1
DAFTAR ISI
Halaman Judul..............................................................................................i
Daftar Isi ......................................................................................................ii
Lembar Pengesahan ....................................................................................iii
Bab I Pendahuluan .......................................................................................1
A. Definisi ............................................................................................1
B. Latar Belakang..................................................................................2
Bab II Ruang Lingkup...................................................................................3
Bab III Tata Laksana....................................................................................4
Bab IV Dokumentasi ...................................................................................25
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1. Asesmen Pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat, ahli
gizi mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk
membuat keputusan terkait :
a. Status kesehatan pasien
b. Kebutuhan perawatan
c. Intervensi
d. Evaluasi
2. Asesmen Awal Pasien Rawat Inap adalah tahap awal dari proses dimana
dokter, perawat, ahli gizi mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama
sejak pasien masuk rawat inap atau bisa lebih cepat tergantung kondisi
pasien dan dicatat dalam rekam medis
3. Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan adalah tahap awal dari proses
dimana dokter mengevaluasi data pasien baru rawat jalan
4. Asesmen Ulang Pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter,
perawat, ahli gizi mengevaluasi ulang data pasien setiap terjadi perubahan
yang signifikan atas kondisi klinisnya.
5. Asesemen Individual adalah isi minimal dari asesmen yang ditentukan
oleh bagian/instansi terkait.
6. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien
7. DPJP adalah seorang dokter spesialis / dokter umum/ dokter gigi yang
bertanggung jawab atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien. DPJP
juga bertanggung jawab terhadap kelengkapan, kejelasan dan kebenaran
dari isi resume rekam medis pasien tersebut
3
8. Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan &
kebidanan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang di
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki
ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal
9. Ahli Gizi adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan diri
dalam dietetika, studi tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk
mencegah dan mengobati penyakit.
B. LATAR BELAKANG
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
mengutamakan keselamatan pasien maka dilakukan pendekatan modern di
bidang pelayanan kesehatan yang berfokus kepada pasien, dimana kebutuhan
terbaik pasien yang diutamakan. Sejalan dengan itu pelayanan asuhan gizi
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan juga dituntut untuk selalu
meningkatkan kualitasnya melalui pelayan gizi yang berfokus pada
keselamatan pasien yang disebut dengan pelayanan Gizi Berbasis Patient
Safety Dan Sejalan Dengan Terstandar.
Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan
kebutuhan tubuh akan zat gizi. PAGT merupakan proses penanganan problem
gizi yang sistematis dan akan memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi.
PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan termasuk di
Rumah Sakit Umum Daerah kota Kendari
Sebagai Upaya Untuk Mewujudkan Standar Kualitas Asuhan Gizi
Maka Disusun Panduan Skrining Dan Asuhan Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah kota Kendari Sebagai Acuan Bagi Tenaga Gizi Dalam Melakukan
Pelayanan Gizi.
4
BAB II
RUANG LINGKUP
5
BAB III
TATA LAKSANA
A. SKRINING GIZI
6
1.1 Skrining gizi pasien dewasa
PARAMETER SKOR
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak
direncanakan/ tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
a. Tidak ada penurunan BB 0
b. Tidak yakin/tidak tahu/baju terasa lebih longgar 1
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut?
1
1-5 kg
2
6-10 kg
11-15 kg
3
>15 kg
4
Tidak tahu berapa kg penurunannya
2
2. Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu
makan/kesulitan menerima makanan?
a. Tidak 0
b. Ya 1
3. Pasien dengan diagnosis khusus : a. Ya b. Tidak 3
(DM/Kemoterapi/Hemodialisa/Geriatri/↓imunitas/lain-
lain sebutkan.........................)
Diberitahukan ke dietisien : a. Ya b. Tidak
Total skor
7
tanyakan pada pasien apakah pasien merasakan penurunan berat
badan (contohnya pakaian menjadi longgar).
b. Pertanyaan kedua yaitu penurunan nafsu makan ditandai dengan
intake makan kurang dari ¾ dari intake makan biasanya atau bisa
juga disebabkan oleh gangguan mengunyah dan menelan.
c. Jawaban dari dua pertanyaan tersebut memiliki skor masing-
masing.
d. Setelah itu skor dijumlahkan dari kedua pertanyaan tersebut.
e. Jika skornya adalah ≥ 2 makan dianggap pasien tersebut memiliki
resiko malnutrisi
f. Pasien dengan skor ≥ 2 harus dirujuk ke ahli gizi
g. Pasien dengan skor 0 atau 1 pada MST di lakukan
asesmen/pengkajian setiap 3 hari dan di catat di cppt dengan
metode SOAP.
h. Pada pertanyaan ketiga yaitu pertanyaan tambahan untuk pasien
dengan diagnosis khusus harus mendapatkan asuhan gizi oleh
dietisien.
