PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan kurang bulan adalah bayi lahir dengan berat badan < 2500g atau usia
kehamilan < 37 minggu. Persalinan kurang bulan merupakan salah satu penyebab
tertinggi morbiditas dan mortalitas pada bayi, diperkirakan sekitar 11% pada tingkat
global, dan ini menjadi perhatian utama untuk kesehatan masyarakat. Indonesia
menempati peringkat kelima dunia negara dengan jumlah bayi prematur. Laporan dari
Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) yang berjudul Born Too Soon, The Global Action
Report on Preterm Birth menyebutkan secara global 15 juta bayi lahir prematur tiap
tahun. Lebih dari satu juta bayi meninggal karena komplikasi dari prematur. Menurut
laporan tersebut Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan bayi prematur
terbanyak didunia (675. 700 bayi), setelah India (3,5 juta bayi), Tiongkok (1, 2 juta bayi),
penyakit obstetrik atau medis seperti preeklampsia, faktor gaya hidup, faktor genetis dan
Korioamnionitis merupakan salah satu penyebab persalinan kurang bulan. Ustun dkk.
menemukan angka kejadian inflamasi chorionic plate pada persalinan kurang bulan
bulan.4 Onderdonk dkk. menyimpulkan bahwa persalinan kurang bulan dapat terjadi
apabila terdapat mikroorganisme patogen dengan jumlah yang cukup dan dapat
berbagai penelitian, diketahui tanda dan gejala klinis korioamnionitis meliputi demam
(suhu intrapartum > 100.4°F atau > 38°C), takikardi maternal yang signifikan (> 120
x/menit), takikardia fetus (> 160 x/menit), cairan ketuban atau lendir vagina berbau atau
tampak purulen, uterus teraba tegang, leukositosis maternal (leukosit >15000 sel/mm3).
Korioamnionitis bukan suatu gejala akut namun merupakan suatu proses kronis dan
tidak menunjukkan gejala sampai persalinan dimulai atau terjadi ketuban pecah dini.
histologis atau kultur) dapat tidak ditemukan tanda klasik tersebut selain tanda-tanda
Beberapa zat gizi antioksidan berperan dalam memproduksi dan menjaga keseimbangan
3
sel imun. Vitamin dan mineral tertentu seperti vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin
C, vitamin B6, vitamin B12, zinc, selenium dan zat besi mempunyai peranan dalam
respon imun.9
Vitamin D diketahui memiliki aktivitas anti inflamasi, anti bakteri dan meningkatkan
imun tubuh. Defisiensi vitamin D pada masa usia reproduksi merupakan suatu keadaan
yang sering terjadi. Pada suatu studi cohort yang dilakukan di Belanda, 53, 2 % diketahui
25 nmol/ L. Pada survey multhiethnic kohort yang lain dikatakan: 45% Asia Selatan ,
hamil < 25 nmol/ L. Di Asia sendiri dikatakan 77, 3% kandungan 25-OHD < 50 nmol/
L, dan 28, 6% < 25 nmol/ L. Status vitamin D maternal rendah selama kehamilan adalah
faktor resiko untuk keluaran yang buruk termasuk kejadian persalinan prematur.10
Pada penelitian Akkar dkk tahun 2016 disimpulkan ibu yang melahirkan prematur
memiliki kadar serum vitamin D yang lebih rendah dibandingkan dengan materna yang
melahirkan bayi cukup bulan.11 Wagner dkk pada tahun 2014 menyimpulkan ibu hamil
dengan kadar serum 25 (OH) D ≥ 40 ng/ ml memiliki resiko persalinan prematur 57%
lebih rendah bila dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar serum 25 (OH) D ≤ 20
ng/ mL.12
Defisiensi vitamin D ini dapat dihubungkan dengan kurangnya asupan kalsium pada
ibu hamil. Dikatakan rendahnya kada serum kalsium pada ibu hamil berhubungan
4
dengan penurunan fungsi auto production vitamin D didalam tubuh. Defisiensi kalsium
.13 WHO pada tahun 2013 mengatakan nutrisi yang buruk pada ibu dan bayi memberikan
dimana dihubungkan dengan resiko kematian ibu. Pemberian supelemen kalsium juga
dihubungkan dengan penurunan resiko kejadian partus prematur, dimana ini merupakan
Kadar serum maternal 25 (OH) D dan kalsium pada ibu hamil dihubungkan dengan
peningkatan resiko kejadian persalinan prematur yang salah satu penyebab utamanya
adalah korioamnionitis, dimana pada saat ini persalinan prematur menjadi perhatian
utama di bidang obsterik. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis tertarik untuk
menilai uji kesesuaian kadar serum maternal 25 (OH) D dan kalsium pada
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian
adalah uji kesesuain kadar serum 25 (OH) D dan kalsium pada korioamnionitis pasien
partus prematur di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin Palembang.
