Gambar 4 : Plasenta
(Sumber:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f1/Placenta.svg/2000p
x-Placenta.svg.png)
Gambar 5 : Struktur Plasenta
(Sumber: http://biology-
forums.com/gallery/33_01_08_11_10_36_29_12621022.jpeg)
a. Struktur Plasenta
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, jonjot-jonjot
meliputi seluruh permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan,
jonjot pada kutub embrional terus tumbuh dan meluas membentuk
korion frondosum (korion berjonjot lebat seperti semak-semak).
Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi dan menjelang
bulan ketiga sisi korion ini menjadi halus dan disebut korion leave.
Perbedaan pada kutub embrional dan abembrional korion juga
dicerminkan pada susunan desidua. Desidua di atas korion
frondosum, desidua basalis, sedangkan desidua diatas yang meliputi
kutub abembrional disebut desidua kapsularis. Dengan
bertambahnya besar gelembung korion, lapisan ini menjadi regang
dan berdegenerasi. Selanjutnya, korion leave bersentuhan dengan
dinding rahim pada sisi rahim yang lain dan keduanya bersatu.
Rongga rahim kemudian tertutup. Oleh karena itu, satu-satunya
bagian korion yang ikut serta dalam proses pertukaran adalah korion
frondosum yang bersama dengan desidua basalis membentuk
plasenta. Menjelang permulaan bulan keempat, plasenta mempunyai
dua komponen : Bagian janin dibentuk oleh korion frondosum dan
vili. Bagian ibu dibentuk oleh desidua basalis.
1) Fetal Portion
Pada sisi janin plasenta dibatasi oleh lempeng korion. Pada
daerah penyatuan, sel-sel trofoblas dan desidua saling bercampur
baur. Daerah ini ditandai dengan adanya sel raksasa desidua dan
sinsitium serta kaya akan zat mukopolisakarida amorf. Sebagian
besra sel sitotrofoblas berdegenerasi. Antara lempeng korion dan
lempeng desidua terdapat ruang antar jonjot yang berisi darah ibu.
Ruang-ruang ini berasal dari lakuna dalam sinsitotrofoblas dan
dibatasi oleh sinsitium yang berasal dari janin. Cabang-cabang
jonjot tumbuh ke dalam danau-danau darah antar jonjot (Jarvis,
2011).
2) Maternal Portion
Selama bulan keempat dan kelima, desidua membentuk
sejumlah sekat yaitu sekat desidua yang menonjol ke dalam ruang
antar jonjot tetapi tidak mencapai lempeng korion. Sekat-sekat ini
mempunyai inti jaringan ibu, tetapi permukaannya diliputi oleh
selapis sel sinsitium sehingga selamanya selapis sel sinsitium
memisahkan darah ibu di dalam danau antar jonjot dari jaringan
janin pada jonjot. Sebagai akibat pembentukan sekat ini, plasenta
terbagi dalam sejumlah ruangan atau kotiledon. Oleh karena sekat
desidua tidak mencapai lempeng korion, hubungan antara ruang
antar jonjot dalam berbagai kotiledon tetap terpelihara. Sebagai
akibat berlanjutnya pertumbuhan janin dan pembesaran rahim,
plasenta juga membesar. Peningkatan luas permukaan secara
kasar sebanding dengan pembesaran rahim dan selama kehamilan,
plasenta menutupi kira-kira 25-30 % permukaan dalam rahim.
Peningkatan tebal plasenta diakibatkan oleh terbentuknya kaki-
kaki dari jonjot-jonjot yang sudah ada dan tidak disebabkan oleh
penembusan lebih lanjut ke dalam jaringan ibu. Ciri-ciri
permukaan fetal : Tediri dari vili, menghadap ke janin, warnanya
keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh amnion. Di bawah
amnion nampak pembuluh-pembuluh darah. Ciri-ciri permukaan
maternal : Terdiri dari desidua compacta dan sebagian desidua
spongiosa yang kelak ikut lepas dengan plasenta, menghadap ke
dinding rahim, warnanya merah dan terbagi oleh celah-celah.
Plasenta terdiri dari 16-20 kotiledon, permukaannya kasar
beralur-alur (Jarvis, 2011).
3) Letak Plasenta
Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian
depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. Hal ini adalah
fisiologis karena permukan bagian atas korpus uteri lebih luas,
sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi (Manuaba,
2008).
4) Bentuk dan ukuran plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau oval. Ukuran diameter 15-
20 cm, tebal 2-3 cm dan beratnya 500-600 gram. Biasanya
plasenta akan terbentuk lengkap pada usia kehamilan kira-kira 16
minggu, dimana ruang amnion telah mengisi seluruh rongga
rahim. Meskipun ruang manion membesar sehingga amnion
tertekan ke arah korion, namun amnion hanya menempel saja
tidak sampai melekat pada korion (Manuaba, 2008).
b. Fungsi Plasenta
1) Nutrisasi
Plasenta sebagai alat nutritif. Penyaluran bahan nutrisi dari
ibu ke janin dengan jalan : Difusi air dan bahan yang larut dalam
air, garam kalium dan natrium. Makin besar berat jenis bahan
makanan maka makin lambat terjadi difusi. Sistem enzimatik.
