Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus Onkologi

MOLA HIDATIDOSA PARSIAL

Oleh :
TJA

Pembimbing :
Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP. H.ADAM MALIK – RSUD. DR.PIRNGADI

MEDAN

2006

0
MOLA HIDATIDOSA PARSIAL

Pendahuluan
Penyakit trofoblas ganas merupakan jenis kanker dengan prognosa yang baik
dimana 80% dari penderita penyakit akan mengalami remisi sempurna
1
setelah pemberian kemoterapi.

Insidens mola sendiri bervariasi secara dramatis di seluruh dunia. Insidens


kehamilan dengan mola di Jepang 2 per 1000 kehamilan yang lebih tinggi 3
kali lipat dibandingkan insidensnya di Eropa atau Amerika Utara (0.6 -1.1 per
1000 kehamilan. Insidens kehamilan mola di Asia,Tenggara, Mexico dan
Filipina lebih tinggi 8 kali dibandingkan dengan wanita kulit putih di Amerika
Serikat. Di Indonesia dilaporkan bahwa insidensnya adalah 9.9 per 1000
kehamilan. Variasi angka insidens dari kehamilan dengan mola mungkin
disebabkan oleh perbedaan dari data dasar populasi dengan data dari rumah
sakit. 1,2,3

Insidens mola hidatidosa komplit dan parsial pernah diteliti di Irlandia dengan
cara meneliti semua hasil konsepsi dari abortus pada kehamilan trimester
satu dan dua. Berdasarkan pemeriksaan menyeluruh dari ahli patologi,
insidens dari mola komplit adalah 1 per 1945 dan mola parsial adalah 1 per
695 kehamilan. 1

Insidens mola hidatidosa dengan janin hidup dinyatakan terjadi pada


dikutip dari 4
1/20.000 – 1/100.000 kehamilan. Vejerslev menyatakan bahwa ada
113 laporan kehamilan dengan mola dan janin antara tahun 1903-1989. Dari
87 ibu yang ingin melanjutkan kehamilannya 36 dari bayinya selamat dengan
4
sehat.

Penelitian kasus dan kontrol telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor


resiko untuk mola hidatidosa. Tingginya insidens kehamilan mola pada
sejumlah populasi disebabkan oleh faktor nutrisi dan sosioekonomi. Penelitian
kasus kontrol dari Italia dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa memakan
makanan yang rendah karotene dapat dihubungkan dengan peningkatan
resiko terjadinya kehamilan mola komplit. Area dengan insidens kehamilan

1
mola yang tinggi juga menunjukkan tingginya frekuensi dari defisiensi dari
vitamin A. Faktor diet dapat menjelaskan sebagian variasi regional dari
insidens mola komplit. 1,2,5

Usia ibu yang lebih tua dari 35 tahun merupakan faktor resiko terjadinya mola
komplit. Pada satu penelitian, resiko mola komplit meningkat 2 kali lipat untuk
wanita yang lebih tua dari 35 tahun dan 7,5 kali lipat untuk wanita yang lebih
tua dari 40 tahun. Tidak dijumpai adanya hubungan antara usia ibu dan resiko
6
terjadinya mola parsial. Graham dkk menyatakan bahwa tidak ditemukan
kelompok usia yang menunjukkan peningkatan resiko mola parsial.

Gambaran Patologi
Mola parsial gambarannya terkarakterisasi oleh gambaran patologi berikut :
1. Villi choriolus dalam berbagai ukuran dengan pembengkakan fokal
hidatidosa, kavitasi dan hiperplasia trofoblas.
2. Tampak jelas gambaran villi.
3. Inklusi stromal trofoblas yang jelas.
1,7
4. Tampak adanya jaringan embryo atau fetal.

