleceal, tak tampak kista/massa/batu
Ginjal kiri: ukuran normal (7,3 cm), intensitas echoparenkim normal, batas sinus kortex
tampak jelas, tak tampak ektasis sitem pelviocaleceal, tak tampak kista/massa/batu
Buli : tidak terisi urine, terpasang cateter
Uterus : ukuran normal, tak tampak massa/kalsifikasi
Adnexa kanan kiri : tampak lesi kistik, non septated,, ukuran ± 5,4 cmx3,6 cm, tampak
juga multipel vena dilatasi kanan kiri (kanan>kiri)
Tampak intensitas echo cairan bebas ekstraluminal dicavum abdomen
Tak tampak pembesaran KGB paraaorta
Kesan :
Kista ovarium kanan ukuran ± 5,4 x 3,6 cm
Suspect pelvic congestion syndrome adneksa kan kiri (kanan>kiri)
Hepar / GB / Pankreas / Lien /
Ginjal kanan kiri / Buli/ Uterus tak tampak kelainan
Hepar, gallblader, ginjal kanan kiri, bli normal
Uterus normal
Terdapat kista pada adnexa dextra dengn ukuran 5,6x3,7 cm
Kesimpulan :
Kista ovarium
Hasil pemeriksaan CT Scan
Tampak lesi multifokal hiperdense, densitas darah , volume terbesar ± di cortex subxortex
parietal kiri disertai perifokal edema yang ytampak sedikit mendesak ventrikel latralis kiri
ke kanan sehingga menyebabkan midlineshift ke kanan sejauh 0,4 cm .
Tampak lesi hiperdense densitas darah intraventrikel lateralis kanan dan kiri, III & IV
Sulcus dan girus diluar lesi tampak baik
Sisterna tampak baik
Tak tampak kalsifikasi abnormal
Pons & serebelum tidak tampak kelainan
Orbita & mastoid kanan kiri tampak baik
Sinus paranasalis kanan kiri tak tampak kelainan.
Calvaria tampak baik
Kesan :
Multifokal ICH volume terbesar ± 28 ml di cortex subcortex parietal kiri diserat perifokal
edema yang tampak sedikit mendesak ventrikel lateralis kiri ke kanan sehingga
menyebabkan midlineshift ke kanan sejauh 0,4 cm
IVH intraventrikel lateralis kanan kiri, III,IV
Tampak lesi hipodense batas tegas, tentakel, dicentrum semioval kiri
Tak tampak lesi hiperdense di brain parenchim
Tak tampak midline shift
Sulcy dan gyrus diluar lesi tampak baik
Sistem ventrikel dan siterna tampak baik
Tak tampak kalsifikasi abnormal
Pons dan serebellum tampak baik
Orbita dan mastoid kanan kiri tampak baik
Sinus paranasalis kanan kiri tampak baik
Calvaria baik
Kesan :
1. lesi hipodense batas tegas di centrum semiovale kiri dd :
SOL
Chronic Ischemic Infark
2. saat ini tidak tampak ICH
Assesment
Planning
KIE
Thorax foto
CT Scan kepala
Drip Kalnex dalam Ringer Laktat
Konsul ke Neurologist
Prognosis
PEMBAHASAN
PENUTUP