Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT TROPOBLAST GESTASIONAL

A. Pengertian
Penyakit trofoblas gestasional terdiri dari kondisi premalignant
(molahidatidosa komplit dan parsial) dan kondisi malignant berupa mola invasif,
koriokarsinoma dan plasental site trophoblastic tumour (PSTT) serta
molahidatidosa dengan nilai β-hGC yang menetap atau meningkat biasa disebut
dengan Persisten Trophoblasic Disease (PTD). Bentuk ganas ini biasa disebut
dengan penyakit trofoblas ganas/PTG (Gestational Trophoblastic
Neoplasia/GTN). Molahidatidosa ini adalah bentuk manifestasi yang paling
sering, baik bentuk jinak maupun ganas
Penyakit trofoblas gestasional (PTG) merupakan sebuah kondisi yang
terkait dengan adanya jaringan trofoblastik plasenta setelah fertilisasi normal atau
abnormal yang spektrumnya dari mola hidatidosa sampai keganasan
(koriokarsinoma), dan merupakan komplikasi yang jarang pada kehamilan
Penyakit trofoblas gestasional merupakan suatu kelainan berupa proliferasi
sel trofoblas yang abnormal selama kehamilan yang melipui mola hidatidosa
komplit maupun parsial, mola invasif, koriokarsinoma dan placental site
trophoblastic tumor. Sekitar 10 % kasus penyakit trofoblas gestational
berkembang menjadi proses keganasan (penyakit trofoblas ganas) yang
memerlukan tatalaksana lebih lanjut. Penyakit Trofoblas Ganas (PTG) meliputi
mola invasif, koriokarsinoma dan placental site trophoblastic tumor. Penyakit
trofoblas ganas (PTG) adalah suatu tumor ganas yang berasal dari sito dan
sinsiotrofobals yang menginvasi miometrium, merusak jaringan disekitarnya dan
pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan
PTG dapat didahului oleh proses fertilisasi (molahidatidosa, kehamilan
biasa abortus, dan kehamilan ektopik) bahkan dapat merupakan produk langsung
dari hasil konsepsi atau yang bukan didahului oleh suatu kehamilan. PTG yang
didahului proses pembuahan sel telur digolongkan sebagai “khoriokarsinoma
dengan kehamilan” (gestational choriocarcinoma) sedangkan yang tidak didahului
pembuahan sel telur dikenal sebagai koriokarsinoma tanpa kehamilan (non
gestational choriocarcinoma) yakni yang berasal dari tumor sel germinal pada
ovarium.
Trofoblas Gestasional merupakan salah satu bentuk kegagalan kehamilan.
Jaringan trofoblas merupakan satu bentuk diferensiasi paling dini dari jaringan
embrio yang dalam keadaan normal selanjutnya mengalami perubahan dan
perkembangan menjadi bagian plasenta yang melekat pada dinding uterus.
Penyakit Troboflas Gestasional biasa berupa tumor atau keadaan yang merupakan
predisposisi untuk menjadi tumor.

B. Etiologi
Terjadinya penyakit trofoblas ganas (PTG) belum jelas diketahui, namun
bentuk keganasan tumor ini merupakan karsinoma epitel korion meskipun
pertumbuhan dan metastasisnya menyerupai sarkoma. Selain itu, pada umumnya
penyakit ini disebabkan oleh adanya kehamilan anggur atau molahidatidosa.
Penyebab terjadinya Molahidatidosa belum di ketahui secara pasti. Namun
factor – factor yang mungkin menjadi penyebab adalah
1. Factor ovum
2. Keadaan social ekonomi yang rendah
3. Paritas tinggi
4. Kekurangan protein
5. Infeksi virus