8
1.2 Skrining gizi pasien anak (1 bulan-13 tahun)
No PARAMETER Skor
1 Apakah pasien tampak kurus? Tidak (0) Ya
(1)
2 Apakah terdapat penurunan BB selama 1 bulan Tidak (0) Ya
terakhir? (1)
Berdasarkan penilaian obyektif data BB bila
ada atau penilaian subyektif orang tua pasien
Untuk bayi <1 thn BB tidak naik selama 1
minggu terakhir
9
Cara menggunakan skrining gizi anak:
a. Pertanyaan 1
Pertanyaan ini digunakan untuk mengidentifikasi apakah anak tersebut
mengalami penurunan berat badan atau tidak. Idealnya seorang anak
seharusnya mengalami kenaikan berat badan terkait dengan tumbuh
kembangnya.
b. Pertanyaan 2
Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui apakah anak tersebut memiliki
berat badan ideal sesuai dengan umur/Tinggi badan. data objektif (berat
badan) sangat diperlukan bila ada.
c. Pertanyaan 3
Pertanyaan ini digunakan apabila anak mengalami penurunan asupan makan
dibandingkan dengan kebutuhan energi dan zat gizinya sehari-hari.
Penurunan intake makan dapat disebabkan oleh adanya
gangguan/malabsorbsi saluran cerna seperti muntah dan diare.
d. Pertanyaan 4
Berikut ini daftar penyakit/keadaan yang berisiko menyebabkan malnutrisi:
10
Trauma
Kelainan metabolik bawaan
Retardasi mental
Keterlambatan perkembangan
Pre op/ post op mayor (laparatomi, torakotomi)
Terpasang stoma
11
FORM SKRINING GIZI LANJUT
Nama : Ruang
Perawatan :
No RM : Tanggal
:
SKOR A B C
No
RIWAYAT MEDIS
1 Perubahan Berat Badan
Berat badan bulan lalu : A. Naik B. Tetap C. Turun
2 Perubahan asupan makan
Perubahan jumlah asupan
A. Tidak ada p[erubahan
B. Asupan turun saat masuk RS
C. Asupan turun sebelum masuk RS
3 Gejala Gastrointestinal
Anoreksia (…) Ya (…) Tidak
Mual (…) Ya (…) Tidak
Muntah (…) Ya (…) Tidak
Diare (…) Ya (…) Tidak
Konstipasi (…) Ya (…) Tidak
Kesimpulan
A. Bila ada 1 gejala / tidak ada gejala
B. Bila ada 2 – 3 gejala
C. Bila ada > 3 gejala
4 Perubahan fungsional tubuh
A. Aktifitas normal, tidak ada kelainan, stamina tetap
B. Aktifitas ringan
C. Tanpa aktifitas (bed rest), penurunan stamina berat
12
5 Diagnosa penyakit Px : …………………….
Kategori factor stress:
a. Stress ringan
b. Stress sedang
c. Stress berat
6 Pemeriksaaan fisik:
Kehilangan lemak subkutan (lihat lengan Px)
A. Ada B. Tidak ada
Ikterus
A. Ada B. Tidak ada
Edema (…) Asites (…)
A. Ada B. Tidak ada
Kesimpulan :
A. Bila tidak ada gejala
B. Bila ada 1 – 2 gejala
C. Bila ada 3 gejala
7 Kesimpulan:
a. Status gizi baik (well nourished)
Bila pilihan A ≥4 (melakukan visite setiap 3 hari, untuk
melihat asupan makan Px)
b. Status gizi kurang (mild nourished)
Bila tidak masuk criteria A dan C (melakukan proses
asuhan gizi terstandart / PAGT)
c. Status gizi kurang (severe nourished)
Bila pilihan C ≥4 (melakukan proses asuhan gizi
terstandart / PAGT)
13
Pada subjective global asesmen (SGA) menilai :
a. Lima komponen utama riwayat (nutrisi dan klinik):
1. Perubahan berat badan
2. Perubahan asupan makanan
3. Gejala-gejala gastrointestinal
4. Kapasitas fungsional
5. Hubungan antar penyakit dengan kebutuhan nutrisi
b. Pemeriksaan fisik
1. Berkurangnya lemak subkutan
2. Berkurangnya massa otot
3. Adanya edema pada pergelangan kaki
4. Adanya edema daerah sacral, dan
5. Adanya asites
Dari data A dan B pada SGA memperoleh klasifikasi/peringkat status gizi
pasien:
c. Penilaian peringkat SGA, yaitu:
1. Status gizi baik
2. Status gizi kurang (resiko menjadi malnutrisi)
3. Status gizi buruk
14
Ahli gizi perlu melakukan kagiatan pemantauan perubahan intake makan,
termasuk juga mengetahui kebiasaan makan serta penyebab utama mengapa
sampai terjadi perubahan intake makan sehingga diketahui penyebabnya.
Kategori penilaiannya yaitu:
- Skor A diberikan apabila tidak ada perubahan jumlah asupan makan
- Skor B diberikan apabila asupan makan turun saat masuk Rumah sakit
- Skor C diberikan apabila asupan makan turun sebelum masuk rumah
sakit
c. Gejala gastrointestinal
Berbagai gejala yang ditimbulkan akibat kelainan gastrointestinal antara lain
anorexia, mual, muntah dan diare dimana dapat berpengaruh terhadap status
gizi. Dikatakan termasuk dalam kategori berat apabila gejala gastrointestinal
berlangsung selama >2 minggu, sedangkan jika mengalami gejala diare atau
muntah dalam jangka waktu yang pendek maka masih dalam kategori
ringan. Kategori penilaiannya yaitu:
- Skor A diberikan apabila tidak ada gejala gastrointestinal atau hanya
ada 1 gejala yang dirasakan
- Skor B diberikan apabila ada 2-3 gejala gastrointestinal
- Skor C diberikan apabila ada >3 gejala gastrointestinal
d. Kapasitas fungsional tubuh
Aktivitas sehari-hari merupakan indicator langsung sebagai kualitas hidup
seseorang. Selain itu kesembuhan pasien dipengaruhi oleh aktivitas yang
dilakukannya sehingga dapat diketahui sejauh mana anggota tubuh masih
berfungsi. Kategori penilaiannya yaitu:
- Skor A diberikan apabila tidak ada kelainan organ tubuh serta aktivitas
normal
- Skor B diberikan apabila aktivitas ringan
- Skor C diberikan apabila tanpa aktivitas (bed rest) dan mengalami
penurunan stamina berat
15
e. Perubahan metabolisme yang mempengaruhi kebutuhan gizi
Berbagai jenis penyakit (infeksi) yang berbeda akan berpengaruh terhadap
kebutuhan zat gizi dalam mempertahankan dan mempercepat
kesembuhannya. Respon stress merupakan akibat hipermetabolisme dari
infeksi masing-masing penyakit yang di derita pasien dimana kondisi
tersebut akan mempengaruhi keadaan status gizinya. Pasien dengan kategori
factor stress sedang lebih rentan mengalami malnutrisi dibandingkan dengan
pasien yang memiliki factor stress ringan. Hal ini dikarenakan respom stress
yang diakibatkan oleh sepsis, atau infeksi bersifat melindungi (protective)
dan merusak (destructive) bagi tubuh.
