BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
3
4
sebuah pembuluh vena. Vena mengangkut oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan
untuk perkembangan janin sedangkan nadi mengangkut karbondioksida dan sisa-
sisa nutrisi yang harus dibuang kembali kepada ibu. Pertukaran antara oksigen
dengan karbondioksida inilah yang disebut bernapas.
Ketika tali pusat dipotong saat kelahiran, bayi yang baru lahir harus belajar
untuk hidup tanpa bantuan ibunya. Hanya dalam beberapa detik paru mulai
terbuka, darah mulai mengalir, dan paru bayi mulai berfungsi sebagaimana
mestinya. Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah
pada bayi dan anak. Dalam rahim, paru tidak berfungsi sebagai alat pernapasan,
pertukaran gas dilakukan oleh plasenta. Pembentukan pembuluh darah dan sel
darah dimulai minggu ke tiga dan bertujuan memenuhi kebutuhan embrio dengan
oksigen dan nutrisi dari ibu.
Terdapat perbedaan antara sirkulasi janin setelah lahir, sebagai berikut:
a. Pada janin terdapat pirau intrakardiak (foramen ovale) dan pirau ekstrakardiak
(duktus arteriosus Botalli, duktus venosus Arantii) yang efektif. Arah pirau
adalah dari atrium kanan ke atrium kiri melalui foramen ovale, dan dari arteri
pulmonalis menuju ke aorta melalui duktus arteriosus. Pada sirkulasi setelah
lahir pirau intrakardiak maupun intrakardiak ini tidak ada.
b. Pada janin, ventrikel kiri dan kanan bekerja serentak, sedangkan pada keadaan
setelah lahir ventrikel kiri berkontraksi sedikit lebih awal dari ventrikel kanan.
c. Pada janin ventrikel kanan memompa darah ke sistemik yang tahanannya
tinggi, sedangkan ventrikel kiri melawan tahanan yang rendah yaitu plasenta.
Pada keadaan setelah lahir, ventrikel kanan akan memompa darah ke paru yang
tahannnya jauh lebih rendah daripada tahanan sistemik yang dibawa oleh
ventrikel kiri.
d. Pada janin darah yang dipompa oleh ventrikel kanan sebagian besar menuju
aorta melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian kecil yang menuju ke paru.
Pada keadaan setelah lahir darah dari ventrikel kanan seluruhnya ke paru.
e. Pada saat janin, paru memperoleh oksigen dari darah yang mengambilnya dari
plasenta, setelah janin lahir paru memberi oksigen pada darah.
7
Diantara villi ada yang menanamkan diri ke dalam decidua, villi ini disebut
jonjot pancang (haftzotte), karena memancangkan blastokista pada decidua
sedangkan ada juga villi yang ujungnya tak sampai ke decidua tapi terapung
dalam darah ibu. Villi ini bertugas mencari makanan. Mula-mula villi itu
berbentuk batang saja, tapi kemudian mengeluarkan cabang-cabangnya, hal ini
sangat memperluas permukaanfiltrasi dari villi,karena kebutuhan janin bertambah
dengan usianya. Pada minggu ke-16, sel-sel langhans mulai menghilang. Hal ini
juga menguntungkan kecepatan pertukaran zat antara darah anak dan ibu. Darah
anak dan ibu tak bercampur karena terpisah oleh lapisan jaringan yang
dinamakan membrana placentae, yang terdiri dari lapisan syncytium, lapisan sel
langhans, jaringan ikat dari villus dan lapisan endotel kapiler. Dengan hilangnya
satu lapisan, membran placentae lebih tipis dan pertukaran zat lebih lancar. Pada
akhir bulan ke-4 daya menyerbu dari trofoblast berhenti dan pada batas antara
jaringan janin dan ibu terdapat lapisan jaringan yang necrotis yang disebut lapisan
fibrin nitabuch. Darah fetus mengalir melalui dua arteri umbilikalis yang
membawa darah sarat dengan CO2, lalu ke kapiler-kapiler vili dan selanjutnya
kembali melalui sebuah vena umbilikalis menuju ke fetus. Pada saat yang sama
darah ibu mengalir dari arteri uterina ke dalam sinus-sinus maternal yang
mengelilingi vili dan kemudian kembali kedalam vena uterina ibu. Pada saat
sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke
dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-
kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua villi choriales dan kembali
perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Total daerah permukaan dari semua vili plasenta yang matur hanya beberapa
meter persegi jauh lebih kecil daripada area membran paru-paru. Walaupun
membran plasenta sudah matang sepenuhnya membran plasenta masih tebal
beberapa lapis sel dan jarak minimum antara darah meternal dan darah fetus
adalah 3,5 mikrometer, hampir sepuluh kali jarak antara membran alveolus paru.
