Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Plasenta merupakan organ berbentuk cakram yg menghubungkan janin dengan dinding
rahim yang menjadi jalan perantara bagi pernapasan, pemberian makanan, dan pertukaran zat
buangan antara janin dan darah ibu. Plasenta berbentuk mirip gumpalan hati mentah dengan
diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram, terdiri dari 200 lebih pembuluh
dan vena halus.Plasenta terletak di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah
fundus uteri, dikarenakan alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,
sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.
Janin di dalam kandungan memerlukan makanan dan nutrisi yang menjadikannya tumbuh
dan berkembang. Di dalam rahim ibu, janin mempunyai saluran pengikat antara ibu dan bayi
yang biasa kita sebut sebagai plasenta.
Plasenta tumbuh saat janin berusia kurang lebih satu minggu pertama. Pada plasenta
terdapat berbagai macam fungsi diantaranya sebagai respirasi, ekskresi dan produksi hormone,
sehingga terjadi pertukaran zat antara ibu dan janin.
Plasenta terdiri dari 200 lebih pembuluh dan vena halus, berbentuk mirip gumpalan hati
mentah. Permukaan maternal yang menempel pada rahim, tampak kasar dan berongga.
Warnanya merah tua dan terbagi dalam 15-20 tonjolan cotyledon, yang merupakan villi atau
tonjolan berbentuk jari. Permukaan fetus amat lembut, dengan tali pusar biasanya terdapat di
bagian tengah. Bila tali pusar di bagian pinggir disebut battledore plasenta. Plasenta yang sudah
dewasa, berbentuk seperti piringan datar. Beratnya sekitar 500 gram, diameternya 20 cm (8
inci) tebal bagian tengahnya 2,5 cm (1 inci). Ukuran dan berat plasenta disesuaikan dengan
ukuran janin. Plasenta biasanya berada pada bagian atas rahim, tapi bila terdapat di bagian
bawah, maka disebut Plasenta Previa.
Plasenta berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup
bayi. Plasenta atau biasa kita sebut ari-ari, baru terbentuk pada minggu keempat kehamilan. Ia
lalu tumbuh dan berkembang bersama janin dan akan lepas saat bayi dilahirkan. Jadi, plasenta
merupakan bagian dari konsepsi atau bagian dari sel telur yang dibuahi sperma.
Sel telur yang dibuahi sperma itu kelak akan berkembang menjadi janin, air ketuban,
selaput ketuban, dan plasenta. Plasenta berbatasan dan berhubungan dengan selaput ketuban.
Di dalam selaput terdapat kantong amnion (ketuban), di mana di dalamnya terdapat bayi
berada. Plasenta dikenal juga dengan istilah uri/tembuni. Plasenta merupakan organ sementara
yang menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan
janin.

Plasenta sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak
sebaliknya. Pertumbuhan plasenta makin lama makin bear dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik
tidaknya anak tergantung pada baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan organ sementara yang
menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta memproduksi beberapa hormon penting dalam
kehamilan yaitu Human Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human Plasenta Lactagen (PHL).

Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih
banyak tempat untuk berimplantasi.

Menjelang akhir kehamilan, plasenta memungkinkan antibodi maternal memasuki sirkulasi janin.
Antibodi memberikan imunitas pasif sementara pada janin. Obat-obatan, alkohol, polutan
lingkungan, virus dan agens penyebab penyakit lainnya masuk dengan bebas dari suirkulasi
maternal ke sirkulasi janin.sebagian zat ini disebut teratogen atau agens yang dapat menyebabkan
defek lahir.

Sangat penting bagi ibu yang tengah mengalami masa kehamilan untuk mengetahui letak plasenta
dalam kandungannya, hal ini bertujuan agar ibu yang sudah mendekati masa persalinan dapat
meminimalisir dampak buruk yang disebabkan oleh posisi atau letak plasenta yang tidak normal
sehingga proses persalinan dapat dilakukan dengan lancar dan keselamatan ibu dan bayi dapat
terjamin.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari plasenta?
2. Bagaimana bentuk,ukuran, dan bagian-bagian plasenta?
3. Apa fungsi plasenta?
4. Bagaimana tahap-tahap pembentukan plasenta?
5. Apa saja kelainan-kelainan plasenta?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian plasenta.


