Anda di halaman 1dari 39

MINI REVIEW

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUBAN


PECAH DINI (KPD)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase 9 Praktik Klinik Profesi Bidan

Disusun oleh :

Euis Nurmawar
NIM.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROFESI KEBIDANAN
2023
MINI REVIEW : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
Euis Nurmawar

ABSTRAK
Latar Belakang : Menurut World health organization (WHO) angka kejadian
KPD didunia pada tahun 2013 sebanyak 50-60 % AKI didunia yaitu 289.000
jiwa,Amerika Serikat yaitu 9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia
Tenggara 16.000 jiwa. Berdasarkan data di Indonesia sebanyak 65%, terjadinya
ketuban pecah dini terjadi pada tahun 2020 angka kejadian ketuban pecah dini di
jawa barat sebanyak 230 kasus dari 4834 (4,75%) kebanyakan kasus kematian
ibu itu disebabkan pada saat persalinan juga masa nifas.Sedangkan data dinas
kesehatan jawa barat angka kejadian KPD tahun 2017 yakni sebanyak 230 kasus
dari angka persalinan 4834 (4,75%). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm
(fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode
penelusuran artikel jurnal/ literature review dengan menggunakan kata kunci
sesuai topik. Pencarian studi yang digunakan menggunakan database NCBI,
PubMEd, Google Schoolar 2020-2021.
Hasil : Berdasarkan beberapa artikel dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor
yang menyebabkan Ketuban Pecah Dini yaitu umur < 20 tahun dan > 35 tahun,
paritas, anemia, kelainan letak janin, Pekerjaan dan terpapar asap rokok.
Kata Kunci : Faktor-faktor yang mempengaruhi, Ketuban Pecah Dini
ABSTRACT

Background : According to the World Health Organization (WHO), the incidence


of PROM in the world in 2013 was 50-60% of MMR in the world, namely
289,000, the United States was 9,300, North Africa was 179,000, and Southeast
Asia was 16,000. Based on data in Indonesia as much as 65%, the occurrence of
premature rupture of membranes occurred in 2020 the incidence of premature
rupture of membranes in West Java was 230 cases out of 4834 (4.75%) most cases
of maternal death were caused during childbirth and the puerperium. Meanwhile,
West Java Health Service data on the incidence of premature rupture of
membranes in 2017 were reported as many as 230 cases out of a birth rate of
4834 (4.75%). Premature rupture of membranes (PROM) is the rupture of the
membranes before the time for delivery/before labor, at an opening <4 cm (latent
phase). This can occur late in pregnancy or long before delivery. Preterm PROM
is PROM before 37 weeks of gestation. Prolonged PROM is a KPD that occurs
more than 12 hours before the time to give birth.
Method: The method used in this study is the method of searching journal
articles/literature reviews by using keywords according to the topic. The study
search used used the NCBI database, PubMEd, Google Schoolar 2020-2021.
Result : Based on several articles, it can be said that the factors that cause
premature rupture of membranes are age < 20 years and > 35 years, parity,
anemia, fetal position, occupation and exposure to cigarette smoke
Keywords:Factors that influence, premature rupture of membranes
A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari terdapat 830
ibu di dunia meninggal akibat penyakit atau komplikasi selama kehamilan
dan persalinan. di Indonesia kematian ibu disebabkan akibat perdarahan
1.280 kasus (50,14%), hipertensi 1.066 kasus (41,75%) dan juga infeksi 207
kasus (8,11%) (Kemenkes RI. 2019).
Salah satu penyumbang AKI adalah kejadian infeksi dimana
kejadian infeksi ini disebabkan oleh ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini merupakan
masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran
premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
pada ibu (Ayuningtias,2020)
Menurut World health organization (WHO) angka kejadian KPD
didunia pada tahun 2013 sebanyak 50-60 % AKI didunia yaitu 289.000
jiwa,Amerika Serikat yaitu 9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia
Tenggara 16.000 jiwa( WHO, 2014 dalam Aryunita,2020).
Berdasarkan data di Indonesia sebanyak 65%, terjadinya ketuban
pecah dini terjadi pada tahun 2020 angka kejadian ketuban pecah dini di
jawa barat sebanyak 230 kasus dari 4834 (4,75%) kebanyakan kasus
kematian ibu itu disebabkan pada saat persalinan juga masa nifas
(Dhinda,dkk,2021). Sedangkan data dinas kesehatan jawa barat angka
kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2017 di laporkan yakni sebanyak
230 kasus dari angka persalinan 4834 (4,75%) (Dhinda,dkk,2021).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten).
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan (Zamilah,dkk,2020).
Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas,
maka usaha preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
infeksi. Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD
yaitu fisiologi selaput amnion, inkompetensi serviks, infeksi
vagina/serviks,kehamilan ganda, polihidramnion, trauma, distensi uteri,
stress maternal, stress fetal, infeksi, serviks yang pendek, serta prosedur
medis (Zamilah,dkk,2020).
Peran bidan dalam penanganan Ketuban Pecah Dini yaitu dengan
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin secara tepat, tepat dan
komprehensif. Dengan harapan setelah dilakukannya asuhan kebidanan
yang cepat dan tepat maka kasus ibu bersalin dengan KPD dapat di tangani
dengan baik, sehingga angka kematian ibu di Indonesia dapat di kurang.
B. TINJAUAN LITERATUR
1. Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini (Premature Rupture of Membrane) adalah
robeknya membran fetus sebelum terjadinya proses persalinan setelah
≥37 minggu kehamilan (Indang.W.O,2020).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah robeknya selaput khorioamnion
dalam kehamilan atau fase laten persalinan, ketuban pecah dini
merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai
akibatnya. Ketuban pecah dini adalah keadaan dimana melemahnya
dinding membran janin atau rupturnya membran amnion dan kohorion
kemudian ketuban pecah dan 1 jam kemudian tidak terdapat tanda-tanda
awal persalinan yakni bila pembukaan pada primigravida kurang dari 3
cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm, ketuban pecah dini dapat
terjadi pada kehamilan 37 minggu(Ali,dkk,2021).
Faktor penyebab KPD diantaranya primi/ multi/ grandemulti,
overdistensi (hidroamnion, kehamilan ganda), disproporsio sefalopelvis,
kelainan letak (lintang dan sungsang), umur, paritas, anemia dan
terpapar asap rokok. KPD memerlukan pengawasan ketat dan kerjasama
antara keluarga dan perawat karena dapat menimbulkan infeksi intra
uteri sehingga dapat mengancam keselamatan ibu dan janin
(Andriyani,dkk,2021). Ketuban Pecah Dini juga dapat disebabkan oleh
kelelahan dalam bekerja. Bekerja pada umumnya membutuhkan waktu
dan tenaga yang banyak serta aktivitas yang berlebihan yang dapat
mempengaruhi kehamilan seseorang. Faktor risiko untuk terjadinya
ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam askorbik sebagai
komponen kolagen, kekurangan tembaga dan asam askorbik yang
berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain adalah asap
rokok. Wanita yang terpapar asap rokok cenderung lebih sering
mengalami gangguan pada kehamilannya karena kandungan zat kimia
pada perokok pasif lebih tinggi dibandingkan perokok aktif
(Andriyani,dkk,2021).
Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur
kehamilan dan tanda infeksi intrauterine. Pada umumnya lebih baik
untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini ke rumah
sakit dan melahirkan bayi yang usia gestasinya >37 minggu dalam 24
jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi
intrauterine (Zamilah,dkk,2020).
C. TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode
penelusuran artikel jurnal / literature review dengan menggunakan kata
kunci sesuai topik. Pencarian studi yang digunakan menggunakan system
search engine NCBI, dan Goggle Schoolar 2020-2021.
D. PEMBAHASAN PENELITIAN
JURNAL 1
Judul Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Terjadinya Ketuban
Pecah Dini (KPD) Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Journal Of Health, Nursing, And Midwifery Sciences