Meskipun demikian bahan nutrisi dan zat-zat lain melewati membran plasenta
terutama dengan difusi yang sebagian besar sama dengan difusi yagn terjadi
9
1. Difusi oksigen
Prinsip yang dipakai untuk difusi oksigen melalui membran placenta hampir
sama persis dengan difusi oksigen melalui membran paru. Oksigen yang larut
dalam darah sinus maternal besar masuk ke dalam darah fetus melalui difus
sederhana, didorong oleh gradien tekanan oksigen dari darah ibu ke darah
fetus. PO2 rata-rata dalam darah ibu pada sinus-sinus maternalis kira-kira 50
mmHg pada akhir kehamilan, dan PO2 dalam darah fetus setelah teroksigenasi
adalah kira-kira 30 mmHg. Oleh karena itu, gradien tekanan rata-rata
untukdifusi oksigen melalui membran placenta kira-kira adalah 20 mmHg. Kita
akan berpikir bagaimana mungkin bagi fetus dapat memperoleh oksigen yang
cukup bila darah fetus yang meninggalkan plasenta hanya mempunyai PO2 30
mmHg. Ada tiga alasan mengapa PO2 yang rendah ini membuat darah fetus
10
Total kapasitas difusi seluruh plasenta untuk oksigen pada saat aterm kira-kira 1,2
mililiteroksigen permenit per mililiter perbedaan oksigen di seluruh membran.
2. Difusi karbondioksida
Karbondioksida secara terus menerus dibentuk dalam jaringan fetus dengan
cara yang sama dengan pembentukan karbondioksida dalam darah ibu. Dan
satu-satunya cara mengekskresi karbondioksida dari fetus adalah melalui
plasenta ke dalam darah ibu. PCO2 darah fetus besarnya 2-3 mmHg lebih
tinggi dari PCO2darah ibu,sehingga memungkinkan difusi karbondioksida
adekuat dari darah fetus ke darah ibu.
11
3. Difusi nutrisi
Untuk menyediakan glukosa yang banyak, makaterjadi difusi secara pasif
melalui membran plasenta. Walaupun begitu, kadar glukosa dalam darah fetus
tetap lebih rendah dari darah ibu. Karena kelarutan asam lemak yang tinggi
dalam membran sel, zat-zat ini juga berdifusi dari darah ibu ke dalam darah
fetus tetapi lebih lambat daripada glukosa sehingga glukosa lebih dulu dipakai
fetus sebagai nutrisi. Juga, zat-zat seperti badan keton dan ion kalium, natrium
dan klorida juga berdifusi dari darah ibu ke dalam darah fetus.
4. Ekskresi produk-produk buangan
Dengan cara yang sama seperti karbondioksida berdifusi dari darah fetus ke
dalam darah ibu. Produk-produk eksresi lainnya yang dibentuk pada fetus juga
berdifusi ke dalam darah ibu dan kemudian dieksresikan bersama-sama dengan
produk-produk eksresi dari ibu. Produk-produk ini meliputi nitrogen bukan
protein seperti ureum, asam urat, dan kreatinin.Kadaar ureumdalam darah fetus
sedikit lebih tinggi daripada kadar ureum darah ibu, leh karena itu ureum
berdifusi ke dalam darah ibu lebih mudah. Jadi, produk ekskresi janin lebih
mudah berdifusi ke dalam darah ibu karena mempunyai konsentrasi yang lebih
tinggi. Memproduksi hormon yang diperlukan untuk mempertahankan
kehamilan dan menunjang embrio-janin. Plasenta sebagai kelenjar endokrin
memproduksi empat hormon yang diperlukan untuk mempertahankan
kehamilan dan menunjang embrio-janin. Hormon diproduksi oleh
sel sinsisium. Hormon protein, human Chorionic Gonadotrofin (hCG), dapat
dideteksi dalam serum ibu pada hari ke-8 sampai hari ke-10 setelah konsepsi.
Hormon ini menjadi dasar tes kehamilan dan berfungsi untuk mepertahankan
fungsi korpus luteum ovarium, menjamin suplai estrogen dan progesteron yang
kontinu untuk mempertahankan kehamilan. Hormon gonadotrofin mencapai
tingkat maksimum pada hari ke-50 sampai hari ke-70, kemudian kadar mulai
menurun antara 100-130 hari.