C. Pertanyaan Penelitian
Berapa nilai kesesuaian antara pemeriksaan kadar serum 25 (OH)D dan kalsium pada
Palembang?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif
pemeriksaan kadar serum 25 (OH)D dan kalsium pada korioamnionitis pasien partus
E. Manfaat Penelitian
a. Menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal & janin melalui pemeriksaan kadar
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan Prematur
1. Definisi
Persalinan prematur adalah lahirnya bayi dengan berat badan < 2500g atau
36% dari 9. 4 % pada tahun 1984 menjadi 12, 8 % Pada tahun 2006. Sejak
2006 trend sudah mulai menurun dan dikatakan kejadian persalinan prematur
11, 7 % pada tahun 2011. Bayi prematur yang dilahirkan mempunyai resiko
yang tinggi terkena penyakit paru kronis, tuli, gangguan belajar dan kognitif,
disebabkan oleh infeksi pada traktus urinarius atau infeksi pada vagina (25,
9%), penyebab lain yang tersering seperti : perdarahan antepartum (10, 8%),
kehamilan ganda (4, 1 %), polihidramnion (3, 4 %), malpresentasi ( 14, 4%),
Produk Bakteri
Monosit
Sitokin :
Interleukin 1 dan 6 faktor
nekrosis tumor
Cairan amnion :
Faktor pengaktif
Asam arakhidonat
trombosit
Miometrium :
Kontraksi uterus
a. Gejala
Perbedaan dari suatu mekanisme persalinan yang nyata atau tidak adalah sulit
sebelum dibuktikan ada pendataran serviks dan dilatasi. Aktivitas uterus saja
keputihan encer, dan nyeri punggung bawah telah empiris yang berhubungan
dengan kelahiran prematur yang akan datang. Beberapa keluhan itu dianggap
10
umumnya normal pada kehamilan dan karena itu sering diacuhkan oleh
b. Dilatasi serviks
hari. Para wanita diajarkan tentang tanda dan gejala persalinan prematur, dan
d. Janin Fibronektin
berbagai jenis sel, termasuk hepatosit, fibroblas, endotel sel, dan amnion janin.
Kehadirannya dalam konsentrasi tinggi dalam darah ibu dan cairan amnion,
11
yang hasil tergantung pada kehamilan yang usia saat pengiriman dan terkait
risiko kematian dan morbiditas. Untuk itu diperlukan suatu cara pengelolaan
yang tepat agar persalinan prematur ini dapat dihindari. Prinsip pengelolaan
mencapai 4 cm.
utuh dimana tidak didapatkan bahaya pada ibu dan janin maka pengelolaannya
menunda persalinan beberapa wanita hingga lebih dari 48 jam. Hal ini
antara lain:
13
mencegah persalinan.15
<2500g, secara signifikan lebih dari ini dirawat untuk perawatan intensif.
nifedipine, lebih aman dan lebih efektif agen tokolitik dari pada β-
agonis.15
15
usia kehamilan > 24 minggu atau <34 minggu meskipun rekomendasi dari
RCOG adalah sampai 36 minggu. Kerjanya akan terjadi pada antara 24 jam
dan 7 hari. 15
kelahiran prematur daripada wanita tanpa bukti infeksi. Asosiasi dari infeksi
pada saluran genital dan kelahiran prematur pada wanita dengan gejala
cairan ketuban wanita yang melahirkan preterm antara lain gram- negative,
organisme ini dari saluran kelamin bagian atas pada wanita dengan
4. Merencanakan cara persalinan prematur yang aman dan dengan trauma yang
minimal.
prematur.
17
B. Korioamnionitis
1. Definisi
yang merupakan manifestasi dari infeksi intrauterin (IIU). Infeksi pada membran
pada wanita dengan persalinan preterm tanpa manifestasi klinis infeksi dan
dengan membran fetalis yang intak. Infeksi tidak terbatas pada cairan amnion
dan biasanya terjadi karena infeksi asending mikroorganisme dari serviks dan
ketuban pecah dini dan persalinan lama. Periode ketuban pecah yang lama
Semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan persalinan, semakin tinggi
2. Epidemiologi
3. Patofisiologi
kelahiran prematur dan infeksi yang serius pada bayi. Penyebab tersering infeksi
intrauterin adalah bakteri yang ascending dari saluran kemih ataupun genital
trachomatis sebagai salah satu bakteri penyebab cervicitis juga berperan sebagai
bakteri penyebab infeksi intrauterin dan berhasil diisolasi dari cairan amnion.