2. Mengetahui bentuk,ukuran, dan bagian-bagian plasenta.
3. Mengetahui fungsi plasenta
4. Mengetahui tahap-tahap pembentukan plasenta.
5. Mengetahui kelainan-kelainan plasenta,

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PLASENTA

Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara
ibu dan anak sebaliknya. Pertumbuhan Plasenta makin lama makin bear dan luas, umumnya
mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung
plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan organ
sementara yang menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta memproduksi beberapa hormon
penting dalam kehamilan yaitu Human Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human Plasenta
Lactagen (PHL).

Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas arah fundus uteri.
Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih
banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diteliti benar ,maka sebenarnya plasentanya berasal dari
sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil
dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.

Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua
basalis. Pada sistole darah di semprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam
ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah
tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke
vena-vena di desidua.

Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk
menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat pula suatu ruang
vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Ruang ini di
sebut sinus marginalis.

B. BENTUK, UKURAN DAN BAGIAN-BAGIAN PLASENTA DAN MACAM-MACAM


PLASENTA

Berikut adalah bentuk dan ukuran plasenta, yaitu:

1. Bentuk bundar/oval
2. Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
3. Berat rata-rata 500-600 gram
4. Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat ditengah/ sentrali,
disamping/ lateralis, atau di ujung tepi/ marginalis.
5. Disisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis
desidua basalis
6. Disisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh orion) menuju tali pusat.
Orion diliputi oleh amnion
7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 3000cc/menit (20 minggu) meningkat 600 cc – 7000
cc/menit (aterm).
Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih
banyak tempat untuk berimplantasi.

Berikut adalah bagian-bagian plasenta, yaitu:


Bagian ibu/permukaan maternal:

1. Permukaan yang menghadap ke dinding rahim


2. Warnanya merah tua
3. Permukaannya kasar beralur-alur sehingga seolah-olah terbagi dalam beberapa belah yang
disebut kotiledon
4. Permukaan maternal mempunyai 15-20 kotiledon

Bagian janin/ permukaan fetal


Permukaan menghadap ke arah janin, tampak licin dan berwarna putih kuning.

1. Permukaan fetal diliputi lapisan amnion yang tipis dan bening sehingg kelihatan
membayang dibawahnya pembuluh darah yang bercabang.
2. Pada permukaan janin dan plasenta terutama tali pusat
3. Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta
4. Tebalnya kira-kira 50 cm, berwarna putih kuning dan tampak terpilih yang tidak sama
tebalnya pada semua tempat didalam tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu
vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis.

Macam-macam plasenta
a) Berdasarkan bentuknya

1. Plasenta normal
2. Plasenta membranasea
3. Plasenta suksenturiata
4. Plasenta spuria
5. Plasenta bilobus
6. Plasenta trilobus
b) Berdasarkan dinding rahim

1. Plasenta adhesiva
2. Plasenta akreta
3. Plasenta inkreta
4. Plasenta perkreta

C. FUNGSI PLASENTA

Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini di
butuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan
pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu.

Dapat di kemukakan bahwa fungsi plasenta adalah :

1. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif)


2. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme (ekskresi)
3. Sebagai alat yang memberi zat asam, dan mengeluarkan CO2 (respirasi)
4. Sebagai alat yang membentuk hormon
5. Sebagai alat menyalurkan berbagai antibodi ke janin, dan
6. Mungkin hal-hal yang belum di ketahui.

Perlu di kemukakan bahwa plasenta dapat pula di lewati kuman-kuman dan obat-obatan tertentu.
Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan sebaliknya harus melewati lapisan
trofoblas plasenta. Cepatnya penyaluran zat-zat tersebut tergantung pada konsentrasinya di kedua
belah lapisan trofoblas, tebalnya lapisan trofoblas, besarnya permukaan yang memisahkan, dan
jenis zat.

D. TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN PLASENTA

1. Stadium berongga (lacunar stage)


Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh menjadi berlapis-
lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya
disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan.

2. Sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal

Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan
endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri
masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya
sistem sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal.

Antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel
baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut
mesoderm ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm
ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate).Bagian
yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm
ekstraembrional splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran
blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah
ibu. Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang
lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.

3. Terbentuknya rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga


korion (chorionic space)

Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama makin
besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh
dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic
space) atau rongga korion (chorionic space).

Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan
invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut
jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan aliran
darah ibu.

4. Terbentuknya tali pusat

Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah
jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke
dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari inti
mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.

Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm
dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang
tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier/tertiary
stem villi).