Adpertisi

Volume Volume 2 Nomor 1

Tahun 2021
Penulis Andriyani , Lisnawati , Fajar Kurniawan , Anoluthfa , Wa
Ode Sri Kamba Wuna

Latar Menurut World Health Orgnization (WHO) bahwa setiap


Belakang tahunnya wanita yang melahirkan meninggal dunia
mencapai lebih dari 500.000 orang. Sebagian besar
kematian ibu terjadi di negara berkembang karena kurang
mendapat akses pelayanan kesehatan, kekurangan fasilitas,
terlambatnya pertolongan, persalinan, disertai keadaan
sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih
tergolong rendah (Kurniawan et al., 2020).
Ketuban pecah dini (KPD) dapat meningkatkan angka
kejadian mordibilitas dan mortalitas pada ibu dan janin.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda-tanda atau mulainya persalinan.
Pecahnya ketuban dapat terjadi kapan saja pada masa
kehamilan, baik usia kehamilan prematur, aterm maupun
postterm(Reni and Sunarsih, 2017).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi
tenggara penderita KPD pada ibu bersalin mengalami
peningkatan pada tahun 2016 sebanyak 125 kasus dan pada
tahun 2017 sebanyak 136 kasus serta tahun 2018 sebanyak
142 kasus. Sedangkan berdasarkan dinas kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Kendari penderita KPD pada ibu bersalin
pada tahun 2016 sebanyak 56 kasus meningkat sebanyak 67
kasus di tahun 2017 dan pada tahun 2018 menurun
sebanyak 52 kasus. Berdasarkan survei data awal yang di
laksanakan di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara ibu bersalin dengan KPD tahun 2016 berjumlah
16 (13,22%) orang dari 121 ibu bersalin dan di tahun 2017
berjumlah 16 (11,28%) dari 142 orang ibu bersalin serta di
tahun 2018 berjumlah 15 (11,53%) orang dari 130 ibu
bersalin, untuk
tahun 2019 periode januari sampai April berjumlah 8
(17.39%) kasus KPD dari 46 Kunjungan Ibu Bersalin yang
tercatat di buku register RSUD Kota Kendari.

Metode P Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang


Enelitian dilakukan secara cross sectional Penelitian ini dilakukan di
RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei tahun
2019. Populasi penelitian adalah semua ibu bersalin yang
tercatat di RSUD Kota Kendari tahun 2019 periode januari
sampai April. Sampel penelitian adalah semua ibu bersalin
di RSUD Kota Kendari pada tahun 2019 periode Januari
sampai April berjumlah 46 orang twhnik pengmbilan
sampel menggunakan total sampling.

Pembahasan - Hasil penelitian di diketahui umur ibu < 20 tahun


berjumlah 15 orang (32.61%) umur 20- 35 tahun
berjumlah 26 orang atau (52.17%) dan umur ibu >35
tahun berjumlah 7 orang (15.22%). Umur X2Tabel
3.841, dengan Nilai P Value Likelihood Ratio 0.000<
α. yang memiliki amakana adanya hubungan yang
signifikan antara variable dependen dan independen.
- Hasil penelitian ini diketahui ibu dengan tingkat
Pekerjaan PNS/ Swasta berjumlah 9 orang (19.57%)
Wiraswasta berjumlah 17 orang atau (36.96%) dan IRT
berjumlah 20 orang (43.48%) dan Pekerjaan
Wiraswasta merupakan terbanyak yang mengalami
Partus dengan Ketuban Pecah Dini yaitu 7 Orang
(15.22%) dan Pekerjaan IRT terbanyak yang tidak
mengalami partus dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
yaitu 20 orang (43.48%). Artinya ada hubungannya
dengan tingkat pekerjaan. Pola pekerjaan ibu hamil
berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik
pada saat hamil
yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi 3 jam
perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam
bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion
sehingga terjadi ketuban pecah dini.

JURNAL 2
Judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Ketuban
Pecah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Buranga
Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Jurnal Jurnal antara Kesehatan

Volume Volume 4 Nomor 4

Tahun 2020

Penulis Wa Ode Indang

Latar Berdasarkan hasil studi dari American College of


Belakang Obstetricians and Gynecologists tahun 2016 ketuban pecah
dini terjadi sebesar 8% dari seluruh kehamilan dan
merupakan faktor utama yang menyebabkan mortilitas dan
morbiditas perinatal (Abrar dkk., 2015). World Health
Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi
210 juta kehamilan di seluruh dunia. Dari jumlah ini 20 juta
perempuan mengalami permasalahan dalam kehamilannya,
sekitar 8 juta mengalami komplikasi yang mengancam jiwa
dan lebih dari 50% terjadi di negara-negara Asia Selatan
dan Tenggara, Indonesia (BKKBN, 2012).
Dari data di atas di sebutkan bahwa kematian ibu di
sebabkan karena komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas misalnya infeksi, eklamsia, perdarahan, emboli air
ketuban, dan lain-lain. Infeksi yang banyak dialami
oleh ibu
merupakan akibat dari adanya komplikasi atau penyulit
kehamilan seperti febris (24%),infeksi saluran kemih (31%)
dan Ketuban pecah dini (45%) (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan profil dinas Kesehatan Provinsi sulawesi
tenggara tahun 2017, penyebab kematian ibu terbesar di
provinsi Sulawesi Tenggara adalah penyebab lainlain (
retensio urine, asma, febris, post sc, sesak nafas,
dekompensasi cordis, plasenta previa, komplikasi TBC,
gondok beracun, TBC) 40 %, Hipertensi dalam kehamilan
29 %, perdarahan 15%, gangguan sistem peredaran darah
11%, infeksi 4 % dan gangguan metabolisme 1 %.