1) Pasien Anak
Tingkat sress Jenis penyakit
Ringan DM, Diare akut + dehidrasi ringan,Nefrotic syndrome tanpa
oedema, Kejang demam, Epilepsi,Bronkitis,DHF grade I, Difteri
Sedang Diare akut + dehidrasi sedang,Tetanus dengan KU baik, TBC,
Typus, DHF grade I,Morbili , Kelainan jantung bawaan (ASD,
VSD, PDA), Sindroma nefrotik dengan oedema, Asma bronchiale,
GNA
Berat Diare akut + dehidrasi berat, Diare kronis, Diare dengan
komplikasi, Difteri dengan beslah ++, Meningitis, Tetanus dengan
kejang, DHF grade III dan IV, GGK , Ensefalitis
16
2) Bedah
Tingkat stress Jenis penyakit
Ringan Bedah elektif seperti: batu ginjal, BPH, retentio urin, hernia,
appendix, struma, soft tissue tumor, COR,COS, katarak, glaukoma,
cholelithiasis,fraktur,luka bakar <20%
Sedang Luka bakar 20-40%, COB, Tu abdomen, Pankreatitis, Ileus
obstruksi, Pneumothorax, Ca stadium IIA-B
Berat Luka bakar >40%, Ca stadium III ke atas (Ca Cx, Ca mamae, retino
blastoma), Trauma multiple + sepsis
3) Interna
Tingkat stress Jenis penyakit
Ringan DM, Hepatitis
Sedang DM dengan 1 komplikasi, CKD, SH, Cholelithiasis
Berat DM+CVA/Sepsis, CKD+SH/efusi pleura, SH+ Hematemesis
melena,Hematologi ,Kanker ,Nefrotik syndrome, DM dengan 2
kompliksi/lebih, DM + SH ,CKD + Kanker
4) Kardiologi
Tingkat Stress Jenis penyakit
Ringan PJK, IMA, RHD
Sedang PJK + DC, PJK + CKD, DC + gravid, PJK + CVA
Berat PJK + TB
5) Tropik
Tingkat Stress Jenis Penyakit
Ringan GE, Typhus, DHF
Sedang Leptospirosis
Berat GE + sepsis, HIV
17
6) Paru
Tingkat Stess Jenis Penyakit
Ringan Pneumonia
Sedang Asma, efusi pleura, PPOK
Berat TB Paru, tumor paru, Empyoma
7) Kulit
Tingkat Stress Jenis Penyakit
Ringan Herpes,Varicela, Dermatitis
Sedang Varicela+komplikasi, Lanural iktoris
Berat Steven johnson, Morbus hansen
8) Neuro
Tingkat stres Jenis penyakit
Ringan HNP
Sedang Tumor Otak, CVA + Hipertensi
Berat Meningitis , CVA/TB, CVA + Tu Otak
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dijadikan indikasi awal adanya malnutrisi atau
tidak. Pemeriksaan fisik pada pasien sangat bermanfaat untuk membantu
18
menegakkan diagnosis penyakit yang diderita. Pemeriksaan fisik meliputi
odema, asites, dan kehilangan lemak. Kategori penilaiannya yaitu:
- Penilaian A diberikan apabila tidak ada gejala terkait kehilangan lemak
subkutan, ikterus dan edema
- Penilaian B diberikan apabila terdapat 1-2 gejala terkait kehilangan
lemak subkutan, ikterus dan edema
- Penilaian C diberikan apabila terdapatv 3 gejala terkait kehilangan
lemak subkutan, ikterus dan edema
g. Kesimpulan hasil akhir satus gizi pasien dikategorikan dengan criteria
sebagai berikut:
- Status gizi baik bila pilihan A ≥ 4
- Status gizi kurang bila tidak masuk pada criteria A dan C
- Status gizi buruk bila pilihan pilihan C ≥ 4
h. Asuhan gizi dilakukan berdasarkan kategori yang di dapatkan dari skrining:
- Status gizi baik (well-nourished)
Melaksanakan visite setiap 3 hari untuk melihat asupan pasien,
kemudian ditulis di cppt dengan metode SOAP
- Status gizi kurang (mildy malnourished)
Perbaiki dan tingkatkan asupan gizi, pantau dan kaji ulang program
pemberian nutrisi dengan mengisi Formulir Asuhan Gizi
- Status gizi buruk (severely malnourished)
Perbaiki dan tingkatkan asupan gizi, pantau dan kaji ulang program
pemberian nutrisi dengan mengisi Formulir Asuhan Gizi
19
tujuan tidak tercapai atau terdapat masalah gizi baru maka proses berulang
kembali mulai dari asesmen gizi.
Gambar. 1 Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Inap
Pasien
masuk
Berisiko malnutrisi
(2) DIAGNOSIS GIZI
Problem (3) INTERVENSI
(1) ASESMEN GIZI :
- Riwayat gizi
GIZI
Etiologi
- Antropometri Perencanaan/
- Laboratorium Signs/symtom Implementasi
- Pemx fisik
- Riwayat pasien
Monitoring
Mengukur hasil Tujuan tercapai STOP
Evaluasi hasil
20
LANGKAH - LANGKAH PAGT:
1. Asesmen Gizi
a. Asesmen gizi awal
Asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan dan mengkaji data
terkait gizi yang relevan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan
penyebabnya. Pasien baru yang berisiko malnutrisi dan atau kondisi
khusus dikunjungi oleh dietisien dalam waktu 2x24 jam.
Data yang dikumpulkan meliputi:
Data antropometri untuk menentukan status gizi, BB, TB apabila
pasien tidak dapat ditimbang, diukur LILA dan tinggi lutut untuk
memperkirakan berat badan dan tinggi badan kemudian penentuan
status gizi berdasarkan IMT atau LILA.