Kromosom
Mola parsial biasanya mempunyai karyotipe triploidi (69 kromosom); extra
haploid kromosom biasanya berasal dari ayah. Sebuah penelitian melaporkan
bahwa 93% dari mola parsial adalah triploid, sementara penelitian lainnya
menyatakan 90% adalah triploid. Jika dijumpai adanya fetus bersamaan
dengan mola parsial, biasanya menunjukkan tanda-tanda triploidy, termasuk
pertumbuhan terhambat dan kelainan kongenital multipel seperti syndactyl
dan hydrocephalus. 1,2,3,4

Karyotipe dari mola hidatidosa parsial

2
23X
23X +  69XXX
23X

23Y
23X +  69XYY
23Y

23X
23X +  69XXY
23Y

69YYY  gamet tidak viabel

Gambar 1. Genetik mola parsial

Gambar 2. Diandric triploidy 4,7


Gambaran Klinis

3
Pasien dengan mola parsial biasanya tidak memiliki gambaran klinis yang
menonjol seperti pada mola komplit. Pada umumnya pasien menunjukkan
tanda dan gejala dari abortus komplet atau missed abortion dan mola parsial
baru didiagnosa setelah pemeriksaan histologi dari jaringan yang diperoleh
melalui kuretase. 1,2

Pada survei dari 81 orang pasien dengan mola parsial, tanda yang sering
dijumpai adalah perdarahan pervaginam, yang didapati pada 59 pasien
(72,8%). Pembesaran uterus yang berlebihan hanya didapati pada 3 pasien
(3,7%) dan dua pasien didapati dengan preeklampsia (2,5%). Tidak ada
pasien dengan kista ovarium theca lutein, hiperemesis atau hipertiroid.
Diagnosa awalnya adalah abortus inkomplit atau missed abortion pada 74
pasien (91,3%) dan mola hidatidosa hanya pada 5 pasien (6,2%). Kadar
βhCG sebelum dievakuasi diukur pada 30 pasien dan kadar lebih tinggi dari
1,2,3
100.000 mIU/ml hanya ditemui pada 2 orang pasien.

Tumor persisten yang biasanya tidak bermetastase dijumpai pada sekitar 4%


dari pasien dengan mola parsial dan diperlukan kemoterapi untuk mencapai
remisi. Pasien yang mengalami penyakit persisten tidak memiliki karakter
klinis atau patologis yang menonjol. Dilaporkan bahwa 11 (85%) dari 13
pasien dengan mola parsial yang mengalami tumor persisten memiliki
karyotipe triploidi. 1

Diagnosa
Ultrasonografi adalah alat penunjang yang dapat dipercaya dan sensitif untuk
diagnosa dari mola hidatidosa. Pada mola komplit tampak gambaran
vesikuler yang jelas pada ultrasonografi akibat dari villi choriolus yang
1
menghambat pembesaran hidrofik yang difuse.

Pemakaian ultrasonografi memiliki nilai terbatas untuk deteksi dari mola


parsial. Ultrasonografi dapat membantu diagnosis mola parsial dengan
terlihatnya ruang fokal kistik pada jaringan plasenta dan peningkatan dari
diameter transverse dari kantung gestasi, rasio transversa dengan dimensi

4
A/P dari gestasional sac > 1,5. Jika kedua kriteria ini ditemui maka positive
1,7
predictive value untuk mola parsial adalah 90%.

dikutip dari 8
Gambar 1. Gambaran USG dari mola parsial

Biasanya diagnosa mola parsial didapati setelah pemeriksaan histopatologi


jaringan. Mola parsial jarang didapati dengan peningkatan yang tinggi dari
hCG. 7,9

5
Jika ada keraguan diagnosa tentang kemungkinan dari gabungan kehamilan
mola dengan janin yang viabel maka harus dilakukan pemeriksaan ulangan
dengan USG sebelum dilakukan intervensi. Pada keadaan kehamilan kembar
dimana satu janin viabel dan satu lagi mola, kehamilan dapat dilanjutkan jika
ibunya menginginkan, setelah diberikan konseling. Kemungkinan untuk
didapatinya janin yang viabel adalah 40% dan dapat dijumpai resiko
terjadinya komplikasi emboli paru-paru dan pre-eklampsia. Tidak dijumpai
peningkatan resiko terjadinya penyakit trofoblas persisten setelah kehamilan
kembar dan luaran setelah kemoterapi tidak terpengaruh . 9

dikutip dari 10
Tabel 1. Gambaran klinikopatologi dari mola komplit dan parsial

Mola komplit Mola parsial

Abortus spontan pada trimester ke Abortus spontan pada trimester


Gejala dua pertama

Uterus lebih besar dari usia Uterus kecil dari usia kehamilan
kehamilan
Perdarahan sedang
Perdarahan hebat

Preeklampsia

Penampakan Pembesaran villi secara umum, Pembesaran villi sebagian,


tanpa tali pusat bayi atau dengan tali pusat bayi atau
membrane amnion membrane amnion