Metode P Penelitian dilaksanakan dari Bulan September S/D


enelitian November 2020. Lokasi di wilayah kerja Puskesmas
buranga Kabupaten Buton Utara. Penelitian ini
menggunakan desain Cross Sectional Study. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik wawancara dengan
menggunakan kuisioner. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu hamil yang terdiagnosa KPD di wilayah kerja
Puskesmas buranga Kabupaten Buton Utara. Jumlah
sampel 43 orang dengan teknik Purposive sampling yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu ibu yang bersedia menjadi
responden dan ibu yang terdiagnosa KPD sedangkan
kriteria esklusinya ibu KPD yang mengalami infeksi dan
mengalami trauma/kecelakaan yang mengakibatkan
ketubanpecahdini. Analisis data uji statistik diolah dengan
menggunakan SPSS For Windows version.

Pembahasan - Pada usia ibu bersalin didapatkan bahwa Hasil analisis


statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh hasil
nilai Pvalue = 0.002 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak
dan Ha diterima, berarti ada Hubungan antara usia
terhadap kejadian KPD di puskesmas Buranga
Kabupaten Buton
Utara Tahun 2020. Usia reproduksi normal pada umur
20- 35 tahun, karena pada usia tersebut organ
reproduksi sudah berfungsi secara optimal.
- Pada Paritas bersadarkan penelitian yang di lakukan
terhadap 43 responden, didapatkan hasil analisis
statistik menggunakan uji Chisquare diperoleh hasil
nilai Pvalue
= 0.076 (0,000 > 0,05), maka Ha ditolak dan H0
diterima, berarti tidak ada Hubungan antara paritas
terhadap kejadian KPD di puskesmas Buranga
Kabupaten Buton Utara Tahun 2020. Manuaba
menyatakan bahwa paritas (multi/grande multipara)
merupakan faktor penyebab umum terjadinya ketuban
pecah dini
- Riwayat KPD terhadap 43 responden, didapatkan
Bersadarkan penelitian yang di lakukan terhadap 43
responden, didapatkan hasil Hasil analisis statistik
menggunakan uji Chi-square diperoleh hasil nilai
Pvalue
= 0.000 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha
diterima, berarti ada Hubungan antara riwayat KPD
terhadap kejadian KPD puskesmas Buranga Kabupaten
Buton Utara Tahun 2020.

JURNAL 3
Judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Komplikasi
Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Rsud Dr Mm Dunda
Limboto
Jurnal Jurnal Health Sains: p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-
1398
Volume Vol. 2, No. 3

Tahun 2021

Penulis Rizky Nikmathul Ali, Fidyawati Aprianti A. Hiola dan


Veni Tomayahu
Latar Ketuban pecah dini (KPD) adalah robeknya selaput
Belakang khorioamnion dalam kehamilan atau fase laten persalinan,
ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar
persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Ketuban
pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan
dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi
yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang
kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang
dari 34 minggu sangat kompleks, bertujuan untuk
menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan
RDS (Respiration Dystress Syndrome) (Demiarti & Utami,
2017). Komplikasi ketuban pecah dini yang paling sering
terjadi pada ibu bersalin yaitu infeksi dalam persalinan,
infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan postpartum,
meningkatkan kasus bedah sesar, serta meningkatkan
mordibitas dan mortilitas maternal. Penyebab terjadinya
ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti,
kemungkinan faktor predisposisi seperti infeksi, kelainan
letak janin, gemeli, hidramnion dan anemialah yang
menjadi faktor utama dalam kejadian ketuban pecah dini
(Huda et al., 2013).
Menurut data dari World Health Organization (WHO)
tahun 2014 kejadian ketuban pecah dini atau insiden
PROM (prelobour rupture of memberane) berkisar antara 5-
10% dari semua kelahiran. KPD preteterm 1% dari semua
kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan
aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab
kelahiran premature. Menurut WHO angka kejadian
ketuban pecah dini di dunia mencapai 12,3 % dari total
persalinan, semuanya tersebar di Negara berkembang di
Asia Tenggara seperti Malaysia, Myanmar, Thailand
dan Indonesia.
Menurut Dinas Kesehatan RI penyebab AKI dan AKB yaitu
perdarahan, infeksi hipertensi, dan abortus. Infeksi dan
perdarahan merupakan komplikasi dari ketuban pecah dini.
Di Indonesia ketuban pecah dini berkisar 4,4-7,6% dari
seluruh kehamilan. Angka kejadian ketuban pecah dini
berkisar antara 3-18% yang terjadi pada kehamilan preterm,
sedangkan pada kehamilan aterm 8-10% (Riskesdas, 2016).
Data dari Dinas Kesehatan kabupaten Gorontalo jumlah ibu
hamil 1 tahun terkahir sebanyak 7665 ibu, sedangkan
persalinan dengan indikasi ketuban pecah dini dari bulan
Januari sampai dengan Desember pada tahun 2019
sebanyak
7.381 ketuban pecah dini (Dikes, Kabupaten Gorontalo,
2019).
Metode P Desain penelitian yang digunakan survei analitik dengan
Enelitian menggunakan pendekatan retrospektif. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September 2020 di RSUD MM
Dunda Limboto. Peneliti mengambil lokasi ini karena data
KPD terbanyak ada di RSUD MM Dunda Limboto.

Pembahasan Menurut (Rosmiarti, 2016) pola pekerjaan ibu hamil


berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada
saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja
melebihi 3 jam perhari dapat berakibat kelelahan.
Kelelahan dalam bekerja akan menyebabkan korion amnion
melemah sehingga dapat terjadi ketuban pecah dini.
Diketahui nilai chi square hitung >chi square tabel (4.071 >
3.841) atau p=0.044< chi square tabel (0.105 < 3.841)
atau p=0.746>0.05, maka H0 diterima, jadi dapat
simpulkan bahwa tidak ada hubungan kelainan letak janin
dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) dan OR: 0.810 artinya
ibu dengan kelainan letak janin tidak beresiko untuk
mengalami ketuban pecah dini. Diketahui nilai chi square
hitung < chi
square tabel (1.179 > 3.841) atau p=0.555>0.05, maka H0
diterima, jadi dapat simpulkan bahwa tidak ada hubungan
BB janin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) dan OR:
0.824 artinya ibu dengan BB janin tidak beresiko untuk
mengalami ketuban pecah dini. Diketahui nilai chi square
hitung < chi square tabel (0.128 < 3.841) atau
p=0.721>0.05, maka H0 diterima, jadi dapat simpulkan
bahwa tidak ada hubungan gemeli dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD) dan OR: 1.000 artinya ibu dengan gemeli tidak
beresiko untuk mengalami ketuban pecah dini.