Peran virus sebagai penyebab korioamnionitis sampai dengan saat ini belum
jelas diketahui.15
bakteri naik dari vagina dan serviks. Korioamnionitis secara histologi didapati
lebih sering dan lebih berat pada daerah dimana terjadi ruptur membran
umbilical cord. Identifikasi bakteri pada kasus ini mirip dengan bakteri yang
terdapat di saluran genital bagian bawah. Bila terjadi infeksi kantong amnion
ruang amnion atau infeksi intra amnion. Ruptur membran bukan menjadi
syarat untuk bisa terjadi infeksi intra amnion oleh karena mikroorganisme
berbagai jalur. 20
4. Penegakan Diagnosis
Korioamnionitis bukan suatu gejala akut namun merupakan suatu proses kronis
dan tidak menunjukkan gejala sampai persalinan dimulai atau terjadi ketuban
setiap wanita. Dari berbagai penelitian, diketahui tanda dan gejala klinis
korioamnionitis meliputi demam (suhu intrapartum > 100.4°F atau > 38°C),
takikardi maternal yang signifikan (> 120 x/menit), takikardia fetus (> 160
21
x/menit), cairan ketuban atau lendir vagina berbau atau tampak purulen, uterus
ditentukan kemungkinan risiko yang akan terjadi pada persalinan, ibu, dan janin.
penanda tersebut, yang paling sering digunakan adalah CRP, sel polimorfonuklear
merupakan prediktor yang baik dari hasil positif kultur cairan amnion namun
histologis atau kultur) dapat tidak ditemukan tanda klasik tersebut selain tanda-
oleh bakteri.22
C. Vitamin D
Vitamin D adalah vitamin yang larut lemak yang dibuat di dalam kulit saat kulit
terpapar sinar matahari. Hal ini juga dapat ditemukan secara alami dalam beberapa
makanan dan tambahan suplemen untuk makanan lainnya. Vitamin d tidak aktif
sampai telah dimetabolisme dalam tubuh. Vitamin D harus menjalani dua kali proses
yang disebut hidroksilasi, satu dihati dan satu di ginjal. Bentuk aktif vitamin D dalam
tubuh adalah 1, 25 dihidroksi vitamin D ( 1,25 (OH)D), yang juga disebut kalsitrol.23
karena sumber utamanya adalah apa yang kita sintesis sendiri didalam kulit dengan
kurang dari 10% yang berasal dari makanan. Vitamin D mempunyai dua bentuk,
utama yang dibuat oleh tannaman adalah vitamin D2 mengikuti paparan sinar UVB
vitamin D2 dan D3. Namun tetap hanya dapat mensintesis de novo vitamin D3.23
1. Metabolisme vitamin D
23
Target utama jaringan vitamin D adalah usus dan tulang. Di dalam usus, vitamin
D memediasi transport trans seluler kalsium dan fosfat dan didalam tulang
epidermis dan lebih besar lagi lebih dari 95 % previtamin D3 diproduksi didalam
epidermis yang sehat dan karena itu tidak dapat dihapus dari kulit ketika dicuci.
di saring di dalam ginjal dan di serap kembali pada tubulus proksimal oleh
sendiri.23
dalam fungsi biologis terkait pengaturan transkripsi gen melalui nukleat reseptor
respons elemen vitamin D. Kurang lebih berkisar 200 – 300 gen yang
berbagai fungsi biologis lebih dari 80 jalur dikaitkan dengan kanker, gangguan
D.23
penyerapan kalsium kembali di urin, dan (3) mengatur hormon paratiroid (PTH)
pada umpan balik negatif yang memungkinkan kalsium untuk diserap di saluran
homeostasis kalsium dalam tubuh. Hal ini penting karena kalsium bersifat
25
esensial dalam tubuh untuk jaringan dan organ, terutama jantung, otot rangka,
dan otak. Tubuh akan mengambil kebutuhan kalsium dari tulang kerangka jika
D serum dalam tubuh, yang pada akhirnya akan diubah menjadi bentuk aktif 1,
25 (OH) D yang memilik waktu hidup selama 8 jam. Vitamin D yang masuk
mempertahankan kalsium.23
Plasenta dalam tubuh ibu terbentuk pada minggu keempat kehamilan. Pada fase
inilah 25(OH)D serum ibu di transfer melalui plasenta, dan konsentrasi 25 (OH)D
serum dim plasenta berkorelasi dengan konsentrasi 25 (OH)D serum ibu. Namun
tidak dengan kalsitriol (1, 25 (OH)D yang tidak langsung melewati plasenta.
Ginjal pada janin dan plasenta memberikan sirkulasi janin dengan 1, 25 (OH)D
Kadar Vitamin D Binding Protein (DBP) serum meningkat dari 46% - 103%
selama kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa DBP mempunyai peran secara
Produksi vitamin D2 dan D3 pada tikus hamil telah menunjukkan bahwa kedua
kadar 25 (OH) D serum pada tikus dan kultur sel vitamin D2 dan D3 di plasenta
26
memiliki kalsitriol lebih banyak dalam janin dibanding dengan ibu. Hal ini dapat
lebih banyak dua sampai tiga kali lipat pada sirkulasi maternal mulai dari awal
semester (TMI), tetapi hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa konsentrasi
meningkat ketika trimester III ( TMIII). Peningkatan ini karena sinstesis oleh 1α
– hidroksilase.23
27
dari pada setidaknya 40 ng / mL selama titik waktu awal kehamilan . Ini akan
preeklampsia pada ibu dan asma pada bayi. Untuk mencapai hal ini, asupan
individu untuk mengkonversi vitamin D menjadi 25 (OH) D.24 Suplemen ini telah
terbukti aman dalam ribuan pasien selama 15 tahun terakhir, tidak satu efek
samping tunggal telah diamati terkait dengan suplementasi vitamin D dari sekitar
4000 IU / hari. Ini membawa pada pertanyaan tentang kapan harus vitamin D
gen plasenta dan faktor epigenetik yang terkait dengan status vitamin D, asosiasi
plasenta peradangan dan penyakit yang nyata sebagai fungsi status vitamin D ibu
trofoblas).25
hipokalsemia. Fungsi dari vitamin D selama periode sensitif ini mungkin juga
memiliki potensi dampak pada sistem lain, termasuk kekebalan tubuh, pankreas,
respon sitokin.27,28, 29
dan kaslium dalam tubuh dalam rangka membantu pembentukan tulang yang
30
kuat dan tidak rapuh. Selain itu, vitamin D juga bermanfaat bagi tubuh untuk
tubuh dan membantu produksi hormone tertentu. Ibu hamil yang kekurangan
Vitamin D berperan penting dalam sistem imunitas. Beberapa studi pada model
melalui disregulasi fungsi sel T.23 Fungsi regulasi sel T dalam penyakit
dengan kadar vitamin D serum. Oleh karena timus juga berperan aktif dalam
inflamasi sistem, dan defisiensi dalam ambilan protein, mineral atau vitamin.30
31
25(OH)D.
sistem imunitas.32 Peran vitamin D dalam inflamasi dan infeksi plasenta atau
bakterial dengan cara menstimulasi cathelicidin dalam sel-sel plasenta baik pada
33
materna maupun pada sisi fetus. Vitamin D juga mengatur regulasi sel-sel
natural killer dan monosit. Pada maternal dengan defisiensi vitamin D, terjadi
menghambat jalur inflamasi faktor kappa B. Oleh karena itu, maternal dengan
desidua dan plasenta manusia. Oleh karena itu, genotip reseptor vitamin D
33
materna ditemukan berkaitan dengan defisiensi reaksi sistem imun pada desidua-
plasenta pada bayi-bayi yang lahir prematur. Pada penelitian Akkar et al (2016)
disimpulkan bahwa ibu dengan persalinan prematur memiliki kadar serum 25-
kemungkinan besar diinduksi dari aktivitas TLR. Hasil dari aktivitas ini
bakteri patogen.36
34
dari monosit sehingga mengaktivksan ekspresi VDR sel dari sistem imun
D. Kalsium
Kalsium adalah kation ekstra sel utama. Peran utama kalsium adalah untuk
kontraksi dan eksitasi otot jantung dan otot lainnya, transmisi sinap sistem saraf,
agresi platelet, koagulasi, dan sekresi hormon dan regulator lain yang
memerlukan eksositosis. Kadar kalsium normal dalam plasma 8,5 – 10, 4 mg/
seperti sitrat dan fosfat. 45% sisanya ada dalam bentuk ion dan merupakan
bentuk aktif. Kadar kalsium dalam cairan ekstrasel 1 % dari keseluruhan total
kalsium tubuh sementara kadarnya dalam sel dijaga sekitar 1/10. 000 dari kadar
sekresi.37
36
Sumber kalsium utama dan satu – satunya adalah diet antara lain susu dan
produknya seperti keju dan yogurt, sayur – sayuran berwarna hijau, ikan dalam
kaleng yang lengkap dengan tulang seperti sardin, kacang – kacangan, dan
makanan jadi yang difortifikasi dengan kalsium seperti jus dan sereal. Absorbsi
vitamin D aktif yang bersifat difuasi aktif yang memerlukan calsium binding
oleh asupan kalsium. Semakin rendah kadar kalsium dalam makanan yang
dikonsumsi, semakin aktif pula usus melakukan absorbsi. 99% kalsium ekstrasel
vitamin D, dan kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Membran sel
kalsium darah. Aktivasi reseptor kalsium terjadi bila kadar kalsium darah tinggi,
Aktivasi reseptor kalsium tidak akan terjadi bila kadar kalsium darah rendah.
Hormon paratiroid bekerja dengan berikatan dengan reseptor membran sel organ
37
target, yaitu reseptor hormon paratiroid 1 di ginjal dan tulang. Hormon paratiroid
didaerah selatan Thailand, tapak bahwa sebanyak 55% ibu hamil memiliki
asupan kalsium inadekuat dengan rata - rata asupan kalsium sebesar 493,2
mg/ hari.39
WHO pada tahun 2013 mengatakan nutrisi yang buruk pada ibu dan
penurunan resiko kejadian partus prematur, dimana ini merupakan salah satu
38
kejadian prematur pada wanita hamil dengan asupan kalsium yang rendah.
Pada wanita hamil yang secara rutin mengkonsumsi minimal 600 mg kalsium
tiap hari dan ditambakan suplemen tambahan 1500 mg/ hari mengurangi
3 Hamil 13 – 20 minggu 8, 8 ± 1, 21
5 Hamil 29 – 36 minggu 8, 9 ± 1, 18
6 ≥ 37 minggu 8, 7 ± 0, 66
Sardines 3 324
Buttermilk 8 285
fortified
milk
serve
Kale, cooked 8 94
Kale, raw 8 90
Bread, white 1 31
Brocoli, raw 4 21
G. KERANGKA TEORI
Persalinan prematur
25 (OH)D; Keseimbangan
1, 25 (OH)D Kalsium
Inflamasi
Hipotensi
DIC
Keluaran sepsis
41
H. KERANGKA KONSEP
Partus prematurus Imminens
Laboratorium
Manifestasi klinis CRP (+).
KPD > 12 jam.
Lekositosis (> 15000)
Kadar serum Kadar serum Maternal takikardi
vitamin D Kalsium Fetal takikardi
Keputihan
Kontraksi uterus.
Analisis data
BAB lII
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian uji kesesuaian antara pemeriksaan kadar serum
Pemeriksaan laboratorium kadar darah kalsium, serta jumlah leukosit dan CRP sebagai
1. Populasi
Semua penderita dengan partus prematurus, ketuban pecah dini yang dicurigai
RSMH Palembang.
2. Sampel
3. Kriteria inklusi
1. Partus prematurus , ketuban pecah dini lebih dari 12 jam, dan usia kehamilan
didiagnosa dari suhu ibu demam (38°C) ditambah 2 tanda dari :maternal
takikardi, fetal takikardi, keputihan, CRP (+), leukositosis > 15. 000.
3. Semua paritas
4. Kriteria eksklusi
2. Kehamilan dengan penyulit medis, seperti penyakit jantung dan diabetes mellitus
3. Janin mati
5. Besar sampel
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan jumlah sampel dengan rumus sebagai
berikut :
n = Jumlah sampel
Q = 1 – P = 1-0,91 = 0,09
kepercayaan 95% dan α sebesar 0,05 dan dari tabel diperoleh nilai Zα
= 1,96
D. Variabel penelitian
pendidikan.
46
E. Definisi Operasional
a. Tabung reaksi
b. Tabung EDTA
c. Spuit 5cc
2. Prosedur Kerja
a. Setiap penderita partus prematurus dengan ketuban pecah dini yang dicurigai
kalsium sebagai pemeriksaan diagnostik yang akan diuji pada penelitian ini untuk
Sampel darah diambil melalui pungsi vena antecubiti sebanyak 5 cc, sebelum
pungsi, dilakukan tindakan antiseptik dengan alkohol 70%. Sampel ini dimasukkan
2cc dan selebihnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi biasa. Kemudian kedua
pemeriksaan darah rutin, kimia klinik darah, CRP kualitatif dan kuantitatif, kadar
G. Parameter keberhasilan
1. Diketahuinya derajat kesesuaian antara kadar serum 25 (OH)D dan kalsium pada
2. Diketahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif kadar
Data penelitian dikumpulkan dalam suatu formulir penelitian yang telah disiapkan
kemudian dilakukan entry data dengan menggunakan software SPSS ver. 21.0 Data
2. Menentukan nilai cut off point, yang dihitung dengan menggunakan ROC
3. Mengetahui kesesuaian, sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif dan nilai duga
I. Alur penelitian
Analisis data
52
J. Rencana Tabel
Tabel 1.1. Karakteristik Sampel / Responden
Variabel Kadar 25 (OH ) Kadar 25 (OH) D P Value
Rendah Normal
Usia ibu
(20-35 tahun)
Usia kehamilan
(> 24 minggu dan < 37 minggu)
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
*Chi Square x2 test, p = 0,05
Tabel 1.2 Uji Kesesuaian Sensitivitas dan Spesifisitas Kadar Plasma Vit D dan Kalsium
Pemeriksaan kadar vitamin D Penegakkan korioamnionitis berdasasrkan
pemeriksaan fisik & laboratorium
Positif Negatif
Positif True Positive (A) False Positive (B)
Negatif False Negative (C) True Negative (D)
Selanjutnya ditentukan titik potong kadar vitamin D dan kalsium serum dalam
menegakkan diagnosis korioamnionitis pasien partus prematurus . Penentuan didasarkan
pada nilai sensitifitas yang tinggi dan spesifisitas yang rendah atau sebaliknya. Salah
satu cara untuk menentukan titik potong untuk skala interval ataupun rasional.
Sensitifitas dengan ordinal Y, dan Spesifisitas dengan ordinal X pada analisis dengan
Receiver Operatic Characteristic Cureve (Kurva ROC).
BAB IV
JUSTIFIKASI ETIK
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian uji kesesuaian yang bertujuan untuk
mengetahui efektivitas penanda kadar vitamin D [25{OH)D] dan kalsium serum maternal
B. Landasan Keilmuan
Persalinan kurang bulan merupakan salah satu penyebab tertinggi morbiditas dan
dikaitkan dengan efek samping luaran perinatal pada bayi-bayi prematur. Inflamasi pada
korioamnionitis merupakan salah satu bentuk respon imunitas. Beberapa zat gizi
melindungi membran sel dari SOR ( vitamin dan mineral sebagai antioksidan), untuk
dalam jumlah yang cukup agar sistem imun dapat berfungsi secara optimal. Vitamin dan
mineral tertentu seperti vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin C, vitamin B6, vitamin
B12, zinc, selenium dan zat besi mempunyai peranan dalam respon imun.
56
Vitamin D diketahui memiliki aktivitas anti inflamasi dan retriksi pertumbuhan fetus
intrauterin. Vitamin D dapat menekan inflamasi dengan mendorong interaksi fisik antara
VDR (vitamin D receptor) placenta dan NF-kBp65 unit (nucleus transkolaksi pada sel
Defisiensi vitamin D ini dapat dihubungkan dengan kurangnya asupan kalsium pada
ibu hamil. Dikatakan rendahnya kada serum kalsium pada ibu hamil berhubungan
dengan penurunan fungsi auto production vitamin D didalam tubuh. Defisiensi kalsium
(qhotbi). WHO pada tahun 2013 mengatakan nutrisi yang buruk pada ibu dan bayi
kalsium juga dihubungkan dengan penurunan resiko kejadian partus prematur, dimana
ini merupakan salah satu penyebab tertinggi kematian janin dan bayi. (WHO)
57
Setiap subyek penelitian berhak mnegetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan padanya.
Kiranya penelitian ini telah mempunyai landasan keilmuan yang kuat sehingga penelitian
ini diperkirakan akan memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan dan manfaat
penelitian. Tidak ada beban khusus yang ditanggung oleh subyek dengan
kebebasan subyek penelitian untuk ikut serta atau tidak dalam penelitian ini, termasuk
E . Simpulan
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk dunia kedokteran, dengan diketahuinya
kadar vitamin D dan kalsium pada kasus korioamnionitis pasien partus prematurus
korioamnionitis dengan pemberian vitamin D dan kalsium pada saat ante natal care.
Tujuan akhir semoga dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Sumatera
A. Rencana Pendanaan
Dana yang dibutuhkan :
B. Jadwal Kerja
Bulan / 2017 2018
kegiatan 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Merancang
proposal
Pengajuan
proposal
Seminar
proposal
Pengumpulan
data
Analisis data
Pelaporan
Ujian Tesis
1. Born Too Soon: The Global Action Report on Preterm Birth. Geneva: World Health Organization;
2012. March of Dimes PMNCH, Save the Children, WHO.
2. Alexander JM, Mclntire DM, Leveno KJ. Chorioamnionitis and the prognosis of term infant. Obstet
Gynecol 2009;94:274-8.
3. Ustun C, Kocak I, Baris S, Uzel A, Saltik F. Subclinical chorioamnionitis as en etiologic factor in
preterm deliveries.
4. Krisnadi S. Penggunaan klindamisin untuk menurunkan kejadian berat badan lahir rendah pada
vaginosis bakterialis dengan atau tanpa kolonisasi sterptokokus group B dan infeksi oleh Chlamydia
trachomatis [trachomatis]. Bandung : Universitas Padjajaran; 2000.
5. Onderdonk AB, Lee ML, Ellice L. Quantitative microbiologic models for preterm delivery; Chaning
Laboratory, Departement of Pathology and Medicine, Harvard Medical School. J Clin Microbiol. 2003;
41 (3) : 1073 - 9
6. Gravett NG, Sampson JE. Other infectious conditions. In: James DK, Steer PJ, Weiner CP. High risk
pregnancy management options. London: WB Saunders Co Ltd ; 2006: 513-5.
7. Maberry MC, Gilstrap LC, Bawdon RE. Anaerobic coverage for intra-amniotic infection: maternal and
perinatal impact. Am J Perinatol 2001; 8: 338.
8. Parry S, Strauss JF. Premature rupture of the fetal membrane. New Engl J Med 2008;338 (10):663-70.
9. Almatsier S. 2006. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
10. Zhou SS, Tao YH, Huang K, Zhu BB, Tao FB. Vitamin D and risk of preterm birth: Up-to-date meta –
analysis of randomized controlled trials and observational studeis. J Obstet Gynaecol 2017; 43 : 247 –
256
11. Akkar OB. Evaluation of maternal serum 25-hydroxyvitamin D, Paraoxonase 1 levels, and neutrophil-
to-lymphocyte ration in spontaneous preterm birth. Med Sci Monit. 2016;22:1238-1243.
12. A. Kofi, Moses K, Klevor, Carol L, Wagner. Maternal vitamin D insufficiency and risk of adverse
pregnancy and birth outcomes : A systematic review and meta-analysis of longitudinal studies. J P One
2017 : 1-22.
13. Nahid Q, Najmadin M, Pasha M, Vahid SG, Sabah H. Vitamin D. Calcium and phosporus status of
Pregnant Women and their Newborns in West Iran. J Ped Pakistan 2006.
14. World Health Organization, 2013. Guideline : Calcium Supplementation In Pregnant Women. World
Health Organization, 7.
15. Cunningham F.G., Lenovo, K.J, Bloom, S.L; Williams Obstetrics. 24th ed. McGraw Hill: 829-61.
16. Witwit SJ. The use of vitamin D suplemen in prevention of preterm labor. J of Babylon University
2017; vol (25).
17. Institute of Medicine. Preterm birth: causes, consequences, and prevention. Washington, D.C.: National
Academy of Sciences; 2007.
18. Lubis, SM. Korioamnionitis sebagai faktor resiko terjadinya palsi serebral. Majalah Kedokteran
Nusantra 2008;41(2):123-127.
19. Gravett NG, Sampson JE. Other infectious conditions. In: James DK, Steer PJ, Weiner CP. High risk
pregnancy management options. London: WB Saunders Co Ltd ; 2006: 513-5.
20. Menon R, Taylor RN, Fortunato SJ. Chorioamnionitis- a complex pathophysiologic syndrome. J
Placenta. 2010;31:113-20
21. Goldenberg RL, Hauth JC, Andrews WA. Intrauterine infection and preterm delivery. New Eng J Med.
2000;18:1500-08.
22. Edwards RK. Chorioamnionitis and labor. Obstet Gynecol Clin N Am. 2005; 32:287-96.
61
23. Aji AS. Vitamin D pada kehamilan. Jurnal arsip gizi dan pangan 2016; 1:2.
24. Liu NQ and Hewison M. Vitamin D, the placenta and pregnancy. Archives of Biochemistry and
iophysics 2012;523:37-47.
25. Holick, M.F. High prevalence of vitamin D inadequacy and implications for health.Mayo. Clin Proc.
81(3):353-373.
26. Singh, J.; Hariharan,C. Bhaumik, D. Role of VitaminD in Reducing the risk of Preterm labour. Int J
Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2015 Feb: 4(1):86-93
27. Lopez,PF.et al. Effect of vitamin D supplementation during pregnancy on maternal and neonatal
outcames: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. Fertil Steril. 2015
May; 103(5): 1278-88.e4.
28. Youssef, DA.et al. Antimicrobial implication of vitamin D. Dermato Endocrinology3:4, 220-229.2011
29. Muszkat, P. et al. Evidence-based non-skeletal actions of vitamin D. Arq Bras Endocrinol Metab.
2010;54/2.
30. Morales E, Romieu I, Guerra S, [et al.].; INMA Project. Maternal vitamin D
status in pregnancy and
risk of lower respiratory tract infections, wheezing, and asthma in offspring. Epidemiology. 2012, 23,
64–71.
31. Sava F. Characterization of the inflammatory status of preterm infants. Budapest : 2016.
32. Pagenkemper M, Diemert A. Monitoring fetal immune development
in humanpregnancies: current
concepts and future goals. J Reprod
Immunol. 2014, 104, 49–53.
33. Bodnar LM, Platt RW, Simhan HN: Early-pregnancy vitamin D de ciency and risk of preterm birth
subtypes. Obstet Gynecol,.2015; 125: 439–47.
34. Manzon L, Altarescu G, Tevet A et al: Vitamin D receptor polymorphism FokI is associated with
spontaneous idiopathic preterm birth in an Israeli pop- ulation. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2014;
177: 84–88.
35. Thota C, Menon R, Fortunato SJ et al: 1,25-Dihydroxyvitamin D de ciency is associated with preterm
birth in African American and Caucasian women. Reprod Sci, 2014; 21: 244–50.
36. Hewitson M. Antibacterial Effects of Vitamin D. Nat.Rev. Endocrinol 2011.7, 337-345.
37. Thomas D, Weisman, Steven M. Calcium suplementation during pregnancy and lactation : effects on
mother and the fettus. American J obstet gynecol 2006; 194 : 37 – 45.
38. Setyorini A, Suandi IKG, Sidiartha IGL, Suryawan WB. Pencegahan osteoporosis dengan suplementasi
kalsium dan vitamin D pada penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Sari pediatri 2009; 11: 1.
39. Purnasari G, Briawan D, Dwiriani CM. Kepatuhan konsumsi suplemen kalsium serta hubungannya
dengan tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil di kabupaten Jember. J Kes Rep 2016; 7 : 83 – 93.
40. Hacker A, Fung EB, King JC. Role of calcium during pregnancy : maternal and fetal needs. Nutrition
reviews 2012; 70 : 397 – 409.
41. Raman L, Yasodhara. Calsium and magnesium in pregnancy. Nutrrition research 1999; 11 : 1231 -
1236.
62
Penelitiutama Dr.
Pemberi informasi Dr.
Penerima informasi
Nama subyek :
Tanggal lahir (Umur) :
Jenis kelamin :
Alamat :
No. Telp (HP) :
Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman 1 dan 2 mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh dengan judul penelitian : Uji kesesuaian vitamin D dan kalsium serum
maternal dalam diagnosis korioamnionitis pada pasien partus prematurus di Rumah Sakit Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Informasi tersebut telah saya pahami dengan baik. Dengan
menandatangani formulir ini, saya menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian di atas
dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun. Apabila suatu waktu saya merasa
dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.
(Nama Wali/Saksi)
Ket: Tanda tangan saksi/ wali diperlukan bila subyek tidak bisa baca tulis, penurunan kesadaran, mengalami
gangguan jiwa, dan berusia dibawah 18 tahun.
Saya telah menjelaskan kepada subyek secara benar dan jujur mengenai maksud penelitian,
manfaat penelitian, prosedur penelitian, serta resiko dan ketidaknyamanan potensial yang
mungkin timbul (penjelasan terperinci sesuai dengan hal yang Saya tandai diatas). Saya juga
telah menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait penelitian dengan sebaik-baiknya.
Dr.
65
PEMERIKSAAN DARAH
Palembang,tanggal............................Pukul............WIB
Dr. (.................................................)
66
FORMULIR PENELITIAN
No. Sampel :
A. Maternal
1. Nama :
2. Umur :
3. Medrek/Reg :
4. Alamat :
5. No. Telp/Hp :
6. Pekerjaan :
7. Pendidikan :
SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) Akademi ( ) S1 ( ) S2 (
)
8. Anamnesis :
a. Kel. Utama :
b. RPP :
- Plasenta di.........................................................................
- BPP = FT : FB : FM : NST : ICA :
(Bila ada)
Kesan :
Interpretasi :
17. Tindakan :
Pervaginam
a. Spontan
b. Berbantu dengan ...............................................................................
Perabdominam atas indikasi..........................................................................
- Hitung jenis :
Kimia darah :
- CRP kualitatif :
- CRP kuantitatif :
- Kadar Vitamin D :
- Kadar Kalsium darah :
Mean 25 (OH) D
Mean Kalsium