Anda di halaman 1dari 25

MINI REVIEW

HIPNOTERAPI PADA KASUS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI


KEHAMILAN DENGAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik (Stase 9)


Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Praktik Asuhan Kebidanan Kolaborasi Pada Patologi dan komplikasi Yang Berpusat Pada
Perempuan

Disusun Oleh :
LAILATUL JAZILAH
NIM : P20624822094

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN TASIKMALAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2023
MINI REVIEW :
HIPNOTERAPI PADA KASUS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI
KEHAMILAN DENGAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM

Lailatul Jazilah
Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
Jl.Babakan Siliwangi No.35 Tasikmalaya: Telp.(0265)340186
Email: ellanieza02@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang :
Angka kematian ibu yang disebabkan ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia
berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan. Faktor penyebab
terjadinya KPD belum diketahui dengan pasti. KPD masih menjadi disease of
theory karena belum diketahui penyebab pastinya, namun terdapat beberapa
kondisi internal ataupun eksternal yang diduga terkait dengan ketuban pecah
dini. Faktor internal penyebab KPD diantaranya usia ibu, paritas,
polihidramnion, inkompetensi serviks dan presentasi janin. Ketuban pecah
dini (KPD) sering kali menimbulkan konsekuensi yang berimbas pada
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama pada kematian
perinatal yang cukup tinggi. Ketuban pecah dini dapat meningkatkan infeksi
dan infeksi merupakan salah satu penyebab langsung kematian ibu. Ketuban
pecah dini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi pada neonates
meliputi prematuritas, respiratory distress syndrome, pendarahan
intraventrikel, sepsis, hipoplasia paru serta deformitas skeletal.
Metode: Metode penelusuran artikel jurnal / literature review menggunakan
system search engine Google Scholar, GARUDA, Akses Database Proquest
Journal, dengan menggunakan kata kunci sesuai topik.
Hasil: Faktor yang banyak berpengaruh terhadap kejadian KPD yaitu usia,
gemelli, paritas, anemia, preterm, infeksi, ibu bekerja, dan cephalo pelvic
disproportion (CPD). Faktor penyebab ketuban pecah dini pada persalinan
adalah yaitu usia, gemelli, paritas, anemia, preterm, infeksi, ibu bekerja,
cephalonpelvic disproportion (CPD), dan jarak kehamilan. Faktor yang
mempengaruhi KPD adalah umur ibu, paritas, umur kehamilan, BB bayi lahir,
gemelli/ kembar, kelainan letak dan metode persalinan. Dan variabel yang
tidak berhubungan dengan KPD adalah pekerjaan ibu. Dengan demikian
diharapkan dapat dilakukan asuhan prakonsepsi dan deteksi dini faktor yang
mempengaruhi ketuban pecah dini pada ibu hamil sangat penting untuk
dilakukan dalam upaya pencegahan ketuban pecah dini.
Kata Kunci: Faktor Faktor Risiko, Ketuban Pecah Dini
ABSTRACT

Background: The maternal mortality rate caused by premature rupture of


membranes (PROM) in Indonesia ranges from 4.5% to 7.6% of all pregnancies.
The causes of KPD are not known with certainty. KPD is still a disease of theory
because the exact cause is unknown, but there are several internal or external
conditions that are thought to be related to premature rupture of membranes.
Internal factors that cause PROM include maternal age, parity, polyhydramnios,
cervical incompetence and fetal presentation. Premature rupture of membranes
(PROM) often has consequences that impact on morbidity and mortality in both
mother and baby, especially in perinatal mortality which is quite high. Premature
rupture of membranes can increase infection and infection is one of the direct
causes of maternal death. Premature rupture of membranes can cause various
complications in neonates including prematurity, respiratory distress syndrome,
intraventricular hemorrhage, sepsis, pulmonary hypoplasia and skeletal
deformities.
Methods: The method of searching journal articles / literature reviews using the
Google Scholar search engine system, GARUDA, , Database Proquest journal
using keywords according to topics.
Result: Factors that have a lot of influence on the incidence of PROM are age,
gemelli, parity, anemia, preterm, infection, working mothers, and cephal pelvic
disproportion (CPD). Factors that cause premature rupture of membranes in
labor are age, gemelli, parity, anemia, preterm, infection, working mothers,
cephalonpelvic disproportion (CPD), and pregnancy intervals. Factors that affect
PROM are mother's age, parity, gestational age, birth weight, gemelli/twins,
abnormalities in location and method of delivery. And the variable that is not
related to KPD is the mother's occupation. Thus it is hoped that preconceptional
care and early detection of factors that influence premature rupture of
membranes in pregnant women can be carried out in an effort to prevent
premature rupture of membranes.
Keywords: Risk Factors, Premature rupture of membranes
A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun


2017, jumlah angka kematian ibu (AKI) tergolong cukup tinggi yaitu 305 per
100.000 kelahiran hidup (KH), nilai tersebut masih dibawah standar capaian
Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 yaitu 70/100.000 (Dewi et
al., 2020). Dinas Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa penyebab
AKI adalah pendarahan, infeksi, dan hipertensi. Sedangkan data dari Riset
Kesehatan Dasar tahun 2016 menunjukkan bahwa penyebab terjadinya AKI
adalah infeksi dan pendarahan yang merupakan komplikasi dari ketuban pecah
dini (KPD).
Presentase kejadian KPD di Indonesia sebesar 4,4-7,6% dari seluruh
kehamilan yang terbagi pada 3-18% kehamilan preterm dan 8-10% kehamilan
aterm (Nikmathul Ali et al., 2021). Sampai saat ini faktor yang menyebabkan
terjdinya KPD pada ibu bersalin belum diketahui secara pasti dan jelas, maka
usaha preventif atau pencegahan dari tenaga kesehatan belum bisa
dilaksanakan secara mendetail. Tetapi tenaga kesehatan masih bisa untuk
menekan angka kejadian infeksi supaya tidak terjadi komplikasi pada ibu
bersalin.
Adapun faktor-faktor penyebab meningkatnya kejadian KPD pada ibu
bersalin adalah fisiologi membran amnion, ketidakmampuan serviks dalam
mempertahankan janin, vagina/serviks yang terkena infeksi, gemelli, umur
ibu, paritas, cephalopelvic disproportion (CPD), stress pada fetal maupun
maternal, intensitas pekerjaan ibu, dan prosedur medis (Zamilah et al., 2020).
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya KPD adalah berbagai
macam komplikasi neonatus meliputi prematuritas, respiratory distress
syndrome, pendarahan intraventrikel, sepsis, dan fetal distress, sedangkan
dampak KPD pada ibu yaitu dapat menyebabkan mudahnya transmisi bakteri
yang dapat menimbulkan infeksi infeksi asenden dan intrapartal mulai dari
bagian luar ke bagian dalam rahim. Ibu bersalin yang mengalami fase laten
memanjang akan meningkatkan peluang infeksi pada bagian dalam rahim serta
bayi yang lahir dari persalinan prematur. Hal tersebut juga dapat
meningkatkan kejadian angka kesakitan maupun angka kematian pada ibu dan
bayi yang ada di dalam rahim sehingga meningkatkan AKI maupun AKB
(Nikmathul Ali et al., 2021). Penting untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab terjadinya KPD pada ibu bersalin karena hal tersebut dapat menjadi
upaya untuk melakukan tindakan preventif. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab kejadian KPD pada ibu
bersalin.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
ada tanda-tanda persalinan. Menurut Eastman insiden dari KPD adalah 12%
dari seluruh kehamilan. Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka tindakan
preventive tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan terjadinya
infeksi. Walaupun ketuban sering pecah spontan sebelum persalinan semakin
lama selaput tersebut pecah sebelum kelahiran akan semakin besar resiko
infeksi kepada janin maupun ibunya . Belum ada cara pasti untuk mencegah
kebocoran kantung ketuban.
Namun, untuk menurunkan resikonya adalah dengan berhenti merokok
dan menghindari lingkungan perokok agar tidak menjadi perokok pasif.
Disamping itu, pemberian suplemen Vitamin C dapat membantu para ibu
mencegah terjadinya ketuban pecah dini, sehingga kehamilan dapat
dipertahankan hingga tiba masa persalinan. Kebanyakan ibu dengan ketuban
pecah dini akan mengalami persalinan spontan dan hasilnya baik. Namun ada
bahaya yang berhubungan dengan ketuban pecah dini meliputi infeksi, tali
pusat menumbung, infeksi iatrogenic asenden dari pemeriksaan vagina dan
perlunya induksi atau augmentasi persalinan dengan intervensi yang sesuai.
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan
diri khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan
yang normal pun mempunyai resiko kehamilan, namun tidak secara langsung
meningkatkan resiko kematian ibu.

B. TINJAUAN LITERATUR
1. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu
dan setelah 1 jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana
mestinya. Ketuban pecah dini (KPD) sering kali menimbulkan
konsekuensi yang berimbas pada morbiditas dan mortalitas pada ibu
maupun bayi terutama pada kematian perinatal yang cukup tinggi.
Ketuban pecah dini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi pada
neonates meliputi prematuritas, respiratory distress syndrome, pendarahan
intraventrikel, sepsis, hipoplasia paru serta deformitas skeletal.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam
obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran premature terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah
dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Meskipun saat ini masih
banyak pertentangan mengenai penatalaksanaan KPD yang bervariasi dari
“doing nothing” sampai pada tindakan yang berlebih-lebihan. Namun
beberapa institusi menganjurkan penatalaksanaan KPD untuk umur
kehamilan lebih dari 36 minggu yaitu dengan melakukan induksi
persalinan, bila induksi persalinan gagal maka perlu dilakukan tindakan
operatif . KPD adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
sembarang usia kehamilan sebelum persalinan dimulai. Menurut ahli lain
ada kasus KPD induksi persalinan dilakukan begitu diagnosis ditegakkan
tanpa perlu mempertimbangkan tinggi rendahnya nilai bishop.

2. Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini


faktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini adalah usia ibu yang
lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada ibu muda,
paritas, infeksi, kelainan letak janin, inkompetensi serviks, riwayat
ketuban pecah dini sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih, dan merokok
selama kehamilan.
Nugroho (2012) menambahkan faktor penyebab terjadinya ketuban
pecah dini adalah tekanan intrauterin yang meninggi atau meningkat
secara berlebihan (overdistensi uterus: misalnya hidramnion, gemelli),
trauma yang menyebabkan peningkatan tekanan intrauterin (intra
amniotik) mendadak misalnya hubungan seksual, keadaan sosial ekonomi,
faktor golongan darah, faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul
ibu dan defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C).
Manuaba (2010), menambahkan status pekerjaan yang
memerlukan aktifitas fisik yang berlebihan dapat memberikan tekanan
pada rahim dan merangsang rahim berkontraksi sehingga dapat
menyebabkan ketuban pecah dini. Prawirohardjo (2010) menyatakan
ketuban pecah dini lebih sering ditemukan pada wanita multipara
dibanding pada wanita nullipara. Teori Manuaba (2010) pun menyatakan
bahwa paritas (multi/grandemultipara) merupakan faktor penyebab
terjadinya ketuban pecah dini. Wanita dengan multipara, sering ditemukan
memiliki serviks tidak kompeten, akan meningkatkan terjadinya KPD
karena adanya tekanan intrauterine pada saat persalinan. Pada proses
pembukaan serviks pada multipara dengan inkompetensi serviks
mempercepat pembukaan serviks sehinggan dapat meningkatkan resiko
terjadinya KPD sebelum pembukaan lengkap.(Manuaba , 2010). Ibu yang
telah melahirkan beberapa kali lebih berisiko mengalami KPD, oleh
karena vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh dan akhirnya
pecah spontan.
Ketuban pecah dini lebih sering ditemukan pada wanita multipara
dibanding pada wanita nullipara. Ketika seorang wanita yang sudah pernah
mengalami kehamilan/persalinan lebih dari satu kali, berarti mengalami
peletakan plasenta yang berbeda. Hal tersebut dapat menyebabkan plasenta
pada kehamilan-kehamilan seterusnya rentan terjadi ketuban pecah dini.
Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas, maka
usaha preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
infeksi. Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD
yaitu fisiologi selaput amnion, inkompetensi serviks, infeksi
vagina/serviks,kehamilan ganda, polihidramnion, trauma, distensi uteri,
stress maternal, stress fetal, infeksi, serviks yang pendek, serta prosedur
medis. (Rahmawati 2011).
Sampai saat ini penyebab ketuban pecah dini (KPD) belum
diketahui secara pasti,namun kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput
ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi
selaput ketuban yang abnormal,serviks inkompetensia, kelainan letak
janin,usia wanita kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun,faktor golongan
darah, merokok,keadaan social ekonomi, perdarahan antepartum,riwayat
abortus dan persalinan preterm sebelumnya,riwayat KPD sebelumnya,
defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat, ketegangan Rahim yang
berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma
yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis dan paritas (Tahir,2010).
Usia dapat dikategorikan menjadi dua yaitu risiko tinggi dan risiko
rendah, ibu dengan usia risiko tinggi mempunyai risiko lebih tinggi terjadi
KPD daripada ibu dengan risiko rendah dengan usia.
Pekerjaan menjadi ibu rumah tangga lebih beresiko mengalami
KPD dibandingkan ibu dengan wiraswasta. Ibu hamil dengan pola
pekerjaan fisik yang berat akan mempengaruhi kebutuhan energinya yaitu
dengan tingkat lamanya bekerja melebihi 3-5 jam perhari dapat
menimbulkan kelelahan. Dari ibu yang mengalami kelelahan dalam
bekerja inilah yang akan mengakibatkan korion amnion melemah sehingga
dapat menimbulkan kejadian KPD (Nikmathul Ali et al., 2021).
Disorposi Kepala Panggul atau cephalopelvic disproportion (CPD)
adalah suatu kondisi yang timbul karena kepala bayi lebih besar jika
dibandingkan dengan panggul ibu sehingga kepala bayi tidak dapat
melewati panggul ibu. Hal ini dikarenakan bayi dengan makrosomia atau
kelainan ukuran panggul ibu yang sempit dan juga bisa dikarenakan
kombinasi antara keduanya. Disorposi kepala panggul atau CPD dapat
menyebabkan terjadinya KPD, hal ini dikarenakan tidak dapat masuknya
bagian terendah janin ke panggul ibu sehingga akan terjadi penekanan
pada cairan yang terdapat di dalam rahim bagian bawah dan akibatnya
dapat menimbulkan pecahnya membran ketuban atau terjadinya KPD pada
ibu bersalin (Barokah & Agustina, 2021).
Ibu bersalin dengan jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun
merupakan jarak kehamilan yang beresiko tinggi sewaktu persalinan
dikarenakan kondisi rahim ibu belum sepenuhnya kembali pulih dengan
baik dan normal sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan janin yang
kurang optimal di dalam kandungan dan dapat mengakibatkan terjadinya
perdarahan pada ibu hamil trimester III, hal ini juga bisa disebabkan
karena dari ibu yang mengalami anemia, plasenta previa, dan infeksi yang
kemudian berakibat terhadap kejadian KPD (Y. M. Sari & Munir, 2020).
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut
(Manuaba, 2007) yaitu sebagai berikut:
1. Multipara dan Grandemultipara
2. Hidramnion
3. Kelainan letak: sungsang atau lintang
4. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
5. Kehamilan ganda
6. Pendular abdomen (perut gantung)

Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017)


mengenai penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa
kejadian KPD mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur
kehamilan ≥37 minggu, pembesaran uterus normal dan letak janin preskep.
C. TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode
penelusuran artikel jurnal / literature review menggunakan system search
engine Google Scholar, GARUDA, Akses Database Proquest Journal,
dengan menggunakan kata kunci sesuai topik.

D. PEMBAHASAN PENELITIAN

Review Artikel 1

Judul Scoping Review: Faktor Penyebab Ketuban Pecah


Dini pada Persalinan
Jurnal Jurnal Publikasi Kebidanan
Volume Volume 12 Nomor 2
Tahun Desember 2021
Penulis Endang Susilowati , Endang Surani , Reka Anggie
Estina
Latar Belakang Angka kematian ibu yang disebabkan ketuban pecah
dini (KPD) di Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6%
dari seluruh kehamilan. Faktor penyebab terjadinya
KPD belum diketahui dengan pasti. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab
kejadian KPD pada ibu bersalin berdasarkan hasil
studi literatur penelitian terdahulu
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode scoping
review menggunakan media elektronik Pubmed,
Google Scholar, Scopus, Springer Link databased,
terbatas pada publikasi 10 tahun terakhir yaitu tahun
2011- 2021. Digunakan 28 artikel yang membahas
tentang faktor penyebab ketuban pecah dini pada ibu
bersalin.
Pembahasan Faktor yang banyak berpengaruh terhadap kejadian
KPD yaitu usia, gemelli, paritas, anemia, preterm,
infeksi, ibu bekerja, dan cephalonpelvic disproportion
(CPD). Faktor penyebab ketuban pecah dini pada
persalinan adalah yaitu usia, gemelli, paritas, anemia,
preterm, infeksi, ibu bekerja, cephalonpelvic
disproportion (CPD), dan jarak kehamilan.

Review Artikel 2

Judul Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di


Ruang Cempaka RSUD DR Doris Sylvanus
Palangkaraya
Jurnal Jurnal Surya Medika
Volume Volume 3 Nomer 2
Tahun 2018
Penulis Legawati, Riyanti
Latar Belakang Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture
Of Membran) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1
jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu
sebagaimana mestinya. Ketuban pecah dini (KPD)
sering kali menimbulkan konsekuensi yang berimbas
pada morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi
terutama pada kematian perinatal yang cukup tinggi.
Ketuban pecah dini dapat menyebabkan berbagai
macam komplikasi pada neonates meliputi
prematuritas, respiratory distress syndrome,
pendarahan intraventrikel, sepsis, hipoplasia paru
serta deformitas skeletal.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah deskriptif
dan analitik, menggunakan rancangan cohort
retroprospective melalui pendekatan kuantitatif ,
sampel 166 ibu post partum yang dirawat. Analisa
data kuantitatif dilakukan melalui dua tahapan yaitu
analisis univariat untuk melihat karakteristik
reponden, bivariat dengan menggunakan uji 𝑥 2 (𝐶ℎ𝑖
𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒) dan OR
Pembahasan (𝐶ℎ𝑖 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒) dan OR Hasil: variabel yang
berhubungan dengan KPD adalah umur ibu berisiko
akan mengalami peningkatan kejadian KPD 1,9 kali
(OR= 1,917), paritas ibu berpengaruh signifikan
terhadap kejadian KPD primpara 1,5 kali lebih tinggi
mengalami KPD dibandingkan dengan multipara
(OR=1,5), umur kehamilan prematur meningkatkan
kejadian KPD 10,8 kali lebih tinggi dibandingkan
kehamilan aterm (OR=10,887) , BB bayi lahir normal
menyebabkan KPD 5,7 kali lebih tinggi dibandingkan
BBLR (OR=5,758), gemelli/ kembar menjadi
penyebab KPD 6,8 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang tunggal (OR=6,845) dan metode
persalinan pada ibu dengan KPD 1,2 kali lebih tinggi
diberlakukan persalinan SC dibandingkan persalinan
normal. Dan variabel yang tidak berhubungan dengan
KPD adalah pekerjaan ibu.