Prinsip bahan tersebut dipecah dan selanjutnya disintesis ke
bentuk aslinya dalam bentuk vili korialis. Bahan yang mengalami
proses enzimatik : Protein dipecah menjadi asam amino, lemak
dipecah menjadi asam lemak, hidrat arang dipecah menjadi
glukosa, glikogen dipecah menjadi fruktosa, vitamin dipecah
menjadi bentuk yang lebih kecil, obat-obatan. Pinositosis.
Caranya seperti aktivitas amoben. Bahan tersebut adalah
imunoglobulin G dan albumin. Ekskresi. Ginjal, hati dan usus
janin belum berfungsi dengan baik sebagai alat pembuanga. Sisa
metabolisme akan dibuang melalui plasenta yang dapat
menghubungkan janin dengan dunia luar secara tidak langsung.
Zat utama yang diekskresi adalah karbon dioksida ( CO2 ).
Bilirubin juga diekskresi karena sel darah merah diganti relatif
sering. Terdapat sedikit pemecahan jaringan yang terpisah serta
jumlah urea dan asam urat yang diekskresi sangat sedikit.
Respirasi. Dalam sirkulasi janin terdapat fetal hemoglobin (F)
yang memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen dan sebliknya
mudah melepaskan karbon dioksida melalui sistem difusi dalam
plasenta. Dengan adanya perbedaan afinitas tersebut, plasenta
dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pernapasan. Makin tua
kehamilan, semakin tinggi konsentrasi adult hemoglobin (A)
sebagai persiapan bernapas melalui paru-paru pada saat kelahiran
(Heffner & Schust ; Alih bahasa Umami V, 2008).
c. Sirkulasi Plasenta
Darah janin, mengandung sedikit oksigen. Dipompa oleh
jantung janin menuju ke plasenta melalui arteri umbilikus dan
diangkut sepanjang cabang ke pembuluh darah kapiler vili korionik.
Setelah membuang karbondioksida dan menyerap oksigen, darah
kembali ke janin melalui vena umbilikus. Darah maternal diangkut
ke dasar plasenta dalam desidua oleh arteri spiralis dan mengalir ke
dalam ruang darah di sekitar vili. Sirkulasi retroplasentaer terjadi
karena aliran darah arteri spiralis dengan tekanan 70 mmHg sampai
80 mmHg sedangkan tekanan darah pada vena di dasar desidua
basalis 20 mmHg sampai 30 mmHg. Diyakini bahwa arah aliran
mirip mata air ; darah mengalir ke atas dan membasahi vilus saat
disirkulasikan di sekelilingnya dan mengalir kembali ke dalam
cabang-cabang vena uterin. Darah arteri maternal kaya akan oksigen
dan nutrien. Darah janin dan maternal memiliki hubungan yang
dekat, tetapi tidak memiliki hubungan langsung. Perpindahan zat
antara darah janin dan maternal adalah melalui difusi, trasnpor aktif
dan pinositosis. Menjelang akhir kehamilan, plasenta memungkinkan
antibodi maternal memasuki sirkulasi janin. Antibodi memberikan
imunitas pasif sementara pada janin. Obat-obatan, alkohol, polutan
lingkungan, virus dan agens penyebab penyakit lainnya masuk
dengan bebas dari suirkulasi maternal ke sirkulasi janin.sebagian zat
ini disebut teratogen atau agens yang dapat menyebabkan defek lahir
(Heffner & Schust ; Alih bahasa Umami V, 2008).
a. Struktur Amnion
1) Volume pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1.000-1.500 cc.
2) Berwarna putih keruh, berbau amis dan terasa manis.
3) Reaksinya agak alkalis sampai netral dengan berat jenis 1.008.
4) Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea asam
urat, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, ferniks caseosa,
dan garam anorganik, kadar protein 2,6 % gram / liter.
b. Fungsi Amnion
1) Melindungi janin dari trauma atau benturan dengan benda luar
uterus.
2) Memungkinkan janin bergerak bebas.
3) Menstabilkan suhu tubuh janin tetap hangat.
4) Menahan tekanan uterus.
5) Sebagai pembersih jalan lahir.
c. Cara Mengenali Amnion
1) Dengan kertas lakmus.
2) Makroskopis, berbau amis, adanya lanugo dan ferniks caseosa,
serta bercampur mekonium.
3) Mikroskopis, terdapat lanugo dan rambut.
4) Laboratorium, kadar ureum rendah dibandingkan dengan air
kemih (urin).