JURNAL 4
Judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin Di RS. Betha Medika

Jurnal Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2622-948X

Volume Vol. 10, No. 2

Tahun 2020

Penulis Ratna Zamilah, Nani Aisyiyah, Ari Waluyo

Latar Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian


Belakang seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari
sesudah berakhir kehamilan, tidak bergantung pada tempat
atau usia kehamilan. Kematian ibu dibagi menjadi kematian
langsung dan tidak langsung, kematian ibu langsung adalah
sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa
nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat
dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung
merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau
penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh
terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS
dan penyakit kardiovaskuler. Sedangkan penyebab kematian
bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran, infeksi,
prematuritas, kelainan bawaan, dll. (Prawirohardjo 2010).
World Health Organization (WHO) memperkirakan angka
kematian ibu sebesar 500.000 jiwa dan angka kematian
bayi sebesar 10 juta jiwa per tahun Kejadian kematian ibu
dan bayi sebagian besar terdapat di negara berkembang
yaitu sebesar 98%-99% dimana kematian ibu dan bayi di
negara berkembang 100% lebih tinggi dibandingkan
dengan negara maju. Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih tinggi, bahkan jumlah perempuan
Indonesia yang meninggal saat melahirkan mencapai rekor
tertinggi di Asia. (www.aki dan akb.com diakses pada
tanggal 23-03- 2017).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Sukabumi pada tahun 2016 AKI 54/100.000
kelahiran hidup disebabkan oleh 40,75% karena
eklamsi/Pre Eklamsi Berat (PEB)/Hipertensi Dalam
Kehamilan (HDK), 33,4% karena perdarahan, 7,5% karena
penyakit jantung, 5,5% karena sepsis, 3,71% karena
penyakit TB paru,dan 9,14% karena penyebab lain. Data
Rekam Medis yang didapatkan pada tahun 2016 di RS.
Betha Medika menunjukkan jumlah persalinan dengan
ketuban pecah dini (KPD) yaitu sebanyak 13,28% kasus
dari 557 persalinan, sedangkan pada tahun 2017 dari bulan
Januari-Februari yaitu sebanyak 16,5% kasus dari 115
persalinan. (Rekam Medis RSBM tahun 2016 dan 2017).
Metode P Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan
Enelitian dengan desain studi case control dengan pendekatan
retrospektif. Desain studi case control, Penelitian ini
dilaksanakan di RS. Betha Medika Sukabumi pada bulan
Januari-April 2017.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
rekam medis berupa status pasien ibu bersalin di RS. Betha
Medika tahun 2016, dengan menggunakan checklist.
Populasi adalah seluruh ibu bersalin di RS. Betha Medika
Sukabumi pada tahun 2016 dengan jumlah 557 persalinan.
Sampel yaitu sebagian Ibu Bersalin dengan kasus KPD.
Berdasarkan case dan control. Case yaitu 74 (KPD) dan 74
kontrol non KPD. Dengan teknik randam sampling. Analisa
data univariate dan bivariate dan Odds Rationya uji Chi
Square

Pembahasan Berdasarkan penelitian tentang “ Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada
Ibu Bersalin di RS.Betha Medika Sukabumi Tahun 2016”
yaitu
1. Sebagian besar kelompok umur ibu bersalin sebanyak
68,9% sedangkan kelompok umur ibu bersalin yang
tidak berisiko yaitu sebanyak 31,1%. Ibu yang berumur
berisiko mempunyai persentase mengalami kejadian
KPD lebih tinggi yaitu 81,1% dibandingkan ibu yang
berumur tidak berisiko hanya sebesar 18,9%. Hasil uji
statistik diperoleh p value = 0,003 artinya secara
statistik ada pengaruh yang signifikan antara umur ibu
dengan kejadian KPD. Hasil analisis diperoleh OR= 3,3
artinya ibu yang berumur berisiko mempunyai resiko
mengalami KPD sebesar 3,3 kali lebih tinggi
dibandingkan ibu yang berumur tidak berisiko.
2. Sebagian besar kelompok jumlah paritas multipara dan
grandemultipara yang mengalami kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) yaitu sebanyak 66,2% sedangkan
kelompok jumlah paritas pada ibu bersalin primipara
yaitu sebanyak 33,8%. Ibu dengan multipara dan
grandemultipara mempunyai persentase mengalami
kejadian KPD lebih tinggi yaitu 79,7% dibandingkan
ibu
dengan primipara hanya sebesar 33,8%. Hasil uji
statistik diperoleh p value = 0,001 artinya secara
statistik ada pengaruh yang signifikan antara paritas
dengan kejadian KPD. Hasil analisis diperoleh OR= 3,5
artinya ibu dengan paritas multipara dan
grandemultipara mempunyai resiko mengalami KPD
sebesar 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan ibu dengan
paritas primipara.
3. Sebagian besar kelompok status pekerjaan pada ibu
bersalin yang bekerja yaitu sebanyak 60,8% sedangkan
kelompok status pekerjaan pada ibu bersalin yang tidak
bekerja yaitu sebanyak 39,2%. Ibu yang bekerja
mempunyai persentase mengalami kejadian KPD lebih
tinggi yaitu 60,8% dibandingkan ibu yang tidak bekerja
hanya sebesar 39,2%. Hasil uji statistik diperoleh p
value
= 0,004 artinya secara statistic ada pengaruh yang
signifikan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian
KPD. Hasil analisis diperoleh OR= 2,8 artinya ibu yang
bekerja mempunyai resiko mengalami KPD sebesar 2,8
kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak
bekerja.
4. Sebagian besar kelompok kehamilan ganda pada ibu
bersalin tidak gemelli yaitu sebanyak 95,3% sedangkan
kelompok kehamilan ganda pada ibu bersalin gemelli
yaitu sebanyak 4,7%. Ibu yang tidak gemelli
mempunyai persentase mengalami kejadian KPD lebih
tinggi yaitu 94,6% dibandingkan ibu yang gemelli
hanya sebesar 5,4%. Hasil uji statistik diperoleh p value
= 1,0 artinya secara statistik tidak ada pengaruh yang
signifikan antara kehamilan ganda dengan kejadian
KPD.
JURNAL 5
Judul Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini
Pada Ibu Bersalin Di Rumah Bersalin Novida Efrianti Str,
Keb

