1
REFERENSI ……………………………………………………………………. 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-
rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh.
Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi
pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan
organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit
dan kekurangan gizi, selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan
penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi
dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhan.
2
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis
yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan
fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan
keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi.
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai
acuan untuk pelayan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
memperpendek lama hari rawat dan menghemat biaya perawatan.
Berkaitan dengan hal di atas, maka dalam melakukan pelayanan gizi di RS Sentra
Medika Cisalak harus berdasarkan standar pelayanan gizi di RS Sentra Medika Cisalak
dengan sistem layanan satu pintu melalui Tim Terapi Gizi
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan di RS Sentra Medika Cisalak.
2. Tujuan Khusus
a. Menyelenggarakan asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat inap bagi pasien
yang tidak memiliki risiko malnutrisi dan pelayanan gizi rawat jalan.
b. Menyelenggarakan terapi medik gizi klinik bagi pasien yang memiliki risiko atau
sudah berada dalam kategori malnutirisi.
c. Menyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan gizi yang aman dikonsumsi
serta memiliki citarasa yang dapat diterima oleh pasien dan Karyawan.
d. Meyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya.
e. Menyelenggarakan penelitian aplikatif di bidang gizi dan dietetik sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuan tersebut dapat dicapai bila tersedia tenaga pelayanan gizi yang mempunyai
kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:
3
1) Melakukan pengkajian gizi, faktor yang berpengaruh terhadap gangguan gizi dan status
gizi dengan cara anamnesis diet.
2) Menegakkan diagnosis gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
3) Menentukan tujuan dan merencanakan intervensi gizi dengan menghitung kebutuhan zat
gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian makanan yang sesuai dengan keadaan
pasien.
4) Merancang dan mengubah preskripsi diet dan menerapkannya mulai dari perencanaan
menu sampai menyajikan makanan.
5) Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien dan
keluarganya.
6) Dokter spesialis gizi klinik melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari anamnesis,
pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan antropometri), pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis medik gizi klinik dan pada akhirnya dapat menentukan terapi
medik gizi klinik.
7) Mengelola sumberdaya dalam pelayanan penyelenggaraan makanan bagi konsumen di
rumah sakit.
8) Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
9) Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan gizi rumah sakit, meliputi:
1. Rawat Jalan
Pelayanan gizi klinik rawat jalan merupakan pelayanan konsultatif, baik permintaan
pasien maupun dikonsulkan dari dokter atau dokter spesialis lain dari dalam atau luar RS,
atau pelayanan berdasarkan hasil skrining pasien poli RS.
2. Rawat Inap
Pelayanan ini diberikan kepada pasien rawat inap yang berisiko ringan, sedang dan berat
tidak berisiko malnutrisi, dilakukan tatalaksana nutrisi, yakni terapi gizi terintegrasi, yang
meliputi serangkaian proses (baik proses asuhan gizi terstandar atau proses terapi medik
gizi) dan dilakukan oleh seluruh pihak yang masuk ke dalam layanan kedokteran serta
4
kesehatan pasien, termasuk didalamnya adalah Tim Terapi Gizi. Tim ini terdiri dari
Dokter Spesialis Gizi Klinik, DPJP Utama, ahli gizi/nutriosoinis atau dietisien, perawat,
dan farmasi.
3. Penyelenggaraan Makanan.
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi
Suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok,
individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi
sehat atau sakit.
5
jawab dalam aspek gizi terkait keadaan klinis pasien, menetapkan preskripsi diet,
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peran terapi gizi serta
melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala bersama dietisien dan perawat selama
pasien dirawat.
6. Ahli Gizi/Dietisien
Seseorang yang diberi tugas tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat
berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan dietetik dan
makanan pasien, baik di masyarakat maupun di RS dan unit kesehatan lain.
7. Proses Asuhan Gizi Terstandar
Pendekatan sistematik dalam meberikan pelayanan asuhan gizi melalui serangkaian
aktivitias yang terorganisasi oleh dietisien.
8. Diagnosis Medik Gizi Klinik
Identifikasi masalah medik dan gizi pasien yang berhubungan dengan suatu penakit
berdasarkan analisis sistematik yang didapatkan dari proses anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan antropometri, evaluasi hasil laboratroium, dan pemeriksaan penunjang
lainnya terkait gizi klinik.
6
Adalah kebutuhan zat gizi klien/pasien yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi
penyakit dan kondisi kesehatannya. Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan rencana
diet dibuat oleh ahli gizi.
12. Asuhan Gizi
Adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang memungkinkan untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
13. Dietetik
Adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makan gizi,
sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang
optimal secara individu, melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan
gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
14. Konseling Gizi
Adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh
ahli gizi untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien
dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
15. Penyuluhan Gizi
Adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap
serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungan terhadap upaya peningkatan status gizi
dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat
massal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari.
16. Mutu Pangan
Adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan
standar terhadap bahan makanan dan minuman.