4. Hormon-hormon yang Berperan dalam kehamilan:
a. Human Chorionic Gonadotropin (hCg)
Disintesis dan disekresi oleh plasenta. hCG mulai dapat
dideteksi satu hari setelah implantasi. Sekresi hormone ini akan
mempengaruhi hidup korpus luteum dan menstimulasi produksi
progesterone melalui sistem minggu saat plasenta mampu
menyintesis progesterone dan estrogen sendiri untuk
mempertahankan kehamilan. Fungsi hCG yang lain : merangsang
proses diferensiasi sitotrofoblas, stimulasi produksi testosterone
testis janin, diduga mempunyai efek imunosupresif selama
kehamilan, memiliki efek tirotropik yang menyebabkan
peningkatan produksi tiroksin (Manuaba, 2008).
b. Human Placental Lactogen (hPL)
Disintesis di sinsitiotrofoblas, dapat dideteksi mulai hari ke-
12 setelah fertilisasi atau segera setelah implantasi. hPL
mempunyai efek proteksi pada janin. Kadar hPL yang rendah
ditemukan pada preeclampsia, pertumbuhan janin terhambat, dan
neoplasma trofoblas (Manuaba, 2008).
c. Chorionic Adrenocorticotropin (CACTH)
Protein yang mirip ACTH. Kadar meningkat seiring
bertambahnya usia kehamilan. Plasenta menghasilkan ACTH
yang kemudian disekresikan ke dalam sirkulasi maternal dan
janin, tetapi ACTH maternal tidak masuk ke dalam sirkulasi janin
(Manuaba, 2008).
d. Chorionic Thyrotropin (CT)
Disekresi oleh plasenta. Ikut berperan dalam terjadinya
peningkatan produksi tiroksin pada kehamilan (Manuaba, 2008).
e. Relaksin
Mempunyai struktur kimia mirip insulin. Hormon ini
bekerja pada miometrium untuk merangsang adenyl cylase dan
menyebabkan relaksi uterus (Manuaba, 2008).
f. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
Disintesis oleh plasenta. Berperan sebagai hCG-releasing
hormone.
g. Corticotropin Releasing Hormone (CRH)
Ditemukan di plasenta pada trofoblas, amnion, korion, dan
desidua. Perannya diduga berhubungan dengan relaksasi otot
polos (baik miometrium maupun pembuluh darah), imunosupresi,
merangsang pembentukan prostaglandin plasenta (Manuaba,
2008).
h. Thyrotropin Releasing Hormone (cTRH) dan Growth Hormone
Releasing Hormone (GHRH)
Juga dikenal sebagai somatokrinin, dapat dideteksi pada
plasenta. Aktivitas biologisnya belum diketahui.
i. Progesteron
Saat usia kehamilan aterm, plasenta menghasilkan
progesterone + 210 mg/hari. Fungsi antara lain : mempertahankan
keadaan tenang uterus dengan mempertahankan afinitas yang
tinggi dari reseptor β2-adrenergic miometrium, berpengaruh
terhadap otot polos arteriol sehingga kapasitas vascular
meningkat dan tahanan perifer menurun, selaku substrat bagi
produksi glukokortikoid dan mineralokortikoid oleh adrenal janin.
j. Estrogen
Plasenta pada kehamilan aterm menyekresi baik estron,
estradiol, maupun estriol ke dalam sirkulasi maternal dan janin.
Estrogen berfungsi meningkatkan sintesis progesterone melalui
peningkatan uptake LDL dan aktivitas P450cc sinsisiotrofoblas,
menyebabkan vasodilatasi sirkulasi uteroplasenta, stimulasi
sistem rennin- angiotensin -aldosteron, neovaskulerisasi plasenta,
meningkatkan kontraktilitas uterus dan mempunyai efek
mitogenik terhadap pertumbuhan dan perkembangan glandula
mammae (Manuaba, 2008).
5. Penyabab dan persalinan normal
a. Fektor hormonal
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi
penurunan hormon estrogen dan progesteron. Dimana progesteron
bekerja sebagai relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah
berkurang dan hal ini menyebabkan atau merangsang pengeluaran
prostaglandin merangsang dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga
merangsang kontraksi uterus. Faktor struktur uterus atau rahim
membesar dan menekan, menyebabkan iskemia otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi otot plasenta yang berakibat
degenerasi (Prawirihardjo, 2009).
b. Faktor saraf
Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul
maka akan menekan dan menggesek ganglion servikalis yang
akan merangsang timbulnya kontraksi uterus (Prawirihardjo,
2009).
c. Faktor keturunan plasenta
Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan
penurunan produk hormon progesteron dan estrogen
(Prawirihardjo, 2009).
d. Faktor nutrisi
Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi
akan dikeluarkan (Prawirihardjo, 2009).
e. Faktor partus
Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan
menggunakan oksitosin, amnion gagang laminaria (Prawirihardjo,
2009).
Dapus