C. Patofisiologi
Kehamilan molahidatidosa dan penyakit trofoblas ganas berasal dari trofoblas
plasenta. Molahidatidosa merupakan lesi prekursor pada beberapa keganasan
trofoblas.Menuru Kajii et al dan Lawler dkk, menunjukkan bahwa pada kasus
molahidatidosa lebih banyak ditemukan kelainan keseimbangan translokasi
dibandingkan dengan populasi normal (4,6% dan 0,6%). Ada kemungkinan pada
wanita dengan kelainan sitogenetik seperti ini, lebih banyak mengalami gangguan
proses meiosis berupa nondysjunction, sehingga lebih banyak terjadi ovum yang
kosong atau yang intinya tidak aktif. Banyak teori yang disebutkan tentang
patogenesis molahidatidosa komplit, yaitu:
1. Hertig et al menganggap bahwa pada MH terjadi insufisiensi peredaran darah
akibat matinya embrio pada minggu ke 3-5 (missed abortion), sehinggga
terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim vili dan terbentukah
kista-kista yang makin lama makin besar, sampai akhirnya terbentuklah
gelembung mola, sedangkan proliferasi trofoblas merupakan akibat dari
tekanan vili yang oedemateus tadi.
2. Park, mengatakan bahwa yang etiologi primer adalah adanya jaringan
trofoblas yang abnormal, baik berupa hiperplasi, displasi, maupun neoplasi.
Bentuk yang abnormal ini disertai pula dengan fungsi yang abnormal.
Keadaan ini menekan pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan kematian
embrio.
3. Teori yang sekarang dianut adalah teori sitogenetik. Secara sitogenetik
umumnya kehamilan molahidatidosa komplit terjadi karena sebuah ovum
yang tidak berinti (kosong) atau yang intinya tidak berfungsi, dibuahi oleh
sperma yang mengandung haploid 23 X, terjadilah hasil konsepsi dengan
kromosom 23 X, yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi 46 XX. Jadi
umumnya MHK bersifat homozigot, wanita dan berasal dari bapak
(androgenetik). Jadi tidak ada unsur ibu sehingga disebut Diploid
Androgenetik.
D. Manifestasi Klinis
Perdarahan pervaginam, pembesaran rahim setelah kehamilan dan adanya
gejala klinis dari metastasis atau komplikasi.
Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan dan
dimana terdapat subinvolosio uteri juga perdarahan dapat terus menerus atau
intermiten dengan perdarahan mendadak dan terkadang masif. Pada pemeriksaan
ginekologi ditemukan uterus membesar dan lunak. Kista tekalutein bilateral. Lesi
metastasis di vagina dan organ lain. Perdarahan karena perforasi uterus atau lesi
metastasis ditandai dengan: nyeri perut, batuk darah, melena, dan peningkatan
tekanan intrakranial berupa sakit kepala, kejang, dan hemiplegia.
Kadar β hCG paska mola setelah menurun, tidak menurun malahan dapat
meningkat lagi atau titer β hCG yang meninggi setelah terminasi kehamilan, mola
atau abortus. Pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan adanya lesi yang
metastasis. Pada sediaan histopatologis dapat ditemukan villus namun demikian
dengan tidak memperlihatkan gambaran patologik tidak dapat menyingkarkan
suatu keganasan
Kelainan
Paritas tinggi ovarium
E. Pathway
Faktor genetik
Defisiensi Kelainan vili
infeksi nutrisi
multipara
korionik
(protein)
Non gestasional
Poliferasi Trauma koriokarsinoma
trofoblast kehamilan

Germ cell
ovarium
misabortion neoplasma Degenerasi
embrio

Embrio mati Sel-sel


Tidak ada
(3-5 minggu) trofoblast
fetus
abnormal

Gangguan
peredaran Fungsi Sirkulasi
darah abnormal maternal

Penimbunan Reabsorbsi air Penumpukan


cairan di berlebihan cairan
mesenkim vili dalam vili

Terbentuk Timbul
gelembung gelembung

Embrio mati

Mola hidatidosa 80%

Degenerasi
keganasan

Penyakit Trofoblas Ganas

Kerusakan Invasi ke otot Metastase ke Peningkatan


jaringan dan pembuluh organ lain kadar hCG
Mk: Nyeri
oleh darah uterus Mk: Defisit
karsinoma volum cairan
Mual dan muntah

Perdarahan Massa tumor metastasis Paru Organ pencernaan


PK: ke cavum uteri, serviks,
Perdarahan per vagina
vulva, vagina
Invasi ke Gangguan absorbsi
Mk: Risiko alveoli
Gangguan
pertukaran gas
Mk: Risiko nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
F. Komplikasi
Metastasis PTG terjadi menyebar melaui darah ke paru (80%), vagina
(30%), otak (10%), dan hati (10%)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan hCC serum secara serial
2. Pemeriksaan darah lengkap termasuk hitung darah tepi, platelets, PT, PTT,
fibrinogen, BUN, kreatinin, dan tes fungsi hati.
3. Foto rontgen toraks
4. MRI atau CT scan otak apabila ada kecurigaan metastasis di otak
5. CT scan hepar jika ada indikasi. Whole body CT scan ·pada pasien yang
ditemukan adanya metastasis di paru.
6. Kuretase harus dilakukan jika ada perdarahan yang berasal dari uterus. Biopsi
pada ternpat metastasis sangat berbahaya karena timbulnya perdarahan
banyak pada ternpat biopsi.
7. MRI dilakukan atas indikasi
8. T4 dan test fungsi tiroid lainnya atas indikasi.

