Anda di halaman 1dari 43

PENDAHULUAN

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme
tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaiknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.

Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya
harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan
perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Sesuai dengan keadaan penyakit,
makanan dapat diberikan per oral, enteral, dan parenteral.

1
BAB I
STANDAR MAKANAN UMUM RUMAH SAKIT

1. MAKANAN BIASA
Diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan makanan khusus (diet) karena
penyakitnya. Walaupun tidak ada pantangan secara khusus, makanan sebaiknya
diberikan dalam bentuk mudah dicerna dan tidak merangsang pada saluran cerna.
Susunan makanan mengacu pada pola menu seimbang dan angka kecukupan gizi
yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan harus cukup energi, protein,
dan zat-zat gizi lain. Salah satu standar makanan biasa yang mengandung antara
1100 – 2500 kilokalori sehari dapat diberikan.
Tujuan Diet :
Memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh.
Syarat Diet :
- Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat
dengan memperhitungkan faktor aktifitas dan stress.
- Protein 10 -15% dari kebutuhan energi total.
- Lemak 20-25% dari kebutuhan energi total.
- Karbohidrat 60 -70 % dari kebutuhan energi total.
- Cukup vitamin, mineral dan kaya serat.
- Makanan tidak merangsang saluran cerna
- Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi, sesuai dengan pola menu
seimbang.
Makanan yang tidak dianjurkan :
Makanan yang merangsang, berlemak tinggi, terlalu manis, telalu berbumbu dan
minuman yang mengandung alkohol.
Indikasi Pemberian :
Makanan biasa diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan diet khusus
berhubungan dengan penyakitnya.
Cara Pemesanan Makanan : Makanan Biasa
Tabel 1. Kandungan Gizi Menu Makanan Biasa
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Nilai Gizi
(Kkal) (Gram) (Gram) (gram)
Makanan Biasa
(VVIP/VIP/PAV) 2100 63 46,7 357
Makanan Biasa Kelas I 1900 57 42,2 323
Makanan Biasa Kelas II 1800 54 40 306
Makanan Biasa Kelas III 1700 51 37,7 289

2
2. MAKANAN LUNAK
Makanan lunak memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna
dibandingkan makanan biasa. Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah
operasi tertentu dan pasien dengan suhu badan meninggi. Makanan lunak dapat
diberikan langsung kepada pasien atau sebagai perpindahan dari makanan saring ke
makanan biasa. Makanan harus cukup energi, protein, dan zat gizi lain. Salah satu
standar makanan lunak yang mengandung 900 – 1900 kilokalori sehari dapat
diberikan.
Tujuan Diet:
Memberikan makanan dalam bentuk lunak yang mudah ditelan dan dicerna sesuai
kebutuhan gizi dan keadaan penyakit.
Syarat Diet :
- Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan keadaan
pasien dan kemampuan makan pasien.
- Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan keadaan
penyakit dan kemampuan makan pasien.
- Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali makan lengkap dan 2 kali
selingan.
- Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat
dengan memperhitungkan faktor aktifitas dan stress.
- Protein 10 -15% dari kebutuhan energi total.
- Lemak 20-25% dari kebutuhan energi total.
- Karbohidrat 60 -70 % dari kebutuhan energi total.
- Cukup vitamin dan mineral cukup.
- Mudah cerna, tidak banyak mengandung serat, tidak menimbulkan gas, tidak
mengandung bumbu yang merangsang, tidak digoreng, dan diberikan dalam porsi
kecil dan sering.
Indikasi Pemberian :
Diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu, pasien dengan penyakit infeksi
yang kenaikan suhu tidak terlalu tinggi, pasien yang kesulitan mengunyah dan
menelan, serta sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.
Cara Pemesanan Makanan : Makanan Lunak
Tabel 2. Kandungan Gizi Menu Makanan Lunak
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Nilai Gizi
(Kkal) (Gram) (Gram) (gram)
Makanan Lunak 1900 57 42,2 323
(VVIP/VIP/PAV)
Makanan Lunak Kelas I 1800 54 40 306
Makanan Lunak Kelas II 1700 51 37,7 289
Makanan Lunak Kelas III 1600 48 35,6 272

3
3. MAKANAN SARING
Makanan saring adalah makanan semipadat yang mempunyai tekstur lebih halus
daripada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Makanan lunak
diberikan kepada pasien sesudah mengalami operasi tertentu, menderita infeksi akut,
seperti gastroenteritis, tifus abdominalis; kurang kalori protein (KKP) dengan nafsu
makan yang sudah membaik, tetanus dan sukar menelan. Menurut keadaan penyakit,
makanan saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau merupakan
perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak. Makanan diberikan untuk
jangka waktu pendek karena tidak memenuhi kebutuhan gizi, terutama energi dan
tiamin. Salah satu standar makanan saring yang mengandung 900-1700 kilokalori
sehari dapat diberikan.
Tujuan Diet :
Memberikan makanan dalam bentuk semi padat sejumlah yang mendekati kebutuhan
gizi pasien untuk jangka waktu pendek sebagai proses adaptasi terhadap bentuk
makanan yang lebih padat.
Syarat Diet :
- Makanan saring hanya diberikan untuk jangka waktu singkat selama 1-3 hari,
karena kurang memenuhi kebutuhan gizi, terutama energi, serat, vitamin C, dan
tiamin.
- Rendah serat, diberikan dalam bentuk disaring atau diblender.
- Diberikan dalam porsi kecil dan sering
- Mudah dicerna, rendah serat, tidak menimbulkan gas, tidak merangsang saluran
pencernaan, dan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
Indikasi Pemberian :
Diberikan pada pasien dewasa dan anak sesudah mengalami operasi tertentu, pada
infeksi akut terminal, infeksi saluran cerna, kesulitan mengunyah atau menelan,
tetanus, atau sebagai perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak.
Cara Pemesanan Makanan : Makanan Saring
Tabel 3. Kandungan Gizi Menu Makanan Saring
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Nilai Gizi
(Kkal) (Gram) (Gram) (gram)

Makanan Saring 1800 65 60 269

4. MAKANAN CAIR
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai kosistensi cair. Makanan ini
diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mengunyah, menelan, dan
mencernakan makanan yang disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi,

4
rasa mual, muntah, pasca perdarahan saluran cerna, tifus abdominalis, serta pra dan
pasca bedah. Makanan ini juga dapat diberikan pada pasien Kurang Kalori Protein
(KKP) berat dengan berat badan lebih dari 7 kg dan umur lebih dari 1 tahun.
Makanan cair dapat diberikan secara oral maupun pipa (ngt/nsv,gastrotomy feeding,
jejunustomy feeding). Menurut konsistensi makanan, makanan cair terdiri dari tiga
jenis, yaitu : makanan cair jernih, makanan cair penuh, dan makanan cair kental.
Syarat Diet :
- Jumlah makanan cair yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan cairan dan
energi.
- Makanan tidak merangsang
- Bila diberikan lewat pipa, konsistensi sedemikian rupa hingga dapat melalui
pipa karet.
- Bila tidak melalui pipa karet, perhatikan variasi makanan dalam rupa dan rasa.
- Diberikan dalam porsi kecil dan sering (6-8 kali sehari).

A. Makanan Cair Jernih


Makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk cairan jernih
pada suhu ruang dengan kandungan sisa (residu) minimal dan tembus pandang
bila diletakkan dalam wadah bening. Jenis cairan yang diberikan tergantung pada
keadaan penyakit atau jenis operasi yang dijalani
Tujuan Diet :
- Memberikan makanan dalam bentuk cair yang memenuhi kebutuhan cairan
tubuh yang mudah diserap dan hanya sedikit meninggalkan sisa (residu).
- Mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus.
Syarat Diet :
- Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih yang tembus pandang.
- Bahan makanan hanya terdiri dari sumber karbohidrat.
- Tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap.
- Sangat rendah residu (sisa).
- Diberikan hanya selama 1-2 hari.
- Porsi kecil dan diberikan sering.
Indikasi Pemberian :
Makanan cair jernih diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi
tertentu, keadaan mual dan muntah, dan sebagai makanan tahap awal pasca
perdarahan saluran cerna. Nilai gizinya sangat rendah karena hanya terdiri dari
sumber karbohidrat.

5
Bahan Makanan yang Boleh Diberikan :
Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain : teh, sari buah, sirup, air gula,
kaldu jernih, serta cairan mudah cerna seperti cairan yang mengandung
maltodekstrin. Makanan dapat ditambah dengan suplemen energi tinggi dan
rendah sisa.