Review Artikel 3
Judul Faktor Internal Kejadian Ketuban Pecah Dini di
Kabupaten Kulonprogo
Jurnal Jurnal Kesehatan
Volume Volume 4 Nomor 2
Tahun April, 2021
Penulis Liberty Barokah , Silvia Ari Agustina
Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum proses persalinan. KPD
masih menjadi disease of teori karena belum
diketahui penyebab pastinya, namun terdapat
beberapa kondisi internal ataupun eksternal yang
diduga terkait dengan ketuban pecah dini. Faktor
internal penyebab KPD diantaranya usia ibu, paritas,
polihidramnion, inkompetensi serviks dan presentasi
janin. Komplikasi akibat KPD adalah infeksi dalam
persalinan dan nifas, partus lama, meningkatnya
tindakan operatif obstetrik.
Metode Penelitian Populasi yang digunakan ibu yang melahirkan dengan
KPD tahun 2017 di RSUD Wates. Pengambilan
sampel secara fixed disease sampling dengan
perbandingan kontrol (ibu melahirkan tanpa KPD)
dan kasus (ibu melahirkan dengan KPD). Sampel
yang digunakan yaitu 224 kontrol dan 112 kasus.
Desain penelitian menggunakan survey analitik
dengan pendekatan retrospektif.
Pembahasan Analisis data menggunakan bentuk persentase dan
analisis regresi logistik binomial. Hasil penelitian
didapatkan bahwa faktor internal variabel paritas,
umur kehamilan, DKP dan penyakit penyerta
didapatkan nilai p (0.031, 0.035, 0.008 dan 0.000) <
0.05 sehingga variabel tersebut mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kejadian KPD. Variabel
letak janin dan pembesaran uterus tidak mempunyai
pengaruh parsial terhadap KPD dengan nilai p (0.816
dan 0.857) > 0.05. Ada hubungan faktor internal
(paritas, umur kehamilan, DKP dan penyakit
penyerta) dengan kejadian KPD.

Review Artikel 4

Judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Ketuban Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin Di RS.
Betha Medika
Jurnal Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan
Volume Volume 10 Nomor 2
Tahun Desember 2020
Penulis Ratna Zamilah, Nani Aisyiyah, Ari Waluyo
Latar Belakang Ketuban pecah dini dapat meningkatkan infeksi dan
infeksi merupakan salah satu penyebab langsung
kematian ibu. Di RS. Betha Medika terjadi
peningkatan kejadian ketuban pecah dini dari tahun
2016 mencapai 13,28% kasus, sedangkan tahun 2017
mencapai 16,5% kasus. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian ketuban pecah dini (KPD) pada ibu bersalin.
Metode Penelitian Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan
rancangan penelitian case control. Jumlah populasi
untuk kelompok kasus 74 ibu bersalin dengan KPD
dan 74 kelompok kontrol. Analisis statistik
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.
Variabel independen adalah umur, paritas, status
pekerjaan dan kehamilan ganda. Sedangkan variabel
dependen adalah ketuban pecah dini.
Pembahasan Dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
ibu bersalin mengalami ketuban pecah dini, memiliki
usia yang berisiko, memiliki paritas yang banyak, dan
ibu yang status pekerjaan nya bekerja. Hasil analisis
bivariat menunjukkan bahwa ada pengaruh umur
terhadap ketuban pecah dini dengan p value 0,003,
ada pengaruh paritas terhadap ketuban pecah dini
dengan p value 0,001 dan ada pengaruh status
pekerjaan terhadap ketuban pecah dini dengan p value
0,004. Terdapat pengaruh umur, paritas dan status
pekerjaan terhadap kejadian ketuban pecah dini pada
ibu bersalin. Dengan demikian diharapkan dapat
dilakukan asuhan prakonsepsi dan deteksi dini faktor
yang mempengaruhi ketuban pecah dini pada ibu
hamil sangat penting untuk dilakukan dalam upaya
pencegahan ketuban pecah dini.