17. Food Model
Adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan sintetis atau asli
yang diawetkan dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang
digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat
jalan.
7
E. Landasan Hukum
1. Kepmenkes RI No.129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
2. Permenkes RI No.43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
3. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
4. Permenkes RI No.78 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
5. Kepmenkes RI No.374/Menkes/SK/II/2007 tentang Standar Profesi Gizi.
6. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara No.23/Kep/M.PAN/4/2001 tentang
Jabatan Fungsional Nutrisionis Dan Angka Kreditnya.
7. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. HK 00.06.3.4.1819
tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di Rumah Sakit tahun 2007.
8. PerPem No.28 tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Makanan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
8
Nama jabatan Kualifikasi Jumlah tenaga yang
ada
Kepala Instalasi Gizi S1-Spesialis Kedokteran 1 orang
STR aktif
Berpengalaman min.2 tahun
Koordinator Gizi D3-Gizi 1 orang
STR aktif
Berpengalaman min.2 tahun
Pelaksana Gizi D3/S1-Gizi 4 orang
STR aktif
Berpengalaman min.1 tahun
Pelaksana Dapur SMA, SMK 34 orang
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan instalasi gizi, yaitu:
1. Dinas pagi, yang berdinas 3 orang dengan kategori Koordinator gizi dan pelaksana.
2. Dinas middle, yang berdinas 1 orang dengan kategori pelaksana.
3. Dinas siang, yang bertugas 1 orang dengan kategori pelaksana.
9
2. Pengaturan Praktik Dokter Spesialis Gizi Klinik
a. Jadwal praktek Dokter Spesialis Gizi Klinik sesuai dengan kesepakatan dengan
Rumah Sakit.
b. Apabila Dokter Spesialis Gizi Klinik tidak dapat hadir, maka pengaturan diet pasien
dilakukan via online (telepon) dan didokumentasikan dalam CPPT.
BAB III
STANDAR FASILITAS
10
A. Denah Ruangan
11
2) Peralatan :
1) Peralatan Kantor
Meja, kursi, telepon, komputer, printer, lemari arsip.
2) Peralatan Penunjang Konseling dan Penyuluhan:
Food model, formulir (riwayat makan, konsumsi makanan, pola makan, asupan
zat gizi, asuhan gizi, pencatatan dan pelaporan), Lembar Preskrispi Nutrisi Medik
Gizi Klinik, timbangan, pengukur tinggi badan, standar diet, buku-buku pedoman
tatalaksana, SPO, buku panduan/pedoman.
12
1) Ruang penerimaan bahan makanan
Digunakan untuk penerimaan bahan makanan dan mengecek kualitas serta
kuantitas bahan makanan. Letak ruangan ini mudah dicapai kendaraan dan dekat
dengan ruang penyimpanan serta persiapan bahan makanan. Peralatan yang ada di
ruang penerimaan, yaitu meja dan timbangan.
2) Ruang penyimpanan bahan makanan
Ruang penyimpanan terdiri dari dua ruang, yaitu ruang penyimpanan basah dan
kering. Peralatan yang ada di ruangan ini yaitu: timbangan, rak-rak susun, lemari
pendingin, freezer, termometer, kertas log.
3) Ruang persiapan bahan makanan
Ruang persiapan bahan makanan dan bumbu meliputi kegiatan membersihkan,
mencuci, mengupas, menumbuk, menggiling, memotong, mengiris sebelum bahan
makanan dimasak. Peralatan yang ada, yaitu meja, bangku, blender, pisau, bak
cuci, baskom/wadah.
4) Ruang pengolahan dan distribusi makanan
Ruang pengolahan dikelompokan menurut kelompok makanan yang dimasak.
Misalnya makanan biasa dan makanan khusus. Peralatan, kompor, pengorengan,
blender, bak cuci, meja, kereta dorong, meja pembagi, bangku, baskom/wadah,
thermometer, kertas log.
5) Ruang pencucian dan penyimpanan alat
Ruang pencucian alat dilengkapi dengan sarana air panas. Pencucian peralatan,
pencucian alat makan, pencucian bahan makanan terpisah. Tersedia air mengalir
dalam jumlah yang cukup. Tersedia alat pembersih seperti sabun, sikat. Peralatan
yang ada, bak cuci, rak alat, tempat sampah.
6) Ruang makan cair
Ruangan ini adalah ruang untuk pembuatan makan cair yang bersifat bersih.
Peralatan yang ada di ruangan ini, yaitu meja, tempat sampah, lemari pendingin,
dispenser, papan tulis, timbangan digital, gelas ukur, sendok, thermometer, kertas
log.
13
7) Ruang pegawai
Ruangan ini adalah ruang untuk para petugas mengganti baju dan memakai
perlengkapan APD sebelum masuk ke dalam ruang penyajian dan ruang istirahat
petugas. Peralatan yang ada di ruangan ini, yaitu loker.
8) Ruang Gizi
Ruang untuk melakukan pengawasan dan mengawasi semua kegiatan di dapur.