Jurnal E.ISSN.2614-6061 P.ISSN.2527-4295

Volume Vol.8 No.4

Tahun 2020

Penulis Aryunita

Latar Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban


Belakang sebelum dimulainya tanda – tanda persalinan, yang ditandai
dengan pembukaan serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm
pada multipara . Menurut World health organization
(WHO) angkakejadian KPD didunia pada tahun 2013
sebanyak 50- 60 % AKI di dunia yaitu 289.000 jiwa,
Amerika Serikat yaitu 9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000
jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. kejadian KPD di
Indonesia padatahun 2013 sebanyak 35 %.
Sumber Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan Peningkatan Angka Ibu ( AKI) yang
signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup.Angka Kematian Ibu (AKI) kembali
menunjukkan penurunan menjadi 30 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI 2015).
Berdasarkan hasil survei Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi,dilakukan oleh dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara tahun 2015 menyebutkan bahwa Angka
Kematian Ibu Sumatera Utara sebesar 268 per kelahiran
hidup.berdasarkan etmisi Angka Kematian Ibu tidak
mengalami penurunan sampai tahun 2017.
Metode P Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif,
Enelitian dilakukan dengan cara survey dengan tujuan untuk
mengetahui ketuban pecah dini. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu bersalin yang di rumah bersalin
Novida efrianti Str,Keb Jalan Lintas Timur kecamatan
Panyabungan kabupaten Mandailing natal sejumlah 28
orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling. Jadi sampel penelitian ini berjumlah 28
orang
Pembahasan Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden pada kategori beresiko yaitu paritas primipara
dan grandemultipara sebanyak 19 orang (67,85 %). Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
paritas primipara dan grandemultipara merupakan salah
satu faktor terjadinya ketuban pecah dini.
Pada variabel status pekerjaan ibu ini, di ketegorikan
sebagai berisiko dan tidak beresiko. Status pekerjaan ibu
yang beresiko untuk terjadi ketuban pecah dini adalah ibu
yang selama kehamilannnya bekerja di luar rumah seperti
PNS, Karyawan swasta, buruh pabrik selain sebagai ibu
rumah tangga, sedangkan status pekerjaan ibu yang tidak
beresiko adalah ibu yang selama kehamilan tidak bekerja
diluar rumah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
proporsi status pekerjaan ibu yang beresiko selama
kehamilan pada kelompok kasus sebanyak 15 orang ( 53,57
% ) dan pada yang tidak beresiko ( selama kehamilannya
ibu tidak bekerja di luar rumah ) pada kelompok kasus
sebanyak 13 orang ( 46,42 % ).
JURNAL 6
Judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Islam Banjarnegara

Jurnal Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada


Masyarakat (SNPPKM) ISSN 2809-2767 Purwokerto,
Indonesia
Volume Vol.6, No.1

Tahun 2021

Penulis Siti Markhamah, Ema Wahyu Ningrum , Roro Lintang


Suryani

Latar etuban Pecah Dini (KPD) adalah proses dimana pecahnya


Belakang selaput ketuban sebelum melahirkan (Jannah, 2018).
Menurut World Health Organization, KPD berada diantara
5-10% dari kelahiran (Assefa, 2018). Sedangkan Indonesia
berada direntang 4,5%-6% dari seluruh kehamilan yang ada
(Sudarto, 2015). Ketuban Pecah Dini di Banjarnegara
menempati urutan ke-3 yaitu sebanyak 63 kasus pada tahun
2020. Di Rumah Sakit Islam Banjarnegara tahun 2020
adalah 207 kasus. Kejadian KPD di RSI Banjarnegara
menempati urutan pertama persalinan dengan komplikasi.
Adapun akibat KPD seperti infeksi dalam persalinan,
perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif
obstetric (khususnya section caesare), morbiditas dan
mortalitas maternal (Sunarti, 2017). Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini (KPD)
seperti paritas (Ikrawanty et al., 2019), kelainan letak janin
dalam rahim (Ramadhita, 2020).
Pada tahun 2020, kejadian KPD di RSI banjarnegara
menempati urutan pertama persalinan dengan 207 kasus
Ketuban Pecah Dini.
Metode P Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan
Enelitian desain penelitian case control. Penelitian ini dilakukan di
RSI Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Pengambilan data dilakukan selama 1 bulan pada bulan Mei
2021. Populasi ialah seluruh ibu bersalin yang mengalami
KPD, besar sampel yang diambil adalah 1 : 1 dengan
mengambil subyek kasus 105 ibu yang mengalami KPD
dan 105 ibu yang tidak mengalami KPD sehingga
berjumlah 210 responden dan teknik pengambilan sampel
menggunakan accidental random sampling. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini yaitu rekam medik lengkap berupa
usia, paritas, riwayat KPD, presentasi janin, status anemia
responden, dan ibu yang melahirkan di RSI Banjarnegara
baik normal maupun SC pada bulan Januari – Desember
2020. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data rekam medik responden. Jenis data
menggunakan data sekunder dengan pengumpulan data
diperoleh dari Rekam Medik responden. Analisis data
menggunakan Uji Chi Square.

Pembahasan Dari data didapatkan usia ibu mayoritas pada kategori tidak
berisiko sejumlah 172 responden (81,9%), paritas ibu
mayoritas pada kategori multipara sejumlah 115 responden
(54,8%), riwayat KPD ibu mayoritas tidak memiliki
riwayat KPD sejumlah 204 responden (97,1%), presentasi
janin mayoritas pada kategori normal sejumlah 197
responden (93,8%), dan ibu mayoritas tidak mengalami
anemia sejumlah 151 responden (71,9%). Dari penelitian
ini dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan antara
paritas (p=0,011) dengan KPD, paritas memiliki pengaruh 2
kali lebih besar menyebabkan KPD pada ibu bersalin
dibanding faktor lain (OR=2,182). Tidak terdapat hubungan
antara usia
ibu (p=0,720) dengan KPD, tidak terdapat hubungan riwayat
KPD (p=0,407) dengan KPD, tidak ada hubungan
presentasi janin (p=0,390) dengan KPD, dan tidak ada
hubungan status anemia (p=0,283) dengan KPD

JURNAL 7
Judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di Bpm Sri Puspa
Kencana, Amd.Keb. Di Kabupaten Bogor

Jurnal Journal Of Midwifery Care

Volume VOL. 02 NO. 01, DESEMBER 2021

Tahun 2021

Penulis Dhinda Fitri Puspita, Kiki Novianty, Annisa Fitri Rahmadini

Latar Menurut data WHO (World Health Organization) Tahun


Belakang 2017 sekitar 810 wanita meninggal, pada akhir tahun
mencapai 295.000, 94% diantaranya terdapat negara
berkembang Sedangkan data AKI indonesia secara umum
pada tahun 2019 terjadi penurunan dari 395 menjadi
305/100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI,
2019).
Menurut World Health Organization (WHO) angka
kejadian KPD di dunia pada tahun 2017 sebanyak 50- 60%
(Wulandari et al., 2019), Bedasarkan data di Indonesia
sebanyak 65%, terjadinya ketuban pecah dini terjadi pada
tahun 2020 angka kejadian ketuban pecah dini di jawa barat
sebanyak 230 kasus dari 4834 (4,75%) kebanyakan kasus
kematian ibu itu disebabkan pada saat persalinan juga masa
nifas (Wulandari et al., 2019). Sedangkan data dinas
kesehatan jawa barat angka kejadian ketuban pecah dini
pada tahun 2017 di laporkan yakni sebanyak 230 kasus dari
angka persalinan 4834 (4,75%) (Hartina, 2017). Sedangkan
menurut dinkes kabupaten bogor sebanyak 12 kasus
kematian ibu atau 56,83/100 ribu kelahiran hidup yang
mengalami KPD (3%) (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Ketuban Pecah Dini (KPD) yakni pecahnya selaput amnion
(ketuban) sebelum munculnya tanda-tanda persalinan yang
diobservasi 1 jam sebelum terjadinya inpartu. KPD terjadi
karena selaput mengalami robekan, muncul setelah usia
kehamilan mencapai 28 minggu dalam 8 sampai dengan
10% wanita hamil lebih dari 40 minggu beresiko KPD. Jadi
ketuban pecah dini yakni pecahnya ketuban sebelum
waktunya inpartu

Metode P Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan


Enelitian pendekatan purposive sampling . Populasi dalam penelitian
ini adalah kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2020
dengan jumlah persalinan 259 dan terjadinya kejadian
ketuban pecah dini sebanyak 53 kejadian di BPM Sri Puspa
Kencana, Amd. Keb dengan jumlah sampel 157 dengan
metode purposive sampling. Pengambilan data
menggunakan data sekunder yang didapatkan dari rekam
medis. Analisa univariat dilakukan pada setiap variabel
faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban
pecah dini pada ibu bersalin (B. Rahayu & Sari, 2017).
Analisa bivariat dilakukan dengan uji chi square.