Histologi Hiperplasia trofoblas berhubungan Sedikit fokal hiperplasia jarang


dengan atipia, tanpa gambaran dengan atipia dan ada gambaran
janin janin

Genetik 46,XX (biandrogenetic:semua 69,XXY or 69,XXX (triploidy)


paternal)

PGTD Sekitar 20% Sekitar 5%

Choriocarcinoma 2 sampai 3% Tidak ada laporan

6
Stadium dari PTG menurut FIGO1,3,5,9,11
- Stadium I : Penyakit terbatas pada uterus.
- Stadium II : Penyebaran keluar uterus tetapi terbatas pada genitalia
(adneksa, vagina, ligamentum latum).
- Stadium III : Penyebaran ke paru-paru dengan atau tanpa keterlibatan
traktus genitalia.
- Stadium IV : Penyebaran ke tempat lain.

Tabel 2. Skoring faktor resiko dikutip dari 11

Penatalaksanaan
 Suction Kuret

7
Suction kuret adalah metode pilihan untuk evakuasi dari kehamilan mola
komplit. Karena tidak adanya bagian janin, kateter suction sampai maksimum
12 mm biasanya cukup untuk mengevakuasi semua kehamilan mola komplit.
Terminasi medis termasuk persiapan serviks sebelum evakuasi dengan
suction harus dihindari bila memungkinkan. Ada pertimbangan tentang
penggunaan rutin dari oksitosin karena adanya kemungkinan terjadinya
emboli dan penyebaran jaringan trofoblas melalui sistem vena. Ini diketahui
terjadi pada kehamilan normal terutama saat aktivitas uterus meningkat,
contohnya pada perdarahan akibat dari kecelakaan. Kontraksi dari
myometrium dapat memaksa jaringan masuk kedalam vena pada placental
bed. Penyebaran jaringan ini dapat mengakibatkan perburukan dengan
terjadinya emboli dan metastase terjadi di paru. Diketahui bahwa perdarahan
hebat dapat terjadi sebagai akibat dari evakuasi kavum uterus yang besar,
direkomendasikan bahwa jika memungkinkan, oksitosin hanya diberikan bila
evakuasi sudah selesai. Jika wanita mengalami perdarahan hebat sebelum
evakuasi dan di perlukan pemakaiannya, maka penggunaan obat ini diberikan
sesuai kondisi klinis. 1,9

Pada mola parsial dimana bagian janin mengganggu pemakaian suction


kuret, terminasi secara mekanis dapat digunakan. Wanita ini memiliki resiko
meningkat untuk dilakukan terapi untuk neoplasia trofoblas persisten dimana
dijumpai 4-5 % dari mola parsial akan menjadi penyakit trofoblas persisten,
walaupun proporsi wanita dengan kehamilan mola parsial yang memerlukan
kemoterapi sangat rendah (0.5%). 1,9

 Histerektomi
Jika pasien menginginkan sterilisasi, operasi histerektomi dapat dilakukan
dengan mola insitu. Ovarium dapat dipertahankan pada waktu operasi,
meskipun ditemui kista theca lutein. Kista ovarium yang besar dapat
dikecilkan dengan aspirasi. Histerektomi tidak mencegah metastase jadi
pasien masih memerlukan follow-up dengan pemeriksaan kadar βhCG.
Histerektomi profilaksis dianjurkan pada wanita diatas usia 40 tahun dan
wanita dengan anak lebih dari 3 orang, dengan ovarium ditinggalkan pada
wanita dibawah usia 46 tahun. 1,3,4,9

8
dikutip dari 4
Chun melaporkan perubahan keganasan terjadi pada 15% dari
semua pasien tanpa histerektomi dan hanya 1 % pada wanita yang menjalani
histerektomi.

Follow up
Setelah evakuasi mola, pasien harus dimonitor dengan pemeriksaan kadar
βhCG mingguan sampai kadarnya normal setelah 3 kali pemeriksaan, diikuti
7,9,12
dengan pemeriksaan bulanan sampai kadar normal selama 6 bulan.