Data riwayat gizi : pola makan, asupan zat gizi sehari, makanan
suplemen, kecukupan gizi dibanding kebutuhan.
Data laboratorium yang terkait gizi : albumin, hemoglobin, gula
darah, ureum, kreatinin, dan data laboratorium lain yang berkaitan.
Data klinis / fisik yang berhubungan dengan defisiensi gizi, kondisi
kulit, mata, rambut, kehilangan masa otot, kehilangan lemak,
fungsi menelan, dan data lain yang berkaitan.
Riwayat personal : riwayat penyakit pasien dengan keluarga,
tingkat sosial-ekonomi, aktifitas fisik, kebiasaan minum obat/jamu,
pengobatan alternatif, dan data lain yang berkaitan.
Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan jenis penyakit yang
biasanya lebih spesifik.
Tujuan asesmen gizi yaitu untuk mengetahui masalah gizi
pasien dan penyebabnya, berdasarkan hal tersebut selanjutnya dietisien
membuat perencanan intervensi (terapi gizi) dan pemberian makanan
yang sesuai dengan kebutuhan gizi pasien dan preskripsi dokter.
21
Tahapan kunjungan awal adalah:
1. Dietisien mendapat informasi mengenai adanya pasien baru
berdasarkan laporan perawat/buku makanan/ administrasi pasien
masuk rawat inap.
2. Dietisien mengunjungi semua pasien baru dan melihat dokumen
medik untuk mengetahui risiko malnutrisi dan kondisi khusus serta
preskripsi diet.
3. Dietisien melakukan anamnesis terkait gizi pada pasien berisiko
malnutrisi dan kondisi khusus. Data yang dikumpulkan meliputi :
antropometri, biokimia, klinis, riwayat gizi, serta riwayat personal
dan mengkaji data-data tersebut untuk menentukan diagnosis
gizi/masalah gizi.
4. Selanjutnya dietisien membuat rencana intervensi gizi / pemberian
suplemen makanan sesuai dengan kondisi pasien dan preskripsi diet
dokter.
5. Hasil asesmen gizi ditulis dalam formulir asuhan gizi dengan format
ADIME.
6. Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, dietisien
akan melakukan asesmen ulang untuk mengevaluasi efektifitas
intervensi gizi.
Asesmen gizi dalam rangka asuhan gizi / konsultasi pada
pelayanan one day care atau pasien pulang <48 jam dilakukan di rawat
jalan bila diperlukan.
b. Asesmen / pengkajian ulang.
Asesmen atau pengkajian ulang adalah kegiatan mengumpulkan
data terkait masalah gizi setelah pasien mendapat intervensi gizi. Data
yang dikumpulkan antara lain : asupan makan, perubahan berat badan,
dan hasil laboratorium terkait gizi. Asesmen ulang dilakukan dengan
tujuan mengetahui perkembangan status gizi pasien selama dirawat dan
mengetahui efektifitas dari intervensi gizi yang diberikan terhadap
penyelesaian masalah gizi.
22
Asesmen ulang dilakukan pada kondisi sebagai berikut :
1. Pasien dengan status gizi buruk, asesmen gizi ulang dilakukan setiap
hari.
2. Pasien dengan status gizi kurang, asesmen gizi ulang dilakukan
setiap hari dan apabila asupan cukup asesmen ulang dilakukan setiap
3 hari.
3. Pasien dengan status gizi baik, dilakukan asesmen gizi setiap hari
dan di catat pada formulir catatan perkembangan terintegrasi.
Apabila ada perubahan risiko, maka dilakukan asesmen sesuai
dengan kondisi terkini.
Tahapan dari asesmen ulang adalah :
1. Dietisien mengunjungi pasien menurut status gizi, yaitu setiap hari
untuk pasien status gizi buruk, setiap 3 hari untuk pasien status gizi
kurang atau setiap 7 hari untuk pasien status gizi baik
2. Dietisien memonitor tingkat asupan makan pasien, perubahan berat
badan, dan hasil laboratorium.
3. Dietisien mencatat perubahan asupan makan dan status gizi pasien
dengan format SOAP pada formulir catatan perkembangan
terintegrasi.
4. Apabila setelah diberikan intervensi gizi tidak ada perbaikan seperti
asupan makan (pasien selama lima hari asupan makan sangat
kurang), maka dietisien menyampaikan ke doker DPJP untuk
dipertimbangkan, dibicarakan dalam pertemuan Tim Asuhan Gizi
untuk mencari solusi pemecahan masalah gizi pasien.
23
1. Dietisien mendapat informasi mengenai adanya pasien dengan risiko
malnutrisi dari hasil kegiatan ronde asuhan gizi anak.
2. Dietisien mengunjungi pasien yang berisiko malnutrisi dan
melakukan gizi, anamnesis gizi dan data terkait gizi meliputi :
antropometri, biokomis, klinis, riwayat gizi, serta riwayat personal
dan mengkaji data-data tersebut untuk menentukan diagnosis gizi /
masalah gizi.
3. Selanjutnya dietisien membuat rencana intervensi gizi / terapi gizi
sesuai dengan kondisi pasien dan preskripsi diet dari dokter.
4. Apabila preskripsi diet dari dokter dirasa kurang sesuai, dietisien
akan mengusulkan perubahan jenis diet, jumlah, jadwal, dan cara
makan.
5. Hasil asesmen/pengkajian gizi ditulis dalam formulir asuhan gizi
dengan format ADIME.
2. Diagnosis Gizi
Penentuan diagnosis gizi adalah kegiatan identifikasi masalah gizi /
diagnosis gizi berdasarkan hasil asesmen gizi yang ditulis dengan format
kalimat yang terdiri dari problem, etiologi, dan tanda/gejala. Diagnosis gizi
merupakan langkah kritis yang menghubungkan antara asesmen gizi dengan
intervensi gizi. Diagnosis gizi ditentukan untuk mengidentifikasi masalah
gizi yang aktual agar dapat memberikan intervensi yang tepat. Langkah-
langkah penentuan diagnosis gizi adalah :
a. Dietisien melakukan pengumpulan data terkait gizi (data antropometri,
biokimia, klinis/fisik, riwayat gizi dan riwayat personal)
b. Dietisien menghitung kebutuhan kalori pasien.
c. Dietisien melakukan pengkajian gizi dengan cara membandingkan data
yang didapat dengan standar dan anjuran gizi sesuai dengan kondisi
penyakit pasien.
d. Kesenjangan yang timbul merupakan diagnosis gizi/ masalah gizi/
problem gizi.
24
e. Dietisien menganalisis penyebab masalah berdasarkan hasil pengkajian
gizi yang telah dilakukan.
f. Dietisien menentukan tanda dan gejala berdasarkan pengkajian yang
dilakukan.
g. Dietisien menuliskan diagnosis gizi dengan format sebagai berikut :
Problem (P), Etiologi (E), Sign/symptomp (S) yang biasa disingkat PES.
h. Diagnosis / problem gizi dapat dikelompokkan menjadi 3 domain intake
(Asupan), Domain klinis/fisik dan domain perilaku.
i. Berdasarkan diagnosis gizi dibuat tujuan dan target intervensi yang
terukur.
3. Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah serangkaian aktifitas spesifik dan berkaitan
dengan penggunaan bahan makanan untuk menanggulangi masalah gizi.
Intervensi gizi merupakan tindakan yang terencana secara khusus dengan
tujuan untuk mengatasi/menanggulangi masalah gizi terkait perilaku makan,
kondisi lingkungan atau status kesehatan pasien. Selama pemberian
intervensi dietisien bekerjasama dengan pasien, keluarga, dan pengasuh.
Komponen intervensi adalah perencanaan terapi gizi,
implementasi/pemberian diet, edukasi dan konsultasi gizi.
Dietisien harus menetapkan tujuan intervensi gizi. Intervensi gizi
mempertimbangkan preskripsi diet awal dari dokter penanggung jawab
pasien yang baru masuk. Selanjutnya dietisien merencanakan terapi gizi
berdasarkan masalah gizi pasien, berupa merencanakan kebutuhan zat gizi,
bentuk makanan, jadwal, frekuensi pemberian makanan sesuai dengan
kondisi penyakit dan kemampuan makan pasien.
Dietisien berkolaborasi dan berkomunikasi dengan dokter mengenai
preskripsi diet definitif terutama apabila terdapat kesesuaian antara
preskripsi diet dari dokter dengan perencanaan yang dibuat oleh dietisien.
Implementasi pemberian diet pada pasien rawat inap dapat berupa intervensi
pemberian makanan baik oral, enteral maupun parenteral.
25
Dalam hal implementasi ini dietisien berkolaborasi dengan unit
produksi makanan yang secara khusus menyelenggarakan makanan yang
akan dibahas dalam prosedur penyelenggaraan makanan berikutnya.