Review Artikel 5

Judul Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di


RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun 2018
Jurnal Medical Scoupe Journal (MSJ)
Volume Vol. 1, No. 2
Tahun Januari Juni 2020
Penulis Teuku I. Syarwani, Hermie M. M. Tendean, John J.
E. Wantania
Latar Belakang Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian KPD
berdasarkan usia ibu, paritas, pekerjaan, lamanya
ketuban pecah, jenis persalinan, usia kehamilan, dan
luaran perinatal.
Metode Penelitian Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif.
Sampelpenelitian ini ialah ibu bersalin yang mengalami
KPD pada usia kehamilan ≥37 minggu dan < 7 minggu di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari -
31 Desember 2018.
Pembahasan Hasil penelitian mendapatkan total 78 kasus KPD
yang terdiri dari ibu berusia 20-34 tahun (65,39%),
pendidikan SMA (71,80%), IRT (69,23%), multipara
(58,87%), ketuban pecah ≥24 jam (65,38%), usia
kehamilan ≥37 minggu (85,90%), persalinan seksio
sesarea (85,90%), dan Apgar score 7-10 (79,48%).
Simpulan penelitian ini ialah kasus KPD pada tahun
2018 yang paling sering pada usia ibu 20- 34 tahun,
pendidikan SMA, IRT, multipara, ketuban pecah ≥24
jam, usia kehamilan ≥37 minggu, persalinan seksio
sesarea, dan luaran perinatal Apgar score 7-10.

E. Kesimpulan
Dari beberapa artikel / yang telah direview mengenai factor factor risiko
terjadinya Ketuban Pecah Dini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Usia Ibu
Distribusi kasus KPD terhadap usia ibu memperlihatkan bahwa mayoritas
ibu berada pada masa usia reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lowing et all
yang menyatakan bahwa kasus KPD terbanyak berada pada ibu dengan
usia 20-24 tahun. Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang
dilakukan Emechebe et all yang menyatakan bahwa KPD banyak terjadi
pada ibu dengan usia produktif.
2. Pendidikan Ibu
Distribusi kasus KPD terhadap pendidikan mendapatkan sebagian besar
ibu hamil berada pada jenjang pendidikan SMA. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tjahjani di RB Melati Manukan Surabaya
yang mendapatkan mayoritas ibu yang mengalamiKPD berpendidikan
menengah (SMA) sebanyak 60 orang (64,52%). Umumnya, ibu dengan
pendidikan rendah kurang memiliki pengetahuan akan perawatan
kehamilannya, baik dari segi nutrisi, aktifitas, personal higiene, kontrol
kehamilan pada tenaga kesehatan, faktor-faktor risiko kehamilan, serta
tindakan pertama yang dilakukan sehubungan dengan tanda-tanda bahaya
kehamilan maupun persalinan. Semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru diperkenalkan.
3. Pekerjaan Ibu
Distribusi kasus KPD terhadap pekerjaan mendapatkan mayoritas
pekerjaan ibu ialah ibu rumah tangga (IRT). Hasil ini selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lowing et all yang menyatakan bahwa
kasus KPD terbanyak pada ibu hamil dengan pekerjaan sebagai IRT yaitu
48 kasus (1,26%). Pada dasarnya, aktivitas ibu bersalin yang bekerja dan
tidak bekerja tidak akan memengaruhi kesehatan selama ibu masih dapat
mengontrol istirahat dan mengetahui batasan-batasan bekerja. Penyebab
KPD ialah multifaktor dan biasanya dikaitkan dengan peningkatan stres
fisik yang menyebabkan membran ketuban menjadi lemah.
4. Paritas Ibu
Distribusi kasus KPD terhadap jumlah paritas mendapatkan bahwa
kejadian KPD lebih banyak terjadi pada ibu dengan multipara. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumadi dan Ariyani yang
menyatakan bahwa KPD banyak terjadi pada multipara. Hal tersebut juga
didukung oleh penelitian Nazilla di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode
2013-2015 yang menyatakan bahwa kejadian KPD lebih sering terjadi
pada ibu multipara. Kejadian KPD banyak didapatkan pada multiparitas
karena kehamilan yang terlalu sering dapat memengaruhi embriogenesis
sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan mudah
pecah sebelum waktunya, serta semakin mudah terjadi infeksi amnion
karena rusaknya struktur serviks pada persalinan sebelumnya.
5. Infeksi
Adapun faktor lain yang berpengaruh terhadap KPD yaitu infeksi, hal
tersebut dibuktikan dengan penelitian dari artikel yang berjudul “Lower
genital tract infections in preterm premature rupture of membranes and
preterm labor: A case-control study from Vietnam” terdapat faktor
penyebab terhadap kejadian KPD yaitu karena adanya vaginosis bakterial
sebanyak 64,6% (Nguyen et al., 2021).
6. CPD
Cephalo pelvic disproportion (CPD) juga merupakan faktor penyebab
terjadinya KPD, dibuktikan dengan penelitian dari artikel yang berjudul
Pada artikel penelitian dengan judul “Faktor Internal Kejadian Ketuban
Pecah Dini di Kabupaten Kulonprogo” faktor penyebab yang paling
dominan terhadap kejadian KPD pada artikel penelitian ini yaitu
Disorposi Kepala Panggul (DKP) atau Cepalo Pelvic Disproportion
(CPD), ibu dengan DKP mempunyai resiko paling banyak yaitu 2.99 kali
untuk mengalami KPD (Barokah & Agustina, 2021).
7. Jarak
Selain itu, jarak kehamilan juga merupakan faktor yang berpengaruh pada
kejadian KPD, dibuktikan dengan penelitian dari artikel berjudul Pada
artikel penelitian dengan judul “Hubungan antara Jarak Kehamilan
dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin” didapatkan
faktor penyebab paling banyak terhadap kejadian KPD yaitu mayoritas
ibu bersalin dengan jarak kehamilan
8. Oligohidramnion
Terdapat pula faktor yang tidak terbukti menjadi penyebab KPD yaitu
oligohidramnion, berdasarkan artikel yang berjudul“Oligohydramnios in
women with preterm prelabor rupture of membranes and adverse
pregnancy and neonatal outcomes” yang dilakukan pada 74 wanita
dengan kehamilan tunggal yang mempunyai komplikasi PPROM dengan
usia kehamilan antara 24 dan 36 minggu , wanita dengan oligohidramnion
tidak memiliki kadar IL-6 cairan ketuban yang berbeda. Hasilnya tidak
ada hubungan antara oligohidramnion dan morbiditas neonatus yang
ditemukan. Korelasi antara indeks cairan ketuban dan interval dari
pecahnya ketuban hingga amniosentesis diamati (rho = 20,34; p = 0,003).
Adanya oligohidramnion tidak berhubungan dengan kejadian PPROM
tetapi harus dipastikan mendapat penanganan yang tepat agar tidak terjadi
komplikasi lain (Kacerovsky et al., 2014).
9. Penyakit Penyerta
Faktor lain yang memengaruhi kejadian KPD adalah faktor penyakit
penyerta dimana didapatkan hasil ada pengaruh penyakit terhadap
kejadian KPD. Hal ini menunjukkan faktor penyakit penyerta
memengaruhi kejadian KPD sebesar 0.28 kali. Hal ini bisa diartikan juga
terdapat penyakit penyerta yang lain yang dapat memengaruhi kejadian
KPD. Jika dilihat dari proporsi ada dan tidak ada penyakit penyerta
didapatkan hasil 20.5% : 79.5%. Jenis penyakit penyerta dari 20.5%
adalah preeklamsia berat dan hipertensi. Keadaan yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan janin dalam kandungan juga dapat
meningkatkan risiko kelahiran dengan ketuban pecah dini.
Preeklampsia/eklampsia pada ibu hamil mempunyai pengaruh langsung
terhadap kualitas dan keadaan janin karena terjadi penurunan darah ke
plasenta yang mengakibatkan janin kekurangan nutrisi.

Kelebihan dan Kekurangan


Jurnal Kelebihan Kelemahan
1 Meriview dari beberapa jurnal Pembahasan kurang dijelaskan secara
detail
2 Sampel yang digunakan cukup, Tidak menyebutkan waktu penelitian
dan sudah menampilkan hasil
dari penelitian sebelumnya
3 Pembahasan sudah cukup baik Belum secara detail menampilkan hasil
dari penelitian sebelumnya
4 Pembahasan sudah cukup baik Belum banyak menampilkan hasil
penelitian sebelumnya
5 Pembahasan sudah dijelaskan Tidak menampilkan hasil dari penelitian
secara baik penelitian sebelumnya
Kelebihan dan Kekurangan

No Jurnal Metode Penelitian Kelebihan Kelemahan

1 Scoping Review: Faktor Penelitian ini dilakukan dengan metode Meriview dari beberapa Pembahasan kurang
Penyebab Ketuban Pecah scoping review menggunakan media jurnal dijelaskan secara detail
Dini pada Persalinan elektronik Pubmed, Google Scholar,
Scopus, Springer Link databased, terbatas
pada publikasi 10 tahun terakhir yaitu
tahun 2011- 2021. Digunakan 28 artikel
yang membahas tentang faktor penyebab
ketuban pecah dini pada ibu bersalin.