Untuk membuat orderan makan pasien. Peralatan yang ada di ruangan ini, yaitu
komputer, meja, kursi, alat tulis, rak buku, tempat sampah, dan unit telepon.
b. Sarana Fisik
1) Letak tempat penyelenggaraan makanan
2) Mudah dicapai dari semua ruang perawatan agar pelayanan dapat diberikan
dengan baik dan merata untuk semua pasien.
3) Mudah dicapai kendaraan dari luar untuk memudahkan pengiriman bahan
makanan sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar.
4) Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci
(laundry), dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat.
5) Mendapat sinar dan udara yang cukup.
6) Kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan lain di
sekitarnya
c. Kontruksi
1) Lantai: harus kuat, mudah dibersihkan, tidak membahayakan, tidak licin, tidak
menyerap air, tahan terhadap asam, tidak berwarna dan tidak memberikan suara
keras.
2) Dinding: harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya yang cukup
bagi ruangan, tahan terhadap cairan. Semua kabel dan pipa atau instalasi harus
berada dalam keadaan terbungkus atau tertanam dalam lantai atau dinding.
14
3) Langi-langit: harus tertutup, dilengkapi dengan bahan peredam suara untuk bagian
tertentu. Jarak antara langit-langit dan lantai harus tinggi agar udara panas dapat
bersirkulasi dengan baik
4) Penerangan dan ventilasi: harus cukup, baik penerangan langsung maupun
penerangan listrik. Ventilasi harus cukup sehingga dapat mengeluarkan asap, bau
makanan, bau uap lemak, bau air dan panas, untuk itu dapat mengunakan exhause
fan pada tempat-tempat tertentu.
C. Alur Kerja
Alur kerja adalah urut-urutan kegiatan kerja dalam memproses bahan makanan menjadi
hidangan, meliputi kegiatan dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan baham makanan,
persiapan, pemasakan, penyajian, pembagian/distribusi makanan.
Pengadaan persiapan
bahan makanan
pengolahan
Pemorsian
15
16
BAB IV
KEBIJAKAN
17
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
18
h. Bila diperlukan, dokter spesialis gizi memberikan medikamentosa dan suplementasi
kepada pasien.
i. Dokter spesialis gizi klinik dapat menyarankan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan bagi pasien. Hasil laboratorium akan dibawa saat kunjungan rawat jalan
berikutnya.
j. Dokter spesialis gizi klinik memberikan edukasi dengan menggunakan food model
sebagai bahan acuan standar makanan sesuai dengan penukarannya.
k. Pasien dan/atau keluarganya dapat dipersilakan untuk memotret food model sebagai
bahan belajar di rumah.
l. Dokter spesialis memberikan rangkap pertama dari Lembaran Preskripsi Nutrisi
Terapi kepada pasien.
m. Semua kegiatan pelayanan didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
19
d. Pasien dengan skor MST Modifikasi <2 dan Strong Kids < 4, diberikan preskripsi diet
pasien oleh DPJP dan dicatat dalam rekam medis pasien.
e. Pasien dengan skor MST Modifikasi ≥2 dan Strong Kids ≥ 4, dilakukan pengkajian
lanjut oleh ahli gizi rumah sakit
f. Proses terapi medik gizi klinik (kajian gizi medik (termasuk 24-hour food recall),
penentuan diagnosis medik gizi klinik, serta monitoring serta evaluasi setiap hari) oleh
Dokter Spesialis Gizi Klinik dibantu oleh anggota lain TTG, dicatat dalam rekam
medis pasien.
g. Pasien yang berada dalam katagori tidak berisiko atau berisiko ringan malnutrisi akan
dilakukan skrining kembali risiko malnutrisi pada 3 (tiga) hari kemudian.
h. Penentuan diet ditulis dalam Catatan Pelayanan Pasien Terintegrasi (CPPT) di rekam
medis oleh DPJP, Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Ahli Gizi Rumah Sakit.
i. Penentuan diet oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Ahli Gizi Rumah Sakit harus
diverifikasi oleh DPJP di CPPT dan Daftar Permintaan Makan Pasien (DPMP).
j. Untuk pasien rawat inap kegiatan pelayanan gizi, meliputi :
a) Konseling oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik dan edukasi oleh ahli gizi/nutrisionis
atau dietisien
- Edukasi gizi adalah serangkaian penyampaian pesan gizi untuk meningkatkan
pemahaman pasien/keluarga terhadap pentingnya pengaturan gizi untuk
membantu mempercepat proses penyembuhan.
- Saat pasien diperbolehkan untuk membawa makanan dari luar rumah sakit, ahli
gizi memberikan edukasi berupa cara pengolahan makanan di rumah serta cara
penyimpanan saat makanan tersebut dibawa ke rumah sakit.
- Ahli gizi melakukan edukasi tentang makanan dari luar rumah sakit yang akan
disimpan dilemari pasien mengenai daya tahan makanan dan waktu konsumsi,
agar mencegah kontamiansi.
20
- Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) adalah serangkaian kegiatan yang
terstruktur untuk mengidentifikasi kebutuhan gizi, meliputi asesmen gizi,
diagnosis gizi, intervensi dietetik gizi dan monitoring evaluasi gizi yang
dilakukan oleh ahli gizi rumah sakit. Pendokumentasian PAGT dicatat dalam
rekam medik dalam bentuk format A-D-I-M-E (asesmen, diagnosis, intervensi,
monitoring dan evaluasi) serta diverifikasi oleh DPJP.
d) Pemberikan terapi medik gizi klinik oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik
- Proses terapi medik gizi klinik (kajian gizi medik (termasuk 24-hour food
recall), penentuan diagnosis medik gizi klinik, serta monitoring serta evaluasi
setiap hari) oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik dibantu oleh anggota lain TTG,
dicatat dalam rekam medis pasien.
21
merancang kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan dalam penyelenggaraan
makanan.
Langkah penyusunan standar bahan makanan seorang sehari :
a. Menetapkan kecukupan gizi atau standar gizi pasien di rumah sakit dengan
memperhitungkan ketersediaan dana di rumah sakit
b. Terjemahkan standar gizi menjadi item bahan makanan dalam berat kotor
22
2) Ahli gizi menghitung kebutuhan semua bahan makanan dengan
menetapkan: jumlah konsumen rata-rata yang dilayani, menghitung macam
dan kebutuhan bahan makanan.
3) Ahli gizi merekap total kebutuhan bahan makanan ke dalam form
kebutuhan bahan makanan.
4) Kebutuhan bahan makanan dikonversikan dalam ukuran berat kotor.
23
Langkah pemesanan bahan makanan, menentukan frekuensi pemesanan
bahan makanan segar dan kering. Rekapitulasi kebutuhan bahan makanan dengan
cara mengalikan semua standar porsi dengan jumlah konsumen/pasien kali kurun
waktu pemesanan.
Pembelian bahan makanan adalah serangkaian kegiatan penyediaan
macam, jumlah, spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen/pasien sesuai ketentuan/kebijakan yang berlaku.
24
b) Ahli gizi mengawasi peletakkan bahan makanan secara teratur pada
tempat yang sesuai menurut macam, golongan (bahan makanan basah dan
bahan makanan kering) ataupun urutan pemakaian bahan makanan.
c) Pemakaian bahan makanan dilaksanakan dengan sistem FIFO (First In
First Out)
d) Kartu stock penerimaan dan pengeluaran bahan makanan harus diisi dan
diletakan pada tempatnya.
e) Semua bahan makanan disimpan dalam keadaan terbungkus rapat dan
tidak berlubang. Makanan disimpan dengan cara mengurangi resiko
kontamisai dan pembusukan.
(1) Bahan Makanan Basah
Bahan makanan yang tidak digunakan langsung di simpan dalam
tempat penyimpanan bahan makanan basah. Yang termasuk dalam bahan
makanan basah adalah daging, ikan, ayam, telur, susu, tempe, tahu, sayur-
syuran, buah-buahan dan sebagainya. Suhu dan waktu penyimpanan harus
sesuai jenis bahan makanan.
Tabel 2. Suhu dan lama penyimpanan bahan makanan mentah dan segar
No Jenis bahan Lama waktu penyimpanan
< 3 hari ≤ 1 minggu >1 minggu
makanan
1 Daging, ikan dan -5 - 0˚C -10 – 50˚C < -10˚C
hasil olahannya
2 Telur, susu dan hasil 5 - 7˚C -5 - 0˚C < -5˚C
olahannya
3 Sayur, buah dan 10˚C 10˚C 10˚C
minuman
4 Tepung dan biji- 25 °C 25 °C 25 °C
bijian
Ket : di dalam masing-masing alat penyimpanan bahan makanan tersebut
dilengkapai dengan 1 (satu) unit thermometer dan 1 (satu) lembar log suhu.
Suhu dicatat dalam lembar log setiap pergantian shift oleh ahli gizi.
1) Shift pagi : 07.00 WIB
25
2) Shift siang : 13.00 WIB
3) Shift sore : 20.00 WIB
26
d. Petugas Gudang mengecek kesesuaian sisa stok pada dokumen dengan
sisa stok barang yang ada.
e. Ahli Gizi bertanggung jawab dan mengecek laporan bahan makanan yang
dibuat oleh Petugas Gudang
k. Pendistribusian makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran
makanan di unit produksi sampai ke pasien sesuai dengan standar porsi dan jenis
diet pasien, baik makanan biasa maupun makanan khusus.
27
5. Petugas mendistribusikan makanan sesuai denagn etiket diet ke pasien di
ruang perawatan.
6. Waktu pendistribusian makanan pasien:
- Makan pagi : Pk. 06.00-08.00
- Makan siang : Pk. 11.30-14.00
- Makan sore : Pk. 16.30-19.00
7. Jam pemberian snack :
- Snack pagi : 09.00 – 10.00 WIB
- Sanck sore : 14.30 – 15.30 WIB
8. Rentang waktu pengiriman makan pasien:
a. Makan pagi : 06.00-07.00 WIB
b. Makan siang : 11.30-12.30 WIB
c. Makan sore : 16.30-18.00 WIB
9. Rentang waktu pengiriman snack pasien:
a. Snack pagi : 09.00-09.30 WIB
b. Snack sore : 14.30-15.00 WIB
10. Pasien baru masuk ruang rawat inap mendapatkan makanan sesuai jadwal
makan/selingan berikutnya yang terdekat.
11. Bila pasien baru masuk ruang rawat inap melebihi 15 menit dari batas akhir
waktu jam pemberian makan dan jam pemberian snack, pasien dapat
meminta makanan siap saji (sumsum/roti)
12. Disrtibusi makanan didokumentasikan dalam buku distribusi makanan
pasien dengan mencantumkan waktu distribusi dan nama pasien.
28
b. Makan siang : 12.00 – 15.00 WIB
c. Makan sore : 17.00 – 20.00 WIB
BAB VI
LOGISTIK
29
1. Bahan makanan, produk nutrisi enteral pabrik dan bahan habis pakai (BHP)
2. Barang rumah tangga (RT) dan alat tulis kantor (ATK)
GIZI
INSTALA - MCU
SI - HD
RAWAT
INAP
2. Perencanaan
Instalasi Gizi akan mendata kebutuhan makanan dan bahan habis pakai setiap tahun.
Rencana kebutuhan berdasar realisasi tahun lalu dan ditambah estimasi rencana
penambahan jumlah tempat tidur pasien.
3. Permintaan
Permintaan makan pasien dilakukan lima sehari (tiga kali makan utama dan dua kali
makan selingan/snack) sesuai jadwal pemberian makan pasien berdasarkan pesanan
makanan dari DPJP melalui perawat di Instalasi Rawat Inap/Dokter Spesialis Gizi
Klinik/Dietisien.
4. Pembelian/Pengadaan
Pengadaan makanan dilakukan sesuai perencanaan oleh Instalasi Gizi.
30
6. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan makanan yang dipesan dan diterima dilakukan oleh Ahli Gizi.
2. Perencanaan
Instalasi Gizi mendata kebutuhan barang-barang alat tulis dan alat rumah tangga setiap
seminggu dua kali, yaitu setiap hari senin dan jumat dan mengajukan kebutuhan tersebut
ke Unit/bagian Umum. Rencana kebutuhan berdasar pemakaian alat tulis dan rumah
tangga seminggu sebelumnya.
3. Permintaan
Instalasi Gizi mengajukan permintaan alat tulis kantor/barang berdasarkan kebutuhan
setiap seminggu dua kali, yaitu setiap hari senin dan jumat..
4. Penyimpanan dan pemakaian
Penyimpanan dan pemakaian ATK dan alat rumah tangga dilakukan di ruang Instalasi
Gizi .
31
BAB VII
KESELATAMAN MAKANAN DAN SANITASI
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan pasien di
RS. Makanan yang diberikan tidak hanya harus memenuhi unsure gizi tetapi juga unsur
keamanannya, dalam arti harus bebas dari komponen-komponen yang meyebabkan penyakit.
Sesuai dengan Pengaturan Pemerintah No.28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan Gizi
makanan.
A. Keamanan Makanan
Keselamatan pasien adalah suatu sistem untuk membuat asuhan pasien lebih aman.
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan pasien di
rumah sakit. Makanan yang diberikan tidak hanya harus memenuhi unsur gizi tetapi juga
harus keamanannya, dalam arti harus bebas dari komponen-komponen yang menyebabkan
penyakit. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan.
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan, sehingga menjadi hal yang mutlak
harus dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di rumah sakit.
Prinsip penyehatan makanan dalam penyelenggaraan makanan, meliputi:
Good manufacturing practices (GMP) atau cara pengolahan makanan yang baik dan
benar
Hygiene dan sanitasi makanan
Penggunaan bahan makanan
Prosedur kerja
Penerapan kaidah tersebut dilakukan mulai dari pemilihan nahan makanan sampai
penyaijan makanan ke konsumen.
2. Pemilihan bahan makanan
32
a. Memilih dan cici-ciri makanan yang berkualitas
Dalam pemilihan bahan makanan, terutama bahan makanan mentah (segar), ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum diolah :
1. Mutu bahan makanan yang terkait nilai gizi
2. Kebutuhan bahan makanan
3. Kebersihan
4. Keamanan/bebas dari unsure yang tidak diharapkan
33
b. Ikan dan produk olahannya
Adanya bau busuk karena gas ammonia, sulfide atau senyawa busuk lainnya,
terbenuk lender pada permukaan ikan, adanya perubahan warna, yaitu kulit dan
daging ikan menjadi kuam dan pucat, adanya perubahan daging ikan yang tidak
kenyal lagi, tumbuhnya kapang pada ikan kering.