Selom ekstraembrional/rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional makin
terpisah dari sitotrofoblas/selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang
kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga
memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan
connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.

5. Sirkulasi feto-maternal

Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan
perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero-
plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi
janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut
sistem hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.
Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan komponen
sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut dinamakan sirkulasi feto-
maternal.

6. Plasenta “dewasa”

Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai pembentukan
lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Plasenta “dewasa” / lengkap yang normal:

1. Bentuk bundar/oval
2. Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
3. Berat rata-rata 500-600 g
4. Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah / sentralis, di
samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis,
5. Di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis
desidua basalis
6. Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali pusat.
Korion diliputi oleh amnion
7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai 600-
700 cc/menit (aterm).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENYAKIT PADA PLASENTA
2.1.1 INFARK PLASENTA
a. Pengertian
Infark plasenta adalah bagian yang keras berwarna merah-cokelat pucat dapat
berukuran kecil ataupun besar dan terletak dimanapun di bawah lempeng korionik.
Infark tersusun atas vili yang berdegenerasi dan bekuan fibrin. Infraksi plasenta jarang
terjadi pada awal kehamilan. Kadang-kaadang infark kecil biasa di temukan bisa di
temukan pada plasenta normal yang lanjut dan mungkin bertambah banyak dengan
adanya preeklamsi.Pada kehamilan serotinus saat penuaan plasenta jelas terlihat, sering
ditemukan infark plasenta kecil-kecil yang tersebar. Infark luas terjadi pada solusio
plasenta parsial. Infark plasenta ekstensif dapat menyebabkan gawat janin akut atau
kronis bahkan dapat menyebabkan kematian janin (Benson, 2008 : 93 – 94 )
Lesi yang sering terjadi, meskipun penyebabnya beragam secara kolektif disebut
infark plasenta. Seperempat plasenta dari kehamilan aterm tanpa komplikasi
mengalami infark, sedangkan kehamilan dengan komplikasi penyakit hipertensi berat
mengalami infark pada sekitar dua pertiga kasus. Infark terjadi akibat oklusi pasukan
darah pada ibu. Gambaran hispatologik utama meliputi degenerasi fibrinoid trofblas,
infark iskemik akibat oklusi arteri spiralis dan akhirnya kalsifikasi. Fokus-fokus kecil
(kurang dari 1 cm) degenerasi subkorion dan marginal terdapat pada hampir semua
plasenta aterm tetapi fokus yang lebih besar biasanya di anggap abnormal.
(Leveno, 2009 : 273 )

b. Penyebab
Infark Plasenta disebabkan oleh infeksi pada pembuluh darah arteri dalam bentuk
pariartritis atau enartritis yang menimbulkan nekrosis jaringan dan disertai bekuan
darah. Pada gangguan yang besar dapat menimbulkan kurangnya pertukaran nutrisi,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dalam Rahim, keguguran, lahir
premature, lahir dengan berat badan rendah, dan kematian dalam Rahim.

c. Komplikasi
Pengaruh infark terhadap kehamilan kehamilan dan persalinanantara lain dapat
menyebabkan tertinggalnya selaput ketuban, sisa plasenta atau terjadi retensio plasenta
yang dapat menyebabkan perdarahan sehingga kadang-kadang memerlukan tindakan
manual atau digital dan kuretase untuk mengeluarkan dan membersihkannya. Dapat
juga terjadi hidrirea atau perdarahan antepartum, solusio plasenta abortus, partus
prematurus, perdarahan dan infeksiserta juga menggangu pertumbuhan janin dan
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah (Mochtar, 1998 : 248 )
Pada gangguan yang besar dapat dapat menimbulkan kurangnya pertukaran nutrisi,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, keguguran, lahir
prematur, lahir dengan berat badan rendah, dan kematian dalam rahim. (Manuaba, 1998
: 236)

d. Tata Laksana
Therapi antikoagulan diberikan untuk wanita hamil yang sebelum kehamilan sudah
rumit oleh infark plasenta yang luas, hambatan pertumbuhan janin intrauterine, ataupun
stillbirths. Dengan therapi antikoagulan, bayi lahir hidup, pertumbuhan tidak tidak
terbelakang, dan tidak ada infark parah plasenta diamati. Therapi mengakibatkan tidak
ada efek samping baik di ibu
Maupun neonatus
Pengaruh infark terhadap kehamilan dan persalinan antara lain dapat menyebabkan
perdarahan sehingga kadang-kadang memerlukan tindakan manual atau digital dan
kuretase untuk mengeluarkan membersihkannya. (Mochtar, 1998 : 248)