1.4 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
Hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah dapat membawa
oksigen dan karbon dioksida. Empat rantai globin polipeptida dengan molekul
12
hem yang mengandung besi merupakan bagian dari Hb. Pada masa fetal ini
terdapat Hb embrionik, hingga masa fetal akhir, Hb fetal (Hb F) dominan. Pada
bulan ketiga sampai keenam terjadi pergantian dalam periode neonatal menjadi
Hb dewasa normal (HbA). Afinitas oksigen yang dimiliki HbF lebih tinggi
daripada HbA (Mehta dan Hoffbrand, 2006).
Struktur tetramer terdiri atas sepasang globin α dan sepasang globin non-α
terdapat pada orang dewasa. Sebagian besar Hb dewasa (HbA) terdiri dari
sepasang rantai globin α dan sepasang rantai globin β (α2β2). Selain itu juga
terdapat sebagian kecil Hb fetus (HbF) dengan sepasang rantai globin α dan rantai
globin γ (α2γ2), serta Hb minor (HbA2) yang terdiri dari sepasang rantai globin α
dan sepasang rantai globin δ (α2δ2). Secara kuantitatif, pada bayi baru lahir di
dominasi oleh jumlah HbF diikuti oleh HbA dan HbA2. Sebaliknya pada orang
dewasa, jumlah Hb di dominasi oleh HbA diikuti oleh HbF dan HbA2 (Sofro,
2012).
Banyak zat penting yang dibutuhkan untuk memproduksi Hb dalam eritrosit
normal. Asam amino (protein), vitamin B12, vitamin B6, asam folat (vitamin
kompleks B2), besi, mineral cobalt (Co), dan nikel (Ni) merupakan zat penting
yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi Hb yang baik. Pada orang dewasa,
produksi ertrosit sehari mencapai lebih dari 200 milyar yang membutuhkan 20 mg
asupan besi. Sebagian pasokan besi didapat dari hasil daur ulang yang merupakan
hasil dari eritrosit tua yang di fagosit oleh makrofag sel mononuklear. Sekitar 1-2
mg besi yang berasal dari penyerapan usus, yang pada saat kondisi stabil
menggantikan besi yang telah dieksresikan oleh tubuh (Kiswari, 2014).
Besi yang diserap di dalam duodenum dan yeyenum apabila berlebihan akan
di simpan sementara di dalam sel-sel retikuloendotel yang terdapat di hati. Zat
yang tersimpan di dalam sel retikoloendotel sebagai feritin dan hemosiderin
dibebaskan untuk digunakan oleh sumsum tulang bagi pembentukan sel darah
baru (Kowalak et al., 2012). Defisiensi salah satu zat yang dibutuhkan akan
menyebabkan eritropoesis menjadi abnormal. Anemia disebabkan oleh
eritropoesis yang tidak normal, jenis dari anemianya tergantung dari unsur zat
mana yang mengalami defisiensi (anemia defisiensi besi, defisiensi B12, atau
13
uteroplasenta dimulai dengan aliran darah ibu melalui arteri spiralis menuju ke
ruang intervillous terminal. Disini pembuluh arteri ibu mengalirkan darah kaya
oksigen dan nutrisi ke arteri endometrium. Kemudian aliran darah dari vena uterus
yang rendah oksigen dan mengandung sisa metabolisme janin kembali ke sirkulasi
ibu dan dieksresikan bersama hasil sisa metabolisme ibu. Aliran darah
uteroplasenta didorong oleh tekanan arteri ibu karena rendahnya resistensi
pembuluh darah pada sisrkulasi uteroplasenta. Kecepatan aliran darah ibu ke
plasenta adalah sekitar 600 - 700 ml/menit.
Sirkulasi fetoplasenta dihubungkan oleh tali pusat dari janin ke plasenta. Tali
pusat tidak langsung terhubung ke sistem perdarahan ibu tapi melalui plasenta
yang kemudian terjadi pertukaran oksigen dan nutrisi antara ibu dan janin di ruang
intervilli. Arteri umbilikalis membawa darah rendah oksigen dan hasil sisa
metabolisme janin ke plasenta. Penurunan aliran darah dari umbilikus akan
berpengaruh buruk pada janin. Vena umbilikalis berfungsi membawa darah kaya
oksigen dan nutrisi dari plasenta ke janin. Pada kehamilan 24 – 29 minggu pada
tali pusat normal rata – rata aliran darah vena yang diukur dengan USG Doppler
adalah sebesar 443 ± 92 ml/ menit.30 Pembuluh darah tali pusat sensitif terhadap
berbagai vasoaktivator seperti serotonin, angiotensin II dan oksitosin. Pembuluh
darah umbilikus juga memproduksi prostaglandin sebagai vasodilator dan
prostasiklin sebagai inhibitor agresi platelet. Pada suatu penelitian menyatakan
bahwa vena umbilikalis menghasilkan prostaglandin lebih tinggi dari arteri
umbilikalis.
Tali pusat berisi satu vena dan dua arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan
makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik
yang menyalurkan darah ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa
metabolisme. Setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilikalis
mengarah ke atas menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan,
yang memasok darah ke hati, duktus venosus yang berdiameter lebih besar dan
akan bergabung dengan vena kava inferior masuk ke atrium kanan. Darah yang
masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen yang sama seperti arteri,
meski bercampur sedikit dengan darah dari vena kava. Darah ini akan langsung
15
mengalir melalui foramen ovale pada septum, masuk ke atrium kiri dan
selanjutnya melalui ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh tubuh. Adanya
krista dividens sebagai pembatas pada vena kava memungkinkan sebagian besar
darah bersih dari duktus venosus langsung akan mengalir ke arah foramen ovale.
Sebaliknya, sebagian kecil akan mengalir ke arah ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke arah paru, tetapi sebagian besar
dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan dialirkan ke aorta melalui suatu
pembuluh duktus arteriosus karena paru belum berkembang. Darah tersebut akan
bergabung di aorta desending, bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan
ke seluruh tubuh. Darah balik akan melalui arteri hipogastrika, keluar melalui
dinding abdomen sebagai arteri umbilikalis. Setelah bayi lahir, semua pembuluh
umbilikalis, duktus venosus, dan duktus arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir,
akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana terjadi pengembangan paru dan
penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan tekanan oksigen pada sirkulasi paru
dan vena pulmonalis, ductus arteriosus akan menutup dalam 3 hari dan total pada
minggu kedua. (Wiknjosastro, 2008).
1.6 Fisiologis Pengaturan Denyut Jantung Janin
1. Pengertian
Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata wanitatidak
sedang bersalin, atau diukur diantara dua kontraksi. Rentang normal adalah
120 sampai 160 denyut/menit. Bunyi denyut jantung janin seperti bunyi detik
jam dibawah bantal.
2. Alat Pemeriksa Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
menggunakan:
a. Auskultasi periodik, tersedia beberapa instrument untuk mendeteksi
denyut jantungjanin seperti : Fetoskop (18-20 minggu), stetoskop
Pinard/Laenec(18-20 minggu), stetoskop ultrasonografi dopler (12
minggu).
16
BAB 3
KESIMPULAN & SARAN
3.1 Kesimpulan
Kesejahteraan janin merupakan kondisi dimana janin dalam keadaan sejahtera
yang diukur berdasarkan denyut jantung dan gerakan janin. Penilaian
kesejahteraan janin yang konvensional umumnya dikerjakan dengan cara-cara
yang tidak langsung, seperti pengukuran tinggi fundus, maupun penilaian gejala
atau tanda fisik ibu yang diduga dapat mengancam kesejahteraan janin. Cara-cara
itu seringkali tidak untuk mempridiksi kesejahteraan janin, sehingga sulit
digunakan untuk membuat strategi yang rasional dalam upaya pencegahan dan
intervensi penanganan janin yang mengalami gangguan intrauterine. Dalam
konsep obstetric modern, khusunya perinatology, janin dipandang sebagai
individu yang harus diamati dan ditangani sebagaimana layaknya seorang pasien.
Janin perlu mendapat pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah kondisinya
aman, atau dalam bahaya. Pengertahuan akan hal itu akan menentukan segi
penanganan janin selanjutnya.
3.2 Saran
Kehamilan merupakan bagian dari proses fisiologis yang dialami oleh
perempuan dalam siklus maturitas. Pada saat menjalani kehamilan kondisi
kesehatan perempuan perlu mendapatkan perhatikan, mengingat kondisi
kesehatan akan sangat mempengaruhi keberhasilan menyelesaikan tahapan
kehamilan hingga persalinan.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
22