Kehamilan Berikutnya
Pasien tidak dianjurkan untuk hamil sampai kadar βhCG sudah normal
selama 6 bulan. Resiko untuk kehamilan mola selanjutnya rendah (1/55) dan
lebih dari 98% wanita yang hamil setelah kehamilan dengan mola tidak akan
mengalami hamil mola kembali dan tidak akan terjadi peningkatan komplikasi
obstetrik. Jika kehamilan mola selanjutnya terjadi, dalam 68-80% kasus akan
didapati hasil histopatologi yang sama. Jika didapati terjadinya kehamilan,
untuk menyingkirkan rekurens dari penyakit perlu dilakukan pemeriksaan
urine dan darah. Wanita yang menjalani kemoterapi dianjurkan untuk tidak
9,12
hamil selama 1 tahun setelah selesai terapi.

Penanganan untuk PTG


Pada dasarnya kemoterapi pada semua kasus PTG, tidak tergantung kepada
stadium maupun skor prognostik. Bila yang menjadi tujuan utama adalah
untuk mempertahankan fungsi reproduksi, kemoterapi sebaiknya diberikan
pada kasus seperti tersebut dibawah ini :
1. Wanita muda dengan paritas rendah, atau yang masih menginginkan
anak.
2. Besar uterus dibawah 14 minggu
3. Tidak ada tanda-tanda perforasi atau ancaman perforasi
4. Protokol terapi disesuaikan menurut skor Faktor Resiko FIGO 13

Indikasi kemoterapi :
1. Titer βhCG sangat tinggi setelah evakuasi
2. βhCG tidak turun selama 4 bulan setelah evakuasi.

9
3. Meningginya βhCG 6 bulan setelah evakuasi atau turun tetapi lambat
4. Metastase ke paru-paru, vulva, vagina kecuali kalau βhCG-nya turun.
5. Metastase kebagian organ lainnya (hepar, otak)
6. Perdarahan pervaginam berat atau adanya perdarahan gastrointestinal
7. Gambaran histologi koriokarsinoma 13

Operasi bukan merupakan terapi utama pada Koriokarsinoma, melainkan


hanya merupakan tindakan adjuvan saja, karena pada prinsipnya fungsi
reproduksi dipertahankan. Tetapi, kadang-kadang operasi tidak bisa
dihindarkan, terutama kalau bersifat life saving.13

Sehubungan dengan itu, tindakan operasi histerektomi sebaiknya dilakukan


berdasarkan indikasi :
1. Indikasi absolut :
a. Perdarahan pervaginam yang tidak terkontrol secara
medikamentosa
b. Perforasi uterus, terutama bila disertai akut abdomen
2. Indikasi relatif
a. Uterus lebih besar dari 14 minggu
b. Ancaman perforasi uterus, berdasarkan gambaran USG
c. Kemoterapi gagal
d. Jumlah anak cukup 13

dikutip dari 10
Protokol manajemen penyakit trofoblas gestasional

10
11
DAFTAR PUSTAKA

12
1. Berkowitz RS, Goldstein DP. Gestational Trophoblastic Disease In:
Novak’s Gynecology. 13th Ed. Philadelphia.Lippincot William and
Wilkins.2002; p 1353-73.
2. Gestational Trophoblastic Disease. Available at :
http://thedoctorsdoctor.com/diseases/gestationaltrophoblasticdisease.htm
3. Hill D.A. Molar Pregnancy. Available at :
http://www.obgyn.net/women/articles/molarpreg_dah.htm
4. Gunasheela S. Hydatidiform Mole With A Coexistent Live Foetus (HMCLF)
– A clinical dilemma. Singapore Journal of Obgyn. July 2001; 32(2): 10-17
5. Andrijono. Kanker Ginekologi. Divisi Onkologi Obgin FK UI. Hal : 129-34.
6. I H Graham, A M Fajardo, R L Richards. Epidemiological Study Of
Complete And Partial Hydatidiform Mole In Abu Dhabi: Influence Of
Maternal Age And Ethnic Group. J Clin Pathol 1990;43:661-664
7. Gould J. Gestational Trophoblastic Disease. Available at. www.acog.org
8. Worral JA. Case Presentation Partial mole?. Available at:
http://www.obgyn.net
9. RCOG guideline no 38. The Management of Gestational Trophoblastic
disease. Available at . www.rcog.uk
10. Vasillakos P. Pathology Of Molar Pregnancy. Available at www.gfmer.ch
11. Benedet JL, Hacker NF, Ngan HYS. Staging classifications and clinical
practice guidelines of gynaecologic cancers. International Journal of
Gynecology and Obstetrics, 70 (2000) : 118-142.
12. Tidy C. Gestational Trophoblastic disease. Available at. www.patient.co.uk
13. Martaadisoebrata Djamhoer. Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas
Gestasional. EGC; 2004 : 34-41