2.1.2 KALSIFIKASI PLASENTA


a. Pengertian
Kalsifikasi Plasenta atau pengapuran plasenta adalah kondisi penuaan plasenta akibat
adanya penumpukan kalsium yang disebabkan pecahnya pembuluh darah kecil di
plasenta yang sudah terjadi sejak umur hamil 28 minggu terutama dilapisan Nitabuch.
Kalsifikasi ini tidak banyak mempunyai arti klinis, kecuali pada kehamilan serotinus.

b. Penyebab
Klasifikasi plasenta tidak diketahui apa penyebab pastinya. Namun, kondisi ini
dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Mulai dari faktor keturunan hingga
faktor lingkungan seperti radiasi, frekuensi suara rendah, dan reaksi terhadap obat-
obatan tertentu. Infeksi bakteri juga diperkirakan bisa menyebabkan pengapuran.
Dalam beberapa penelitian menemukan bahwa gaya hidup juga turut berpengaruh
terhadap pengapuran plasenta. Oleh karena itu sangat disarankan bagi wanita untuk
senantiasa menerapkan gaya hidup sehat sebelum dan ketika menjalani masa
kehamilan. Hindari produk minuman yang emngandung alkohol dan kebiasaan
merokok. Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung gizi tinggi terutama yang
mengandung asam folat.

c. Dampak
Adanya plasenta berkapur tidak akan memberikan dampak yang serius bagi ibu
hamil.Walaupun pada beberapa kasus, ibu hamil yang mengalami pengapuran plasenta
disarankan untuk melahirkan dengan proses caesar. Dalam hal ini perlu mendapat
pemantauan dan perhatian yang serius dari tim medis. Jika terjadi stress pada janin
maka hal ini memaksa untuk dilakukan operasi caesar.
Sedangkan dampaknya bagi janin yaitu akan terjadi penumpukan kalsium yang
mengakibatkan plasenta mati dan digantikan oleh jaringan ikat. Kondisi ini tergantung
pada proses pengapuran yang terjadi jika mengganggu aliran/suplai nutrisi serta
oksigen pada janin. Secara umum plsenta berkapur akan menyumbat aliran darah
menuju janin sehingga terjadi gangguan pertumbuhan.

d. Tatalaksana
Pengapuran plasenta memang tak bisa diduga datangnya. Yang bisa dilakukan
adalah menjaga kondisi kehamilan sebaik mungkin, antara lain:
1. Hindari makanan yang mengandung bahan pengawet atau penyedap rasa.
2. Makanlah makanan yang sehat seperti sup, sayur bayam atau masakan lainnya yang
terbuat dari bahan-bahan pilihan. Pun saat mengonsumsi buah-buahan atau daging
atau ikan, pilihlah yang masih segar. Makanan yang sehat tak harus mahal loh!
3. Lakukan olahraga meski tidak setiap hari. Bila perlu ikutilah program senam hamil.
4. Hindari rokok.
5. Hindari stres selama hamil.
6. Istirahat yang cukup.
7. Tak kalah pentingnya, rajin-rajinlah berkunjung ke dokter Anda selama hamil guna
memantau ada gangguan atau kelainan selama hamil.

2.1.3 DISFUNGSI PLASENTA


a. Pengertian
Yang dimaksud dengan disfungsi plasenta adalah keadaan di mana plasenta, baik secara
anatomik maupun fisiologik tidak mampu untuk memberi makan dan oksigen kepada fetus
juga untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara normal. Dalam bidang
perinatologi hal ini disebut inufisiensi plasenta.
Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada bayi dalam bentuk fetal dismaturity atau
intra uterine growth retardation sehingga menghasilkan small for date baby atau kematian
intra uterin. Bayi small for dates tidak mempunyai vernix casseosa sehingga tampak kering,
kurus, berkeriput dan lapisan lemak yang tipis. Karena kekurangan O2, terjadi pengeluaran
mekonium sehingga tampak warna kuning pada kulit, tali pusat dan selaput janin.