2 Determinan Kejadian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Sampel yang digunakan Tidak menyebutkan waktu
Ketuban Pecah Dini (KPD) deskriptif dan analitik, menggunakan cukup, dan sudah penelitian
Di Ruang Cempaka RSUD rancangan cohort retroprospective melalui menampilkan hasil dari
DR Doris Sylvanus pendekatan kuantitatif , sampel 166 ibu penelitian sebelumnya
Palangkaraya post partum yang dirawat. Analisa data
kuantitatif dilakukan melalui dua tahapan
yaitu analisis univariat untuk melihat
karakteristik reponden, bivariat dengan
menggunakan uji 𝑥 2 (𝐶ℎ𝑖 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒) dan
OR

3 Faktor Internal Kejadian Populasi yang digunakan ibu yang Pembahasan sudah cukup Belum secara detail
Ketuban Pecah Dini di melahirkan dengan KPD tahun 2017 di baik menampilkan hasil dari
Kabupaten Kulonprogo RSUD Wates. Pengambilan sampel secara penelitian sebelumnya
fixed disease sampling dengan
perbandingan kontrol (ibu melahirkan
tanpa KPD) dan kasus (ibu melahirkan
dengan KPD). Sampel yang digunakan
yaitu 224 kontrol dan 112 kasus. Desain
penelitian menggunakan survey analitik
dengan pendekatan retrospektif.

4 Faktor-Faktor Yang Penelitian dengan pendekatan kuantitatif Pembahasan sudah cukup Belum banyak menampilkan
Mempengaruhi Kejadian dengan rancangan penelitian case control. baik hasil penelitian sebelumnya
Ketuban Pecah Dini (KPD) Jumlah populasi untuk kelompok kasus 74
Pada Ibu Bersalin Di RS. ibu bersalin dengan KPD dan 74 kelompok
Betha Medika kontrol. Analisis statistik menggunakan
analisis univariat dan analisis bivariat.
Variabel independen adalah umur, paritas,
status pekerjaan dan kehamilan ganda.
Sedangkan variabel dependen adalah
ketuban pecah dini.

5 Gambaran Kejadian Jenis penelitian ialah deskriptif Pembahasan sudah dijelaskan Tidak menampilkan hasil dari
Ketuban Pecah Dini (KPD) retrospektif. Sampelpenelitian ini ialah ibu secara baik penelitian penelitian
di RSUP Prof. Dr. R.D. bersalin yang mengalami KPD pada usia sebelumnya
Kandou Manado Tahun kehamilan ≥37 minggu dan < 7 minggu di
2018 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode 1 Januari -31 Desember 2018.
F. Daftar Pustaka

Alfitri NA, Bakhtiar R, Fransiska N. 2021. Hubungan Umur Kehamilan, Jenis


Persalinan dan Ketuban Pecah Dini Dengan Derajat Asfixia Neonatorum Di
RSUD Abdul Wahab Sjahrie Samarinda Periode 2019-2020. J. Ked
Mulawarman, Volume 8 Nomor 1, Juni 2021.
Barokah L, Agustina SA. 2021. Faktor Internal Kejadian Ketuban Pecah Dini di
kabupaten Kulonprogo. Jurnal Kesehatan , volume 4 nomor 2, hlm 108-
115,April 2021, e ISSN 2614-5375.
Fitriyani, Lubis Y, Yuniarti. 2019. Faktor determinan Pada Ketuban Pecah Dini.
Jurnal Media Kesehatan, volume 11 nomor 1, Juni 2018, hlm 054-101..
Legawati, Riyati. 2018. Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di
Ruang Cempaka RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Jurnal Surya
Medika, volume 9 nomor 4, Januari 2020.
Raydan AU, Rodiani. 2020. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini di RSUD Abdul Moeloek Periode Maretr Agustus 2017. Medula,
volume 9 nomor 18, Juli 2019.
Salindri Y. 2020. Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dan Kejadian Persalinan
Prematur di RS Bersalin Permata Hati Kota Metro. Jurnal Kesehatan
“Akbid Wira Buana”, volume 8 nomor 4, September 2020.
Setiani P, Herawati, Sutriyati. 2019. Hubungan Kelaianan Letak Janin,
Preeklampsia dan Ketuban Pecah Dini dengan Persalinan Sectio Caesarea.
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, volume 9 nomor 18, Juli 2019.
Susilowati E, Surani E, Estina RA. 2021. Scoping Review : Faktor Penyebab
Ketuban Pecah Dini Pada Persalinan. Universitas Islam Sultan Agung
Semarang.
Syarwani TI, Tendean HM, Wantania JE. 2020. Gambaran Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun 2018.
Medical Scope Journal (MSJ), volume 1 nomor 2, hlm 24-29, e ISSN 2715-
3321.
Zamilah R, Aisyiah N, Waluyo A. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada Ibu Bersalin di RS Betha
Medika. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan , Volume 10 No.2, Desember
2020, e ISSN 2622-948x, p ISSN 1693-6868.

Anda mungkin juga menyukai