Case Report

13
Mrs F, 21 years old, P0Ab0, Acehnese, Moslem, wife of Mr. H, 24 years old,
Acehnese, Moslem.
Adress : Keutapang
Was admitted to H. Adam Malik Hospital on12/11/2005
Main complaint :
Want to continue Methotrexate chemotherapy the third cycle. The second
chemotherapy was on 21 October 2005 with result of kwantitatif βhCG on 19
October 2005 8.19 mIU/ml. The patient had history of previous vaginal
bleeding two days ago with volume 2 times change of pads, Now is just a
little.

History of disease:
The patient had been curettage in Lhok Seumawe before under indication of
hydatidiform mole but the abdomen was enlarge again after the curretage and
the patient was referred to the HAM hospital. The patient was planned to
underwent curettage but the laminaria cannot be introduced into the OUI. The
chemotherapy decision was made based on the finding of enlarged uterine,
USG finding showed appearance of chorio ca? βhCG level on 1 October
2005: 154 mIU/ml. The first cycle of chemotherapy was done on 7 October
2005. βhCG level on 19 October 2005: 8,14 mIU/ml and the second cycle of
chemotherapy was done on 21 October 2005.

Physical examination:
Status Present :
Consciousness : fully conscious
BP : 100/70 mmHg
Pulse : 88x / minutes
RR : 20x / minutes
Temperature : 37° C

Head and neck : no abnormalities

14
Abdomen : a mass was palpable 1 finger below the umbilicus, solid,
mobile, there was no pain.
Extremitas : no abnormalities

Gynecological examination :
Spekulum examination : Blood was found on the OUE not flowing, Portio was
smooth, livide (+), Vagina was smooth.
Vaginal examination : Uterus anteflexi, Bigger than normal, with upper pole
1 finger below umbilicus, consistency was solid, mobile, no
pain.
P/A right/left : lax/ unpalpable
Cavum Douglas : not bulging
Diagnose : Malignant trophoblastic disease
Planning : Chemotherapy methotrexate third cycle

Laboratorium result :
Hb 11,7 g/dl
Leucocyte 18200/mm3
Trombocyte 239000/mm3
Total bilirubin 0,29 mg/dl
Bilirubin direct 0,18 mg/dl
ALP 110 u/l
SGOT 58 U/L
SGPT 24 U/L
Ureum 19 mg/dl
Creatinine 0,66 mg/dl
Uric acid 59 mg/dl

Follow up
14/11/2005
Main complaint: bleeding from vagina
Status present :
Consciousness : fully conscious
BP : 110/70 mmHg

15
Pulse : 80 x/minute
RR : 20 x/minute
Diagnose : Malignant trophoblasic disease
Planning : Chemotherapy methotrexate third cycle
Problems : persistent vaginal bleeding
Plan : Recheck quantitative βhCG
Chest x-ray

16/11/2005
Main complaint : headache
SP : Sens : fully conscious
BP : 90/50 mmHg
Pulse : 80 x/minute
RR : 20 x/minute
Diagnose : Malignant trophoblastic disease
Planning : Chemotherapy with EMO regimen after assessment of hCG value
(if βhCG level is high). If the patient had no response with EMO the
patient is willing to underwent hysterectomy.
Chest x-ray : within normal limit

19/11/2005
Main complaint : headache
SP : Consciousness : fully conscious
BP : 100/70 mmHg
Pulse : 80 x/minute
RR : 20 x/minute
Diagnose : Malignant trophoblast disease
βhCG result : 0,73 mIU/ml
Planning : Biopsy of endometrium

21/11/2005
Biopsy couldnot be done because soundage was only able to introduce into
the cervix.
22/11/2005

16
USG result:
Uterine was AF enlarged with measurement 87 x 80 cm (AP x L), cranio-
caudal distance was unmeasured by the caliper. Intrauterine echo showed
hiper and anechoic appearance
Ovarium within normal limit
Diagnose : malignant trophoblastic disease

23/11/2005
Main complaint : -
SP : Consciousness : fully conscious
BP : 120/70 mmHg
Pulse : 80 x/minute
RR : 20 x/minute
Diagnose : Malignant trophoblast disease
Planning : Laparotomy
Preparation for the operation