b. Gejala Disfungsi Plasenta


Berikut ini terdapat gejala – gejala disfungsi plasenta :
1. Berat plasenta yang kurang dari 500gr atau index plasenta yang rendah menambah
kejadian kelahiran mati dan fetal distress (gawat janin). Juga bentuk makrospis dan
mikroskopis yang luar biasa (infark) dapat menjurus ke disfungsi plasenta.
2. Uterus yang kurang membesar, berat badan ibu yang turun terutama kalau disertai
dengan gejala gawat janin.
3. Penurunan kadar oestriol
Hal ini dapat ditentukan dengan pengukuran kwantitatip atau dengan pemeriksaan
tidak langsung, misalnya dengan fern test
4. Persalinan merupakan test juga bagi reserve plasenta dengan memperhatikan BJ anak
sewaktu persalinan
2.2 KELAINAN BENTUK PLASENTA
Sebagian besar plasenta dalam batas yang wajar, sehingga kehamilan dapat berlangsung
sampai aterm dan bersalin berjalan dengan normal. Hanya sebagian kecil dijumpai bentuk
plasenta yang menyimpang seperti dibawah ini :

a. Plasenta Dupleks
Plasenta bipatite atau dwilobus: Ada dua masa plasenta untuk janin tunggal, dengan
pembuluh darah janin mengubungkan satu lobus dengan lobus yang lainsebelum menyatu pada
tali pusat. Plasenta Dupleks Apabila plasenta sudah membentuk dua bagian dan pembuluh
darah janin pada tiap-tiap lobus berbeda dari lobus-lobus lain.

b. Plasenta Tripartite terdiri dari :


1. Plasenta fenestrata
Pada plasenta terdapat lubang atau jendela
Klinis : tidak menimbulkan kesulitan

2. Plasenta Berbentuk Cincin


Cincin jaringan plasenta, kadang-kadang disebut berbentuk sepatu kudu “Horse shoe
plasenta”, yang dihubungkan dengan perdarahan antepartumdan postpartum, juga
dihubungkan dengan PJT.

3. Plasenta Membranacea
Pertumbuhan plasenta tipis dan melebar sehingga dapat menimbulkan gangguan tertentu,
yaitu terjadi plasenta previa, dan sulit dapat melepaskan diri sehingga dapat terjadi
perdarahan primeratau sekunder post partum dan retensio plasenta.

4. Plasenta Anularis
Plasenta berbentuk cincin, sering dijumpai pada anjing

5. Plasenta Suksentruriata
Disamping satu plasenta biasa yang normal terdapat plasenta tambahan yang kecil
dan dihubungkan dengan pembuluh darah.
Klinis : Bila pada waktu persalinan, ada plasenta tambahan yang tertinggal maka
dapat terjadi perdarahan post partum, oleh karena itu bila pada pemeriksaan uri dalam
selaput janin terdapat pembuluh darah yang terputus dan terbuka, maka harus diperhatikan
kemungkinan adanya plasenta suksenturiata.
6. Plasenta Spuria
Terdapat tambahan plasenta soliter tanpa ada hubungan dengan plasenta .Klinis : dapat
terjadi perdarahan karena tertinggal dalam rahim dan dapat pula menyebabkan infeksi

7. Plasenta Marginata (Sirkumvalata)


Pada pinggir plasenta dijumpai cincin yang putih akibat decidua vera masuk diantara
selaput ketuban. Jaringan putih ini sesungguhnya lipatan dari jaringan selaput janin.
Selaput janin tidak melekat pada pinggir jaringan uri tetapi agak ke tengah.
Gejala klinis yakni : pada plasenta sirkumvalata lengkap, terdapat peningkatan
kejadian perdarahan antepartum, peningkatan mortalitas perinatal, peningkatan insiden
retardasi berat badan janin intra – uterin

8. Plasenta Sirkumvalata

Lempeng korionik (pada sisi janin) lebih besar daripada lempeng basal (pada sisi ibu). Pada
bagian pusat sisi janin ada lekukan bagian tengah yang dikelilongi oleh cincin tebal,
menonjoldan berwarna keabu-abuan (suatu lipatan rangkap korion dan amnion disertai
degenerasi desidua dan fibrin)

9. Plasenta Sirkum marginal


Jika cincin datar, hal ini terjadi di pinggir plasenta, juga terdiri atas desidua dan fibrin yang
mengalami degenerasi.
Klinis: dapat menimbulkan perdarahan sebelum persalinan

10. Plasenta Fenestrata


Bagian tengah plasenta tidak berbentuk sepeti diskus , meskipun lempeng korionik
biasanya utuh.

