Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peran microbiome dalam mengatur metabolisme, fungsi kekebalan

tubuh dan perilaku pada manusia telah menjadi jelas. Plasenta bukan organ

yang steril, melainkan memiliki mikrobioma endogen sendiri. Komposisi

microbiome plasenta berbeda dari komposisi vagina dan telah dilaporkan

menyerupai microbiome oral. Mikrobiom plasenta terdiri dari mikrobiota

patogenik dari firmicutes, tenericutes, proteobacteria, bacteriodetes.

(Jacobs Leiby : 2018, Maria Cermey : 2016, Dauglas B Kell : 2016,

Kjersti Aagards : 2016, Elise Pelzer : 2016).

Dibandingkan dengan mikrobioma usus, mikrobioma plasenta

menunjukkan keragaman mikroba yang terbatas. Mikrobiota plasenta

pada kehamilan sehat normal dan kehamilan dengan kelahiran prematur,

korioamnionitis dan kondisi ibu seperti obesitas, diabetes mellitus

gestasional, dan preeklampsia. Plasenta memiliki mikrobiota yang belum

tentu menyebabkan infeksi faktor yang menyebabkan perubahan

komposisi mikrobiota plasenta yaitu obesitas pada ibu, gestasional

diabetes militus peribiotik dan antibiotic. (Elise Pelzer, 2016)

Pembentukan dan pemeliharaan intregitas dan fungsi plasenta

sangat penting untuk pertumbuhan janin, perkembangan dan

kelangsungngan hidup. Penelitian sebelumnya mengungkapkan

1
2

keberadaan bakteri di daerah plasenta. Sebuah studi cross-sectional dari

195 pasien menunjukan bakteri grampositif dan gram negative dalam basal

(lapisan jaringan langsung dibawah dan antar muka ibu-janin) diamati dari

sepertiga specimen plasenta dengan kelahiran prematur. Bakteri yang

terdeteksi di plasenta dengan teknologi DNA tidak ditemukan bakteri

urogenital melainkan bakteri oral seperti fusobacterium nucleatum (Aerob

dari gram negative). (Kjersti Aagards : 2016)

Preeklamsia adalah sindrom pada kehamilan penyebab morbaditas

dan mortlitas ibu dan bayi. Preeklamsia salah satu penyebab rusaknya

spiral arteri dari fungsi endotel. Preeklamsia ibu hamil diawali dengan

hipertensi setelah usia kehamilan >20 minggu dengan tekanan darah

siastol >140 mmhg dan diastol > 90 mmhg dengan protein urin > 300

mg /24 jam. (Rafael Tomoya : 2018, Daniel B Digiulio : 2012, James M.

Robert : 201, )

Penelitian sebelumnya oleh Daniel B Digiulio tahun 2013 ibu

hamil dengan bakteri urin asimtomatik lebih mungkin untuk

mengembangkan preeklamsia di banding kultur urin negative. Adanya

penyakit periodontal pada usia kehamilan < 20 minggu meningkatkan

resiko preeklamsia. Infeksi gastrountestia dengan parasite Schistosoma

Japonicum dan Stongyloides Stercoralis dikaitkan dengan kejadian

preeklamsi.

Penelitian sebelumnya oleh Minuk Dwi A : 2014 Patogenesis

preeklamsia yang terjadi di Negara berkembang karena adanya inflamasi,


3

infeksi yang menjadi salah satu faktor penyebab preeklamsia seperti

infesik saluran kemih infeksi saluran pernafasan adanya hubungan antara

infeksi dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil yang menyebabkan

meningkatnya pelepasan prostaglandin dan sitokin kadar TNF α akan

meningkat akibat dari infeksi dan inflamasi proses inflamasi ini

dimungkinkan mempunyai hubungan dengan kejadian preeklamsia. Pada

penelitin ini kadar TNF α ibu hamil normal 9,3 0,5 pg/ml dengan

preeklamsia kadar TNF α 67,66 61,83 pg/ml. TNF α merupakan sitokin

yang berperan dalam infeksi dan inflamasi pada bakteri gram negative dan

mikroba lainnya. (Louise C Kenny : 2018)