Pembahasan Hasil penelitian menunjukan bahwa Paritas ibu bersalin


menunjukan bahwa primipara yang mempunyai hasil
presentase 98 (62.4%), ketuban cukup yang mempunyai
hasil presentase 31 (11,7%), kelainan letak janin pada
variable normal mempunyai hasil presentase 31 (19,7%).
usia pada variabel produktif mempunyai hasil presentase 14
(8,9%), 2. Tidak terdapat hubungan antara paritas, jumlah
cairan ketuban, juga usia dengan kejadian ketuban pecah
dini dan terdapat hubungan antara kelainan letak dengan
ketuban pecah dini.

JURNAL 8
Judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketuban Pecah Dini
Pada Ibu Bersalin Di RSU Az Zahra Kalirejo Tahun 2020

Jurnal Artikel kebidanan

Volume Vol.1 No.1

Tahun 2020

Penulis Meilinda Dhea Ayuningtias

Latar Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari


Belakang terdapat 830 ibu di dunia meninggal akibat penyakit atau
komplikasi selama kehamilan dan persalinan. di Indonesia
kematian ibu disebabkan akibat perdarahan 1.280 kasus
(50,14%), hipertensi 1.066 kasus (41,75%), dan juga
infeksi
207 kasus (8,11%). (Kemenkes RI. 2019).
Penyebab kasus kematian ibu di provinsi Lampung tahun
2016 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 45 kasus
(32,14%), hipertensi sebanyak 41 kasus (29,28%), infeksi
sebanyak 1 kasus (0,71%), gangguan sistem peredaran
darah sebanyak 8 kasus (5,71%), gangguan metabolic
sebanyak 0
kasus (0%) dan lainlain sebanyak 45 kasus (32,14%).
Dinkes Provinsi Lampung (2016). Salah satu penyumbang
AKI adalah kejadian infeksi dimana kejadian infeksi ini
disebabkan oleh ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal
ini merupakan masalah penting dalam obstetric
berkaitan
dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi
khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan
infeksi pada ibu (Pudiastuti, (2012). Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2018, prevalensi kejadian ketuban pecah
dini di Indonesia sebesar 5,6%, dimana provinsi tertinggi
dengan angka kejadian KPD berada di DI Yogyakarta yaitu
10,1%, dan angka kejadian KPD terendah berada di
provinsi Sumatera selatan yaitu 2,6% (Riskesdas, 2018).
Insiden ketuban pecah dini berkisar antara 8-10% pada
perempuan hamil aterm atau cukup bulan, sedangkan pada
kehamilan preterm terjadi pada 1% kehamilan. Pada
kehamilan aterm 90% terjadi kelahiran dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada usia kehamilan 28-34 minggu
50% terjadi persalinan dalam 24 jam dan pada usia
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam
1 minggu. (Prawirohardjo, 2012).

Metode P Jenis penelitian kuantitatif dengan design penelitian


Enelitian analitik, dengan Cross Sectional. Pengumpulan data
menggunakan data sekunder. Waktu penelitian dilakukan
pada bulan November-Desember 2020. Populasi penelitian
ini adalah keseluruhan ibu bersalin yang dirawat di RSU Az
Zahra Kalirejo pada bulan Januari-oktober 2020 sejumlah
930 orang. Tekhnik pengambilan sampel secara purposive
sampling, sampel pada penelitian ini berjumlah 92 orang
menggunakan perbandingan 1:1 dengan kelompok kasus
sebanyak 46 orang dan kelompok kontrol sebanyak 46
orang yang diperoleh dengan menggunakan rumus slovin.

Pembahasan Ibu bersalin di RSU AZ Zahra Kalirejo sebagian besar


memiliki kategori umur tidak berisiko sejumlah 60 orang
(65,2%), paritas primipara sejumlah 44 orang (47,8%), usia
kehamilan aterm sejumlah 62 orang (67,4%). Berdasarkan
hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara umur, paritas dan usia kehamilan ibu
dengan Ketuban Pecah Dini di RSU AZ Zahra Kalirejo
Tahun 2020.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa usia kehamilan ibu di
RSU Az-Zahra Kalirejo didapatkan bahwa klompok usia
kehamilan pretrm banyak terjadi pada ibu bersalin yang
mengalami KPD berjumlah 20 orang (71,4%), hasil
penelitian ini sejalan dengan teori Prawirohardjo, (2011).
Bahwa usia kehamilan pretrm adalah 28-36 minggu (< 37
minggu) pada trimester ketiga selaput ketuban mudah
pecah, melemahnya kekuatan selaput ketuban berhubungan
dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim dan gerakan
dari janin. Teori ini diperkuat oleh penelitian Widyandin,
M., Nugraheny, e & Supahar (2018) yang menyatakan
bahwa ibu dengan usia kehamilan pretrm lebih banyak
mengalami KPD.

JURNAL 9
Judul Faktor Internal Kejadian Ketuban Pecah Dini di Kabupaten
Kulonprogo

Jurnal Jurnal Kesehatan,

Volume Vol. 04 No. 02 (April, 2021)

Tahun 2021

Penulis Liberty Barokah , Silvia Ari Agustina

Latar Insidensi ketuban pecah dini terjadi 8-10% pada kehamilan


Belakang aterm atau cukup bulan dan 1% pada kehamilan preterm.
KPD pada kehamilan aterm 90% terjadi kelahiran dalam 24
jam setelah ketuban pecah. Pada usia kehamilan 28-34
minggu 50% terjadi persalinan dalam 24 jam dan umur
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam
1 minggu. Kejadian ketuban pecah dini menurut hasil SDKI
tahun 2017, di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1.4%.
Berdasarkan survey awal di RSUD Wates Kulonprogo
didapatkan pada tahun 2017 terdapat 100 kejadian KPD
dari 635 kelahiran. Komplikasi akibat KPD adalah infeksi
dalam persalinan dan nifas, partus lama, meningkatnya
tindakan operatif obstetric atau secsio sesarea (SC). Hasil
SDKI tahun 2017 menunjukkan bahwa KPD lebih dari 6
jam sebelum persalinan meningkatkan angka persalinan
melalui proses bedah caesar sebanyak 19%. 5 KPD juga
memberi risiko pada janin yaitu prematuritas (sindrom
distress pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makan
neonatal), oligohidroamnion, morbiditas dan mortalitas
perinatal.

Metode P Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan


Enelitian rancangan retrospektif yaitu penelitian dimana pengambilan
data variabel akibat (kejadian KPD) dilakukan terlebih
dahulu, kemudian baru diukur varibel sebab (faktor
internal: paritas, kelainan letak, pembesaran uterus, umur
kehamilan, disporposi kepala panggul, dan penyakit
penyerta) yang telah terjadi pada waktu yang lalu. Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan dengan
KPD pada tahun 2017 di RSUD Wates. Teknik
pengambilan sampel secara fixed disease sampling dengan
perbandingan kontrol (ibu melahirkan tanpa KPD) dan
kasus (ibu melahirkan dengan KPD) yaitu 2:1 (160 kontrol
dan 80 kasus total 240 sampel), sehingga sampel minimal
dalam penelitian ini adalah 240 sampel. Sampel yang
digunakan dalam penelitian melebihi
sampel minimal yaitu 224 kontrol dan 112 kasus. Analisis
data univariat menggunakan bentuk persentase dan
multivariat menggunakan analisis regresi logistik binomial.

Pembahasan Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor internal variabel


paritas, umur kehamilan, DKP dan penyakit penyerta
didapatkan nilai p (0.031, 0.035, 0.008 dan 0.000) < 0.05
sehingga variabel tersebut mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kejadian KPD. Variabel letak janin dan
pembesaran uterus tidak mempunyai pengaruh parsial
terhadap KPD dengan nilai p (0.816 dan 0.857) > 0.05. Ada
hubungan faktor internal (paritas, umur kehamilan, DKP
dan penyakit penyerta) dengan kejadian KPD.
Paritas dapat menyebabkan terjadinya KPD karena faktor
tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
reproduksi. KPD lebih banyak terjadi pada multipara dan
grandemultipara yang disebabkan motilitas uterus yang
berlebih, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga
dapat terjadi pembukaan serviks terlalu dini yang
mengakibatkan pecahnya ketuban.
Usia kehamilan preterm adalah 28-36 minggu (<37
minggu) pada trimester ketiga selaput ketuban mudah
pecah, melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim
dan gerakan janin. Hal ini dikarenakan pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang
terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler amnion, korion,
dan apotosis membran janin. KPD pada kehamilan
prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina,
polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Legawati dan Riyanti
menunjukkan
bahwa kejadian KPD meningkat pada persalinan preterm
dibandingkan dengan aterm dengan nilai angka OR 10.8
terutama kejadian KPD < 12 jam.
Faktor lain yang memengaruhi kejadian KPD adalah faktor
penyakit penyerta dimana didapatkan hasil ada pengaruh
penyakit terhadap kejadian KPD. Hal ini menunjukkan
faktor penyakit penyerta memengaruhi kejadian KPD
sebesar 0.28 kali

JURNAL 10
Judul Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Ketuban
Pecah Dini Di Rsud Bangkinang Tahun 2018

Jurnal Jurnal Kesehatan Tambusai

Volume Volume 1, No 2 2020

Tahun 2020

Penulis Rahma Sri Dewi , Fitri Apriyanti , Elvira Harmia

Latar Dari hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia


Belakang (SDKI) 2017, derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia
masih perlu ditingkatkan untuk mengurangi kematian ibu
dan anak. SDKI mengungkapkan, Angka Kematian Ibu
(AKI), yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan
Angka Kematian Bayi (AKB) 223 per 1000 kehamilan dan
masih dibawah target Sustainable Development Goals
(SDGs) tahun 2030 AKI yaitu 70/100.000 KH (kelahiran
hidup) dan AKB 16,84/1000 KH (kelahiran hidup) (Rahmi,
2016).
Di Provinsi Riau Angka Kematian Ibu tercatat 127 per
100.000 kelahiran hidup (15 ibu meninggal), angka tersebut
meningkat dibandingkan pada tahun 2017 yang sebesar
102,03 per 100.000 kelahiran hidup (12 ibu meninggal) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) 223 per 1000 kehamilan
(Khafidzoh dkk, 2016). Penyebab Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menurut Dinas
Kesehatan RI tahun 2013 yaitu perdarahan, infeksi,
hipertensi, dan abortus. Infeksi dan perdarahan merupakan
komplikasi dari ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum in partu
atau persalinan, yaitu bila pembukaan pada primi kurang
dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Ketuban pecah dini terjadi pada 6-19% kehamilan. Insiden
ketuban pecah dini berkisar antara 8-10 % pada kehamilan
aterm atau cukup bulan, sedangkan pada kehamilan preterm
terjadi pada 1% kehamilan. Ketuban pecah dini dapat
menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun bagi
janin. Faktor penyebab ketuban pecah dini adalah paritas,
kelainan selaput ketuban, usia ibu, serviks yang pendek,
indeksi, serviks inkompeten, trauma, gemeli, hidramnion,
kelainan letak janin, alkohol dan anemia.
Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada tahun 2017
terjadi peningkatan kasus KPD dari tahun 2017 ke tahun
2018, angka kejadian KPD sekitar 14,7% dari seluruh
persalinan pada tahun 2017 dan tahun 2018 meningkat
menjadi 18,4%, sedangkan angka kejadian KPD di RSUD
Bangkinang masuk kedalam 10 besar penyakit ginekologi.
Dapat diketahui bahwa dari 10 penyakit ginekologi
penyakit KPD mengalami peningkatan setiap tahunnya
yaitu pada tahun 2017 berjumlah 30 orang (6,4%) dan
meningkat pada
tahun 2018 menjadi 35 orang (10,1%), sedangkan pada
kasus penyakit lain mengalami penurunan. Berdasarkan
survey awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang pada 10 orang ibu post partum dengan KPD
tahun 2018, di ketahui bahwa 7 orang (70%) ibu mengalami
KPD disebabkan oleh paritas multipara dan anemia (hb >
11 gr%), kemudian 3 orang (30%) ibu post partum dengan
KPD disebabkan karena faktor usia dan riwayat KPD

Metode P Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan


Enelitian desain penelitian case control yang bersifat retrospektif,
sedangkan skema rancangan penelitiannya adalah
Penelitian ini dilakukan di RSUD Bangkinang Kabupaten
Kampar, tepatnya di ruangan rekam medik RSUD
Bangkinang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28
Maret - 15 Juni 2019. Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh data ibu bersalin tahun 2018 sebanyak 233 orang.
Sampel dalam penelitian ini menggunakan perbandingan
1:1, yaitu 35 dengan sampel kasus (ibu yang mengalami
KPD) dan 35 dengan sampel kontrol (ibu yang tidak
mengalami KPD). Alat pengumpulan data (instrument)
yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
checklist. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder
yang diperoleh dari rekam medik RSUD Bangkinang
kemudian dicatat sesuai variabel yang diteliti, data yang
digunakan adalah data pada tahun 2018.

Pembahasan Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan paritas


dengan ketuban pecah dini dengan p value 0,001 dengan
OR=6,303 dan ada hubungan antara anemia dengan
ketuban pecah dini dengan p value 0,004 dengan
OR=4,859.
Paritas merupakan paritas yang dianggap aman ditinjau dari
sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu
dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko
terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi.Pada paritas yang
rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang
elastik) daripada multiparitas. Uterus yang telah melahirkan
banyak
anak (grandemulti) cenderung bekerja tidak efisien dalam
persalinan (Susanti, 2016). Paritas tinggi mempengaruhi
terjadinya risiko Premature Rupture of The Membrane
(PROM) maternal salah satunya ketuban pecah dini.
Kejadian ketuban pecah dini aterm terjadi pada sekitar
6,46- 15,6% kehamilan aterm dan PROM terjadi pada
terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan
7,4% dari kehamilan kembar (Mercer, 2016). Hasil
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Sartini (2017)
dengan judul hubungan paritas dengan kejadian ketuban
pecah dini di RSIA Sedekawa yang menyatakan bahwa
paritas berhubungannya dengan kejadian KPD, Faktor
risiko paritas menjadi faktor risiko utama kejadian ketuban
pecah dini di RSIA Sadewa dengan p value 0,002. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Raydian (2017)
dengan judul hubungan paritas terhadap kejadian ketuban
pecah dini di rsud dr. h. abdul moeloek bandar lampung
periode maret- agustus 2017 yang menyatakan bahwa ada
hubungan paritas dengan ketuban pecah dini dengan p
value 0,002.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 35
responden pada kelompok kasus, terdapat 9 responden
(25,7%) yang tidak menagalami anemia, sedangkan dari 35
responden pada kelompok kontrol, terdapat 13 responden
(37,1%) yang anemia. Berdasarkan uji statistik diperoleh
nilai p = 0,004 (p < 0,05), dengan derajat kemaknaan (α =
0,05). Ini berarti ada hubungan anemia dengan Ketuban
Pecah Dini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan
bahwa dampak anemia pada janin antara lain bisa
menyebabkan abortus, kematian intrauterin, prematuritas,
berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah
infeksi.Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan
abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasi
kordis dan KPD. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum
karena atonia uteri (Manuaba & Chandranita, Gadar
Obstetri dan Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial
untuk Profesi Bidan, 2009).

E. SIMPULAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya yang terjadi sebelum persalinan, hal ini dapat sering terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya persalinan. Terjadi KPD
memanjang lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan
Berdasarkan beberapa artikel dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor
yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini yaitu umur < 20 tahun dan > 35
tahun. Umur berisiko tinggi mengalami ketuban pecah dini, dimana fungsi
dari uterus menurun karena vaskularisasi ke uterus yang kurang adekuat
sehingga otot uterus mulai berkurang elastisannya. Paritas karena pada
grandemultipara yang disebabkan oleh motilitas uterus berlebih, perut
gantung, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi
pembukaan.Anemia pada janin antara lain bisa menyebabkan abortus,
kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan
dan mudah infeksi.Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus,
persalinan prematuritas, ancaman dekompensasi kordis dan KPD. Pada saat
persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan
perdarahan post partum karena atonia uteri. Selanjutnya kelainan letak
janin, Pekerjaan dan terpapar asap rokok.
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Jurnal Kelebihan Kekurangan


1. - Abstrak terdapat 2 bahasa : Bahasa Ada 5 referensi yang
Indonesia dan Bahasa Inggris lebih dari 5 tahun
- Latar belakang sudah dicantumkan yang lalu
data dari dunia, Indonesia, provinsi
dan sudah dicantumkan studi
pendahuluan
- Jurnal mudah diakses
- Metode penelitian sudah rinci
- Pembahasan rinci dan mudah
dipahami

2. - Penulisan sudah sistematis - Tidak terdapat


- Metode penelitian sudah rinci saran
- Referensi yang
dicantumkan lebih
dari 10 tahun
terakhir

3. - Abstrak terdapat 2 bahasa : Bahasa - Tidak


Indonesia dan Bahasa Inggris terdapat saran
- Sistematika penulisan sudah - Pada metode
sesuai penelitian
- Latar belakang sudah rinci dan tidak terdapat
bagus populasi dan
sampel serta
analisa data
penelitiannya

4. - Abstrak terdapat 2 bahasa : Bahasa - Daftar pustaka


Indonesia dan Bahasa Inggris yang di gunakan
- Latar belakang sudah dicantumkan tidak
data dari dunia, Indonesia, menggunakan
provinsi dan sudah dicantumkan referensi terbaru
studi pendahuluan
- Jurnal mudah diakses
- Metode penelitian sudah
dicntumkan dengan rinci
5. - Jurnal mudah untuk dibaca - Pada metode

dan dipahami Penelitian tidak

- Sistematika penulisan sudah dicantumkan

sesua waktu penelitian,

- Latar belakang sudah dicantumkan dan cara analisa

data dari dunia, Indonesia, data.

provinsi dan sudah dicantumkan - Referensi yang

studi pendahuluan ada sedikit dan


tidak terbaru

6. - Sistematika penulisan sudah - Latar belakang


sesuai tidak diurutkan
- Abstrak ada 2 dalam Bahasa data mulai dari
Indosesia dan Bahasa Inggris dunia sampai
studi
pendahuluan.
- Tidak terdapat
studi
pendahuluan
-

7. - Latar belakang sudah dicantumkan - Ferensi sedikit


data dari dunia, Indonesia, dan ada 1
provinsi dan sudah dicantumkan referensi yang
studi pendahuluan tidak terbaru
- Metode penelitian sudah
dicantumkan detail mulai dari
waktu dan tempat pelaksanaan,
metode penelitian, populasi ,
sampel , cara pengambilan data
dan
analisis data.
8. - Latar belakang sudah dicantumkan - Referensi yang
data dari dunia, Indonesia, ada banyak tetapi
provinsi
dan sudah dicantumkan studi masih banyak
pendahuluan yang tidak update.
- Metode penelitian dijelaskan
secara rinci
- Jurnal mudah diakses
- Jelas dan mudah dipahami

9. - Latar belakang sudah dicantumkan - Metode penelitian


data dari dunia, Indonesia, tidak terdapat
provinsi dan sudah dicantumkan waktu
studi pendahuluan pelaksanaan.
- Sampel penelitian banyak
10. - Latar belakang sudah dicantumkan - Referensi lebih
data dari dunia, Indonesia, dari 10 tahun
provinsi dan sudah dicantumkan terakhir
studi pendahuluan - Tidak ada
- Metode penelitiannya sudah kesimpulan
dijelaskan dengan rinci tetapi dan saran
analisa data tidak dicantumkan
menggunakan apa apa nya.

G. DAFTAR PUSTAKA
Andriyani,dkk. 2021. Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Terjadinya
Ketuban Pecah Dini (KPD) Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara, Journal Of Health, Nursing, And
Midwifery Sciences Adpertisi,Vol.2, No.1
Ali Rizky.N, Fidyawati, dan Veni. 2021. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Komplikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) Di
RSUD Dr Mm Dunda Limboto, