Anda di halaman 1dari 76

PANDUAN

PROSES ASUHAN GIZI


TERSTANDAR
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………….. 1


LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………….. 2
BAB I DEFINISI ………………………………………………….. 3
BAB II RUANG LINGKUP………………………………………………….. 5
BAB III KEBIJAKAN …………………………………………………..
7
BAB IV TATA LAKSANA ………………………………………………….. 8
A. PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN …………………………..
8
B. PELAYANAN GIZI RAWAT INAP ………………………….. 8
1. Skrining Gizi ………………………….. 8
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar ………………………….. 9
Langkah-langkah PAGT …………………………. 13
1. Asesmen Gizi …………………………. 13
2. Diagnosis Gizi …………………………. 33
3. Intervensi Gizi …………………………. 41
4. Monitoring dan Evaluasi Gizi …………………………. 45
BAB V DOKUMENTASI ………………………………………………...... 47
BAB VI PENUTUP ………………………………………………….. 49
REFERENSI …………………………………………………. 50
Lampiran 1. Uraian Terminologi Diagnosis Gizi …………………………. 51
Lampiran 2. Contoh Soal …………………………………………………. 68

1
LEMBAR PENGESAHAN

2
BAB I
DEFINISI

Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kulaitias
Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu perlu pelayanan gizi yang berkualitas pada
individu dan masyarakat. Pelayanan gizi merupakan salah satu sub-sistem dalam pelayanan
kesehatan paripurna, yang berfokus kepada keamanan pasien. Dengan demikian pelayanan gizi
wajib mengacu kepada standar yang berlaku. Meningat masih dijumpai kejadian malnutrisi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maka perlu upaya pendekatan yang
lebih strategis.

Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan peningkatan
risiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu terdapat kecenderungan peningkatan kasus
yang terkait gizi baik, pada individu maupun kelompok. Hal ini memerlukan asuhan gizi yang
bermutu guna mempertahankan stataus gizi yang optimal dan untuk mempercepat
penyembuhan.

Sejak tahun 2003 American Dietetic Association (ADA) menyusun Standarized


Nutrition Care Process (NCP). Kemudian pada tahun 2006, Sosiasi Dietisien Indonesia
(ASDI) mulai mengadopsi NCP-ADA menjadi Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Proses
terstandar ini adalah suatu metoda pemecahan masalah yang sistemasis dalam menangani
problem gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gisi yang aman, efektif dan berkualitas
tinggi. Terstandar yang dimaksud adalah memggunakan struktur dan kerangka kerja yang
kosnsisten sehingga setiap pasien yang bermasalah gizi akan mendapatkan 4 (empat) langkah
proses asuhan gizi, yaitu : asesmen, diagnosa, intervensi serta monitoring dan evaluasi gizi
(PAGT, 2014).

Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan akan zat
gizi. PAGT merupakan proses penaganan problem gizi yang sistematis adan akan memberikan
tingkat keberhasilan yang tinggi. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan,

3
seperti di rumah sakit (dirawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan
dietetik puskesmas dan dimasyarakat.

Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian jumlah dan jenis zat
gizi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan tubuh akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi
sehat, sakit dan berbagi terhadap pertumbuhan. Apabila asupan zat gizi kurang adekuat,
berlebih atau terjadi gangguan utilisasi zat gizi dapat menimbulkan masalah/problem gizi.
Dalam upaya penanganan promlem gizi ini, perlu diidentifikasi factor penyebab yang
mendasarinya. Akar penyebab masalah yang teridentifikasi secara tepat akan memberikan
pilihan intervensi yang lebih sesuai.

Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik dengan
mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan oleh efektifitas
intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian dietetic yang sesuai
untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi dengan profesi lain sangat mempengaruhi
keberhasilan PAGT. Monitoring dan edukasi menggunakan indikator asuhan gizi yang terukur
dilakukan untuk menunjukan keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu
pendokumentasian semua tahapan proses asuhan gizi.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup asesmen/pengkajian gizi di RS. Sentra Medika Cisalak, meliputi:

1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan


Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi dan
monitoring evaluasi kepada pasien di rawat jalan. Asuhan gizi di rawat jalan umumnya
disebut kegiatan konseling gizi yang dilakukan oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik.
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
pengkajian gizi/asesmen, diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring evaluasi.
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap terdiri dari:
a. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining oleh perawat ruangan
dan penetapan diet awal oleh DPJP. Pasien dewasa akan di skring dengan
menggunakan MST (Malnutrition Screening Tools) Modiikasi dan pasien anak
menggunakan Strong Kids yang diselesaikan dalam waktu 1x24 jam.
Bila pasien dewasa dengan skor MST Modifikasi ≥2 dan Strong Kids ≥4
dilakukan pengkajian lanjut oleh ahli gizi rumah sakit dan Dokter Spesialis Gizi Klinik
pasien dengan malnutrisi berat. Dilakukan proses asuhan gizi terstandar (asemen gizi
(termasuk 24-hour food recall), dilanjutkan dengan penentuan diagnosis gizi, kemudian
intervensi dietetik dan monitoring serta evaluasi) oleh ahli gizi/nutrisionis atau dietisien
dan dicatat dalam rekam medis pasien.
Pasien yang berada dalam katagori tidak berisiko atau berisiko ringan malnutrisi
akan dilakukan skrining kembali pada 7 (tiga) hari kemudian. Dan dengan katagori
5
sedang dilakukan skrining kembali pada 3 (tiga) hari kemudian. Pasien dengan penyakit
kritis tidak dilakukan skrining risiko malnutrisi dan langsung ditangani oleh Dokter
Spesialis Gizi Klinik.

b. Proses Asuhan Gizi Terstandar


Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan
dimulai dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi
(ADIME). Langkah-langkah tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya dan
merupakan siklus yang berulang terus sesuai respon/perkembangan pasien yang dapat
berulang terus sesuai respon/perkembangan pasien.

6
BAB III
KEBIJAKAN

Panduan proses asuhan gizi terstandar RS Sentra Medika Cisalak mengacu pada Keputusan
Direktur RS Sentra Medika Cisalak No……………….tentang Pelayanan Gizi RS Sentra
Medika Cisalak.

7
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Pelayanan Gizi Rawat Jalan


Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi dan
monitoring evaluasi kepada pasien di rawat jalan. Asuhan gizi di rawat jalan umumnya
disebut kegiatan konseling gizi yang dilakukan oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik.
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti: pelayanan
konseling gizi di unit rawat jalan.

B. Pelayanan Gizi Rawat Inap


1. Skrining Gizi
Tahapan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh perawat
ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter DPJP.
Skrining bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko, tidak berisiko
malnutisi atau kondisi khusus. Metode skrining gizi yang digunakan di RS Sentra
Medika Cisalak adalah Malnutrition Scrining Tools (MST) Modifikasi untuk pasien
dewasa dan metode Strong Kids untuk pasien anak. Skrining gizi dilakukan oleh
perawat di ruang rawat inap dalam waktu 1x24 jam.

8
Bila pasien dengan skor MST Modifikasi ≥2 dan Strong Kids > 4 diberikan
preskripsi diet pasien oleh DPJP dan pasien dilakukan proses asuhan gizi terstandar
(asemen gizi (termasuk 24-hour food recall), dilanjutkan dengan penentuan diagnosis
gizi, kemudian intervensi dietetik dan monitoring serta evaluasi) oleh ahli
gizi/nutrisionis atau dietisien dan dicatat dalam rekam medis pasien.
Pasien yang berada dalam katagori tidak berisiko atau berisiko ringan malnutrisi
akan dilakukan skrining kembali pada 7 (tiga) hari kemudian. Dan dengan katagori
sedang dilakukan skrining kembali pada 3 (tiga) hari kemudian. Pasien dengan penyakit
kritis tidak dilakukan skrining risiko malnutrisi dan langsung ditangani oleh Dokter
Spesialis Gizi Klinik.

2. Proses Asuhan Gizi Terstandar


Asuhan gizi yang optimal dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana asuhan gizi
tersebut dilaksanakan, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 1. Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar


Skrining dan sistem rujukan

Kondisi Lokal
Pengetahuan Dietetik
Ekonomi Keterampilan

Asesmen Gizi Diagnosis Gizi


Pengumpulan, Analisa
kompetensi

Dan dokumentasi data Identifikasi, penamaan Si


Tenaga Gizi masalah gizi, penentuan
i
st
factor penyebab, tanda
e
Berbasis fakta

Pasien
dan gejala, dokumentasi
Monitoring & Evaluasi Gizi m
Intervensi Gizi pe
Sistem pelaporan dan evaluasi

la
Berfikir kritis

Mengukur data dan evaluasi


dan evaluasi dampak, didokumetasi perencanaan, ya
implementasi, na
dokumentasi, intervensi n
gizi ke
se
Komunikasi Kolaborasi

Sistem sosial dan budaya

9
Keberhasilan asuhan gizi membutuhkan kemampuan tenaga gizi dalam
berkomukasi, menunjukan empati, membangun kepercayaan dengan pasien/klien seperti
terlihat pada lingkaran pusat dari gambar di atas (Gambar 1).

Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan


dimulai dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi
(ADIME). Langkah-langkah tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya dan merupak
siklus yang berulang terus sesuai respon/perkembangan pasien yang dapat berulang terus
sesuai respon/perkembangan pasien.

Gambar 2. Gambaran PAGT dan Bahasa Terstandar (Terminologi)

Terminologi Intervensi Gizi


Terminologi Diagnosis Gizi Preskripsi Diet (NP)
Domain Asupan (NI) Pemberian makan/zat gizi (ND)
Domanin Klinis (NC) Edukasi Gizi (E)
Domain Lingkungan Perilaku Konseling Gizi
(NB) Koordinasi Asuhan Gizi (RC)

PAGT PAGT PAGT PAGT


Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4
Asesmen Gizi Diagnosis Gizi Intervensi Gizi Monitoring dan Evaluasi Gizi

Terminologi Pengkajian Gizi


Riwayat Gizi (FH)
Laboratorium (BD)
Antropometri (AD)
Pemeriksaan Gizi Gizi (PD)
Riwayat Klien (CH)

10
Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan
dimulai dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi
(ADIME). Langkah-langkah tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya dan merupakan
siklus yang berulang terus sesuai respon/perkembangan pasien yang dapat dilihat pada
Gambar 3. Apabila tujuan tercapai maka proses ini akan dihentikan, namun bila tujuan
tidak tercapai atau tujuan awal tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru maka proses
berulang kembali mulai dari assessment gizi. Contoh alur proses PAGT dirawat inap dan
rawat jalan dapat dilihat di Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 3. Langkah-langkah dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar

Langkah 1. Pengkajian/Asesmen Gizi


Mengumpulkan, verifikasi, interpretasi data yang
relevan untuk identifikasi problem gizi

Langkah 2. Diagnosis Gizi


Menyimpulkan dengan pernyataan PES

Sign/Symtom (S)
Problem (P) Etiologi (E)
Data yang menunjukan adanya
Penamaan masalah gizi
Akar penyebab masalah problem dan dapat di ukur secara
sesuai terminologi
kuantitatif dan kualitatif
diagnosis gizi

Etiologi (E) Sign/Symtom (S)


Sasaran intervensi Ukuran keberhasilan
intervensi gizi

Langkah 4
Langkah 3 Monitoring dan
Intervensi Gizi Evaluasi
11
Re-asesmen

Gambar 4. Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Inap

Pasien
Masuk

Skrining Tidak berisiko (3) Intervensi Gizi


malnutrisi *)

Berisiko (2) Diagnosis Gizi Perencanaan Implementasi


- Riwayat Gizi
malnutris
- Antropometri
i (1) Asesment Gizi
- Laboratorium Problem
- Pemeriksaan fizik
Etiologi
- Riwayat pasien
Signs/ (4) Monitoring & Evaluasi
Simptom
Monitoring Tujuan STOP
Mengukur hasil tercapai
Evaluasi hasil

Target tidak Target tercapai, Pasien


pulang
12tercapai ada masalah
baru gizi
 Skring malnutrisi dengan Skrining Malnutrition Screening Tool (MST) Modifikasi
dilakukan oleh perawat ruang rawat inap terhadap seluruh pasien di ruang rawat inap.
 Bila skor MST Modifikasi <2 (pasien tidak beresiko malnutrisi), preskripsi gizi pasien
diberikan oleh DPJP.
 Pasien yang berada dalam katagori ini akan dilakukan skrining ulang pada 7 hari
kemudian.

(sumber : modifikasi dari AsDI (2011), Proses Asuhan Gizi Terstandar)

Gambar 5. Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Jalan

Pasien - Riwayat Gizi


rujukan (1)- Asesmen Gizi
Antropometri (2) Diagnosa Gizi (3) Intervensi Gizi
- Laboratorium
- Pemeriksaan fizik Problem
Edukasi
- Riwayat pasien Etiologi konsultasi
Pasien masuk
Signs/
Simptom

Monitoring
Mengukur hasil Target
Evaluasi hasil tarcapai
(kunjungan ulang)

Target 13
Target
Tidak tarcapai tarcapai ada Asuhan gizi tidak
masalah gizi dilanjutkan
baru
LANGKAH-LANGKAH PAGT
1. ASESMEN GIZI
a. Tujuan
Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebebnya memalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.
b. Langkah Asesmen Gizi
1) Kumpulan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status
gizi dan kesehatan.
2) Kelompokkan data berdasarkan katagori asesmen gizi :
a) Riwayat gizi dengan kode FH (Food History)
b) Antropometri dengan kode AD (Anthropometry Data)
c) Laboratorium dengan kode BD (Biochemical Data)
d) Pemeriksaan fisik gizi dengan kode PD (Physical Data)
e) Riwayat klien dengan kode CH (Client History)
3) Data diinterpretasi dengan membandingkan terhadap kriteria atau standar yang
sesuai untuk mengetahui terjadinya penyimpangan.

Data asesmen gizi dapat diperoleh memalui interview/wawancara, catatan media,


observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk.

c. Katagori Data Asesmen Gizi


1) Riwayat Klien (CH)
a) Riwayat Personal, yaitu menggali informasi umum seperti usia, jenis kelaim,
etnis, pekerjaan, merokok, cacat fisik.
b) Riwayat media/kesehatan pasien terkait gizi
c) Riwayat sosial, yaitu menggali mengenai factor sosial ekonomi, situasi tempat
tinggal, kejadian bencana yang dialami, agama, dukungan kesehatan dan lain-
lain.

2) Riwayat Gizi (FH)

14
Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview, termasuk interview
khusus seperti recall makanan 24 jam. Berbagai aspek yang digali adalah:
a. Asupanan makanan dan zat gizi, yaitu pola makanan utama, snack, menggali
komposisi dan kecukupan asupan makan dan zat gizi, sehingga tergambar
mengenai: jenis dan banyaknya asupan makanan dan minuman, jenis dan
banyaknya asupan makanan enteral dan parenteral, total asupan energi, asupan
makronutrien, asupan mikronutrien, asupan bioaktif.
b. Cara pemberian makan dan zat gizi, yaitu menggali mengenai diet saat ini dan
sebelumnya, adanya midifikasi diet dan pemberian makanan enteral dan
parenteral, sehingga tergambar mengenai: order diet saat ini, diet yang lalu,
lingkungan makan, pemberian makan enteral dan parenteral.
c. Penggunaaan medika mentosa dan obat kompemen alternative (interaksi obat
dan makanan), yaitu menggali mengenai penggunaan obat dengan resep dokter
ataupun obat bebas, termasuk penggunaan produk obat komplemen-alternatif.
d. Pengetahuan/keyakinan/sikap yaitu menggali tinggat pemahaman mengenai
makanan dan kesehatan, informasi dan pedoman mengenai gizi yang dibutuhkan,
selain itu juga mengenai keyakinan dan sikap yang kurang sesuai mengenai gizi
dan kesiapan pasien untuk mau berubah.
e. Perilaku yaitu menggali mengenai aktivitas dan tindakan pasien yang
berpengaruh terhadap pencapaian sasaran-sasaran yang berkaitan dengan gizi,
sehingga tergambar mengenai: kepatuhan, perilaku melawan, perilaku makan
berlebihan yang kemudian dikeluarkan lagi, perilaku waktu makan, jaringan
sosial yang dapat mendukung perubahan perilaku.
f. Faktor yang mempengaruhi akses ke makanan yaitu mengenai factor yang
mempengaruhi ketersediaan makanan dalam jumlah yang memadai, aman dan
berkualitas.
g. Aktifitas dan fungsi fisik yaitu menggali mengenai aktifitas fisik, kemampuan
kognitif dan fisik dalam melaksanakan tugas spesifik seperti menyusui atau
kemampuan makan sendiri sehingga tergambar mengenai: kemampuan kognitif
dan fisik dalam melakukan aktifitas makan bagi orang tua atau orang cacat, level
aktifitas fisik yang dilakukan, factor yang mempengaruhi akses ke kegiatan
aktifitas fisik.

3) Antropometri (AD)
15
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat
dilakukan dngan berbagai cara, antara lain pengukuran BB (Berat Badan), TB
(Tinggi Badan). Berat Badan (BB) adalah gambaran masa tubuh seseorang,
sedangkan Tinggi Badan (TB) adalah jarak yang di ukur antara tumis bawah kaki
dengan puncak kepala pada saat berdiri tegak. Pada kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur dapat digunakan Panjang Badan (PB) dan atau Lingkar Lengan Atas (LILA).
Alat ukur tinggi badan (meteran) dan untuk berat badan (timbangan,
dacin/timbangan digital).
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut
diatas misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT).
a. BBI (Berat Badan Ideal)
- BBI Anak (konvensional) :
BBI anak 0-11bulan: (usia) : 2 ) + 4
BBI anak 1-10 tahun: (8 + 2.n (umur)) kg
- BBI untuk pasien >10 tahun :
BBI Brocca = (TB-100) – 10% (TB-100)
(Jika TB pria <160 cm dan TB wanita <150 cm tidak perlu dikurangi 10%).

b. BB kurang/BB koreksi (BBK)


Jika ada kondisi penumpukan cairan baik edema/asites maka untuk BB
Aktualnya gunakan BBK.
BBK = BB aktual – Koreksi penumpukan cairan
Tingkat Oedema Asites
Ringan (bengkak pada tangan/kaki) -10% BBA - 2,2 kg
Sedang (bengkak pada wajah dan -20% BBA - 6 kg
tangan/kaki)
Berat (bengkak seluruh tubuh) -30% - 10 kg
BBA
(buku Adisty.,et.al.2012)

c. Penurunan Berat Badan

16
Penurunan berat badan bisa menjadi indikator Masalah gizi jika memenuhi
kriteria, cara menghitungnya:
Berat Badan Biasa – Berat Badab Aktual x 100
Berat Badan Biasa
Waktu Besar Penurunan Besar Penurunan
Badan (Ringan) Badan (Berat)
1 minggu 2% >2%
1 bulan 5% >5%
3 bulan 7,5% >7,5%
6 bulan 10% >10%
(sumber : ADA. 2009)

d. Estimasi Berat Badan


Pada pasien-pasien kondisi khusus yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
pengukuran maka kita bias menggunakan rumus estimasi berat badan.
1) Perkiraan BB menurut LILA (Lingkar Lengan Atas) (WHO)
BB = LILA yang dikur x (TB-100)
LILA Standar

LILA Pria = 26,3


LILA Wanita = 25,7
2) Perkiraan Berat Badan untuk anak usia 1-6 tahun (Emerg Med J.2012)
 Berat Badan = 3 x (usia tahun) + 7

3) Perkiraan Berat Badan Formula crandal dengan Estimasi LILA :


 Laki-laki = -93.2 + (3.29 x LILA) + (0.43 x TB)
 Wanita = -64.6 + (2.15 x LILA) + (0.54 x TB)
e. Estimasi Tinggi Badan
Perkiraan TB dengan ULNA (Ilayperuma):

 Laki –laki = 97,252 + (2,645 x ULNA)

 Wanita = 68,777 + (3,536 x ULNA)

17
f. Status Gizi
Status Gizi adalah ukuran mengenai kondisi tubuh manusia. Cara mengetahui
Status Gizi:
1) Status Gizi Dewasa
a. Rumus IMT (indeks Masa Tubuh) menurut Kemenkes RI
IMT = BB/TB (m2)

Katagori IMT menurut Depkes RI


< 17.0 Kurang Berat badan
17.0 – 18,5 Kurang berat badan ringan
18,5 – 25.0 Normal
25,0 – 27,0 Overweight
>27,0 obesitas

b. Status Gizi menurut BBR ( Berat Badan Relatif)

BBR = Berat Badan Aktual x 100%


Berat Badan Ideal
Gizi buruk <80%
Kurus <90%
Normal 90-110%
Overweight >110%

c. Status Gizi menurut Percentile LILA


Selain itu, status gizi bisa di tentukan dengan metode LILA. Metode ini
bisa di gunakan pada pasien pediatrik, Dewasa ataupun Lansia atau usia >
1 tahun.
% percentile LILA = LILA di ukur x 100 %
Nilai standar LILA

18
Obesitas >120 %
Overweight 110-120%
Gizi Baik 85-110 %
Gizi Kurang 70,1 – 84,9 %
Gizi Buruk <70%

2) Status Gizi Anak


Status gizi anak usia 0 – 5 tahun, bias menggunakan Z-score Berat Badan
menurut Umur (BB/U) dan untuk anak usia 5 – 18 tahun menggunakan
IMT/U tetapi kita bias gunakan table CDC Growth chart BB/U 2 – 18 tahun.
a) Rumus Z-score BB/U
- Jika BB anak < median = BB anak – BB median
BB median – (nilai BB pada (- 1SD)

- Jika BB anak > median = BB anak – BB median


(nilai BB pada (+1 SD) – BB median

- Jika BB anak = median = BB anak – BB median


BB median

b) Rumus Z-score TB/U


- Jika TB anak < median = TB anak – TB median
TB median – (nilai TB pada (- 1SD)

- Jika TB anak > median = TB anak – TB median


(nilai TB pada (+1 SD) – TB median

- Jika TB anak = median = TB anak – TB median


TB median

c) Rumus Z-score IMT/U


- Jika IMT anak < median = IMT anak – IMT median
TB median – (nilai IMT pada (- 1SD)

- Jika IMT anak > median = IMT anak – IMT median


(nilai IMT pada (+1 SD) – IMT median

- Jika IMT anak = median = IMT anak – IMT median


IMT median

Katagori Z-score menurut WHO


Z-score < -2 -2 sampai +2 > +2
BB/U Underweigh Normal Gizi Lebih
t

19
BB/TB Kurus Normal Gemuk
IMT/U Kurus Normal Gemuk
PB/U Stunted Normal -

20
21
22
23
24
25
26
27
28
Sedangkan Status Gizi CDC Growth Chart untuk pasien usia 5-17 tahun:
status gizi anak dengan menggunakan garfik growth chart
Katagori Status Gizi Menurut Grafik CDC
< 5th Underweight
≥ 5th - < 85th percentile Normal
≥ 85th - ≤ 95th percentile overweight Overweight
>95th percentile Obesitas
(Riskesdas. 2010)

Caranya adalah:
- Gunakan Garfik sesuai katagori
- Cari titik pertemuan pada grafik
- Lalu Tarik garis horizontal dan vertical
- Lihat titik pertemuannya berada di garis percentile (th) yang mana
- Interperetasi status gizinya

29
30
4) Laboratorium (BD)
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang
berkaitan dengan status gizi, status metabolic dan gambaran fungsi organ yang
berpengaruh timbulnya masalah gizi.

Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Nilai Normal
Hemoglobin Pria 13 -16 g/dl
Hb Wanita 12 – 14 g/dl
Hematokrit 40 – 48%
Laukosit 4000 – 10.000 /ml
Trombosit 140.000 – 400.000 /ml
Albumin 4 – 5,3 g/dl
Asam urat 3,4 – 7 mg/gl
HBA 1c 4-6%
GD2PP < 145 mg/dl
GDP < 110 mg/dl
GDS < 200 mg/dl
Natrium 135 – 147 mmol/L
Kalium 3,5 – 5 mmol/L
Clorida 100 – 106 mmol/L
Creatinin < 1,5 mg/dl
Ureum 10 – 50 mg/dl
SGOT < 37
SGPT < 42

Nilai Glomerular Filtration (GFR)


Digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dengan data serum kretinin
- GRF ml/min laki-laki = (140-Usia) x BB
72 x Kreatinin serum

- GRFml/min wanita = (140-usia) x BB x 0,85


72 x Kreatinin serum

Normal ≥90
Kerusakan Ginjal Ringan 60-89
Gagal ginal kronik stadium menengah 30-59
Gagal ginjal kronik berat 15-29
Gagal ginjal kronik terminal <15 atau dialisis

31
5) Pemeriksaan fisik terkait gizi (PD)
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan
fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari tanda-tanda vital dan antropometri yang
dapat dikumpulkan dari catatan medic pasien serta wawancara. Contoh beberapa
cara pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain adema, asites, kondisi gigi geligi,
massa otot yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk, kesehatan mulut, kemampuan
meghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan.

Pemeriksaan Klinis Anak


Respirasi/mi
Usia Nadi/min Tekanan darah/mmhg
n
Premature 120-70 55-75/35-45 40-70
0-3 bulan 100-50 65-85/45-55 35-55
3-6 bulan 90-120 70-90/50-65 30-45
6-12 bulan 80-120 80-100/55-65 25-45
1-3 tahun 70-110 90-105/55-70 20-30
3-6 tahun 65-110 90-110/60-75 20-25
6-12 tahun 60-95 100-120/60-75 14-22
12 tahun 55-85 110-135/65-85 12-18

Atau untuk usia >12 tahun, dewasa, lansia

Nilai Rujukan (mmHg)


Tekanan Darah
Tekanan darah Sistol Tekanan darah Diastol
Hipotensi * ≤90 ≤60
Optimal <120 <80

32
Normal <130 <85
Pre Hipertensi (High Normal) 120-139 80-89
Hipertensi grade 1 140-159 90-99
Hipertensi grade 2 160-179 100-109
Hipertensi grade 3 ≥180 ≥110
Hipertensi Sistolik 140-149 <90
Sumber: (WHO-ISH 2003, Infodati Kemenkes & JNC VII) & * LIPI

Tekanan darah tinggi (Hipertensi) berdasarkan bentuknya terbagi menjadi 3:


1. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu tekanan darah diastol tinggi tapi
tanpa diikuti peningkatan tekanan darah sistolik. Kasusnya sering terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda.
2. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu tekanan darah sistol tanpa
diikuti peningkatan tekanan darah diastol. Biasanya ditemukan pada pasien
geriatri (Lansia).
3. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu tekanan darah pada

Pemeriksaan Nilai Rujukan Interpretasi


Nadi 60-100 x/menit Normal
Respirasi Dewasa 14-20 x/menit Normal
Respirasi Bayi 14-44 x/menit Normal
Suhu 36-37 ˚C Normal
Sumber: Buku panduan Praktek FK Unsoed

Nilai GCS (Glass


Kesadaran Pasien
Glow Coma Scale)
Kompos Pasien sadar pebuh
15-14
mentis
Apatis Pasien tampak acuh/tidak peduli 13-12
Penurunan kesadaran dengan
Delirium 11-10
gangguan motorik
Somnolen Mengantuk dan bangun jika 9-7

33
mendapat rangsangan
Sopor Pasien sangat mengantuk/dalam 6-5
Penurunan kesadaran namun
Semi-Koma 4
respon terhadap nyeri masih ada
Pasien tidak sadar sama sekali dan
Koma 3
tidak ada respon sama sekali
Sumber : BAIPD jilid 1 Edisi IV FK UI 2006

2. DIAGNOSIS GIZI
a. Tujuan Diagnosis Gizi
Mengidentifikasi adanya problem gizi, faktor penyebab yang mendasarinya dan
menjelaskan tanda dan gejala yang melandasi adanya problem gizi.

b. Cara Penentuan Diagnosis Gizi


1) Lakukan integrasi dan analisa data asesmen dan tentukan indicator asuhan gizi.
Asupan makanan dan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam tubuh. Hal ini ditunjukan dengan
perubahan laboratorium, antropometri dan kondisi klinis tubuh. Karena itu, dalam
menganalisis adata asesmen gizi penting mengkombinasikan seluruh informasi dari
riwayat gizi, laboratorium, antropometri, status klinis dan riwayat pasien secara
bersama-sama.
2) Tentukan domain dan problem/masalah gizi berdasarkan indikator asuhan gizi
(tanda dan gejala). Problem gizi dinyatakan dengn terminologi diagnosis gizi yang
telah dibakukan. Perlu diingat bahwa yang diidentifikasi sebagai diagnosis gizi
adalah problem yang penanganannya berupa terapi/intervensi gizi. Diagnosis gizi
adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk
menanganinya. Penamaan masalah dapat merujuk pada terminologi diagnosis gizi
pada Lampiran 1. Beberapa diagonis yang sering dipergunakan dan Lamipran 2.
Terminologi diagnosis gizi.
3) Tentukan etiologi (penyebab problem).
4) Tulis pernyataan diagnosis gizi dengan format PES (Problem-Etilogi-Signs and
Symptoms)

c. Domain Diagnosis Gizi

34
a) Domain Asupan (NI)
Berbagai problem aktual yang berkaitan dengan asupan energt, zat gizi, cairan atau
zat bioaktif, memalui diet oral atau dukungan gizi (gizi enteral dan parenteral).
Termasuk ke dalam kelompok domain asupan adalah:
- Problem mengenai keseimbangan energI
- Problem mengenai asupan diet oral atau dukungan gizi
- Problem mengenai asupan cairan
- Problem mengenai asupan zat bioaktif
- Problem mengenai asupan zat gizi (lemak dan kolesterol, protein, vitamin,
mineral, multinutrien)

b) Domain Klinis (NC)


Berbagai problem gizi yang terkait dengan kondisi medis atau fisik. Termasuk ke
dalam kelompok domain klinis adalah:
- Problem fungsional
Perubahan dalam fungsi fisik atau mekanik yang mempengaruhi atau mencegah
pencapaian gizi yang diinginkan.
- Problem biokimia
Perubahan kemampuan metabolisme zat gizi akibat medikasi, pembedahan, atau
yang ditunjukan oleh perubahan nilai laboratorium.
- Problem berat badan
Masalah berat badan kronis atau perbahan berat badan bila dibandingkan
dengan berat badan biasanya.

c) Domain Prilaku Lingkungan (NB)


Berbagai problem gizi yang terkait dengan pengetahuan, sikpa/keyakinan,
lingkungan fisik, akses ke makanan, air minum atau persediaan makanan dan
keamanan makanan. Problem yang termasuk kedalam kelompok domain perilaku
lingkungan adalah:
- Problem pengetahuan dan keyakinan
- Problem aktifitas fisik dan kemampuan mengasuh diri sendiri
- Problem akses dan keamanan makanan

Terminologi Diagnosis Gizi


35
1. DOMAIN ASUPAN (NI)
NI.1. Keseimbangan energi
Perubahan actual atau perkiraan perubahan menyangkut keseimbangan energi
(kkal)

 NI.1.1. Peningkatan energi ekspenditur


 NI.1.2. Asupan energi tidak adekuat
 NI.1.3. Kelebihan asupan energi
 NI.1.4. Perkiraan asupan energi sub optimal
 NI.1.5. Perkiraan kelebihan asupan energi

NI.2. Asupan Melalui Oral atau Dukungan Gizi


Asupan makanan dan minuman yang actual atau perkiraan melalui diet oral atau
dukungan gizi dibandingkan dengan tujuan (goal) pasien.

 NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat


 NI.2.2. Kelebihan asupan oral
 NI.2.3. Enteral nutrisi tidak adekuat
 NI.2.4. Kelebihan infusi enretal nutrisi
 NI.2.5. Komposisi atau modalitas makanan enteral nutrisi kurang optimal
 NI.2.6. Parenteral nutrisi tidak adekuat
 NI.2.7. Kelebihan infuse parenteral nutrisi
 NI.2.8. Komposisi atau modalitas nutrisi parenteral kurang optimal
 NI.2.9. Daya terima makanan terbatas

NI.3. Asupan Cairan


 NI.3.1. Asupan cairan tidak adekuat
 NI.3.2. Kelebihan asupan cairan

NI.4. Substansi Bioaktif

36
 NI.4.1. Asupan substansi buoaktif tidak adekuat
 NI.4.2. Kelebihan asupan substansi bioaktif
 NI.4.3. Kelebihan asupan alkohol

NI.5. Zat Gizi


 NI.5.1. Peningkatan kebutuhan zat gizi (sebutkan_____)
 NI.5.2. Malnutrisi
 NI.5.3. Asupan protein energy tidak adekuat
 NI.5.4. Penurunan kebutuhan zat gizi (sebutkan_____)
 NI.5.5. Ketidakseimbangan zat gizi
 NI.5.6. Lemak dan kolesterol
 NI.5.6.1. Asupan lemak tidak adekuat
 NI.5.6.2. Kelebihan asupan lemak
 NI.5.6.3. Asupan jenis lemak yang kurang optimal (sebutkan_____)

 NI.5.7 Protein
 NI.5.7.1. Asupan protein tidak adekuat
 NI.5.7.2. Kelebihan asupan protein
 NI.5.7.3. Asupan protein atau asam amino kurang dari optimal
(sebutkan____)

 NI.5.8. Karbohidrat dan serat


 NI.5.8.1. Asupan karbohidrat tidak adekuat
 NI.5.8.2. Kelebihan asupan karbohidrat
 NI.5.8.3. Asupan jenis karbohidrat kurang dari optimal (sebutkan____)
 NI.5.8.4. Asupan karbohidrat tidak konsisten
 NI.5.8.5. Asupan serat tidak adekuat
 NI.5.8.6. Kelebihan asupan serat

 NI.5.9. Vitamin
 NI.5.9.1. Asupan vitamin tidak adekuat (sebutkan___)
 NI.5.9.2. Kelebihan asupan vitamin (sebutkan___)

37
 NI.5.10. Mineral
 NI.5.10.1. Asupan mineral tidak adekuat (sebutkan____)
 NI.5.10.2. Kelebihan asupan mineral (sebutkan___)

 NI.5.11. Multinutrient
 NI.5.11.1. Prediksi asupan zat gizi
 NI.5.11.2. Prediksi kelebuhan asupan

2. DOMAIN KLINIS (NC)


Masalah gizi yang teridentifikasi berkaitan dengan kondisi medis atau fisik.

NC.1. Fungsional
Perubanahan fungsi fisik atau mekanis yang mengganggu atau menghambat
dampak gizi yang diharapkan/diinginkan.
 NC.1.1 kesulitan menelan
 NC.1.2. Kesulitan mengunyah/mengigit
 NC.1.3. Kesulitan menyusui
 NC.1.4. Perubahan fungsi Gastrointestinal

NC.2. Biokimia
 NC.2.1. Gangguan utilisasi zat gizi
 NC.2.2. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (sebutkan____)
 NC.2.3. Interaksi makanan dan obat (sebutkan____)
 NC.2.4. Prediksi interaksi makanan dan obat (sebutkan___)

NC.3. Berat Badan


 NC.3.1. Berat badan kurang/Underweight
 NC.3.2. Penurunan BB yang tidak diharapakan
 NC.3.3. Kelebihan BB/obesitas
 NC.3.3.1 Kelebihan BB, dewasa atau anak
 NC.3.3.2. Obes anak
 NC.3.3.3 Obes, kelas I
 NC.3.3.4. Obes, kelas II

38
 NC.3.3.5. Obes kelas III

 NC.3.4. Kenaikan BB yang tidak diharapkan


 NC.3.5. Percepatan pertumbuhan sub optimal
 NC.3.6. Percepatan pertumbuhan berlebih

3. DOMAIN PERILAKU LINGKUNGAN (NB)


Masalah gizi yang teridentifikasi berkaitan dengan pengetahuan,
prilaku/kepercayaan, lingkungan fisik, akses terhadap makanan atau keamanan
makanan.

NB.1. Pengetahuan dan kepercayaan


 NB.1.1. Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
 NB.1.2. Prilaku dan kepercayaan yang tidak mendukung terkait dengan
makanan danb zat gizi (gunakan dengan hati-hati)
 NB.1.3. Tidak siap untuk diet/merubah prilaku
 NB.1.4. Kurang dapat menjaga/monitoring diri
 NB.1.5. Gangguan pola makan
 NB.1.6. Kurang patuh mengkuti rekomendasi gizi
 NB.1.7. Pemilihan makanan yang salah

NB.2. Aktivitas fisi dan fungsi


Masalah aktifitas fisik aktual, kemandirian dan kualitas hidup berdasarkan
laporan, pengamatan dan dokumen.
 NB.2.1 Aktivitas fisik kurang
 NB.2.2. Aktivitas fisik yang berlebihan
 NB.2.3. Tidak mampu/tidak mau mengurus diri sendiri
 NB.2.4. Kemampuan menyiapakn makanan terganggu
 NB.2.5. Kulaitas hidup yang buruk
 NB.2.6. Kesulitan makan secara mandiri

NB.3. Keamanan dan Akses Makanan

39
Masalah actual berkaitan dengan akses makanan atau keamanan makanan, air atau
suplai gizi.

NB.3.1. Asupan makanan yang tidak aman


NB.3.2. Akses makanan dan air terbatas
NB.3.3. Akses suplai gizi terbatas

LAIN-LAIN
Temuan masalah gizi yang tidk masuk dalam kategori domain intake, klinis
maupun perilaku lingkungan.
 NO.1.1. Tidak ada diagnosis gizi saat ini

d. Etiologi Diagnosis Gizi


Etiologi mengarahkan intervensi gizi yang akan dilakukan. Apabila intervensi gizi tidak
dapat mengatasi fakor etiologi, maka target intervensi gizi ditujukan untuk mengurangi
tanda dan gejala problem gizi.
Berbagai faktor etilogi yang dapat menyebabkan masalah gizi adalah:

1 Etiologi keyakinan-sikap Etiologi berkaitan dengan pendirian yang diyakininya


benar mengenai gizi, perasaan dan emosi terhadap
kebenaran tadi dan melakukan aktivitasnya.
2 Etiologi kultur Etilogi berkaitan dengan nilai, norma social,
kebiasaan, keyakinan agama dan sistem politik
3 Etiologi pengetahuan Factor sebagai dampak tingat pemahaman mengenai
makanan dan kesehatan atau informasi dan petunjuk
mengenai gizi.
4 Etilogi fungsi fisik Etiologi berkaitan dengan kemampuan fisik
melaksanakan aktivitas tertentu.
5 Etiologi fisiologi- Etiologi berkitan dengan kondisi medis/kesahatan
metabolik yang berdampak pada gizi.
6 Etiologi psikologis Etiologi berkaitan dengan masalah psikologis.
7 Etilogi sosial-personal Etiologi berkaitan dengan riwayat personal atau social
pasien
8 Etioligi terapi Etiologi berkaitan dengan terapi medis, bedah atau
terapi lainnya.
9 Etiologi akses Fakor yang berkaitan dengan kesediaan dan asupan
makanan yang sehat, air, suplai makanan.
40
10 Etilogi perilaku Etilogi berkaitan dengan perilaku yang mempengaruhi
pencapaian tujuan asuhan gizi.

e. Sign and Symptoms Diagnosis Gizi


Didapat dari asesmen gizi

Contoh Diagnosis Gizi


Diagnosis Gizi berdasarkan Nutrition Care Proses (NCP). Terdiri dari 3 kalimat utama
PES (Problem/masalah gizi, Etiologi/penyebab masalah, Sign and Symptoms/Tanda dan
Gejala).

Masalah gizi secara umum dibagi 3:


a. Domain Asupan (NI) berkaitan dengan
b. Domain Klinis (NC) berkaitan dengan keadaan fisik, kondisi medis dan hasil
laboratorium.
c. Domain Prilaku Lingkungan (NB) berkaitan dengan kebiasaan, prilaku,
kepercayaan, lingkungan dan pengetahuan.

Kalimat Diagnosa Gizi bila digabungkan :

Kode P berkaitan dengan E ditandai dengan S

Contoh:

- NI 1.2 Asupan energi in adekuat (P) berkaitan dengan penurunan kemampuan


konsumsi energi yang cukup (E) ditandai dengan hasil recall 2x 24 jam 30% dari
1500 kkal (kurang) ada mual, muntah (S).
- NI 5.7.1 Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa
dan nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata-rata sehari kurang dari
40% kebutuhan (S).
- NC 2.2 Perubahan nilai lab (P) berkaitan dengan gangguan fungsi endokrin (E)
ditandai dengan nilai GDS 300mg.
- NC 1.3 Kusulitan menyusui (P) berkaitan dengan kurangnya dukugan keluarga (E)
ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S).

41
- NB 1.1 Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan
mendapat infomasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang
dijalaninya (E) ditandai dengan memilih bahan makanan yang tidak dianjurkan dan
aktifitas fisik yang tidak sesuai anjuran (S).

3. INTERVENSI GIZI
a. Tujuan
mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perancaan dan penerapannya terkait
prilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatan individu, kelompok atau masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan gizi klien.

b. Komponen Intervensi Gizi


Intervensi gizi terdiri dari 2 (dua) komponen yang saling berkaitan yaitu perencanaan
dan implementasi.
1) Perencanaan
Perencanaan Intervensi, meliputi:
a. Penetapan tujuan intervensi
b. Prinsip diet
c. Syarat diet
d. Preskripsi diet (nama diet, bentuk makanan, rute pemberian, frekuensi)
e. Perhitungan kebutuhan
Kebutuhan Gizi Pada Anak
Energi = 1000 + (n (umur dlm thn) x 100)

Umur Pria (kkal/kg BB) Wanita (kkal/kg Protein (kg/BB)


BB)
0 -1 110 - 120 110 - 120 2,5
1–3 100 100 2
4–6 90 90 1,8
6–9 80 - 90 60 - 80 1,5
10 – 14 50 - 70 40 – 55
1 – 1,5
14 - 18 40 - 50 40

42
Kebutuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia
 Rumus Haris Benedict (ESPGHAN, 2005)
BEE : Pria = 66 + (13,7 x BB) + ( 5 x TB) – (6,8 x U)

Wanita = 655 + ( 9,6 x BB) + (1,8 x TB) – ( 4,7 x U)

Kebutuhan Energi Total (KET) = BEE x Faktor aktivitas + Faktor stress

Faktor Aktifitas (reeves nut rev 2003)


Istirahat Bed Rest 1,1
Bed Rest, tapi bias bergerak terbatas 1,2
Tidak bed rest, bisa jalan 1,3

Faktor Stress (ADA, manual clinic dietetic,2000)


Operasi 1 – 1,2
Trauma 1,2 – 1,6
Infeksi Berat 1,2 – 1,6
Sepsis 1,2 – 1,5
Kanker/tumor 1,1 – 1,45
Luka bakar 0% - 20% 1 – 1,5
Luka bakar 20% - 40% 1,5 – 1,85
Luka bakar 40% - 100% 1,85 – 2,05
Demam 1,2 per > 37˚C

 Rumus Konsensus PERKENI 2015


Rumus digunakan untuk menghitung kebutuhan gizi pasien penderita
Diabetes Militus :
BMR Laki = 30 x BBI
BMR Wanita = 25 x BBI

Kebutuhan Energi Total (KET) = (BMR + Faktor aktivitas) - Faktor stress

Faktor Aktifitas (Konsensus Perkeni)

43
Bed rest 10% dari BMR
Ringan 20% dari BMR
Sedang 30% dari BMR
Berat 40 – 50% dari BMR
Faktor Usia (Konsensus Perkeni)
0 – 40 tahun 5% dari BMR
40 – 59 tahun 5% dari BMR
60 – 69 tahun 10% dari BMR
>= 70 tahun 15% dari BMR

(kebutuhan protein, lemak, KH menyesuaikan)

 Rumus GGK/CKD/CRF
Kebutuhan energi: Jika usianya < 60 tahun = (35 x BBI)
Kebutuhan Protein:
Jika tanpa Hemodialisa = (0,6 – 0,8 x BB aktual)
Jika Hemodialisa atau CAPD = (0,8 – 1,2 x BB aktual)

2) Implementasi
Implementasi Intervensi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana
nutritionis/dietision melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada
pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Unutk kepetingan
dokumentasi dan persepsi yang sama (keseragaman), intervensi dikelompokan
menjadi 4 domain, yaitu pemberian makanan atau zat gizi, edukasi gizi, konseling
gizi dan koordinasi pelayanan gizi.

c. Kategori Intervensi Gizi


1) Pemberian makanan/diet
Penyediaan makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan melalui pendekatan
individu mrliputi pemberian makanan san snack, enteral dan parenteral, suplemen,
substansi bioaktif, bantuan saat makan, suasana makan dan pengobatan tarkait gizi.

2) Edukasi
Merupakan proses formal dalam melatih keterampilan atau membagi
pengetahuan yang membantu pasien/klien mengelola atau memidifikasi diet dan

44
peribahan perilaku secara sukarela untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan.
Edukasi gizi meliputi :
a. Edukasi gizi tentang konten/materi yang bertujuan untuk meningkatkan
pengeahuan.
b. Edukasi gizi penerapan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan.

Pedoman dasar pada edukasi gizi, mencakup:


a. Sampaikan secara jelas tujuan dari edukasi
b. Tetapkan perioritas masalah gizi sehingga edukasi yang disampaikan tidak
komplek
c. Rancang materi edukasi gizi menyesuaikan dengan kebutuhan individu
paein, melalui pemahaman tingkat pengetahuannya, keterampilannya dan
gaya/cara belajarnya.

3) Konseling
Konseling merupakan prseoses pemerian dukugan pada pasien/klien yang
ditandai dengan hubungan kerjasama antara konselor dengan apsien/klien dalam
menentukan perioritas, tujuan/target, merancang rencana kegiatan yang dipahami
dan membimbing kemandirian dalam merawat diri sesuai kondisi dan menjaga
kesehatan. Tujuan konseling gizi adalah untuk meningkatkan motivasi pelaksanaan
sesuai dengan kondisi pasien.

4) Koordinasi asuhan gizi


Stategi ini merupakan kegiatan dietisien melakukan konsultasi, rujukan atau
kolaborasi, koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenaga
kesehatan/institusi/dietisien lain yang dapat membantu dalam merawat atau
mengelola masalah yang berkaitan dengan gizi.
Pada langkah intervensi gizi ini dietisien harus berpikir kritis dalam hal:
a. Menetapkan prioritas dan target/goals
b. Menentukan preskripsi gizi atau perencanaan dasar
c. Menggalang hubungan interdisipliner
d. Intervensi perilaku awal dan hal terkait gizi lainnya
e. Memandukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhan pasien, diagnosis gizi
dan nilai-nilai pasien
45
f. Menentukan waktu dan frekuensi asuhan

4. MONITORING DAN EVALUASI GIZI


a. Tujuan
Untuk mengetahui tingakt kemajuan pasien dan apakh tujuan dan hasil yang diharapkan
telah tercapai. Hasil asuhan guzu seyogyanya menunjukan adanya perubahan perilaku
dan atau status gizi yang lebih baik.

b. Cara Monitoring dan Evaluasi


1) Monitor perkembangan
a) Cek pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi
b) Tentukan apakah intervensi yang dilaksanakan/diimplementasikan sesuai
dengan preskripsi gizi yang telah ditetapkan
c) Berikan bukti/fakta bahwa intervensi gizi telah atau belum merubah perilaku
atau status gizi pasien/klien
d) Identifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative
e) Kumpulan informasi yang menyebabkan tujuan asuhan tidak tercapai
f) Kesimpulan harus didukung dengan data/fakta
2) Mengukur hasil
a) Pilih indicator asuhan gizi untuk mengukur hasil yang diinginkan
b) Gunakan indokator asuhan yang terstandar untuk meningkatkan validitas dan
reliabilitas pengukuran perubahan
3) Evaluasi hasil
a) Bandingkan data yang di monitoring dengan tujuan preskripsi gizi atau standar
rujukann untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya
b) Evaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien
secara menyeluruh

c. Objek yang dimonitor


Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi dipilih indicator asuhan gizi. Indicator yang di
monitor sama denagn indicator pada asesmen gizi, kecuali riwayat personal.

d. Kesimpulan hasil monitoring dan evaluasi


46
Contoh hasil monitoring antara lain:
1) Aspek gizi: perubahan pengetahuan, perilaku, makanan dan asupan, zat gizi
2) Aspek status klinis dan kesehatan: perubahan nilai labiratorium, berat badan,
tekanan darah, factor risiko, tanda dan gejala, status klinis, infeksi, komplikasi,
morbilitas dan mortalitas.
3) Aspek pasien: peruban kapasitas fungsional, kemandirian merawat diri sendiri
4) Aspek pelayanan kesehatan: lama hari rawat

Dietisien melakukan penetapan monitoring dan evaluasi gizi


a. Memonitor asupan : membandingkan daya terima makanan yang disajikan
(evaluasi setiap hari, apabila asupan tidak sesuai dengan kebutuhan, jika pasien
asupan baik evaluasi 3 hari)
b. Memonitor antropometri : perubahan berat badan (evaluasi 1 minggu)
c. Memonitor fisik : perubahan penampilan (otot, lemak subkutan dievaluasi 1
minggu

Berdasarkan hasil berat ringannya resiko pasien, dietisien melakukan asesmen ulang
untuk mengevaluasi efektifitas intervensi gizi.
Asesmen ulang dilakukan pada:
1) Pasien dengan resiko malnutrisi berat: asesmen gizi lanjutan dilakukan setiap hari.
2) Pasien dengan resiko malnutrisi sedang: asesmen gizi lanjutan dilakukan setiap 3
hari.
3) Pasien dengan resiko malnutrisi ringan: asesmen gizi lanjutan setiap 3 hari.

47
BAB V
DOKUMENTASI

Didokumentasikan pada rekam medis sesuai dengan kegiatan serta prosedur yang berlaku
diantaranya, Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dan Formulir Asuhan
Gizi yang berlaku sesuai dengan ketentuan RS Sentra Medika Cisalak.
a. Tujuan
Untuk komunikasi dan informasi yang berkelanjutan dalam tim kesehatan serta
menjamin keamanan dan kulitas pemberi asuhan gizi yang dilakukan.
b. Format dokumen
Format khusus untuk proses asuhan gizi adalah ADIME (Asesmen, Diagnosis,
Intervensi, Monitoring-Evaluasi).
c. Tata Cara
1) Tuliskan tanggal dan waktu
2) Tuliskan data-data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT
3) Membubuhkan tandatangan dan nama jelas setiap kali menulis pada rekam medis.

Data yang dicatat dalam rekam medis


Langkah Data yang dicatat
Asesmen gizi 1) Data yang digali dan perbandingan dengan rujukan
standar/jriteria asuhan gizi
2) Persepsi, nilai dan motivasi klien/pasien/kelompok pada saat
menyampaikan masalahnya
3) Perubahan pemahaman, perilaku makan dan hasil laboratorium
dari pasein/klien/kelompok (pada saat re-asesmen)
4) Alas an penghentian asesmen gizi (pada saat re-asesmen)
Diagnosa gizi Pernyataan diagnosis gizi format PES
Intervensi gizi 1) Tujuan dan target intervensi
2) Rekomendasi gizi yang spesifik bersifat individual
3) Penyesuain dan justifikasi rencana terapi gizi
4) Rencana rujukan, bila ada.
5) Rencana follow up, frekuensi asuhan

48
Monitoring dan 1) Indikator spesifik yang diukur dan hasilnya
evaluasi gizi 2) Perkebangan terhadap target/tujuan
3) Faktor pendorong maupun penghambat dalam pencapaian
tujuan
4) Hasil/dampak positif atau negative
5) Rencana tindak lanjut intervensi gizi, monitoring, terapi
dilanjut atau dihentikan

49
BAB IV
PENUTUP

Demikian panduan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) ini dibuat sebagai acuan bagi Ahli
Gizi dalam melakukan PAGT di RS Sentra Medika CIsalak.

Ditetapkan di : Depok
Pada Tanggal :

RS Sentra Medika Cisalak Depok

Dr. Ika Sofrina, MKK


Direksi

50
REFERENSI

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi


Terstandar. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Academy of nutrition and Dietetics, 2013. International Diatetics & NUtritioin


Terminology
Reference Manual-Standardized Language for Nutrition Care Proses, 4th ed.
Chicago : Academy of nutritioin and dietetics. Hal 77-81

Inatalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 2016. Terminologi dan Uraian
Terminologi Gizi. Bandung : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Abdillah Fajar, Suratman, AMG. 2019. Buku Catatan Ahli Gizi Indonesia. Edisi 3.
Bandung

Instalasi Gizi RS Umum Dr. Saiful Anwar. 2014. Buku Pedoman Praktis Diagnosa Gizi
Dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Edisi I. Malang : RS Umum Dr. Saiful Anwar.

51
Lampiran 1.

URAIAN TERMINOLOGY DIAGNOSIS GIZI

1. DOMAIN ASUPAN (NI)

NI.1.2. ASUPAN ENERGI INADEKUAT

Definisi: Asupan kurang dari energy ekspenditur atau standar rujukan atau anjuran yang
ditetapkan berdasarkan kebutuhan fisiologis.
Etiologi
 Berkurangnya kemampuan untuk mengkonsumsi energi dalam jumlah cukup
 Kurangnya akses untuk mendapatkan makanan atau zat gizi. Misalnya akibat
masalah ekonomi, pembatasan makanan untuk kaum manula dan anak-anak.
 Budaya yang mempengaruhi kemampuan untuk mengakses makanan
 Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan zat gizi terkait dengan asupan energy
 Penyebab keadaan psikologi seperti depresi dan gangguan pola makan.

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
Gizi
BD -
AD  Gagal mencapai berat badan yang sesuai atau gagal meingkatkan
berat badan
PD  Keadaan gigi yang tidak baik
FH Laporan atau observasi dari :
 Estimasi asupan anergi ddari diet kurang dari kebutuhan
berdasarkan perhitungan BMR
 Pembatasan atau kekurangan makanan padat energy

52
 Mengindari makanan atau kurangnya minat pada makanan
 Estimasi asupan makanan parenteral atau enteral tidak
memenuhi untuk kebutuhan berdasarkan estimasi atau perhitungan
BMR
 Pengobatan yang mempengaruhi nafsu makan
CH  Kondisi yang berkaitan dengan diangosa atau treatmen seperti
sakit mental, gangguan pola makan, demensia, pecandu alkohol,
penyalahan zat, manajemen penyakit akut dan kronis.

NI. 1.3 KELEBIHAN ASUPAN ENERGI

Definisi: Asupan energi melebihi dari enegi ekspenditur atau standar rujukan atau
anjuran yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan fisiologis.
Etiologi
 Keyakinan/sikap tentang makanan, gizi dan topic terkait gizi kurang mendukung
 Makanan dan zat gizi, kurang pengetahuan terkait asupan gizi
 Kurang atau terbatasnya akses terhadap pemilihan makanan sehat, misalnya,
makanan sehat bukan sebagai pilihan oleh pengasuh atau irang tua, tuna wisma.
 Obat-obatan yang meningkatkan nafsu makan
 Kelebihan asupan parenteral/enteral nutrisi
 Kurang peduli terhadap kelebihan nafsu makan

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD  Abnormal tes fungsi liver setelah terpapar lama (3-6 minggu)
 Peningkatan respirstory quitient (RQ) > 1,0
AD  Persentasi lemak tubuh > 25% pada laki-laki dan > 32% pada
wanita
 BMI . 25 )dewasa), MBI > 95 th persentil (anak-anak)
 Peningkatan berat badan
PD  Peningkatan adipose tubuh
 Peningkatan respiratory rate (pernapasan)
FH Laporan atau observasi dari :

53
 Asupan energi melebihi estimasi kebutuhan energi
 Asupan kalori densitas tinggi dan porsi makanan minuman yang
besar
 EN.PN melebihi estimasi atau pengukuran energi expenditure.
CH -

NI. 2.1 ASUPAN ORAL TIDAK ADEKUAT

Definisi: Asupan makanan atau minuman secara oral kurang dari standar referensi yang
digunakan atau berdasarkan pada kebutuhan fisiologis.
Catatan : diagnosa gizi ini tidak termasuk asupan melalui pipa NGT

Etiologi
 Keadaan fisiologis yang menyebabkan peninmgkatan kebutuhan gizi seperti
penyakit katabolik dalam jangka waktu yang lama.
 Penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi energi yang cukup seperti
peningkatan kebutuhan gizi selama penyakit katabolik dalam jangka waktu yang
lama.
 Kurangnya atau terbatasnya akses terhadap makanan, missal keterbatasan ekonomi,
pembatasan makanan yang diberikan kepada manula dan atau anak-anak.
 Kurang pengetahuan gizi dan makanan terutama asupan makanan dan minuman
melalui oral yang tepat
 Penyebab psikologis misalnya depresi dan gangguan makan.

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD -
AD  Kehilangan/penurunan berat badan, kecepatan pertembuhan yang
tidak sesuai
PD  Kulit kering, mucus pada membrane
 Anoreksia, mual, muntah
 Perubahan indera pengecap dan nafsu makan

54
 Adanya tanda desifiensi vitamin/mineral
FH Hasil pengaamatan dari :
 Perkiraan asupan energi yang tidak mencukupi atau kualitas pritein
enegi dari makanan tidak cukup bila dibandingkan dengan
kebutuhan.
 Keterbatasan ekonomi yang menghambat ketersedian makanan
 Konsumsi alcohol atau obat-oabtan lainnya yang berlebihan untuk
mengurangi rasa lapar.
 Obat-obatan yang menyebabkan anoreksia
 Kepercayaan yang tidak tepat terhadap makanan, kelompok
makanan, suplemen atau dukungan gizi.
CH  Kondisi yang berkaitan dengan diangnosa atau keperawatan
penyakit katabolic seperti, AIDS, TB, Anoreksia nervosa,
sepsis/infeksi akibat pembedahan terakhir, depresi, sakit akut atau
kronis, malabsorbsi protein atau zat gizi.

NI. 5.1 PENINGKATAN KEBUTUHAN (SPESIFIK)

Definisi: Peningkatan kebutuhan zat gizi spesifik dibandingkan dengan referensi standar
atau rekomendasi sesuai kebutuhan fisilogis.
Etiologi
 Gangguan absopsi atau metabolisme zat gizi sperti dari pengobatan
 Perubahan fungsi organ terkait fungsi GI, seperti pancreas dan hati
 Penurunan fungsi panjang usus sperti short bowel syndrome
 Penurunan atau perubahan fungsi usus seperti celiac disease, chronis disease
 Peningkatan kebutuhan zat gizi seperti percepatan pertumbuhan, penyembuhan luka
dan infeksi kronis.

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD  Menurunnya total kolesterol < 160 mg.dl, pre albumin, protein c-
reaktif, adanya indikasi peningkatan stress dan peningkatan
kebutuhan metabolism

55
 Elektrolit/mineral seprti kalium, magnesium, fosfor yang tidak
normal
 Kekurangan vitamin dan atau mineral
AD,  Gagal tumbuh, berdasarkan teferensi standar pertumbuhan
pengukuran National Ceater fir Heatlh Statistic (NCHS) dan gagal tumbuh
antropometri janin
 Kehilangan berat badan yang tidak direncanakan ≥ 5% dalam 1
bulan atau ≥ 10% dalam 6 bulan
 Gizi kurang (IMT <18,5)
Zat gizi/bukti  Kehilangan integritas kulit, penyembuhan luka yang lambat atau
fisik tukak lambung
FH, Riwayat Laporan atau observasi dari :
gizi  Estimasi asupan makanan/supleman yang mengandung zat gizi
kurang darp pada estimasi kebutuhan yang seharusnya.
 Asupan makanan yang tidak mengandung jumlah zat gizi yang
seharusnya (seperti terlalu lama mengolah, terlalu lama dimasak
dan penyimpanan yang tidak benar)
 Rendahnya pengetahuan mengenai makanan dan zat gizi
CH, riwayat  Kondisi yang terkait dengan diagnosis atau perawatan seperti
klien reseksi usus, penyakit chron, HIV/AIDS, luka bakar, sebelum
melahirkan, malnutrisi

NC. 1.1 KESULITAN MENELAN

Definisi: Gangguan atau kesulitan menggerakan makanan atau minuman di dalam


rongga mulut ke lambung
Etiologi
 Tanda dan penyebab mekanik, contoh inflamasi, pembedahan, sriktur atau mulut,
kerongkongan dan tumor esophagus, sebelum ventilasi mekanik.
 Penyebab motoric, comtoh saraf atau gangguan otot seprti, cerebral palsy, stroke,
multiple sclerosis, scleroderma atau permaturitas, gangguan mengisap, menelan,
gangguan pola nafas.

Tanda dan Gejala – karakter penentu


56
Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD  Pemeriksaan radilogi, conteh tes menelan abnormal
AD -
Pemeriksaan  Adanya dehidrasi, contoh membrane mucus kering, tugor kulit
fisik buruk
 kemampuan untuk menelan makanan
 batuk, tersedak, mengunyah lama, rasa nyeri ketika menelan.
Riwayat Adanya informasi atau hasil observasi menunjukkan :
terkait  makan yang menghabiskan waktu yang lama
makanan/gizi  penurunan estimasi asupan makanan
 mennghindari makana
 menolak jadwal makan
Riwayat  kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau pengobatan
pesonal contoh, disfagia, achalasia.
 Infeksi pernafasan bagian atas yang berulang dan atau pneumonia

NC. 1.4 PERUBAHAN FUNGSI GASTROINTESTINAL

Definisi: Perubahan dalam digesti, absorbs dan atau eliminasi


Etiologi
 Perubahan struktur dan atau fungsi GIT
 Perubahan motilitas GIT
 Perubahan fungsi eksokrin berkaitan dengan manifestasi GIT missal pancreas, hati
 Penurunan fungsional panjang GIY missal, short bowel syndrome

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD  Hasil pemeriksaan enzim pencernaan dan lemak fases abnormal
 Hasil pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi, scan abdomen
abnormal dan hasil biopsi
AD  Kehilangan BB ≥ 5% dalam 1 bulan atau ≥ 10% dalam 6 bulan
 Stunted atau gagal tumbuh pada anak-anak
Pemeriksaan  Bising usus meningkat (atau terkadang menurun)

57
fisik  “wasting” akibat malnutrisi pada kasus kasus berat
 Anoreksi, mual, muntah, diare steatorrhea, konstipasi, sakit perut,
efflux, gas
Riwayat Adanya informasi atau hasil observasi menunjukkan :
terkait  Menghindari atau mebatasi jumlah makanan yang dikonsumsi atau
makanan/gizi makanan tertentu \dari beberapa kelompok bahan kananan karena
gangguan GI seperti, kembung, keram, sakit, diare steatorrhea
terutama setelah mencerna makanan
Riwayat  kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau pengobatan,
pesonal malabsorpsi, maldigesti, steatorrhea, obstruksi, konstipasi, kanker.
 Prosedur bedah seperti, esohagectomy, dilatasi, reseksi usus besar,
gastrectomy.

NC. 3.2 PENURUNAN BERAT BADAN YANG TIDAK DIHARAPKAN

Definisi: Penurunan berat badan yang tidak direncanakan


Etiologi
 Penyebab fisiologis yang meningkatkan kebutuhan gizi, missal akibat proses
katabolic pada penyakit, trauma dan malabsorpsi yang berkepanjangan.
 Penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi kalori (energi) yang cukup.
 Terbatasnya atau kurangnya akses makanan, misalnya karena fakor ekonomi,
pembatasan makanan yang diberikan pada lansia dan atau anak-anak.
 Tradisi yang berdampak pada kemampuan untuk mengakses makanan
 Penyebab psikologis seperti depresi atau gangguan makan
 Dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama
 Kurang mampu untuk makan sendiri

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD -
AD  Kehilangan BB ≥ 5% dalam 30 hari, ≥ 7,5% dalam 90 hari atau ≥
10% dalam 180 hari (dewasa)

58
PD  Demam
 Penurunan indra seperti, indra pembau, perasa dan penglihatan
 Peningkatan detak jantung
 Peningkatan kecepatan pernapasan
 Kehilangan lemak sub kutan dan cadangan otot
 Perubahan ukuran baju
 Perubahan status mental atau fungsi (misal depresi)
FH  Adanya informasi atau hasil observasi menunjukan :
- Estimasi asupan makanan normal atau seperti biasanya
walaupun sakit
- Asupan makanan buruk, perubahan kebiasaan makan, cepat
kenyang, meniadakan makan
- Obat-obatan yang berkaitan dengan penurunan berat badan,
seperti obat anti derpsesi tertentu.
CH  Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis maupun
pengobatan, missal AIDS, luka bakar, PPOK, disfagia, patah tulang
paha/panjang (tulang kering), infeksi bedah, trauma, hipertiroid
(sebelum atau sesudah diobati), beberapa jenis penyakit kanker atau
mestatase tertentu, penganiayaan.
 Kemoterapi kanker

NC. 3.3 KELEBIHAN BERAT BADAN (OBESITAS)

Definisi: Peningkatan jaringan lemak dibandingkan dengan satndar rujukan atau


rekomendasi, berkisar dari overweigth sampai dengan morbid obesity.
Etiologi
 Penurunan kebutuhan energi
 Gangguan pola makan
 Asupan energi berlebihan
 Kurangnya pengetahuan terkait makanan dan gizi
 Tidak siap untuk merubah diet atau gaya hidup

59
 Tidak beraktifitas fisik
 Peningkatan stress dalam kehidupan/psikologis

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD  Hasil pengukuran BMR lebih kecil dari yang diharapkan dan atau
estimasi BMR
AD  BMI lebih dari standar normal berdasarkan umur dan gander :
- Overweigth : 25 - 29,9
- Obesiti Tk. I : 30 - 34,9
- Obesiti Tk. II : 35 – 39,9
- Obesiti Tk. III : 40+
 Lingkar pinggul lebih dari standra normal berdasarkan umur
dan gander
 Peningkatan ukuran tebal lemak
 Persentase lemak tubuh > 25% pad laki-laki dan > 32% pada
wanita
 Berat badan menurut tinggi badan lebih dari standar normal
untuk umur dan gander
PD  Peningkatan jaringan lemak tubuh
FH  Adanya informasi atau hasil observasi menunjukan :
- Konsumsi berlebihan dari makanan tinggi lemak adan atau
makanan atau minuman padat kalori
- Makan dalam jumlah besar (ukuran porsi 2 kali lipat dari
ukuran yang dianjurkan)
- Estimasi asupan energi berlebihan
- Aktifitas fisik jarang, durasi pendek, intensitas rendah
- Lebih banyak mengerjakan pekerjaan yang ringan, misalnya
nonton TV, membaca, kompuret baik untuk bekerja maupun
bersantai
- Tidak yakin dengan anjuran yang berkaitan dengan gizi
- Tidak mampu menerapkan anjuran gizi
- Tidak ingin atau tidak tertarik untuk menerapkan anjuran
terkait gizi

60
- Tidak mampu untuk menurunkan kelebihan berat badan dalam
jumlah yang bermakna melalui intervensi konvensional
- Obat-obatan yang berdampak pada BMR, misalnya
midazolam, propranolol, glipidzide
CH  Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis maupun
pengobatan, seperti, heipertiroidsm, sindroma metabolic, gangguan
makan yang idak terlalu khusus dan depresi
 Keterbatasan atau ketidakmampuan fisik
 Riwayat obesitas dalam keluarga
 Riwayat obesitas pada masa anak-anak
 Riwayat pelecehan fisik, seksual dan emosional

NC. 4.1 MALNUTRISI

Definisi: Asupan protein dan atau energi yang tidak cukup dalam jangka waktu yang
lama dan menyebabkan hilangnya cadabngan lemak tubuh dan atau
pengerutuan otot termasuk malnutrisi yang berkaitan dengtan kelaparan,
penyakit kronis dan penyakit akut/injury.
Etiologi
 Penyebab fisilogis yang meningkatkan kebutuhan gizi karena premature, masalah
genetic/kongenital, penyakit akut atau kronis atau injury/trauma.
 Perubahan dalam struktur dan atau fungsi saluran cerna
 Kurangnya atau terbatasnya akses makanan, misalnya ketebatasan ekonomi,
pembatasan makanan yang diberikan kepada manula dan atau anak-anak,
penelantaran.kekerasan, adopsi/imigrasi/pengungsi dari Negara miskin atau yang
sedang berperang
 Agama dan budaya yang mempengaruhi kemampuan untuk mengakses makanan
 Pengetahuan makanan dan zat gizi yang kurang tgerutama mengenai jumlah energi
dan jumlah tipe protein makanan
 Penyebab psikologis, misalnya depresi atau gangguan makan

61
Tanda dan Gejala – karakter penentu
Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD -
AD  Malnutrisi yang dapat diihat dari berat badan/BMI, IMT < 18,5
menunjukan underweight, BMI untuk lansia (> 65 tahun) < 23, BMI
anak-anak IMT <5 persentil
 Pertambahan berta badan ibu hamil tidak cukup
 Kehilangan berta badan, dewasa > 20% dalam 1 tahun, > 10% dalam
6 bulan, > 7,5% dalam 3 bulan, > 5% dalam 1 bulan, > 1 sampai 2%
dalam 1 minggu.
 Anak, bila pont data single, digunakan :
- Z score ≤ -1 BB/PB, BMI/usia atau LILA
- Z score ≤ -3 BB/TB sesuai usia*
* menunjukan malnutrisi berat (tidak untuk diagnosis
sedang/moderat)
 Anak, bila 2 atau lebih data dapat digunakan sebagai indicator yang
dinilai:
- Perlambatan BB/PB atau BB/TB, turun 1-3 atau lebih pada Z
score – garis perutmbuhan datar atau menurun.
- Penambahn BB lambat dibandingkan dengan kecepatan
penambahan BB yang diharpakan (< 75% dari standar) untuk
anak usia 2 tahun
- Penurunan BB yang diharapkan (usia 2-20 tahun)
PD  (dewasa) hilang lemak subkutan, misalnya orbital trisep, atasnya
lemak tulang rusuk dan / atau misalnya otot
 (dewasa) hilang otot, missal pengecilan sendi (temporalis otot),
kalvikula (pectoris dan punggung), bahu, otot interoseus, tulang
belikat, paha (paha depan) dan betis
 Akumulasi cairan general atau lokalisir
 (anak) stagan pada tahap Tannar
FH  (dewasa) estimasi asupan enerfgi < 50% - 75% dari kebutuhan
 (dewasa) perubahan indicator fungsional (kekuatan menggenggam)

62
atau pengukuran lain dari aktifitas fisik dan/atau kekuatan
 (anak) terdapat dua atau lebih dari poin berkut :
- Estimasi asupan energi < 75% dari estimasi atau kebutuhan
energi
- Estimasi asupan protein kurang dari RDA untuk umur
 Tidak dapat atau tidak mau makan energy/protein yang cukup untuk
mempertahankan berat badan yang sehat
CH Laporan atau pengamatan :
 Anoreksi nervosa, strikus esophagus dan apapun yang menyebabkan
akses makanan terbatas (berkaitan dengan malnutrisi karena
kelapran).
 Gagal organ, keganasan, penyakit arthritis, penyakit pencernaan,
obesitas sarcopenic, syndrome malabsorptif dan etiologi lainnya
termasuk (tetapi tidak terbatas) untuk diadetes militus, jantung
kongestis, COPD (berhubungan dengan malnutrisi kelaparan terkait)
 Infeksi besar seperti, sepsis, pneumonia, infeksi peritonitis dan luka,
luka bakar berat, trauma, cedera kelapa tertutup, cedera paru akut,
syndrome gangguan pernapasan dewasa dan operrasi utama dipilih
(berhubungan dengan penyakit akut atau kekurangan gizi cedera
terkait)
 Diagnose medis yang ada gizi buruk termasuk gizi buruk terkait
kelaparan, kekurangan gizi penyakit kronis kerkait dan penyakit
akut atau kekurangan gizi cedera terkait.

2. DOMAIN KLINIS (NC)

NC. 2.2 PERUBAHAN NILAI LABORATORIUM TERKAIT ZAT GIZI


KHUSUS

Definisi : Perubahan komposisi tubuh, perubahan pengobatan, perubahan system


tubuh/genetik atau perubahan kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa
metabilisme/proses pencernaan.
Etiologi

63
 Gangguan fungsi ginjal, hati, jantung, endokrin, neurologi, pernafasan
 Gangguan fungsi organ lain akibat perubahan biokima

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD Ditemukan :
 Peningkatan AST, ALT, T.Bilirubin, Amonia dalam serum
(gangguan fungsi hati)
 Ketidaknormalan kadar BUN, Cr, K, Phosphor, GFR (gangguan
fungsi ginjal)
 Perubahan pO2 dan pCO2 (gangguan fungsi pulmonary)
 Ketidaknormalan kadar lipid dalam serum
 Gangguan akut/kronik lain yang menyebabkan ketidaknormalan
atau perubahan zat gizi dalam tubuh
AD  Perubahan berat badan dengan cepat
 Perubahan pengukuran antropometri lain
Data kondisi  Jaundice, oedema, acites, itching (gangguan fungsi hati)
physical  Oedema, nafas cepat (gangguan fungsi pulmonary)
(kesehatan)  Blue nail bed, clubbing (gangguan fungsi pulmonary)
yang ditemukan
Data riwayat Pengakian data :
nutrisi  Anoreksia, nausea, vomiting
 Ketidakmampuan menghabiskan makanan karena sesak nafas
atau distensi abdomen
 Kelebihan intake protein, kalium, phosphor, natrium, cairan
 Kurangnya intake mikronutrien
 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan makanan,
seperti kurangnya informasi, informasi salah, atau tidak
terpenuhinya midifikasi diet dan / atau jadwal
makan/pengobatan
Data riwayat  Keadaan yang berhubuhan dengan diagnosis atau terapi, seperti
penyakit pasien penyakit ginjal atau hati, alkoholisme, gangguan fungsi
pulmonary.

64
NC. 2.3 INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

Definisi : Interaksi yang tidak diingkan dan merugikan antara zat gizi/senyawa lain
yang terdapat dalam makanan dengan obat (over the counter/OTC), herbal,
senawa yang terkandung dalam makanan/supleman, yang dapat menurunkan,
meningkatkan atau merubah efek pengobatan atau zat gizi.
Etiologi
 Merupakan gabungan/kombinasi pemberian obat dan makanan yang menyebabkan
interaksi yang tidak diinginkan dan merugikan.

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Gizi Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
BD  Perubahan kadar biokimia berdasarkan perubahan efek obat atau
perubahan kondisi pasien
AD  Perubahan pengukuran antropometri setelah pemberian obat dan
perubahan kondisi pasien
 Contoh : penambahan berat badan setelah pemberian
kotrikosteroid
Data kondisi -
physical
(kesehatan)
yang ditemukan
Data riwayat Pengakian data :
nutrisi  Perubahan intake akibat OTC, pemberian obat, herbals, botanicals
dan suplemen makanan
 Contoh : penggunaan miyak ikan memperpajang perdarahan
 Contoh : Coumadin dan makanan tinggi vitamin K
 Contoh : makanan tinggi lemak pada saat pengobatan kolesterol
 Contoh : suplemen Fe, konstipasi dan diet rendah serat
 Intake makan tidak mendukung penggantian atau mitigation
pemberian obat, herbals, botanicals dan suplemen makanan
65
 Contoh : kehilangan kalium pada pemberian diuretic
 Perubahan nafsu makan atau perubahan rasa
Data riwayat  Pemberian beberapa macam obat bersamaan dengan obat lain,
penyakit pasien herbals, botanicals, suplemen atau makanan yang mengandung zat
gizi/senyawa aktif yang menyebabkan interaksi obat-makanan
 Obat yang memerlukan pemberian suplemen makanan yang tidak
dapat dikonsumsi bersama dengan makanan tertentu
 Contoh : isoniazid dengan vitamin B6.

3. DOMAIN PERILAKU LINGKUNGAN (NB)

NB. 1.1 KURANG PENGETAHUAN TERKAIT MAKANAN DAN ZAT GIZI

Definisi: Pengetahuan yang tidak lengkap atau tidak akurat mengenai makanan, zat gizi
atau informasi dan pedoman yang berkaitan dengan gizi.
Etiologi
 Perilaku dan kepercayaan yang salah terkait dengan makanan dan zat gizi
 Sebelumnya kurang terpapar informasi yang akurat terkait gizi
 Kurang memahami tanda-tanda bayi/anak kelaparan
 Kepercayaan dari budaya/adatnya yang mempengaruhi kemampuan untuk belajar
atau menerapkan informasi
 Kemampuan kognitif yang terganggu, termasuk ketidakmampuan belajara, gangguan
syaraf atau sendor dan atau dimensia
 Sebelumnya terpapar dengan informasi yang tidak benar
 Tidak ingin atau tidak tertarik untuk mempelajari atau menerapkan informasi

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
Gizi
BD -
AD -
PD -

66
FH Laporan atau observasi dari :
 Informasi secara verbal tidak akurat atau tidak lengkap
 Jawaban pertanyaan dari kuesioner tertulis tidak akurat atau tidak
lengkap atau tidak dapat membaca pertanyaan
 Sebelumnya tidak merasa membutuhkan pengetahuan mengenai
rekomendasi berkaitan dengan makanan dan zat gizi
 Sebelumnya tidak merasa membutuhkan pendidikan tentang
penerapan informasi mengenai makanan dan zat gizi
 Menunjukan ketidakmampuan untuk menerapkan informasi
mengenai makanan dan zat gizi, misalnya memilih makanan
berdasarkan anjuran ataumenyiapkan makanan bayi/anak sesuai
instruksi
 Berkaitan dengan perhatian sebelumnya mengenai upaya untuk
mempelajari informasi
 Secara verbal menunjukan ketidakkinginan dan tidak tertarik untuk
mempelajari informasi
CH  Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis dan perawat,
misalnya penyakit mental
 Diagnosis medis baru atau perubahan diagnosis atau kondisi
 Etnik atau kultur terkait isu yang mempengaruhi penerapan informasi

NB. 1.7 PEMILIHAN MAKANAN YANG SALAH

Definisi: pemilihan makanan yang tidak sesuai dengan anjuran gizi seimbang (piramida
makanan) atau preskripsi diet.
Etiologi
 Kurang terpapar informasi yang akurat terkait gizi sebelumnya.
 Praktek budaya yang mempengaruhi kemampuan untuk mempelajari/menerapkan
informasi
 Kemapuan kognitif yang terganggu, termasuk ketidakmampuan belajar, gangguan
syaraf atau sensor dan atau dimensia

67
 Kelelahan (fatigue) sangat tingggi atau efek samping dari pembedahan, terapi medis
atau radiologi.
 Kurangnya atau terbatasnya akses untuk makanan, makanan yang dianjurkan
 Persepsi bahwa keterbatasan waktu, hubungan social atau keuangan menghambat
perubahan
 Alergi makanan dan aversi pemilihan makanan
 Kurang motivasi dan atau ketidaksiapan untuk menerapkan atau mendukung
perubahan system
 Tidak mau atau tidak tertarik untuk mepelajari/menerapkan informasi.
 Penyebab psikologis, seperti depresi dan gangguan makan

Tanda dan Gejala – karakter penentu


Asesmen Indikator potensial (harus ada satu atau lebih)
Gizi
BD  Meningkatnya profil lipid
AD -
PD  Hasil pemeriksaan mengarah pada kelebihan atau kekurangan
(defisiensi) vitamin atau mineral
FH Laporan atau observasi dari :
 Perkiraan asupan tidak konsisten dengan anjuran kecukupan gizi,
piramida makanan atau metoda lain yang menilai kualitas diet, seperti
healty eating index (misalnya asupan yang tidak proporsional, dsb)
 Pemahaman pedoman gizi tidak akurat atau tidak lengkap
 Ketidakmampuan untuk menerapkan pedoman
 Ketidakmampuan untuk memilih (misalnya karena akses terbatas)
atau tidak ingin atau tidak tertarik untuk memilih makanan dan
displin sesuai pedoman.
CH  Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis dan perawatan medis,
misalnya gangguan metal

68
Lampiran 2.
Data personal/Client History (CH)
Ny. S, perempuan usia 55 tahun, suku Betawi, pendidikan SMP, Ibu rumah tangga, pasien
rawat jalan.

ASESMEN GIZI
Keluhan utama : pusing, pegal di bagian tengkuk
Riwayat medis : Obesitas, Hipertensi stage II, dyslipidemia dan keluarga
mempunyai riwayat jantung (kakak dan ibu)
Faktor sosial ekonomi : pasien termasuk golongan ekonomi menengah tinggal bersama
anak dan mantu perempuannya.
Agama : Agama Islam
1. Food History/Riwayat Makanan
Asupan Energi dan Zat Gizi 1 bulan SMRS
Asupan Energi dan Standar Pembanding Identifikasi masalah
Zat Gizi
Total Energi = Estimasi kebutuhan energi: 1850/1100 x 100% =
1850 kal Metode perhitungan dengan rumus: 168%
Energi Total = BMRx 25 kkal
= 45 x 25 = 1125 kkal
Aktifitas ringan = 20% x 1125 kkal = +
225kkal
Kelebihan BB = 20% x 1125 kkal = - 225
kkal
Total Energi = 1125 kkal = 1100 kkal
Total Protein = Estimasi kebutuhan Protein: 51/55 x 100% = 93%
47,5 gr Kebutuhan protein total = 41,25 (15% total
kalori)
Total Lemak = 73 Estimasi kebutuhan Lemak: 27/48 x 100% = 56%
gr Kebutuhan lemak total = 30,6 (25% total

69
kalori)
Total KH = 250 gr Estimasi kebutuhan KH: 85/240 x 100% = 35%
Kebutuhan KH total = 165 (60% total
kalori)

2. Asupan makanan dan minuman SMRS pola dan jumlah makanan


- Jumlah makanan
Sehari rata-rata: nasi 6 porsi, ayam/ikan asin goreng 2 porsi, tempe goreng 1 porsi, pisang
1 porsi, sayur lodeh 2 porsi, singkong goreng dan biskuit @ 1 potong, teh manis 2 gelas.
- Jenis makanan: Tinggi natrium – menggunakan penyebab masakan, sambal terasi, rendah
serata, tinggi lemak – jenis makanan gorengan.
- Pola makan: 3 kali makan utama, 2 kali snack
- Variasi makanan: ada, tetapi terbatas pada makanan gorengan
3. Riwayat Diet
Pengalaman diet: belum pernah diet, tidak ada alergi makanan
4. Pengetahuan Gizi/Kepercayaan dan Sikap
Tingkat pengetahuan: kurang terkait jenis bahan makanan tinggi serat dan rendah natrium
serta terbatas dalam menyenutkan jenis makanan tinggi lemak.
5. Pengobatan: Obat captopril 25 g/hari
6. Komposisi tubuh
- TB : 145 cm
- BB : 63 kg
- IMT : 29,9 kg/m2 (obesitas tingkat 1)
7. Data Fisik/Klinis terkait Gizi
Penampilan keseluruhan: gemuk
8. Data Laboratorium terkait gizi
- Cholesterol total = 253 mg/dl (N = < 200 mg/gl)
- LDL = 165 mg/dl (N = < 100 mg/dl)
- HDL = 39 mg mg/dl (N = > 50 gr)
- Trigliserida = 102 mg/dl (N = < 150 mg/gr)
9. Aktifitas Fisik
Rendah: rata-rata nonton TV 9 jam, tidur 10 jam sehari, jarang olah raga.

70
DIAGNOSIS GIZI
Dari hasil pengkajian gizi tersebut, bagaimana penetapan diagnosis gizi. Langkah-langkah:
1. Lakukan integrasi hasil pengkajian gizi ke dalam kemungkinan diagnosis
2. Lakukan identifikasi Problem (P) dan tetapkan mengapa (why-why-why) sehingga
diperoleh akar masalahnya (etilogi), selanjutnya lakukan identifikasi bagaimana
membuktikan (how to know) atau Sign/symptom yang membuktikan terjadinya
masalah.
3. Hasil penetapan kemungkinan diagnose gizi adalah sebagai berikut:
Problem Etiologi Sign/Symptom
NI. 1.1 Kelebihan asupan Tingkat pengetahuan yang BMI > 25 kg/m2
energi kurang tentang makanan Asupan lebih dari kebutuhan
dan nutrisi (114%)
Aktifitas fisik yang kurang
NI. 6.5.2 Kelebihan asupan Tingkat pengetahuan yang Hasil laboratorium kolesterol
lemak kurang tentang makanan total 253, HDL 79, LDL 165.
dan nutrisi Asupan lemak lebih dari
kebutuhan (20%)
NC. 3.3 Obesitas Gaya hidup yang kurang IMT 30 kg/m2
baik Makanan lebih sering digoreng
Kurang konsumsi serat
Menambah penyedap disetiap
masakan.
Kebiasaan nonton TV 9 jam,
tidur 10 jam setiap hari
NB. 1.1 kurangnya Persepsi yang salah terkait Beranggapan bahwa makanan
pengetahuan Gizi penyakitnya tinggi lemak adalah jeroan,
kikil, lemak daging.
Menyebutkan makanan tinggi
natrium dan serat.

71
Prioritas diagnosis gizi dengan mempertimbangkan:
- Berdasarkan derajat kegawatan masalah, keamanan dan kebutuhan pasien dalam waktu
jangka pendek
- Etiologi yang lebih dapat ditangani oleg ahli gizi dengan menghilangkan mengurangi
tanda dan gejala masalah (sign/symptoms)

Hasil dari penetapan diagnosis gizi prirotras adalah sebagai berikut:


Problem Etiologi Sign/Symptom
NC. 3.3 Obesitas Gaya hidup yang kurang IMT 30 kg/m2
baik Makanan lebih sering digoreng
Kurang konsumsi serat
Menambah penyedap disetiap
masakan.
Kebiasaan nonton TV 9 jam,
tidur 10 jam setiap hari
NB. 1.1 kurangnya Persepsi yang salah terkait Beranggapan bahwa makanan
pengetahuan Gizi penyakitnya tinggi lemak adalah jeroan,
kikil, lemak daging.
Menyebutkan makanan tinggi
natrium dan serat.

INTERVENSI GIZI
Langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:
a. Tetapkan tujuan yang berfokus pada pasien dan menjawab masalah/problem dalam
daignosa gizi
b. Tentukan domain dan terminology intervensi gizi
c. Pertimbangkan panduan medical nutrition therapy (MNT), penuntun diet, consensus dan
regulasi yang berlaku
d. Diskusikan rencana asuhan dengan pasien, keluarga atau pengasuh pasien
e. Buat strategi intervensi, misalnya modifikasi makanan, edukasi/konseling
f. Merancang preskripsi gizi. Preskripsi gizi adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien
secara individual, mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposensi zat gizi yang

72
mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan
rute pemberian makanan. Preskripsi gizi dirancang berdasarkan pengkajian gizi,
komponen diagnosis gizi, rujukan rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan
dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien/klien.
g. Tetapkan waktu dan frekuensi intervensi
h. Identifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan

Langkah-langkah Implementasi:
a. Komunikasi rencana intervensi dengan pasien, tenaga kesehatan atau tenaga lain.
b. Melaksanakan rencana intervensi
Diagnosis Gizi Itervensi
P NC. 3.3 Obesitas Tujuan: membantu menurunkan berat
badan mencapai status gizi yang optimal
E Gaya hidup yang kurang baik ND. 1.4 dan ND. 1.7 pemberian makanan
utama dan selingan dengan modifikasi
dengan diet Rendah Energi dan Rendah
Cholesterol
S - IMT 30 kg/m2 - IMT < 23 kg/m2 dalam 7 bulan
- Makanan lebih sering di goring - Tidak ada makanan yang digoreng
- Kurang konsumsi serat, menabah - Konsumsi serat meningkat (25 gr/hari)
penyedap disetiap pemasakan - Tidak menabah penyedap disetiap
- kebiasaan nonton TV 9 jam, tidur pemasakan
10 jam setiap hari - Mengurangi kebiasaan nonton TV 9
jam, tidur 10 jam setiap hari

Diagnosis Gizi Itervensi


P NB 1.1 kurangnya pengetahuan Tujuan : meningkatkan pengetahuan terkait
terkait gizi gizi
E Persepsi yang salah terkait E. 1 Edukasi gizi tentang pengaturan gaya
penyakitnya hidup yang sehat
S Beranggapan bahwa makanan tinggi Mengetahui aneka jenis bahan makanan
lemak adalah jaroan, kikin, lemak, tinggi lemak, bahan makanan sumber
daging : pasien tidak dapat natrium dan serat.
menyebutkan makanan tinggi natrium
dan serat

73
TUJUAN:
 Membantu menurunkan berat badan mencapai status gizi yang optimal
 Menurutkan asupan makanan sesuai kebutuhan dan program penurunan berat badan
 Meningkatkan pengetahuan terkait komposisi kebutuhan zat gizi pasien dan bahan
makanan tinggi lemak, bahan makanan sumber natrium dan serat.

PRESKRIPSI DIET
 Jenis Diet : Makanan Rendah Energi
 Bentuk : Padat
 Route diet : Oral
 Frekuensi makan : 3x makan utama dan 2x selingan
 Energi : 1100 kkal
 Protein : 41,25 gr
 Lemak : 39,6 gr
 KH : 165 gr
 Natrium : 1300 (berdasarkan KGA 2012)
 Serat : 25-30 gr perhari

EDUKASI GIZI
1. Tujuan :
Memberikan pengetahuan untuk menolong pasien/klien secara mandiri guna
menurunkan asupan makanan sesuai kebutuhan gizi dan peningkatan gaya hidup sehat

2. Konten/materi :
a. Menjelaskan pentingnya pengaturan kalori dalam penurunan berat badan
b. Menjelaskan pentingnya pengaturan komposisi zat gizi yang memenuhi kebutuhan
gizi pasien
c. Menjelaskan diet rendah kalori rendah kolsterol
d. Menjelaskan bahan makanan sumber lemak jenuh, tinggi kolesterol dan tinggi
natrium yang harus dihindari serta bahan makanan tinggi serat yang harus
ditingkatkan

74
e. Mejelaskan tehnik pengolahan bahan makanan yang dapat mendukung penerapan
diet pasien.

75

Anda mungkin juga menyukai