Hipotesis mikrobiom pada usus ibu berhubungan dengan

preeklamsia di pengaruhi oleh asupan makanan mikrobiom biotik terlihat

dala difusi endotoksin bakteri usus ke dalam sirkulasi sistematik respon

inflamasi merupakan fitur dari penyakit kardiometabolik. Peribiotik

mencegah hipertensi dan preeklamsia dalam penelitian kohort Norwegia

ibu hamil yang mengkonsumsi susu mengadung lactobasilus > 200 ml/hari

di kaitkan dengan penurunan preeklamisia dengan pengontrol usia ibu,

merokok, BMI status ekonomi diet penelitian tersebut juga mengungkap

tidak ada perubahan komposisi mikrobiom vagina dengan mengkonsumsi

prebiotic.( R. Satokari : 2014)

Salah satu dari delapan tujuan PBB Milenium Development Goals

(MDG) adalah mengurangi angka kematian ibu sebanyak tiga perempat

dari tahun 1990 sampai tahun 2015, pada tahun 2013 di seluruh dunia
4

angka kematian ibu menurun 45%. Diperkirakan 289.000 kematian

ibu disebabkan karena komplikasi kehamilan dan persalinan khususnya

di Negara berkembang. Di Amerika latin 26 % penyebab kematian ibu

karena gangguan kehamilan yang disebabkan gangguan pembuluh darah

mencakup disfungsi endotel, system vascular termasuk preeklamsia.

(Rafael Tomoya, 2018)

Menurut data rutin Direktorat Bina Kesehatan ibu penyebab

kematian ibu tahun 2014 penyumbang kematian ibu terbesar masih karena

perdarahan 31 %, hipertensi dan preeklamsia penyebab no dua sebesar

25%, penyebab lainnya 35% terdiri dari penyebab tidak langsung

gangguan metbolik seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, partus lama,

infeksi.

Berdasarkan data SDKI 2012 angka kematian ibu meningkat 359

per 100.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai target MGDs 102 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 untuk mencapai target tersebut

diperlukan off track kerja keras dan sungguh - sungguh untuk

mencapainya dengan cara pemerintah dan masyrakat bersama sama

bertanggungjawab menjamin bahwa setiap ibu hamil memiliki askes

terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, mulai dari hamil pada

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih perawatan

pasca salin bagi ibu dan bayi memberikan pendidikan kesehatan

masyarakat untuk mengurangi komplikasi kehamilan dalam upaya

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). ( Rafael Tomoya : 2018)


5

Data di rumah……. sakit Makasar…………..

Perkembangan teknologi di dunia kesehatan semakin berkembang

dulu kita mengenal berbagai metode dalam menganalisa bakteri pathogen

misalnya menggunakan teknik kultur uji biokimia uji serologi namun

metode tersebut masih memiliki kekurangan dari segi waktu yang lama

dan mahal hasil yang kurang spesifik. Dengan menggunakan metode

Polymerase Chain Reaction (PCR) hasil analisa bakteri pathogen

akan lebih cepat didapat dan hasil lebih spesifik dan akurat. PCR adalah

teknik in vitro yang digunakan runtuk replikasi dan amplikasi

bagian spesifik dan berbagai lipatan DNA hanya dalam waktu beberapa

jam. Dengan begitu calon peneliti bisa lebih cepat mendapatkan hasil

bakteri pathogen apa yang mendoinasi pada kejadian persalinan

preeklamsia. (Daniel B Digiulio : 2012)

Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang deteksi

mikrobiom plasenta dengan kejadian persalinan preeklasmia menggunakan

metode polymerase chain rate (PCR).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka diajukan pertanyaan peneliti sebagai

berikut bagaimana hubungan antara bakteri plasenta dengan kejadian

persalinan preeklmasia.
6

C. Tujuan Khusus

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara bakterial plasenta dengan kejadian

preeklamsia

2. Tujuan khusus

a. Mendeteksi bakteri plasenta pada ibu dengan persalinan

preeklamsia

b. Mengetahui resiko bakteri plasenta pada ibu dengan preeklamsia

D. Manfaat penelitian

1. Bila terbukti ada hubungan antara bakteri plasenta dengan persalinan

preeklamisia maka pemeriksaan bakteri pada plasenta menjadi alternative

untuk pencegahan dan pengendalian persalinan preeklamsia sekaligus

menurunkan angka kejadian persalinan preeklamsia sehingga dapat

menurunkan angka kematian ibu di kota makasar.

2. Manfaat ilmiah

Diharapkan dapat menjadi refrensi ilmu pengetahuan serta dapat di

jadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutanya.

Anda mungkin juga menyukai