Berdasarkan preskripsi diet pasien, dietisien membuat permintaan
makan ke Unit Produksi Makanan. Apabila pasien membutuhkan makanan
tambahan/ suplemen yaitu makanan dari luar standar, dietisien
membuat/menyusun diet khusus dalam lembar formulir diet khusus.
Konsultasi gizi diberikan kepada pasien rawat inap saat dirawat dan
sebelum pulang atau saat kontrol di rawat jalan. Konsultasi gizi diberikan
pada pasien berdiet, yang berisiko malnutrisi, sudah malnutrisi atau dengan
kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien penyakit
ginjal kronik dengan hemodialisis, geriatri, pasien dengan penurunan
imunitas, pasien dengan kemoterapi, pasien dengan penyakit keganasan,
pasien dengangangguan metabolic DM, penyakit ginjal kronik, pasien
dengan transplantasi, pasien stroke, dan sirosis hepatus, dll.
Apabila diperlukan dietesien merujuk ke dietesien yang lebih ahli
atau anggota tim untuk membantu dalam merawat atau mengelola masalah
yang berkaitan dengan gizi.
26
berhasil, apabila hasil pemantauan tidak menunjukkan perbaikan bahkan
lebih buruk berarti intervensi gizi yang diberikan perlu dimodifikasi lagi
untuk mencapai kebutuhan pasien.
c. Hasil monitoring dan evaluasi gizi merupakan bagian dari asuhan gizi
dicatat pada kolom monitoring evaluasi di lembar asuhan gizi.
27
7. Dietesien memberikan edukasi dan konsultasi gizi ulang pada saat pasien
akan pulang dari rawat inap dengan media leaflet/brosur/flyer diet sesuai
jenis diet yang harus dijalani saat dirumah.
8. Dietesien menganjurkan pasien untuk konsul ulang ke ruang layanan gizi
rawat jalan 2-4 minggu selanjutnya.
9. Pancatatan hasil konsultasi gizi ditulis pada formulir catatan terintegrasi
dan formulir edukasi terintegrasi serta formulir permintaan konsultasi gizi
dan dimasukkan ke dalam rekam medik pasien.
10. Pasien menandatangani lembar edukasi pasien dan keluarga apabila sudah
mendapatkan edukasi/konsultasi gizi.
11. Edukasi gizi berupa larangan bagi keluarga pasien untuk membawa
makanan dari luar rumah sakit.
28
BAB IV
DOKUMENTASI
29
Lampiran 01. Form Asuhan Gizi
No. RM :
RSUD KOTA KENDARI Nama :
Jl. Brigjen Z.A. Sugianto Tgl. Lahir : L/P
No.39 Tanggal :
ASESMEN GIZI
ANTROPOMERTI :
BB saat MRS (kg) : TB (cm) :
IMT (kg/m2) : Tinggi lutut (cm) :
LILA (cm) :
BIOKIMIA :
Albumin ≤ 2,9 mg/dl Asamurat≥ 7 mg/dl Hamil/menyusui
Hb≤ 10 g/dl Kreatinin˃ 1,5 mg/dl
Edema/asites/hipertensi/hipotensi
Kolesterol≥ 200 mg% BUN ˃ 23 mg/dl (coret yang
tidakperlu)
Glukosadarah≥ 200 mg/dl Kalium : tinggi˃ 5,1 mmol/ rendah 3,5 mmol
RIWAYAT MAKAN:
RIWAYAT GIZI :
1. Perubahan Asuhan :
Asupan makan oral di rumah 75 % dari biasanya
Asupan makan di rumah sakit 75 % dari biasanya
Ada perubahan jenis/bentuk makanan kejenis/bentuk diet khusus : bubur, saring,
cair/susu
2. Pantangan Makan / Alergi : Tidak ada Ada,
jelaskan…………………..
30
3. Suplementasi Gizi : Tanpa suplementas igizi Dengan suplementasi gizi
DIAGNOSA
Diagnosa Medis : ……………………………………………
Diagnosa Gizi : ..............................................