B. Makanan Cair Penuh


Makanan cair penuh adalah makanan berbentuk cair atau semicair pada suhu
ruang dengan kandungan serat minimal dan tidak tembus pandang bila diletakkan
dalam wadah bening. Jenis makanan yang diberikan bergantung pada keadaan
pasien. Makanan ini dapat langsung diberikan kepada pasien atau sebagai
perpindahan darri makanan cair jernih ke makanan cair kental.
Tujuan Diet :
- Memberikan makanan dalam bentuk cair dan semicair yang memenuhi
kebutuhan gizi.
- Meringankan kerja saluran cerna.
Syarat Diet :
- Tidak merangsang saluran cerna.
- Bila diberikan lebih dari 3 hari harus dapat memenuhi kebutuhan energi dan
protein.
- Kandungan energi minimal 1 kkal/ml. Konsentrasi cairan dapat diberikan
secara bertahap dari ½, ¾, sampai penuh.
- Bedasarkan kondisi penyakit pasien, dapat diberikan formula rendah atau
bebas laktosa, formula dengan asam lemak rantai sedang (MCT), formula
dengan protein yang terhidrolisa, formula tanpa susu, formula dengan serat,
dan sebagainya.
- Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dapat diberikan tambahan
ferosulfat, vitamin B kompleks, dan vitamin C.
- Sebaiknya osmolaritas < 400 Mosml.
Indikasi Pemberian :
Makanan cair penuh diberikan kepada pasien yang mempunyai masalah untuk
mengunyah, menelan, atau mencernakan makanan padat, misalnya pada operasi
mulut atau tenggorokan, dan atau pada kesadaran menurun. Makanan ini dapat
diberikan melalui oral, pipa, atau NGT secara bolus atau drip (tetes).
Jenis Makanan Cair Penuh :
Ada dua jenis makanan cair penuh, yaitu : Formula Rumah Sakit (FRS) dan
Formula Komersial (FK).

6
- Formula Rumah Sakit (FRS)
Tabel 4. Jenis Formula Rumah Sakit dan Indikasi Pemberian
No. Jenis FRS Indikasi Pemberian
Dengan susu Lambung, usus halus, dan kolon bekerja
1.
(whole/skim) normal
2. Makanan blender Memerlukan tambahan makanan berserat
Tidak tahan terhadap laktosa (lactose
3. Rendah laktosa
intolesrance)
4. Tanpa susu Tidak tahan protein susu

Bahan Makanan yang dianjurkan :


Tabel 5. Bahan Makanan yang dianjurkan pada Formula Rumah Sakit
No. Jenis FRS Bahan Makanan
Makanan cair dengan Susu penuh, maizena, telur ayam,
1.
susu penuh/skim margarin, minyak, gula, sari buah.
Nasi tim/bubur kasar, telur ayam, daging
2. Makanan diblender giling, ikan, tahu, tempe, wortel, labu
kuning.
Susu rendah laktosa, maizena, telur
3. Rendah laktosa
ayam, margarin, minyak, gula, sari buah.
Kacang hijau, tahu, tempe, wortel, sari
4. Tanpa susu
buah, telur, tepung serealia.

- Formula Komersial
Tabel 6. Jenis Formula Komersial dan Indikasi Pemberian
No. Jenis Formula Komersial Indikasi Pemberian
1. Rendah/bebas laktosa Tidak tahan terhadap laktosa
2. Dengan MCT Malabsorbsi lemak
3. Dengan BCAA Sirosis hati
4. Protein tinggi Katabolisme meningkat
5. Protein rendah Gagal ginjal
6. Protein terhidrolisa Alergi protein
7. Tanpa susu Tidak tahan protein susu
8. Dengan serat Perlu suplemen serat
9. Rendah sisa Reseksi usus
10. Indeks glikemik rendah Diabetes melitus

C. Makanan Cair Kental


Makanan cair kental adalah makanan yang mempunyai konsisteensi kental atau
semipadat pada suhu kamar, yang tidak membutuhkan proses mengunyah dan
mudah ditelan. Menurut keadaan penyakit, makanan cair kental dapat diberikan
langsung kepada pasien atau merupakan perpindahan dari makanan cair penuh ke
makanan saring.

7
Tujuan Diet :
Memberikan makanan yang tidak membutuhkan proses mengunyah, mudah
ditelan, dan mencegah terjadinya aspirasi, yang memenuhi kebutuhan gizi.
Syarat Diet :
- Mudah ditelan dan tidak merangsang saluran cerna.
- Cukup energi dan protein.
- Diberikan bertahap menuju ke makanan lunak.
- Porsi diberikan kecil dan sering
Indikasi Pemberian :
Makanan cair kental diberikan kepada pasien yang tidak mampu mengunyah dan
menelan, serta untuk mencegah aspirasi (cairan masuk ke dalam saluran nafas),
seperti pada penyakit yang disertai peradangan, ulcus peptikum, atau gangguan
struktural atau motorik pada rongga mulut. Makanan ini dapat mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh.
Cara Pemesanan Makanan :
- Makanan Cair Jernih (MCJ)
- Makanan Cair Penuh Oral/Enteral (MCPO/MCPE)
- Makanan Cair Kental (MCK)

5. MAKANAN LEWAT PIPA


Makanan lewat pipa diberikan kepada pasien yang tidak dapat makan melalui mulut
oleh karena gangguan jiwa, prekoma, anorexia nervosa, kelumpuhan otot-otot
menelan, atau sesudah operasi mulut, tenggorokan dan saluran pencernaan.
Makanan diberikan berupa sari buah dan cairan kental yang dibut dari susu, telur,
gula dan margarin. Cairan hendaknya dapat dimasukkan melalui pipa karet hidung,
lambung atau rectum.
Pemakaian gula pasir dan susu penuh (whole) disesuaikan dengan kemampuan
pasien untuk menerimanya. Bila terjadi kembung perut atau diare, pemakaian gula
pasir dikurangi dan susu penuh diganti dengan susu skim atau susu rendah laktosa.
Makanan ini kandungan besi dan vitamin dalam makanan kurang, oleh karena itu ke
dalam makanan dimasukkan 8 mg preparat ferrosulfat, 3 tablet vitamin B kompleks,
dan 150 mg preparat vitamin C. Makanan dapat dibuat sekaligus untuk 24 jam,
dimasukkan kedalam botol-botol steril dan disimpan di lemari es. Sebelum diberikan,
makanan dipanaskan hingga suhu badan. Banyaknya makanan sehari adalah 1500-
2000 ml yang dibagi dalam 6-8 porsi.

8
BAB II
STANDAR MAKANAN KHUSUS RUMAH SAKIT

A. DIET UMUM
I. DIET TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN
Pengertian :
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energi
dan protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa
ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, daging, tau
dalam bentuk minuman enteral energi tinggi protein tinggi. diet ini diberikan bila
pasien telah mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan
lengkap.
Tujuan Diet :
- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
- Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
Syarat Diet :
- Energi tinggi : 40 45 kkal/kg BB
- Protein tinggi : 2,0-2,5 g/kg BB
- Lemak cukup : 10-25 % dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
- Makanan diberikan dlm bentuk mudah cerna
Indikasi Pemberian :
- KEP (Kurang Energi Protein)
- Sebelum dan sesudah operasi tertentu
- Multi trauma, selama radioterapi dan kemoterapi
- Luka bakar berat
- Fase penyembuhan dari penyakit dgn panas tinggi
- Hipertiroid
- Kehamilan dan post-partum
Jenis Diet :
- Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein I (TKTP I) Energi : 2600 kkal, Protein :
100 g (2g/kg BB)
- Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein II (TKTP II) Energi : 3000 kkal, Protein :
125 g (2,5 g/kg BB)

9
Cara Pemesanan Makanan :
- Diet Tinggi Kalori Protein Tinggi I (TKTP I)
- Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein II (TKTP II)

2. DIET ENERGI RENDAH


Pengertian :
Diet energi rendah adalah diet yang kandungan energinya di bawah kebutuhan
normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat yang
bermanfaat dalam proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makanan
padat energy yang banyak mengandung karbohidrat sederhana, lemak, serta
goreng-gorengan.
Tujuan Diet :
- Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai umur, gender, dan
kebutuhan fisik
- Mencapai IMT normal, yaitu : 18,5 - 25 kg/m²
- Mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat badan
sebanyak ½ - 1 kg/minggu
Syarat Diet :
- Energi rendah, ditujukan untuk menurunkan berat badan. pengurangan
dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari
segi kualitas maupun kuantitas. untuk menurunkan berat badan sebanyak ½
- 1 kg/minggu, asupan energi dikurangi sebanyak 500-1000 kkal/hari dari
kebutuhan normal. Perhitungan kebutuhan energi normal dilakukan
berdasarkan berat badan ideal
- Protein sedikit lebih tinggi, yaitu : 1-1,5 g/kgBB/hr atau 15-20% dari
kebutuhan energi total
- Lemak sedang, yaitu : 20-25% dari kebutuhan energi total. Sumber lemak
berasal dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh ganda yang
kadarnya tinggi
- Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu : 66-65% dari kebutuhan energi total.
Karbohidrat yang lebih banyak digunakan adalah sumber karbohidrat
kompleks untuk member rasa kenyang dan mencegah konstipasi. Sebagai
alternative, bisa digunakan gula buatan sebagai pengganti gula sederhana
- Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan
- Dianjurkan untuk 3 kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan
- Cairan cukup, yaitu : 8-10 gelas/hari

10
Indikasi Pemberian :
Diet energi rendah diberikan kepada pasien yang mempunyai perhitungan IMT >
25 kg/m2. Diet ini diberikan secara bertahap dan disesuaikan dengan
kemampuan pasien.
Jenis Diet :
- Diet Energi Rendah I (DER I) 1200 Kal
- Diet Energi Rendah II (DER II) 1500 Kal
Cara Pemesanan Makanan :
- Diet Energi Rendah I (DER I) 1200 Kal
- Diet Energi Rendah II (DER II) 1500 Kal

B. DIET PENYAKIT DALAM


1. DIET RENDAH GARAM
Pengertian :
Diet rendah garam adalah diet yang diberikan dengan memperhitungkan adanya
pembatasan asupan konsumsi garam dalam makanan. Garam yang terdapat dalam
diet rendah garam yaitu : garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking
powder, natrium benzoat, dan vetsin (monosodium glutamat). Natrium berfungsi
menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta berperan dalam
transmisi saraf dan kontraksi otot. Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang
dikeluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga
terdapat keseimbangan. Asupan natrium yang berlebihan, terutama bentuk
natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh,
sehingga menyebabkan edema/asites dan atau hipertensi. WHO (1990)
menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (ekivalen
dengan 240 mg natrium).
Tujuan Diet :
- Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
- Menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
Syarat Diet :
- Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin
- Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
- Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan
atau hipertensi
Indikasi Pemberian :
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan atau
hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio kordis, sirosis hati,
penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial.

11
Macam Diet :
- Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema,asites, dan atau hipertensi berat. Pada
pengolahan makanannya sama sekali tidak boleh ditambahkan garam dapur.
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
- Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi sedang. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g).
- Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt (4 g) garam dapur.
Cara Pemesanan Makanan :
- Diet Rendah Garam I
- Diet Rendah Garam II
- Diet Rendah Garam III

2. SALURAN PENCERNAAN
2.1. DIET TINGGI SERAT
Pengertian :
Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua
makanan nabati. Serat terdiri atas 2 golongan, yaitu : serat larut air dan serat
tidak larut air. Serat larut tidak air banyak terdapat pada dedak beras,
gandum, sayuran, dan buah-buahan. Serat golongan ini dapat melancarkan
defekasi. Serat larut air terdapat pada havermout, kacang-kacangan, sayuran
dan buah-buahan. Serat golongan ini dapat mengikat asam empedu sehingga
dapat menurunkan absorpsi lemak dan kolesterol darah, sehingga
menurunkan resiko atau mencegah atau meringankan penyakit jantung
koroner dan dislipidemia. Serat juga dapat mencegah kanker kolon dengan
mengikat dan mengeluarkan bahan-bahan karsinogen dalam usus.
Pada umumnya makanan tinggi serat mengandung energi rendah, dengan
deikian dapat membantu menurunkan berat badan. Diet tinggi serat
menimbulkan rasa kenyang sehingga menunda rasa lapar. Asupan serat yang
berlebihan dapat menimbulkan gas yang berlebihan dan diare, serta
menganggu penyerapan mineral seperti magnesium, zat besi, dan kalsium.
WHO menganjurkan asupan serat 25-30 g/hr.
Tujuan Diet :
Memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang tinggi serat sehingga dapat
erangsang peristaltic usus agar defekasi berjalan normal.

12
Syarat Diet :
- Energi cukup, sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas
- Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
- Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
- Vitaimin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara
kekuatan otot saluran cerna
- Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi.
Pemberian minum sebelum makan akan membantu merangsang peristaltik
usus
- Serat tinggi, yaitu 30-50 g/hari terutama serat tidak larut air yang berasal
dari beras tumbuk, beras merah, roti whole wheat, sayuran, dan buah
Indikasi Pemberian :
Diet tinggi serat diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan penyakit
divertikulosis. Lama pemberian diet disesuaikan dengan perkembangan
penyakit.
Cara Pemesanan Diet :
Diet Tinggi Serat (DTS)

2.2. DIET RENDAH SISA


Pengertian :
Makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan hanya sedikit
meninggalkan sisa, yang bertujuan untuk memberikan makanan sesuai
dengan kebutuhan gizi namun sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga
dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna.
Tujuan Diet :
Memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin
meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak
merangsang saluran cerna.
Syarat Diet :
- Energi cukup, sesuai dengan umur, gender dan aktivitas
- Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
- Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
- Pembatasan serat, maksimal 8 g/hr, disesuaikan dengan toleransi
perorangan
- Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar (liat) sesuai
dengan toleransi perorangan

13
- Menghindari makanan yg terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam,
dan berbumbu tajam
- Makanan dimasak lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas
dan dingin
- Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering
- Bila diberikan untuk waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu
disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan
parenteral
Indikasi Pemberian :
Diberikan pada pasien diare berat, peradangan saluran cerna akut,
divertikulitis akut, obstipasi spastic, penyumbatan sebagian saluran cerna,
hemoroid berat, serta pra dan pasca bedah saluran cerna.
Macam Diet :
Menurut beratnya penyakit diberikan Diet Rendah Sisa I atau Diet Rendah
Sisa II.
- Diet Rendah Sisa I
Makanan diberikan dalam bentuk disaring atau diblender. Makanan ini
menghindari makanan berserat tinggi dan sedang, bumbu tajam, susu,
daging berserat kasar (liat), dan membatasi penggunaan gula dan lemak.
Kandungan serat maksimal 4 gram. Diet ini mengandung energy rendah
dan sebagian besar zat gizi.
- Diet Rendah Sisa II
Diet rendah sisa II merupakan makanan peralihan dari diet rendah sisa I
ke makanan biasa. Diet ini diberikan bila penyakit mulai membaik atau
bila penyakit bersifat kronis. Makanan diberikan dalam bentuk cincang
atau lunak. Makanan berserat sedang diperbolehkan dalam jumlah
terbatas, sedangkan makanan berserat tinggi tidak dperbolehkan. Susu
diberikan maksimal 2 gelas sehari. Lemak dan gula diberikan dalam
bentuk mudah cerna. Bumbu kecuali cabe boleh diberikan dalam jumlah
tebatas. Kandungan serat pada diet ini adalah 4-8 gram.

2.3. DIET LAMBUNG


Pengertian :
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronik,
ulkus peptikum, pasca operasi lambung yang sering diikuti dengan
”dumping sindrome” dan kanker lambung. Gangguan pada lambung
umumnya berupa sindrom dispepsia, yaitu kumpulan gejala yang terdiri

14
dari mual, muntah, nyeri epigastrium, kembung, nafsu makan berkurang,
dan rasa cepat kenyang.
Tujuan Diet :
- Memberikan makanan dan cairan secukupnya
- Memberikan makanan yang tidak memberatkan lambung
- Mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan
Syarat Diet :
- Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan
- Energi dan protein cukup,sesuai dengan kemampuan pasien
- Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan
- Rendah serat, terutama serat yang tadak larut air yang ditingkatkan
secara bertahap
- Cairan cukup, terutama bila ada muntah
- Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya
terima perorangan)
- Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak
- Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang
- Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48
jam untuk memberi istirahat pada lambung
Macam Diet :
- Diet Lambung I
Diet lambung ini diberikan kepada pasien gastritis akut, ulkus
peptikum, paska perdarahan, dan tifus abdominalis berat. Makanan
diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari diet
pasca hematemesis-melena, atau setelah fase akut teratasi. Makanan
diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan serta
kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
- Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I,
kepada pasien dengan ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus
abdominalis ringan. Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta
diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali makanan
selingan. Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C, tetapi kurang
tiamin.

15
- Diet Lambung III
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II,
pada pasien dengan ulkus peptikum, gastritis kronik, atau tifus
abdominalis yang hampir sembuh. Makanan berbentuk lunak atau
biasa bergantung pada toleransi pasien

C. DIET PADA TINDAKAN BEDAH


Pengertian :
Pengaruh pembedahan terhadap metabolism pasca bedah tergantung berat ringannya
pembedahan, keadaan gizi pasien pra bedah, dan pengaruh pembedahan terhadap
kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorpsi zat gizi. Setelah pembedahan
sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan natrium yang dapat berlangsung
selama 5-7 hari atau lebih pasca bedah. Peningkatan eksresi kalsium terjadi setelah
operasi besar, trauma kerangka tubuh, atau setelah lama tidak bergerak (imobilisasi).
Demam meningkatkan kebutuhan enregi, sedangkan luka dan pedarahan
meningkatkan kebutuhan protein, zat besi dan vitamin C. Cairan yang hilang perlu
diganti.
1. DIET PRA BEDAH
Pengertian :
Diet pra bedah adalah pengaturan makan yang diberikan kepada pasien yang akan
menjalani pembedahan. Pemberian diet pra bedah ini tergantung pada : keaaan
umum pasien, macam pembedahan yang akan dilakukan, sifat operasi, serta
macam penyakit.
Tujuan Diet :
Mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal pada saat
pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi stress dan
penyembuhan luka.
Syarat Diet :
- Energi bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45
Kal/kgBB. Bagi pasien dengan gizi lebih diberikan sebanyak 10-25% dibawah
kebutuhan energi normal. Bagi pasien dengan status gizi baik diberikan sesuai
dengan kebutuhan energi normal ditambah faktor stress sebesar 15% dari AMB
(Angka Metabolisme Basal). Sedangkan bagi pasien dengan penyakit tertentu,
energi diberikan sesuai dengan penyakitnya.
- Protein bagi pasien dengan status gizi kurang, anemia, albumin rendah (<2,5
mg/dl) diberikan protein tinggi 1,5-2,0 g/kgBB. Bagi pasien dengan status gizi
baik atau keegemukan diberikan protein normal sebesar 0,8-1 g/kgBB.

16
Sedangkan pasien dengan penyakit tertentu, energi diberikan sesuai dengan
penyakitnya.
- Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energy total. Bagi pasien dengan
penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya.
- Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk menghindari
hipermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu, karbohidrat diberikan
sesuai dengan penyakitnya.
- Vitamin cukup, terutama vitamin B, C dan K. Bila perlu ditambahkan dalam
bentuk suplemen.
- Mineral cukup. Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
- Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma,
sehngga tidak menganggu proses pembedahan (tdak buang air besar atau kecil
di meja operasi).
Jenis, Indikasi, dan Lama Pemberian Diet :
Sesuai dengan jenis dan sifat pembedahan, diet pra bedah diberikan dengan
indikasi sebagai berikut :
- Pra bedah darurat atau cito
Sebelum pembedahan tidak diberikan diet tertentu.
- Pra bedah berencana atau elektif
a. Pra bedah minor (kecil elektif), seperti tonsilelektomi tidak membutuhkan
diet khusus. Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum pembedahan. Sedangkan
pada pasien yang akan menjalani apendiktomi, herniatomi,
hemoroidektomi, dan sebagainya diberikan diet rendah sisa sehari
sebelumnya.
b. Pra bedah besar di luar saluran pencernaan diberikan formula enteral
rendah sisa selama 2-3 hari. Pemberiian makanan terakhir pada pra bedah
besar dilakukan 12-18 jam sebelum pembedahan, sedangkan minum
terakhir 8 jam sebelumnya.
Cara Pemesanan Makanan ;
Diet pra bedah makanan lunak/saring/cair oral/ formula enteral (DPBML/ MS/
MCO/ MFE).

2. DIET PASCA BEDAH


Pengertian :
Diet pasca bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

17
Tujuan Diet :
Tujuan diet pasca bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien
segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :
- Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
- Mengganti kehilangan protein, glikgen, zat besi dan zat gizi lain
- Memperbaiki keseimbangan elektrolit dan cairan
Syarat Diet :
Memberikan makanan secara bertahap mulai bentuk cair, saring, lunak dan biasa.
Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung pada macam pembedahan dan
keadaan pasien, seperti :
- Pasca bedah kecil : makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti
biasa
- Pasca bedah besar : makanan dibeikan secara berhati-hati disesuaikan dengan
kemampuan pasien untuk menerimanya
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian :
a. Diet Pasca Bedah I (DPB I) :
Diet ini diberikan kepada semua pasien pasca bedah:
- Pasca bedah kecil : setelah sadar atau rasa mual hilang
- Pasca bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda
usus mulai bekerja
Cara Pemberian Diet :
Selama 6 jam sesudah pembedahan, makanan yang diberikan berupa air putih,
teh manis, atau cairan lain seperti pada Makanan Cair Jernih. Makanan ini
diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zat
gizi. Selain itu diberikan Makanan Parenteral sesuai kebutuhan.
Cara Pemesanan Diet :
Diet Pasca Bedah I (DPB I)
b. Diet Pasca Bedah II (DPB II)
Diet pasca bedah II diberikan kepada pasien pasca bedah besar saluran cerna
atau sebagai perpindahan dari diet pasca bedah I.
Cara Pemberian Diet :
Makanan diberikan dalam bentuuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari
buah, sup, susu, dan pudding, rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak
tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien.
Selain itu dapat diberikan Makanan Parenteral bila diperlukan. DPB II
diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena kandungan zat gizinyya
kurang.

18
Cara Pemesanan Diet :
Diet Pasca Bedah II (DPB II)
c. Diet Pasca Bedah III (DPB III)
Diet Pasca Bedah III diberikan kepada pasien pasca bedah besar atau sebagai
perpindahan dari diet Pasca Bedah II.
Cara Pemberian Diet :
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan biscuit.
Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat diberikan
makanan parenteral bila dibutuhkan.
Cara Pemesanan Diet :
Diet Pasca Bedah III (DPB III)
d. Diet Pasca Bedah IV (DPB IV)
Diet Pasca Bedah IV diberikan kepada :
- Pasien pasca bedah kecil, setelah diet Pasca Bedah I
- Pasien pasca bedah besar, setelah diet pasca bedah III
Cara Pemberian Diet :
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan
lengkap dan 1 kali makanan selingan.
Cara Pemesanan Diet :
Diet Pasca Bedah IV (DPB IV)

3. DIET PASCA BEDAH LEWAT PIPA LAMBUNG


Pengertian :
Diet pasca bedah lewat pipa lambung adalah pemberian makanan bagi pasien
dalam keadaan khusus seperti : koma, terbakar, gangguan psikis, dimana makanan
harus diberikan lewat pipa lambung atau enteral atau Naso Gastric Tube (NGT).
Cara Pemberian Makanan :
Makanan diberikan sebagai makanan cair kental penuh, 1 kkal/ml. Makanan
diharapkan dapat merangsang peristaltic lambung.

4. DIET PASCA BEDAH LEWAT PIPA JEJENUM


Pengertian :
Diet pasca bedah lewat pipa jejunum adalah pemberian makanan bagi pasien yang
tidak dapat menerima makanan melalui oral atau pipa lambung. Makanan
diberikan langsung ke jejunum dengan menggunakan pipa jejunum atau Jejenum
Feeding Fistula (JFF).

19
Cara Pemberian Diet :
Makanan diberikan sebagai makanan cair yang tidak memerlukan pencernaan
lambung dan tidak merangsang jejunum secara mekanis dan osmotis. Cairan
diberikan tetes demi tetes secara perlahan, agar tidak terjadi diare atau kejang.
Diet ini diberikan dalam waktu singkat karena kurang energy, protein, vitamin,
dan zat besi. Makanan cair khusus ini disiapkan secara khusus atau dapat
menggunakan makanan komersial sejenis yang ada.
Cara Pemesanan Diet :
Diet pasca bedah pipa jejunum atau makanan cair kusus.

D. DIET LUKA BAKAR


Pengertian :
Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada
suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Luka bakar
dapat disebabkan oleh ledakan, aliran listrik, api, zat kimia, uap panas, minyak
panas, matahari, dan sebagainya.
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan :
1. Kedalaman pengaruh panas terhadap tubuh, dikenal dengan Derajat Luka Bakar I
sampai dengan III
- Derajat I : Luka bakar dimana terjadi kematian pada lapisan atas epidermis
kulit yang disertai pelebaran pembuluh darah sehingga kulit tampak
kemerah-merahan.
- Derajat II : Luka bakar dimana terjadi kerusakan epidermis dan dermis,
sedangkan pembuluh darah di bawah kulit menumpuk dan mengeras. selain
timbul warna kemerah-merahan pada kulit juga timbul gelembung-
gelembung.
- Derajat III : Luka bakar dimana terjadi kerusakan seluruh sel epitel kulit
(epidermis, dermis, dan sub cutis) dan otot. Pembuluh darah mengalami
thrombosis.
2. Luasnya permukaan tubuh yang kena panas
Luka bakar dinyatakan dalam persen luas tubuh. untuk dewasa, perkiraan luas
tubuh yang terkena didasarkan pada bagian tubuh yang terkena menurut rumus9
(rule of nine) yang dikembangkan oleh Wallace (1940), yaitu :
- Kepala :9%
- Tubuh bagian depan : 18%
- Tubuh bagian belakang : 18%
- Ekstrimitas atas : 18%
- Ekstrimitas bawah kanan : 18%

20
- Ekstrimitas bawah kiri : 18%
- Organ genital : 1%
Penilaian luka bakar memerlukan perawatan dan pengobatan adalah sebagai
berikut :
- Luka bakar derajat II dengan luas luka bakar > 15%
- Luka bakar derajat III dengan luas luka bakar > 20%
- Luka bakar ada daerah genital dan anus
- Luka bakar yang disertai trauma berat terutama pada jalan napas, tulang, dan
alat tubuh dalam rongga perut.
Tujuan Diet :
Untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya gangguan metabolik
serta mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan,
dengan cara :
- Mengusahakan dan mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak.
- Mencegah terjadinya kseimbangan nitrogen yang negatif.
- Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia.
- Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro.
Syarat Diet :
- Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi Enteral
Dini (NED).
- Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar,
yaitu :
o Menurut Curreri : 25 Kal/kg BB actual + 40 Kal x % luka bakar
o Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka bakar (Tabel 7)
Tabel 7. Kebutuhan Energi Sehari Berdasarkan Persen Luka Bakar
Luka Bakr (%) Kebutuhan Enargi (kkal)
< 10 1,2 x AMB
11 – 20 1,3 x AMB
21 – 30 1,5 x AMB
31 – 50 1,8 x AMB
> 50 2,0 x AMB
Sumber : Handbook No. 6 Principles of Nutritional Management of Disorders. JADA,
1990.
- Protein tinggi, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.
- Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total. Pemberian lemak yang
tinggi menyebabkan penundaan respons kekebalan, sehingga pasien lebih mudah
terkena infeksi.

21
- Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total. Bila pasien
mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat diberikan 45-55%
dari kebutuhan energi total.
- Vitamin diberikan di atas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan, untuk
membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya ditambahkan dalam
bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin adalah sebagai berikut :
o Vitamin A minimal 2 x AKG
o Vitamin B minimal 2 x AKG
o Vitamin C minimal 2 x AKG
o Vitamin E 200 SI
- Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium, kalium, fosfor, dan magnesium.
Sebagian mineral diberikan dalam bentuk suplemen.
- Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara
intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk mengganti
cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian :
Pada diet luka bakar, jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan kondisi penyakit
(derajat luka bakar) dan kemampuan pasien, yaitu makanan dapat diberikan bertahap
dimulai dari makanan cair, makanan cair penuh, cair saring, makanan lunak, atau
makanan biasa.

E. DIET KOMPLIKASI KEHAMILAN


1. DIET HIPEREMESIS
Pengertian :
Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai trimester III)
yang ditandai dengan rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif
lama. Keadaan ini bila tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan
berat badan. Ciri khas diet hiperemesis adalah pada penekanan pemberian
makanan sumber karbohidrat kompleks, terutama pada pagi hari serta
menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa
mual dan muntah. Pemberian makan dan minum sebaiknya berjarak.
Tujuan Diet :
- Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis.
- Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
Syarat Diet :
- Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
- Lemak rendah, yaitu ≤ 10 % dari kebutuhan energi total.
- Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

22
- Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
- Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering
dalam porsi kecil.
- Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan
seingan malam.
- Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
Macam Diet dan Indikasi Pemberian :
- Diet Hiperemesis I
Diberikan kepada pasien dengan hiperemesis berat. Makanan terdiri dari roti
kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua
zat gizi pada makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya
diberikan selama beberapa hari.
- Diet Hiperemesis II
Diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur
mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan. Pemilihan makanan yang tepat pada tahap ini
dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
- Diet Hiperemesis III
Diberikan kepada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan
kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan
ini cukup energi dan semua zat gizi.

2. DIET PREEKLAMSIA
Pengertian :
Preeklamsia merupakann sindroma yang terjadi pada saat kehamilan, masuk pada
minggu ke-20 dengan tanda dan gejala seperti hipertensi, proteinuria, kenaikan
berat badan yang cepat (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual,
muntah, pusing, nyeri lambung, oliguria, gelisah, dan kesadaran menurun. Ciri
khas diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
Tujuan Diet :
- Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal.
- Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal.
- Mencegah atau mengurangi retensi garam atau air.
- Mencapai keseimbangan nitrogen.
- Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal.

23
- Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru
pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.
Syarat Diet :
- Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan
secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan.
Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet
sebelum hamil.
- Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau
air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah
1 kg/minggu.
- Protein tinggi (1,5 – 2 g/kgBB)
- lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak
tidak jenuh ganda.
- Vitamin cukup, vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
- Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
- Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien.
- Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan
pernafasan.
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian :
- Diet Preeklamsia I
Diberikan kepada pasien dengn preeklamsia berat. Makanan diberikan
dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari buah. Jumlah cairan
diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral, dan kekurangannya
diberikan secara parenteral. Makanan ini kurang energi dan zat gizi, karena
itu hanya diberikan selama 1-2 hari.
- Diet Preeklamsia II
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preeklamsia I atau kepada
pasien preeklamsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk
saring atau lunak dan diberikan diet rendah garam I. Makanan ini cukup
energi dan zat gizi lainnya.
- Diet Preeklamsia III
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preeklamsia II atau
kepada pasien dengan preeklamsia ringan. Makanan ini mengandung protein
tinggi dan garam rendah. Diberikan dalam bentuk makanan lunak atau
makanan biasa. Makanan ini cukup mengandung semua zat gizi. Jumlah
energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang lebih dari 1 kg
tiap bulan.

24
F. DIET SALURAN CERNA
1. DIET DISFAGIA
Pengertian :
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan pada
saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf menelan, pasca
strok, dan adanya massa atau tumor yang menutupi saluran cerna. Pasien
memerlukan penanganan khusus tentang cara pemberian maupun bentuk
makanannya.
Tujuan Diet :
- Menurunkan resiko aspirasi akibat masuknya makanan kedalam saluran
pernafasan.
- Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.
Syarat Diet:
- Cukup energi, protein, dan zat gizi lainnya.
- Mudah dicerna, porsi makanan kecil, dan sering diberikan.
- Cukup cairan
- Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan. Diberikan secara
bertahap, dimulai dari Makanan Cair Penuh atau Cair Kental (thick liquid
drink), Makanan Saring, kemudian Makanan Lunak.
- Makanan Cair Jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau
aspirasi.
- Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.
Macam Diet dan Indikasi Pemberian :
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor
esophagus, dan pasca stroke. Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian.
Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan dalam bentuk makanan cair
penuh, bila diberikan per oral maka makanan diberikan dalam bentuk makanan
cair kental, saring, atau lunak.

2. DIET PASCA-HEMATEMESIS-MELENA
Pengertian :
Hematemesis melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah
akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.
Tujuan Diet :
- Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran
cerna, mengurangi resiko perdarahan ulang, dan mencegah aspirasi.
- Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.

25
Syarat Diet :
- Tidak merangsang saluran cerna.
- Tidak meninggalkan sisa.
- Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam
untuk memberi istirahat pada lambung.
- Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada.
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian :
Diet ini diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca
perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2
hari saja.

3. DIET PENYAKIT USUS INFLAMATORIK


Pengertian :
Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar
dengan gejala diare, disertai darah, lender, nyeri abdomen, berat badan berkurang,
nafsu makan berkurang, demam, dan kemungkinan terjadi steatorea (adanya
lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa colitis ulseratif dan Chron s
Disease.
Tujuan Diet :
- Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
- Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
- Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
- Mengistirahatkan usus pada masa akut.
Syarat Diet :
- Pada fase akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
- Bila fase akut teratasi, pasien diberikan makanan secara bertahap, mulai dari
bentuk cair (per oral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi diet
rendah sisa dan rendah serat.
- Bila gejala hilang dapat diberikan makanan biasa.
- Energi dan protein tinggi.
- Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D, asam folat, vitamin
B12, kalsium, zat besi, magnesium, dan seng.
- Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai
sedang, (MCT) dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa dan
malabsorpsi lemak.
- Cukup cairan dan elektrolit.
- Menghindari makanan yang menimbulkan gas.
- Rendah sisa dan secara bertahap kembali ke makanan biasa.

26
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian :
Sesuai dengan gejala penyakit, dapat diberikan makanan cair, lunak, biasa, atau
diet rendah sisa dengan modifikasi rendah laktosa atau menggunakan lemak
trigliserida rantai sedang.

4. DIET PENYAKIT DIVERTIKULAR


Pengertian :
Penyakit divertikular terdiri atas penyakit-penyakit divertikulosis dan
diverticulitis. Penyakit divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang
terbentuk pada dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi
pada konstipasi kronik. hal ini terutama terjadi pada usia lanjut yang makannya
rendah serat. Penyakit diverticulitis terjadi bila penumpukan sisa makanan pada
divertikular menyebabkan peradangan. gejala-gejala antara lain kram pada
bagiankiri bawah perut, mual, kembung, muntah, konstipasi atau diare, menggigil,
dan demam.
Diet Penyakit Divertikulosis
Tujuan Diet :
- Meningkatkan volume dan konsistensi feses
- Menurunkan tekanan intra luminal
- Mencegah infeksi
Syarat Diet :
- Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.
- Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.
- Serat tinggi.
Diet Penyakit Divertikulitis
Tujuan Diet :
- Mengistirahatkan usus untuk mencegah peforasi.
- Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.
Syarat Diet :
- Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet
yang ditetapkan.
- Bila ada pendarahan, dimulai dengan makanan cair jernih.
- Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan konsistensi makanan.
- Hindari makananyang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu
biji, dan stroberi, yang dapat menumpuk dalam divertikular
- Bila perlu diberikan makanan enteral rendah atau bebas laktosa.
- Untuk mencegah konstipasi, minum minimal 8 gelas sehari.

27
G. DIET PENYAKIT HATI DAN KANTUNG EMPEDU
Pengertian :
Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam metabolism
karbohidrat, lemak, dan protein. Hati juga sebagai tempat penyimpanan mineral
berupa zat besi dan tembaga yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah
serta vitamin larut lemak (A, D, E, dan K). Selain itu, hati mengatur volume dan
sirkulasi darah serta berperan dalam detoksifikasi obat dan racun. Dengan demikian,
kelainan atau kerusakan pada hati berpengaruh terhadap fungsi saluran cerna dan
penggunaan makanan dalam tubuh sehingga sering menyebabkan gangguan gizi.
Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan, yaitu :
- Hepatitis
Peradangan hati yang disebbabkan oleh keracunan toksin atau infeksi virus
tertentu. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa mual, muntah, serta kuning.
Hepatitis dapat bersifat akut atau kronis.
- Sirosis hati
Kerusakan hati yang menetap, disebabkan oleh hepatitis kronis, alcohol,
penyumbatan saluran empedu, dan berbagai kelainan metabolisme. Gejala yang
timbul yaitu : kelelahan, kehilangan berat badan, penurunan daya tahan tubuh,
gangguan pencernaan, dan kuning. Dalam keadaan berat disertai asites, hipertensi
portal, dan hematemesis-melena yang dapat berakhir dengan koma hepatic.
Tujuan Diet :
- Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi
hati.
- Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan
atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
- Mencegah katabolime protein.
- Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang.
- Mencegah atau mengurangi asites, varises esophagus, dan hipertensi portal.
- Mencegah koma hepatic.
Syarat Diet :
- Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai
dengan kemampuan pasien, yaitu : 40-45% kkal/kgBB.
- Lemak cukup, yaitu : 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang
mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea,
gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (MCT). pemberian lemaak
sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
- Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 gr/kgBB agar terjadi anabolisme protein. pada
kasus hepatitis fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai

28
peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein harus dibatasi untuk
mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40 gr/hr. Pada sirosis hati terkompensasi,
protein diberikan sebanyak 1,25 gr/kgBB. Asupan minimal protein hendaknya
0,8-1 gr/kgBB. Protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat
yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering
timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini dapat mengurangi status
ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
- Viitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu,
diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi
bila ada anemia.
- Hindari bahan makanan yang dapat menimbulkan rasa kembung dan tidak
nyaman

H. DIET JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH


1. DIET JANTUNG
Pengertian :
Pada pasien dengan penyakit atau gangguan pada peredaran darah yang membawa
oksigen dan zat-zat gizi ke bagain otak dapat mengakibatkan beberapa kelainan
yang berhubungan dengan kemampuan makan pasien, yang pada akhirnya
berakibat penurunan status gizi. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan
diet khusus.
Tujuan Diet :
- Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit.
- Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia, pneumonia, kelainan ginjal dan
dekubitus.
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Syarat Diet :
- Energi cukup, yaitu 24-25 Kkal/kg BB. Pada fase akut energi diberikan 1100-
1500 Kkal/hari.
- Protein cukup, yaitu 0,8-1 gr/kgBB. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi
kurang, protein diberikan 1,2-1,5 gr/kgBB. Apabila penyakit disertai
komplikasi Gagal Ginjal Kronis (GGK), protein diberikan rendah yaitu 0,6
gr/kgBB.
- Lemak Cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan Energi total. Utamakan sumber
lemak tidak jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu < 10% dari
kebutuhan energi total. Kolesterol dibatasi < 300 mg.

29
- Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan Energi total. Untuk pasien
dengan diabetes mellitus diutamakan karbohidrat kompleks.
- Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin, B6, asam folat, B12, C dan E.
- Mineral cukup, terutam kalsium, magnesium dan kalium. Penggunaan natrium
dibatasi dengan memberikan garam dapur maksimal 1,5 sendok teh per hari
(setara dengan + 5 gram garam dapur atau 2 gram natrium).
- Serat diberikan cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolesterol darah
dan mencegah konstipasi.
- Cairan diberikan cukup, yaitu 6-8 gelas per hari, kecuali pada keadaan edema
dan asites, cairan dibatasi. Minuman hendaknya diberikan setelah selesai
makan agar porsi makanan dapat dihabiskan. Untuk pasien dengan disfagia,
cairan diberikan secara hati-hati. Cairan dapat dikentalkan dengan gel atau
guarcol.
- Bentuk makanandisesuaikan dengan keadaan pasien.
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.

2. DIET DISLIPIDEMIA
Pengertian :
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Tujuan Diet :
- Menurunkan berat badan bila kegemukan
- Mengubah jenis dan asupan lemak makanan.
- Menurunkan asupan kolesterol makanan.
- Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan
karbohidrat sederhana.
Syarat Diet :
- Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktifitas fisik.
- Lemak sedang ,< 30 % dari kebutuhan total. Lemak jenuh untuk diet
Dislipidemia I < 10% dari total energi. Dislipidemia II < 7 % dari total energi.
- Protein cukup sekitar 10 – 20 % dari total energi.
- Karbohidrat sedang yaitu 50 – 60 % dari total energi.
- Serat tinggi terutama yang larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk,
beras merah, atau havermut.
- Vitamin dan mineral cukup.

30
I. DIET PADA PENYAKIT GINJAL DAN SALURAN KENCING
1. DIET GAGAL GINJAL
Pengertian :
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium I,
II, III, dan IV. Pada stasium IV dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat
tetapi belum menjalani terapi pengganti dialisis biasa disebut kondisi pre dialisis.
Tujuan Diet:
- Memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dengan cara mengurang
beban kerja nephron
- Menurunkan kadar ureum darah.
Syarat Diet :
- Energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur > 60 tahun cukup 30
kkal/kg BB, dengan ketentuan dan komposisi sebagai berikut:
- Karbohidrat sebagai sumber tenaga, 50-60 % dari total kalori
- Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak
sebesar 0,6 g/kg BB. Apabila asupan energi tidak tercapai, protein dapat
diberikan sampai dengan 0,75 g/kg BB. Protein diberikan lebih rendah dari
kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet Rendah Protein.
Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi tinggi/hewani hingga =
60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50 %.
- ini protein hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati yang berasal
dari olahan kedelai sebagai lauk pauk untuk variasi menu.
- Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan ± 30 % diutamakan
lemak tidak jenuh.
- Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari
ditambah IWL ± 500 ml.
- Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan cairan
dalam tubuh. Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari setara dengan 1000-
3000 mg Na/hari.
- Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70 meq/hari
- Fosfor yang dianjurkan = 10 mg/kg BB/hari
- Kalsium 1400-1600 mg/hari

2. DIIT BATU GINJAL


Pengertian :
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan pembentukan deposit mineral yang
membentuk kalkulus (batu) pada ginjal. Sebagian besar batu ginjal terdiri dari
batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan

31
pembentukan deposit mineral yang membentuk kalkulus (batu) pada
ginjal. Sebagian besar batu ginjal terdiri dari batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat.
Tujuan Diet :
- Agar tidak terbentuk kembali batu ginjal.
- Untuk meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan
urin melalui peningkatan asupan cairan.
Prinsip Diet :
Diet yang diberikan kepada penderita batu ginjal dengan jenis batu kalsium
oksalat adalah diet batu kalsium oksalat. Terdapat dua jenis diet batu kalsium
oksalat, tergantung pada jenis hiperkalsiuria. Hiperkalsiuria tipe 1 dianjurkan
mengkonsumsi cukup kalsium tetapi tidak berlebihan, sedangkan
hiperkalsiuria tipe 2 dianjurkan mengontrol asupan kalsium dalam batas-batas
normal, yaitu 500-800 mg untuk laki-laki dan 500-600 mg untuk perempuan.
Syarat Diet :
- Energi cukup sesuai kebutuhan.
- Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
- Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.
- Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total.
- Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, separuh dari minuman
- Natrium sedang, yaitu 2300 mg
- Kalsium normal, yaitu 500-800 mg/hari. Pembatasan kalsium tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan keseimbangkan kalsium negatif.
- Serat tidak larut air tinggi karena dapat mengikat kalsium, sehingga
membatasi penyerapannya

J. DIIT RENDAH PURIN


Pengertian :
Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan nukleo protein. Peningkatan
kadar asam urat yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan penimbunan asam
urat pada sendi-sendi tangan atau kaki.
Tujuan diet :
- Mengurangi pembentukan asam urat dengan mengurangi bahan makanan tinggi
purin.
- Menurunkan berat badan.
Syarat diet :
- Mengkonsumi makanan rendah purin, yaitu 120-150 mg sehari.
- Hidrat arang tinggi. Hidrat arang membantu pengeluaran asam urat.

32
- Lemak sedang. Lemak cenderung menghambat pengeluaran asam urat.
- Banyak cairan untuk membantu pengeluaran asam urat.
Prinsip diet :
- Diet penyakit gout dan hiperurisemia merupakan diet rendah purin dengan cara
menghindari atau membatasi jenis-jenis makanan yang tinggi purin (JASBUKET).
Jumlah purin yang dikonsumsi per hari pada diet ini adalah 120-150 mg, sementara
asupan purin dalam diet yang normal dapat mencapai 1000 mg per hari atau lebih.
Senyawa urat dapat dihasilkan tubuh dalam metabolisme purin dan diekskresikan
keluar lewat ginjal.
- Karena asam urat lebih mudah larut dalam urine yang alkalis, diet rendah purin
harus mengandung lebih banyak hidrat arang dan lebih sedikit lemak dengan
jumlah cairan yang memadai untuk membantu pengeluaran kelebihan asam urat.
- Kandungan lemak yang tinggi dalam makanan akan menimbulkan asidosis (karena
pembentukan keton bodies yang terdiri dari asam asetoasetat, asam β-
hidroksibutirat dan aseton) yang membuat urine menjadi lebih asam sehingga
menyulitkan ekskresi asam urat.

K. DIET DIABETES MELITUS


Pengertian :
Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar glukosa (gula) darah akibat kekurangan hormon insulin
secara absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan
jasmani dan perubahan perilaku tentang makanan.
Sesuai konsensus Penggelolaan Diabetes Melitus di Indonesia (2002) oleh
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, penyakit Diabetes Melitus dibagi dalam 4
golongan, yaitu :
- Diabetes melitus type I
- Diabetes melitus type II
- Diabetes melitus gestasional
- Diabetes melitus type lain
Tujuan Diet :
Tujuan diet penyakit diabetes mellitus adalah membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik
dengan cara :
- Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, dengan obat penurun glukosa
oral dan aktivitas fisik.
- Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

33
- Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
- Mengindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin
seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka panjang serta masalah
yang berhubungan dengan latihan jasmani.
- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui zat gizi yang optimal.
Syarat Diet :
- Energi cukup untu mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan
energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal
sebesar 25-30 kkal/kg berat badan normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik
dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi
. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan
sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (10-15%).
- Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
- Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk
< 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak
jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol
dibatasi, yaitu < 300 mg per hari.
- Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total , yaitu 60-70%.
- Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali
jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
- Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan
pemanis selain sakarosa. Misalnya, fruktosa, gula alkohol, aspartam dan sakarin.
- Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang
terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan
serat sehari.
- Pasien DM denagn tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium
dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila
mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi
- Cukup vitamin dan mineral.

1. DIET PADA DM TIPE 1


Pasien penderita Diabetes Tipe 1 (IDDM) memerlukan terapi diet untuk
mengendalikan kadar glukosa darah.
Tujuan Diet :
- Mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah.
- Mempertahankan asupan energi dan protein untuk tumbuh kembang di samping
kebutuhan gizi lainnya.
- Menghasilkan status gizi dan kesehatan yang memadai.

34
- Mencegah komplikasi akut mapupun kronis yang dapat membawa kematian atau
disabilitas.
Terapi Diet Diabetes Mellitus Tipe 1 :
- Makan makanan secara teratur (3 kali makanan pokok dan 3 kali cemilan/hari
dengan waktu yang kurang lebih sama setiap hari).
- Makan makanan dengan jumlah kalori yang cukup untuk memungkinkan
tumbuh kembang normal.
- Makan karbohidrat dengan jumlah yang sama setiap kali makan makanan utama
atau makanan camilan untuk meningkatkan pengendalian glukosa darah.
- Batasi asupan lemak khususnya lemak jenuh rantai panjang dan kolesterol.
- Batasi asupan gula sederhana termasuk gula pasir, gula aren, madu, sirup jagung,
dan mungkin pula fruktosa.
- Meningkatkan asupan serat hingga 25 g/hari.
- Mempertahankan BB optimal atau ideal.
- Ikutsertakan olahraga atau latihan jasmani dalam perencaan kesehatan.
- Lakukan olahraga 1 jam sebelum makan untuk meningkatkan pengendalian
glukosa darah.

2. DIET DIABETES MELITUS TIPE 2


Prinsip penanganan diet DM tipe 2 sama seperti DM tipe 1, namun pemberian
insulin mutlak diberikan kepada pasien yang menderita DM tipe 1.
Tujuan Diet :
- Mengendalikan kadar glukosa darah dan lemak darah agar komplikasi diabetes
dapat dicegah atau ditunda.
- Mendapatkan dan mempertahankan BB normal atau ideal.
- Menghasilakn status gizi yang adekuat.
- Menghasilkan kebugaran dan nyaman tubuh karena pengendalian gula darah
dapat menghilangkan keluhan mudah lelah, sering pusing atau sakit kepala,
kram, kesemutan, gatal-gatal dan sebagainya.
Nutrisi Preventif DM tipe 2 :
- Pencegahan obesitas pada pasien-pasien yang beresiko diabetes.
- Asupan serat pangan 25 gram/1000 kalori, khusunya kadar serat larut yang dapat
membantu mengendalikan kadar glukosa dan menambah rasa kenyang.
- Menghindari asupan kalori yang berlebihan.
- Olahraga teratur.
Terapi nutrisi untuk mengendalikan glukosa darah pada penderita DM tipe 2
- Jadwal makan yang teratur, jumlah kalori dari makanan sesuai dengan
kebutuhan dan jenis makanan dengan indeks glikemik yang tinggi harus dibatasi

35
- Asupan kolesterol < 300mg, karena pasien DM tipe 2 beresiko terkenan penyakit
kardiovaskuler. Pada pasien diabetes yang menderita dislipidemia, asupan
kolesterol < 200mg/hari.
- Asupan serat 25 gram/hari, baik larut maupun tidak larut.
- Menghindari suplemen niasin yang berlebihan karena dapat meningkatkan kadar
glukosa darah.
- Pengendalian berat badan.
- Olahraga yang teratur.
- Pemantauan kadar gkukosa darah.
Jenis Diet Diabetes Mellitus :
a. Diet A
Diet DM tipe A meliputi kebutuhan karbohidrat sebanyak 50-60%, protein 20%
dan lemak sebanyak 30 %.
b. Diet B
Diet DM tipe B meliputi kebutuhan karbohidrat sebanyak 60-70%, protein 10-
20%, dan lemak 20%. Diet DM tipe B dibagi menjadi Diet B dan Diet B1.
- Diet B
Diet B meliputi kebutuhan karbohidrat sebanyak 68%, protein 12%, lemak
30%, serat 35 gram/100kkal.
Pemberian Diet B ini diindikasikan kepada pasien yang tidak tahan lapar,
menderita hiperkolesterolemia, dan berusia >= 15 tahun.
- Diet B1
Diet B1 meliputi kebutuhan karbohidrat sebanyak 60%, protein 20%, lemak
20%, serat 35 gram/100kkal.
Pemberian diet ini diindikasikan kepada penderita yang membutuhkan
protein yang tinggi seperti pada saat pertumbuhan, hamil dan menyusui,
mengalami cedera,operasi, dan infeksi.
c. Diet penyakit diabetes melitus dengan nefropati
Pengertian :
Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh, diantaranya ginjal.
Manifestasi lanjut dari kelainan ginjal pada diabetes mellitus adalah nefropati
diabetes.
Tujuan Diet :
Untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta menghambat laju
kerusakan ginjal, dengan cara :
- Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah.
- Mencegah menurunnya fungsi giinjal.

36
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Syarat Diet :
- Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kgBB ideal.
- Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energy total atau 0,8 g/kgBB.
Rendahnya kandungan protein diet sehari tergantung pada kondisi pasien.
Sebanyak 65% pprotein berasal dari sumber protein bernilai biologis tinggi.
- Karbohidrat sedang, yaitu 55-60% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan
karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan lipida darah. Karbohidrat
kompleks sebagai sumber karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat
sederhana berupa gula murni dalam jumlah terbatas sebaiknya dilakukan
bersama makanan utama dan bukan diantara waktu makan.
- Lemak normal, 20-25% dari kebutuhan energi total. Diutamakan asam lemak
tidak jenuh tunggal atau ganda. Asupan asam lemak jenuh hendaknya <10%
asupan energy total. Kolesterol < 300 mg.
- Natrium 1000-3000 mg, tergantungpada tekanan darah, adanya edema, dan
ekskresi natrium.
- Kalium dibatasi hingga 40-70 mEq (1600-2800 mg)atau 40 mg/kgBB, bila
ada hiperkalemia (GFR ≤ 10 ml/menit) atau bila jumlah urin <1000 ml/hari.
- Fosfor tinggi, 8-12 mg/kgBB (diperlukan obat pengikat fosfor).
- Kalsium tinggi, 1200-1600 mg (diperlukan suplemen).
- Vitamin tinggi. Bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin B
kompleks, asam folat, piridoksin, serta vitamin C.

L. DIET LUKA BAKAR


Pengertian :
Diet yang diberikan dengan tujuan mempercepat penyembuhan dan mencegah
terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal
Syarat Diet :
- Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin ‡ Kebutuhan energi
dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar ‡ Protein tinggi, 20 -
25 % dari kebutuhan energi total ‡ Lemak sedang, 15 -20 % --jangan diberikan
lemak tinggi bisa menyebabkan penundaan respon kekebalan mudah terkena infeksi
‡ Karbohidrat sedang, 50-60% --bila mengalami trauma jalan napas karbohidrat
dikurangi menjadi 45-55% dari kebutuhan energi total ‡ Vit. A min. 2 x AKG, vit.
B minimal 2 xAKG, vit. C min. 2x AKG, vit. E 200 SI ‡ Mineral tinggi diberikan
dlm bentuk suplemen ‡ Cairan tinggi pada 48 jam pertama, diberikan utk
mengganti cairan agar tdk terjadi syok.

37
Jenis Diet
a. Luka bakar I
 0-8 jam pertama beri AGGS dan Makanan Cair Penuh ½ kkal/ml,dgn cara
drip dgn kec. 50 ml/jam.
 8-16 jam, jml energi per ml ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dgn kec. sama
 16-24 jam, bila tdk kembung & muntah, energi ditingkatkan mjd 1 kkal/ml
dgn kec. 50-70 ml/mnt smp 100 ml/menit.
 Apabila ada keluhan lambung & mual, AGGS & Makanan Cair Penuh
diberikan dingin. Bila muntah, hentikan selama 2 jam.
Komposisi cairan AGGS :
± Air (200 ml), gula dapur (2 g/2 bks), gula/sirup (25 ml)
b. Luka bakar II
 Bentuk makanan disesuaikan dgn kemampuan pasien (saring, lumat, lunak,
atau biasa)
 Cairan AGGS diberikan tdk terbatas
 Bila diberikan dlm btk cair frekwensinya 8 x sehari. Volume tiap pemberian
sesuai kemampuan pasien, maks. 350 ml
 Bila diberikan dlm btk saring frekwensinya 3-4 x sehari dan dpt
dikombinasikan dgn Makanan Cair Penuh
 Bila diberikan dlm btk lunak/biasa frekwensinya disesuaikan dgn kemampuan
pasien

M. DIET PENYAKIT HIV/AIDS


Pengertian :
AIDS merupakan tahap akhir penyakit infeksi yang disebabkan oleh HIV (Human
Immuno Deficiency Virus) yang dapat menimbulkan infeksi pada sistem organ tunuh
termasuk otak sehingga menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh.
Memburuknya status gizi merupakan resiko tertinggi penyakit ini. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya asupan makan, gangguan absorpsi dan metabolisme zat gizi, infeksi,
serta kurangnya aktifitas fisik.
Tujuan Diet :
- Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh
aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
- Mencapai dan mempertahankan berat badan serta komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot.
- Memenuhi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
- Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olah raga, dan relaksasi.
- Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual, dan muntah.

38
- Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian pada gejala yang timbul.
- Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan.
- Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai
dengan kemampuan makanan dan jenis terapi yyang diberikan.
Syarat Diet :
- Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energy, diperhatikan faktor stress,
aktifitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energy sebanyak 13% untuk
setiap kenaikan suhu 1ᵒ C.
- Protein tinggi, yaitu 1,1-1,5 gr/kgBB untuk memelihara dan mengganti jaringan
sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan
hati.
- Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
- Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1,5 kali (150%) AKG.
- Serat cukup, menggunakan serat yang mudah cerna.
- Cairan cukup, disesuaikan dengan keadaan penyakit dan kemampuan pasien.
- Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium,
kalium, dan klorida).
- Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien.
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
- Menghindari makanan yang merangsangg saluran pencernaan.

39
BAB III
DIET UNTUK PEMERIKSAAN

A. Diet Untuk Pemeriksaan Benzidin


Diet ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pendarahan pada saluran cerna
bagian atas. Bahan makanan yang dapat menimbulkan reaksi dengan larutan
benzidin tiidak diperbolehkan (bahan makanan yang mengandung hemoglobin dan
klorofil). Diet benzidin biasanya hanya diberikan selama 2-3 hari saja. Menurut
keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak.

B. Diet Untuk Pemeriksaan Pielografi Intravenus


Diet ini digunakan untuk memeriksa kelainan-kelainan ginjal. Sehari sebelum
pemeriksaan, pasien diberi diet berbentuk cair atau lunak yang mudah cerna.
Minuman dibatasi. Pada hari pemeriksaan pasien harus berpuasa.

C. Diet Untuk Pemeriksaan Kolesistografi


Diet ini digunakan untuk pemeriksaan kelainan kandung empedu. Jalannya
pemeriksaan dan pemberian diet adalah sebagai berikut :
- Hari I (sore) : Diberikan makanan berbentuk lunak tanpa lemak
- Hari II (pagi) : Difoto, setelah itu diberi makanan yang tinggi lemak

D. Diet Untuk Pemeriksaan Toleransi Glukosa


Diet ini digunakan untuk memeriksa toleransi seseorang terhadap glukosa dan
diberikan selama 3 hari berturut-turut. Sebelum pemeriksaan pasien diberi diet
diabetes mellitus. Pada hari ke-4, yaitu pada hari pemeriksaan, pasien hanya diberi
cairan yang terdiri dari 50-100 glukosa dan ½ gelas sari jeruk. Gula darah diukur
sebelum cairan glukosa diberikan, kemudian setengah, satu, dua, dan tiga jam setelah
cairan glukosa diberikan.

E. Diet Untuk Pemeriksaan Keseimbangan Lemak


Diet ini digunakan untuk mengetahui pengeluaran lemak dalam feses (steatorea).
Diagnosis steatorea dibuat apabila terdapat lebiih dari 5 gram lemak dalam feses
sehari (15 gram/3 hari).
Pada diet pemeriksaan keseimbangan lemak, diberikan makanan yang mengandung
100 gram lemak selama 5 hari. Bahan makanan yang tidak boleh diberikan yaitu

40
sumber protein hewani, seperti : susu, sarden, dan lain-lain. Pada hari ketiga sampai
hari kelima dilakukan pemeriksaan kandungan lemak dalam faeces.

F. Diet Untuk Pemeriksaan Kolonoskopi


Pengertian :
Kolonoskopi adalah prosedur dignostik untuk mengetahui kelainan pada kolon
dengan menggunakan alat endoskopi.
Tujuan Diet :
Untuk memberikan makanan secukupnya yang meninggalkan sisa minimal dalam
usus.
Syarat Diet :
- Energi dan protein sesuai dengan kebutuhan atau sedikit diatas kebutuhan basal.
- Rendah sisa agar kolon menjadi bersih.
- Banyak minum untuk melancarkan defekasi.
- Diberikan 2-3 hari sebelum tindakan kolonoskopi.

41
42
43

Anda mungkin juga menyukai