26/11/2005
Main complaint : bleeding from the vagina volume 3 times change of pads
SP : Consciousness : fully conscious
BP : 100/60 mmHg
Pulse : 80 x/minute
RR : 20 x/minute
Diagnose : Malignant trophoblast disease
The patient refuse to be examine vaginally
Laboratory result : normal
ECG result : within normal limit

Histerectomy was done on 30/11/2005

Operation report :

17
- Under general anesthesia, midline incision was made.
- Assesment of the uterine the uterine was enlarged, consistency soft
with diameter 10 cm. Omentum was found adhesed on the surface of
uterine fundal, looks like perforation. We perform adhesiolisis.
- Right and left ovarian was in normal limit.
- Right tuba was enlarged.
- We performed subtotal abdominal histerectomy and bleeding was
identified from left ovarian pedicle so we decided to perform right
salpingooophorectomy.
- Abdominal cavity was washed with warm aquadest.
- Abdominal wall was repaired layer by layer.
- Post operation condition : stable

Management :
- Ampicillin inj. 1 gr/8 hours
- Gentamycin inj. 80 mg/ 12 hours
- Tranexamic acid inj 1 amp/8 hours
- Tramadol inj 100 mg/8 hours
- Other therapy according to the anesthesiologist

8/12/2005
Review by the pathologist :
Uterus : inconclusive diagnostic
Ovarian : Endometrial cyst

Confirmation of review by the pathologist


Product of conception
Suspect partial mole

Patient was sent home with advice to be examine in the outpatient clinic with
follow up of βhcG level.

27/12/2005

18
The patient was examined in Oncology clinic
Main complaint : no bleeding from the vagina
SP : Consciousness : fully conscious
BP : 100/60 mmHg
Pulse : 80 x/minute
RR : 20 x/minute
Abdomen : lax, operation scar : good
Lymph node : unpalpable, mass (-)
Diagnose : Post STAH + SOD for indication malignant trophoblastic disease
HCG level on 15/12/2005 : 0,44 mIU/ml

CASE ANALYSIS

19
Mrs F, 21 years old, P0Ab1, was admitted to H. Adam Malik Hospital with
main complaint wanted to continue methotrexate chemotherapy third cycle.
The second chemotherapy was on 21 October 2005 with previous result of
βhCG value was 8.19 mIU/ml. The patient had history of previous vaginal
bleeding two days ago with volume 2 times change of sarong, Now is just a
little.

From the physical examination on the abdomen we found that a mass was
palpable 1 finger below the umbilicus, consistency solid, mobile, with no pain.

From the gynecological examination using speculum, blood was found on the
OUE, not flowing, portio was smooth, livide (+), vagina wall was smooth. From
the vaginal examination we found that the uterine was anteflexi, bigger than
normal, with upper pole 1 finger below umbilicus, consistency was solid,
mobile, with no pain.

We examined the βhCG level before the third cycle of chemotherapy and the
result was 0.73 mIU/ml. Because we found the persistent vaginal bleeding still
occurred, uterine was enlarged, βhCG level was considered normal with the
chest x-ray within normal limit, we decided to perform endometrial biopsy.

We was unable to perform the biopsy because the OUI was closed and the
soundage can only be introduced into the cervix.

Considering all the findings above and the ultrasonography examination


reveal the appearance of malignant trophoblastic disease , the decision
laparatomy was decided to be performed for this patient. From the literature
we found that decision to do hysterectomy was to be taken with absolute
indication such as bleeding pervaginally that did not stopped with medicine
and relative indication that the uterine was bigger than 14 weeks pregnancy.
On 30/11/2005 the patient underwent hysterectomy. The pathologist review
concluded uterus : inconclusive diagnostic, ovarian : Endometrial cyst.

20
The patient was sent home on 10/12/2005 with advise to be examined again
in the outpatient clinic with follow up of βhCG level.

On the 27 December 2005 the patient was examined again in the oncology
out patient clinic and there was no vaginal bleeding, the abdomen was lax, no
mass palpable and the βhCG level was 0,44 mIU/ml.

Problems :
1. What could be the the diagnose for this patient, was partial mole
appropriate?
2. Was the procedure of management in this patient considered appropriate?
3. Did the decision to perform hysterectomy for this patient was considered
appropriate?

21

Anda mungkin juga menyukai