c. Telur dan produk olahannya
Adanya perubahan fizik seperti penurunan berat karena airnya menguap,
pemebsaran kantung telur karena senagian isi telur berkurang, timbulmya bintik-
bintik berwarna hijau, hitam atau merah karena tumbuhnya bakteri, tumbunya
kapang perusak telur, timbulnya bau busuk.
d. Susu dan produk olahannya
tanda-tanda kerusakan susu adalah : adanya perubahan rasa susu menjadi asam,
susu menggumpal, terbentuknya lender, adanya perubahan bau menjadi tengik,
tumbuhnya kapang pada produk olahan susu.
e. Sayuran dan buah-buahan serta produk olahannya
sayuran dan buah-buahan dapat menjadi rusak baik secara fisik maupun oleh
serangga atau karena pertumbuhan mikroba. Tanda-tanda kerusakan sayuran dan
buah-buahan serta produk olahannya dalah: menjadi memar karena benturan fisik,
menjadi layu karena penguapan air, timbulnya noda-noda warna karena spora
kapang yang tumbuh pada permukaannya, timbulnya bauk alcohol atau rasa asam,
menjadi lunak karena sayuran dan buah-buahan menjadi berair.
f. Biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian
Tanda-tanda kerusakan pada biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian
adalah adanya perubahan warna dan timbulnya bintik-bintik berwarna karena
pertumbuhan kapang pada permukaannya.
g. Minyak goreng
Tidak menggunakan minyak goreng daur ulang atau minyak yang telah digunakan
lebih dari dua kali proses penggorengan.
h. Saos
Saos yang rendah mutunya dan beresiko tidak aman dicirikan oleh harga yang
amat murah, warna merah yang mencolok, dijual dalam kemasan tidak bermerek,
34
citasara yang tidak asli (bukan rasa cabe dan tomat) dan rasa pahit setelah
dikonsumsi.
35
3) Tempat atau wadah peyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan,
contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan
bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab.
4) Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm
5) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 % – 90 %.
6) Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik.
7) Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu + 10°C
8) Penyimpanan bahan makanan harus memeperhatikan suhu sebagai berikut:
Tabel 3. Suhu dan lama penyimpanan bahan makanan mentah dan segar
No Jenis bahan makanan Lama waktu penyimpanan
< 3 hari ≤ 1 minggu >1 minggu
1 Daging, ikan dan hasil -5 - 0˚C -10 – 50˚C < -10˚C
olahannya
2 Telur, susu dan hasil 5 - 7˚C -5 - 0˚C < -5˚C
olahannya
3 Sayur, buah dan minuman 10˚C 10˚C 10˚C
4 Tepung dan biji-bijian 25 °C 25 °C i.
9) Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai
berikut:
Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm.
Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm.
Jarak bahan makanan denagn langit-langit : 60 cm.
36
1. Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam golongan ataupun
urutan pemakaian bahan makanan.
2. Menggunakan bahan makanan yang diterima trlebih dahulu (FIFO = First In First
Out). Untuk mengetahui bahan makanan yang terima diberi tanggal penerimaan.
3. Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan dibagian
penyimpanan bahan makanan ini, termasuk kartu stok bahan makanan harus segera
diisi tanpa ditunda, diletakan pada tempatnya, diperiksa dan diteliti secara kontinyu.
4. Kartu atau buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan harus segera diisi
dan diletakan pada tempatnya.
5. Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan.
6. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat dan tidak
berlubang. Diletakan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan tidak menempel pada
dinging.
7. Pintu harus terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada waktu-waktu yang
ditentukan. Pegawai yang keluar masuk gudang hanya pegawai yang telah ditentukan.
8. Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19 – 21 °C.
9. Pembersihan ruangan secara periodic 2 kali seminggu.
10. Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara preiodik
dengan mempertimbangkan keadaan ruangan.
11. Semua lubang yang ada di dinging harus berkasa, serta bila terjadi perusakan oleh
binatang pengerat, harus segera diperbaiki.
37
4. Semua bahan yang akan dimasukan ke lemari/ruang pendingin sebaiknya dibungkus
plastic atau kertas timah.
5. Tidak menmpatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan makanan yang
tidak berbau.
6. Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul diperhatikan. Untuk buah-
buahan, ada yang tidak memerlukan pendingin. Perhatikan sifat buah tersebut sebelum
dimasukan ke dalam ruang/lemari pendingin.
3. Pengolahan Makanan
Pengolahan makan yang baik adalah pengolahan makanan yang mengikuti kaidah prinsip-
prinsip hygiene dan sanitasi atau cara produksi makanan yang baik, yaitu:
a. Tempat pengolahgan makanan atau dapur harus memenuhi paersyaratan teknis
hygiene sanitasi untuk mencegas resiko pencemaran terhadap makanan dan dapat
mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya. Menu disusun dengan
memeperhatikan: pemesanana dari konsumen, ketersedian nahan, jenis dan jumlahnya,
keragaman variasi dari setiap menu, proses dan lama waktu pengolahannya, keahlian
dalam mengolah makanan dari menu terkait.
b. Pemlihan bahan (sortir) utnuk memisahkan/membuang bagian bahan yang rusak/afkir
dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi risiko pencemaran
makanan.
c. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan priorotas dalam
memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higieneis dan semua bahan yang
siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
d. Peralatan
a) Perlatan yang kontak dengan makanan
Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan makanan
(food grade), yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa atau
garam yang lazim terdapat dalam makanan dan tidak mengelaurkan bahan
berbahaya dan logam berat beracun seperti timah hitam (Pb),
38
Arsenikum(As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), Antimon
(Stibium) dan lain-lain.
Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan
beracun.
Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu, kipas angin
harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber
pencemaran dan tidak meyebabkan sumber bencana (kecelakaan).
Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian kontak
langsung dengan makanan atau yang menempel dimulut.
Kebersihan alat artinya tidak boleh mengandung Eschericia coli dan kuman
lainnya.
Keadaan peralatan harus utuk, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal dan
mudah dibersihkan.
e. Peralatan yang digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan
prioritas.
f. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal 90°C agar
kuman pathogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat gizi tidak hilang
akibat penguapan.
g. Higiene penangan makanan
1) Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai dengan prinsip
hygiene sanitasi makanan.
39
2) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan menghindari penempatan
makanan terbuka dengan tumpang tindih karena akan mengotori makanan dalam
wadah dibawahnya.
5. Pengangkutan Makanan
Makanan masak sangat disukai oleh bakteri karena cocok untuk berkembangnya
bakteri. Oleh karena itu cara penyimpanan dan pengankutannya harus memperrhatikan
40
wadah penyimpanan makanan masak (setiap makanan masak memiliki wadah yang
terpisah, pemisahan didasarkan pada jenis makanan dan setiap wadah harus memiliki
tutup tetapi tetap berventilasi serta alat pengangkutan yang khusus.
a. Pengangkutan bahan makanan
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
2) Menggunakan kendaran khusus pengangut bahan makanan yang higienis.
3) Bahan makanan tidak boleh diinjak, dinating dan diduduki
4) Bahan makanan yang selama pengakutan harus selalu dalam keadaan dingin,
diangkut dengan menggunakan alat pendingin sehingga nahan makanan tidak
rusak seperti daging, susu cair dan sebagainya.
b. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dn beracun (B3)
2) menggunakan kendaraan khusus pengangut makanan jadi/masak dan harus selalu
higienis
3) setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan tertutup. Hindari
perlakuan makanan yang ditumpuk, diduduki, diinjak dan dibanting.
4) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah
makanan yang ditempatkan. Wadah tidak dibuka tutup selama perjalanan.
5) Isi tidak boleh penuh utntuk menghindari terjadi uap makanan yang mencair
(kondensasi)
6) Pengangutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar makanan
tetap panas pada suhu 60ºC atau tetap dingin pada suhu 40ºC.
6. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.makanan
yang disajikan adalah makanan yang siap dan laik santap.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap penyajian makanan antara lain:
a. Tempat penyajian
Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan ke tempat
penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi selama pengangutan karena akan
41
mempengeruhi kondisi penyajian. Hambatan diluar dugaan sangat mempengaruhi
keterlambatan penyajian.
b. Prinsip Penyajian makanan
1. Prinsip pewadahan yaitu setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah yang
terpisah dan memiliki tutup untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang
2. Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi baru dicampur
mejelang penyajian untuk menghindari makanan cepat basi
3. Prinsip edible part yaitu setiap bahan yang disajikan merupakan bahan yang dapat
dimakan, hal ini betujuan untuk menghindari kecelakaan salah makan.
4. Prinsip pemisah yaitu makanan yang disajikan dalam dus harus dipisah satu sama
lain
5. Prinsip panas yaitu penuajian makanan yang harus disajikan dalam keadaan
panas, hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan meningkatkan
selesra makan. Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahKn tetap
dalam keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan
dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan harus berada pada suhu
>60ºC.
6. Prinsip bersih yaitu setiap pealatan/wadah yang digunakan harus higienis, utuh,
tidak cacat atau rusak.
7. Prinsip handling yaitu setiap penanagan makanan tidak boleh kontak langsung
dengan anggota tubuh
8. Prinsip tepat penyajian disesuaikan dengan kelas pelayanan dan kebutuhan. Tepat
penyajian yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hiding dan tepat volume
(sesuai jumlah).
42
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang meniti beratkan
pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum
makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan
sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi kepada
konsumen.
Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku, mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/KEP/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
2. Tujuan
1. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen
2. Menurunnya terjadi resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
makanan
3. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
43
3. Higiene Tenaga Penjamah Makanan
Tabel 5. Syarat Higiene Penjamah makanan
No Parameter Syarat
1 Kondisi kesehatan Tidak manederita penyakit menular: batuk, pilek,
influenza, diare, penyakit menular lainnya.
2 Menjaga kebersihan diri Mandi teratur dengan sabun yang bersih
Menggosok gigi dengan pasta gigi dan sikat gigi
secara teratur, paling sedikit dua kali dalam sehari,
yaitu setelah makan dan sebelum tidur.
Membiasakan membersihkan lubang hidung, lubang
telinga dan sela sela jari secara teratur
Mencuci rambut/keramas secara rutin dua kali dalam
seminggu
Kebersihan tangan : kuku dipotong pendek, kuku tidak
dicat atau dikutek, bebas luka.
3 Kebiasaan mencuci tangan Sebelum menjamah atau memegang makanan
Sebelum memegang peralatan makan
Setelah keluar dari WC atau kamar kecil
Setelah meracik bahan mentah seperti daging, ikan,
sayuran dan lain lain
Setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti
bersalaman, meyetir kendaraan, memeprbaiki
peralatan, memegang uang dan lain lain
4 Perilaku penjamah Tidak menggaruk-garuk rambut, lubang hidung atau
makanan dalam melakukan sela-sela jari/kuku
Tidak merokok
kegiatan pelayanan
penaganan makanan menutup mulut saat bersin atau batuk
44
tidak memakan permen dan sejenisnya pada saat
pengolahan
5 Penampilan penjamah Selalu bersih dan rapih, memakai celemek
Memakai tutup kepala
makanan
Memakai alas kaki yang tidak licin
Tidak memakai perhiasan
Memakai sarung tangan, jika diperlukan
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
Penyehatan dan keselamatan kerja mempunyai kegiatan yang sangat berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan kelalaian petugas dapat pula mengakibatkan kontaminasi
terhadap makanan. Pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat
kerja yang terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan
dalam penyelenggaraan makanan banyak.
45
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat dicegah, terjadi dengan tiba-
tiba dan tentunya tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan oleh pegawai yang dapat
menyebabkan kerusakan pada alat-alat, makanan dan melukai karyawan/pegawai.
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian/kesengajaan.
B. Tujuan
Syarat-syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan
tujuan:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada kebakaran atau kejadian lain
yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisil/psikis,
keracunan, infeksi dan penularan
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
11. Memperoleh kebersihan antar tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang atau barang
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
14. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang
15. Mencegah terkena aliran listrik
46
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi tambah tinggi
47
2. Ruang persiapan dan pengolahan makanan
Keamanan dan keselamatan kerja di ruang ini akan tercapai bila:
a. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik
b. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaiannya
c. Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya
d. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan dibersihkan
e. Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan mesin,
lampu, gas/listrik, dsb
f. Meneliti dahulu semua perlatan sebelum digunakan
g. Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah dimatikan
mesinnya.
h. Mengisi panci-panci menurut ukuran dan jangan melebihi porsi yang telah ditetapkan
i. Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi kapasitasnya
j. Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapih
k. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu penuh
l. Perhatikan, bila membawa baki makanan pada baki jangan sampai tertumpah atau
makanan tersebut tercampur
m. Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng.
3. Ruang distribusi makanan
a. Tidak mengisi panci/piring terlalu penuh
b. Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas
c. Meletakkan alat dengan teratur dan rapih
d. Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya
e. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu penuh
f. Menggunakan peralatan yang bersih dan kering
g. Menggunakan alat pelindung diri (terdiri dari : celemek, tutup kepala, sarung tangan,
masker)
h. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan dibersihkan
i. Menata makanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
j. Membuang/membersihkan sisa makanan/sampah segera setelah alat makan/alat dapur
selesai digunakan
48
4. Alat pelindung kerja
a. Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan enak
dipakai
b. Menggunakan sepatu khusus yang tidak licin
c. Menggunakan serbet pada tempatnya
d. Tersedianya sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang
cukup, sabun, dsb
e. Tersedianya alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik dan mudah terjangkau
f. Tersedianya alat/obat P3K
BAB IX
49
PENGENDALIAN MUTU
Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi di rumah sakit, ditujukan untuk
menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi. Fungsi dari kegiatan pengawasan dan
pengendalian mutu dalam pelayanan gizi di rumah sakit adalah:
1. Mengawasi setiap tahapan proses
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu
50
BAB X
PENUTUP
Pelayanan gizi RS Sentra Medika Cisalak merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan lainnya di rumah sakit ini dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat
jalan di RS Sentra Medika Cisalak.
Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS Sentra Medika Cisalak bertujuan untuk
memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan
gizi di rumah sakit yang tepat bagi klien/pasien sesuai tuntuan dan kebutuhan masyarakat, selain
itu pedoman ini juga akan bermanfaat bagi pengelola gizi rumah sakit dalam
mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan serta perkembangan pelayanan gizi yang
histolik.
Ditetapkan di : Depok
Pada Tanggal :
Direksi RS Sentra Medika
51
REFERENSI
Kementrian Kesehatran Republik Indonesi. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2014.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI, 2013.
Dep.Kes. RI Direktorat Jendral PP & PL. Kumpulan Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan
dan Minuman. Kementrian Kesehatan RI, 2010.
52