11. Plasenta Ekstrakhorial


Pada awal kehamilan, ketika vilikorionik mengalami regresi dari keseluruhan lempeng
korionik , terlalu banyak regresii akan menyebabkan proliferasi vili sebagai
kompensasinya. Plasenta ini dikaitkan dengan resiko terjadinya aborsi spontan yang lebih
besar, perdarahan antepartum, perlahiran prematur, kematian pranatal, dan malformasi
janin.

2.3 KELAINAN IMPLANTASI PLASENTA


Plasenta biasanya melekat pada dinding belakang atau depan rahim dekat fundus. Jonjot-
jonjot menyerbu ke dalam dinding rahim hanya sampai lapisan atas dari stratum
spongiosum.Kalau implantasinya rendah, yaiut di segmen bawah rahim, disebut plasenta
previa.
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta menutupi atau berada sangat dekat
dengan ostium uteri internum. Keadaan ini dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Plasenta Previa Totalis: dimana ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
2. Plasenta Previa Parsialis: dimana ostium uteri internum sebagian ditutupi oleh plasenta.
3. Plasenta Previa Marginalis: dimana bagian tepi dari plasenta berada di pinggir dari ostium
uteri internum.
4. Plasenta Letak Rendah: dimana plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, tetapi
tepi dari plasenta tidak mencapai ostium uteri internum, namun berada didekatnya.
Plasenta Akreta
Adalah bagian yang abnormal atau plasenta yang terikat pada dinding uterine. Pada
plasenta akreta meningkat secara langsung pada miometrium dengan desidua tidak sempurna
atau tidak ada desidua diantaranya, bila chorionic vili memperpanjang kontak dengan
miometrium dan benar-benar penetrasi ke dinding uterine, kondisi ini disebut plasenta
increta. Placenta percretaterjadi bila choronic vili menyerbu masuk dinding uterine pada
lapisan serosa. Kondisi ini jarang terjadi komplikasi, jadi peningkatan kejadian placenta
accreta bila wanita memiliki plasenta previa, sebelumnya pembedahan Caesar.

Penyebab Plasenta Akreta


Para dokter menduga bahwa plasenta akreta berkaitan dengan tingginya kadar alpha-
fetoprotein dan ketidaknormalan kondisi di dalam lapisan rahim. Meskipun begitu, penyebab
pasti plasenta akreta belum diketahui secara pasti. Sebenarnya risiko seorang wanita terkena
plasenta akreta bisa terus meningkat tiap kali dirinya hamil, terlebih lagi jika berusia di atas 35
tahun. Selain itu, kasus plasenta akreta juga banyak ditemukan pada wanita yang sebelumnya
melakukan operasi rahim, termasuk operasi caesar.
Selain kondisi di atas, risiko untuk terkena plasenta akreta juga tinggi apabila seorang wanita:

1. Memiliki posisi plasenta pada bagian bawah rahim ketika hamil.


2. Menderita plasenta previa (plasenta menutupi sebagian atau seluruh dinding rahim).
3. Menderita fibroid rahim submukosa (rahim tumbuh menonjol ke dalam rongga rahim).
4. Memiliki jaringan parut atau kelainan pada endometrium (dinding rahim bagian dalam).
Diagnosis Plasenta Akreta
Untuk mengetahui apakah seorang wanita hamil berisiko mengalami plasenta akreta,
dokter bisa mengukur kadar alpha-fetoprotein (protein yang dihasilkan oleh janin yang bisa
terdeteksi di dalam darah ibu) melalui tes darah. Namun pemeriksaan ini sebenarnya tidak
terlalu penting mengingat sebagian besar kasus plasenta akreta dapat tertedeksi melalui
pemeriksaan USG bulanan.
Selain pemeriksaan USG dan darah, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan lanjutan
menggunakan alat pindai MRI untuk mengetahui tingkat keparahan plasenta akreta apabila
terbukti pasien mengalaminya. Melalui MRI, tingkat kedalaman plasenta yang tumbuh pada
dinding rahim bisa diukur.