INTERVENSI GIZI
1. Kebutuhan nutrisi : Energi : ……………. Kkal, Protein : ………… gr, ZatGizi lain :
…………………
2. Jenis diet : TKTP DM R.Serat R.Garam
R.Lemak R.Protein Lain – lain : ………
3. Bentukmakanan : Nasi Bubur/tim Bubursaring/cincang
Cair/sonde/formula ……………….. Lain–
lain:………………
4. Cara pemberian : Oral Enteral/NGT
MONITORING DAN EVALUASI
TGL
BB (Kg)
Energi
(Kkal)
Proten (gr)
Fisik/klinis
Laboratorium
Lain-lain
31
Lampiran 02. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Penentuan status gizi anak
1. Untuk pasien dengan kegawatan
Perhitungan digunakan untuk pasien yang berada di ruang gawat anak
(pasien masih dalam fase kegawatan) atau pasien belum sadar penuh yang
memerlukan energi basal saja tanpa tambahan energi untuk aktivitas atau
koreksi stress lainnya.
Kebutuhan kalori total = BEE x FS
BEE : Basal Energy expenditure (energi basal)
FS : faktor stress
Tabel Kebutuhan energi basal (BEE) bayi dan anak
Umur 1mgg-10bln Umur 11-36 bln Umur 3-16 tahun
BB Laju Laju metabolik Laju metabolik
(kg) metabolik BB (kkal/hr) BB (kkal/hr)
(kkal/hr) (kg) (kg)
pria wanita pria wanita
pria/wanita
3,5 202 9 528 509 15 859 799
4 228 9,5 547 528 20 952 898
4,5 252 10,0 566 547 25 1046 996
5 278 10,5 586 566 30 1139 1092
5,5 305 11 605 586 35 1231 1190
6,0 331 11,5 624 605 40 1325 1289
6,5 358 12 643 624 45 1418 1387
7 384 12,5 662 646 50 1512 1486
7,5 410 13 682 665 55 1606 1584
8 437 13,5 701 684 60 1699 1680
8,5 463 14 720 703 65 1793 1776
9 490 14,5 739 722 70 1886 1874
9,5 514 15 758 741 75 1980 1973
10 540 15,5 778 760
32
10,5 566 16 797 782
11 593 16,5 816 802
2. Untuk pasien di ruang rawat inap dengan status gizi baik dan kurang
Setelah melewati fase kritis dari penyakitnya, kebutuhan kalori dan protein
dihitung menggunakan RDA karena diperlukan untuk tumbuh kejar
Kebutuhan Kalori = RDA X BBI* + (BEE X FS)
BBI* = berdasarkan BB menurut TB menggunakan tabel CDC-NCHS
Tabel RDA untuk bayi dan anak
Kecukupan Energi (kkal/Kg
Golongan Kecukupan protein
BBI)
umur (gram/Kg BBI)
Pria Wanita
0-1 110-120 110-120 2,5
1-3 100 100 2
4-6 90 90 1,8
6-9 80-90 60-80 1,5
10-14 50-70 40-55 1-1,5
14-18 40-50 40 1-1,5
*kebutuhan protein anak berkisar antara 10-15% dari total energi
33
Tabel menentukan faktor stress
Kondisi klinis Faktor stress
Rumatan tanpa stress 20%
Demam 12% perderajat >37%
Bedah rutin/elektif, sepsis minor 10-30%
Gagal jantung 25-50%
Bedah mayor 20-40%
Sepsis 40-50%
Tumbuh kejar 50-100%
Trauma atau cedera kepala 50-70%
34
Table Z-score tinggi badan berdasarkan umur untuk usia <20 tahun
Z table Status gizi
< - 3 SD Sangat pendek
-3 s/d <-2 SD Pendek
-2 s/d +2 SD Normal
>+2 SD Tinggi
(Depkes RI, 2004)
35
10 – 10,9 210 210
11 – 11,9 223 224
12 – 12,9 232 237
Persentil 50% (mm)
Usia (tahun)
Laki-laki Laki-laki
13 – 13,9 247 252
14 – 14,9 253 252
15 – 15,9 264 254
16 – 16,9 278 258
17 – 17,9 285 264
18 – 18,9 297 258
19 – 24,9 308 265
25 – 34,9 319 277
35 – 44,9 326 290
45 – 54,9 322 299
55 – 64,9 317 303
65 – 74,9 307 299
(Buku pengukuran status gizi RSSA 2007)
36
Perhitungan kebutuhan gizi pasien dewasa
Energi (cara Harris Bennedict)
BEE (Basal Energy Expenditure)
PRIA = 66.5 +(13,7xBB) + (5xTB) – (6,76xU)
WANITA = 655,1 + (9,46xBB) + (1,86xTB) –(4,68xU )
Faktor aktifitas:
Bedrest = 1,2
Ringan = 1,3
Faktor stress:
Ringan = 1,3 - 1,4
Sedang = 1,5
Berat = 1,6 - 2,1
37