H. Penatalaksanaan Medis
Prinsip dasar penanganan penyakit trofoblas ganas adalah kemoterapi dan
operasi. Indikasi kemoterapi yaitu:
1. Meningkatnya β hCG setelah evakuasi
2. Titer β hCG sangat tinggi setelah evakuasi
3. β hCG tidak turun selama 4 bulan setelah evakuasi
4. Meningginya β hCG setelah 6 bulan setelah evakuasi atau
turun tetapi lambat
5. Metastasis ke paru-paru, vulva, vagina kecuali kalau β
hCGnya turun
6. Metastasis ke bagian organ lainnya (hepar, otak)
7. Perdarahan vaginal yang berat atau adanya perdarahan
gastrointestinal
8. Gambaran histologi koriokarsinoma
Operatif merupakan tindakan utama dalam penanganan dini PTG, walaupun
tumor sudah lama bila masih terlokalisir di uterus tindakan histerektomi baik
dilakukan. Pasien-pasien dengan perdarahan pervaginam yang terus menerus,
setelah abortus, mola, dan persalinan yang normal dengan uterus sebesar
kehamilan ≤ 12 minggu dan tidak ruptur operasinya diutamakan histerektomi.
Bila penyakit telah meluas maka histerektomi dilakukan hanya atas dasar
perdarahan dari uterus yang hebat atau resisten terhadap kemoterapi
Bila tergolong risiko rendah, maka diberikan kemoterapi tunggal, sedang
bila tergolong risisko sedang dan tinggi diberikan kemoterapi kombinasi.
1. Stadium I:
Jika penderita tidak menginginkan anak lagi, maka histerektomi dengan
adjuvant kemoterapi tunggal merupakan pengobatan yang utama. Bila
penderita masih menginginkan anak, maka diberikan kemoterapi tunggal.
a. Methotrexate (MTX): dosis 10-20 mg/m IV/IM tiap hari selama 5 hari
diulang tiap 2-3 minggu, jika dalam 2 minggu tidak ada tanda-tanda
depresi sum-sum tulang/ kelainan darah (Hb, leukosit, trombosit) maka
segera diberikan seri berikutnya.
b. Actinomycin D (ACT.D): dosis 12 µg/kgBB/IV tiap hari selama 5 hari
diulang tiap 2-3 minggu, jika tidak ada depresi sum-sum tulang.
Kemoterapi diberikan sampai kadar β hCG dalam darah menjadi normal,
kemudian dilanjutkan 1-2 seri.
Jika kadar β hCG meningkat atau menetap setelah pemberian sitostatika
sebanyak 1 seri, maka dianggap resisten/ tidak dilanjutkan lagi untuk seri
berikutnya kemudian diganti dengan kemoterapi kombinasi.
Penderita stadium I harus:
a. Kontrol β hCG tiap minggu sampai normal tiaga minggu berturut-turut
kemudian dilanjutkan setiap bulan sampai normal 12 kali berturut-turut.
b. Menggunakan kontrasepsi selama evaluasi

2. Stadium II dan III


Ditentukan apakah tergolong risiko rendah, sedang atau tinggi. Jika
tergolong rendah maka diberikan kemoterapi tunggal seperti pada penderita
stadium I. Bila tergolong risiko sedang atau tinggi, maka diberikan terapi
kombinasi.
Kemoterapi kombinasi tersebut adalah:
a. Untuk risiko sedang:
Kombinasi: Vincristine 1 mg/m/IV dan Cyclophosphamide 600 mg/m/IV.
Diberikan pada hari 1 dan hari ke 3 dengan interval 1 minggu, bila
penekanan sum-sum tulang sudah pulih
b. Untuk risiko tinggi
Kombinasi: Vincristine 1 mg/m/IV dan Cyclophosphamide 600 mg/m/IV.
Diberikan pada hari 1 dan hari ke-3 dengan interval 1 minggu bila
penekanan sum-sum tulang sudah pulih
Pemantauan penderita stadium II dan III sama dengan penderita stadium I
3. Stadium IV
Semua penderita stadium IV diberi kemoterapi kombinasi sama dengan yang
tergolong risiko tinggi.
Pemantauan penderita stadium IV berupa:
a. Pemeriksaan kadar β hCG setiap sampai mencapai kadar normal 3 minggu
berturut-turut.
b. Pemeriksaan kadar β hCG dilanjutkan setiap bulan sampai kadar normal
24 bulan berturut-turut.
Berikut ini adalah bagan penatalaksanaan medis yang harus dilakukan
pada pasien dengan penyakit trofoblas ganas:
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji adanya kehamilan molahidatidosa sebelumnya, apa tindakan yang
dilakukan, kondisi klien pada saat itu.
3) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
k. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
a) Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi,
lesi terhadap drainase
b) Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan
c) Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2) Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
a) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
b) Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
c) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.
3) Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ
atau jaringan yang ada dibawahnya.
a) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
b) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi
yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin

2. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1 Nyeri - Pain level Pain management 1. Mengetahui tingkat
berhubungan - Pain control Analgesic nyeri yang dirasakan
dengan lesi - Comfot level administration sehingga dapat
karena Kriteria hasil : 1. Kaji tingkat membantu
metastasis. - Klien mampu nyeri, lokasi dan menentukan
Tujuan : Klien mengontrol skala nyeri yang intervensi yang tepat.
akan nyeri dirasakan klien. 2. Perubahan tanda-
menunjukkan - Klien 2. Observasi tanda vital terutama
nyeri mengatakan tanda-tanda suhu dan nadi
berkurang/hilang nyeri vital tiap 8 jam. merupakan salah satu
berkurang / 3. Anjurkan klien indikasi peningkatan
hilang untuk nyeri yang dialami
- Ekspresi wajah melakukan oleh klien.
tenang teknik relaksasi. 3. Teknik relaksasi
- TTV dalam 4. Beri posisi yang dapat membuat klien
batas normal nyaman. merasa sedikit
5. Kolaborasi nyaman dan distraksi
pemberian dapat mengalihkan
analgetik. perhatian klien
terhadap nyeri
sehingga dapat
mambantu
mengurangi nyeri
yang dirasakan.
4. Posisi yang nyaman
dapat menghindarkan
penekanan pada area
luka/nyeri.
5. Obat-obatan
analgetik akan
memblok reseptor
nyeri sehingga nyeri
tidat dapat
dipersepsikan.
Ketidakefektifan - Circulation 1. Monitor Tanda 1. TTV merupakan
perfusi jaringan status Vital: Mengumpu indikator utama yang
perifer b.d - Tissue lkan dan dapat diketahui ketika
perdarahan perfusion menganalisis terjadi perubahan
serebral sistem perfusi jaringan.
Tujuan: klien kardiovaskuler, 2. Perubahan status
akan pernafasan dan neurologi merupakan
menunjukkan suhu untuk tanda gejala yang
perfusi menentukan  dan dapat muncul
jaringan mencegah ketidakefektifan
perifer yang komplikasi perfusi jaringan yang
adekuat 2. Monitor status disebabkan
setelah neurologi perdarahan.
dilakukan 3. Monitor
tindakan keseimbangan
keperawatan cairan:
Kriteria hasil: Mempertahankan
-klien keseimbangan
melaporkan cairan dan
badannya mencegah
tidak lemas, komplikasi akibat
- Anemis (-), kadar cairan yang
CRT<2detik, abnormal.
sianosis (-),
akral hangat,
Hb (11-
15g/dL),
- TTV dalam
batas normal
Ansietas - Anxiety level 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui sejauh
berhubungan - Sosial anxiety kecemasan klien. mana kecemasan
dengan level 2. Beri kesempatan tersebut mengganggu
perubahan status klien akan pada klien untuk klien.
kesehatan. menunjukkan mengungkapkan 2. Ungkapan perasaan
kecemasan perasaannya. dapat memberikan
berkurang/hilang 3. Mendengarkan rasa lega sehingga
. keluhan klien mengurangi
Kriteria hasil: dengan empati. kecemasan.
- Ekspresi 4. Jelaskan pada 3. Dengan
wajah tenang klien tentang mendengarkan
- Klien tidak proses penyakit keluahan klien secara
sering dan terapi yang empati maka klien
bertanya diberikan. akan merasa
tentang 5. Beri dorongan diperhatikan.
penyakitnya. spiritual/support. 4. Menambah
- Klien mampu pengetahuan klien
mengidentifik sehingga klien tahu
asi dan dan mengerti tentang
mengungkapk penyakitnya.
an gelaja 5. Menciptakan
cemas ketenangan batin
- Vital sign sehingga kecemasan
dalam batas dapat berkurang.
normal
DAFTAR PUSTAKA

Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia. Pedoman pelayanan medik kanker


ginekologi edisi ke-2. Diambil dari  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2015/10/PEDOMAN-PELAYANAN-MEDIK-KANKER-
GINEKOLOGI.pdf

Gusti Ngurah Mayura I dan Ratna Saraswati Made. 2016. Seorang wanita dengan
penyakit trofoblas gestasional dan krisis tiroid. Bagian/SMF Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar Bali. 47 (3)

Teresa L. Wargasetia , Heda M. D. Nataprawira , M. Nurhalim Shahib .2011. Aspek


Patobiologis pada Penyakit Trofoblas Gestasional. JKM. 10 (2) : 190-205

Anda mungkin juga menyukai