Penanganan Plasenta Akreta


Penanganan plasenta akreta yang dilakukan oleh dokter tergantung pada tingkat keparahan
kondisi itu sendiri. Apabila masih tergolong ringan dengan jarak plasenta dan mulut rahim
tidak terlalu dekat, maka proses kelahiran normal masih memungkinkan untuk dilakukan.
Setelah bayi lahir selanjutnya jika plasenta dapat terlepas seperti biasa, maka plasenta juga
akan dikeluarkan layaknya kelahiran normal. Risiko pendarahan tetap ada pada cara ini,
meskipun tidak terlalu parah. Dalam hal ini dokter akan menyiapkan transfusi darah dan
anestesi untuk penanggulangan.
Jika tingkat keparahan plasenta akreta sudah masuk level menengah atau tinggi di mana
jarak plasenta dan mulut rahim sangat dekat, maka dokter akan melakukan operasi sesar untuk
mengeluarkan si bayi kemudian mereka mungkin akan melakukan operasi untuk mengangkat
seluruh rahim pasca sesar dengan operasi histerektomi (gabungan prosedur ini
disebut cesarean hysterectomy).
Jika pasien tetap ingin mempertahankan rahimnya dan ingin hamil kembali, pilihan
tersebut sepenuhnya dikembalikan pada si pasien. Apabila pasien tidak ingin rahimnya
diangkat meskipun dokter sudah menjelaskan tentang komplikasi-komplikasi yang berisiko
terjadi, maka dokter mungkin akan melakukan operasi di mana sebagian plasenta ditinggalkan
di dalam rahim.
Pendarahan hebat, komplikasi-komplikasi lainnya seperti emboli paru atau tersumbatnya
arteri paru-paru oleh gumpanan darah, infeksi, dan masalah pada kehamilan berikutnya
(meliputi plasenta akreta yang kambuh, kelahiran prematur, dan keguguran) juga bisa terjadi
apabila masih ada bagian plasenta yang melekat di dinding rahim.
Apabila pasien bersedia rahimnya diangkat dan ingin sembuh secara total, maka
prosedur cesarean hysterectomy akan dilakukan.

2.4 KELAINAN SELAPUT JANIN


2.4.1 ROBEKNYA SELAPUT DALAM KEHAMILAN :
1. Spontan karena selaputnya lemah atau kurang terlindung karena serviks terbuka
(cervix yang incompelent )
2. Karena trauma, karena jatuh, koitus, atau alat – alat

a. GEJALA – GEJALA :
1. Air tuban mengalir ke luar, hingga rahimlebih kecil dari sesuai dengan tuanya
kehamilan, konsistensinya lebih keras.
2. Biasanya terjadi persalinan
3. Cairan : Hydrorrhoea amniotica
Untuk mengetahui apakah cairan yang keluar, betul – betul air tuban ditentukan
pH – nya, misalnya dengan lakmus atau nitrazin

b. TATALAKSANA
1. Kalau kehamilan sudah aterm dilakukan induksi
2. Kalau anak prematur diusahakan supaya kehamilan dapat berlangsung terus,
misalnya dengan istirahat dan pemberian progesteron.
3. Kalau kehamilan masih sangat mudah (dibawah 28 minggu) dilakukan induksi

2.3.2 Kadang – kadang selaput robek pada kehamilan yang masih sangat muda, misalnya pada
minggu – minggu pertama dari kehamilan. Dalam hal ini anak keluar dari kantongnya
dan tumbuh extra choria

a. GEJALA – GEJALA
1. Hydrorrhoea amniotica, sering bercampur darah.
2. Uterus kecil.
3. Pergerakan anak nyeri.
4. Bunyi jantung lekas terdengar (pada bulan ke-4).
5. Karena tidak ada air ketuban dapat terjadi cacat bawaan.

Ada kalanya pada kehamilan yang sangat muda ini, amnion saja yang robek
sedangkan chorion tetap utuh maka terjadi kehamilan extra amnial. Ini biasanya
terjadi karena pemisahan amnion dengan permukaan badan anak kurang sempurna
hingga di beberapa tempat amnion tetap melekat pada kulit.
Karena air ketuban bertambah banyak, perlekatan ini teregang dan terjadilah
benang-benang amnion atau benang Simonart.
Amnion tidak sama diregang hingga mudah robek dan anak keluar dari ruangan
amnion. Benang-benang amnion ini dapat menimbulkan amputasi intrauterin dari
anggota-anggota badan. Penyakit amnion lainnya ialah amnionitis, kista amnion,
dan amnion nodosa.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC.

Mochtar, Rustan. 1998. Sinopsis Obstetri.Jakarta ; EGC.

Sholehah, KJLFA.2004. Ilmu Kebidanan (Varney’s Midwifery 3rd.ed). Bandung ; Sekeloa


Publisher.

Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta ; EGC

Wash, Linda. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai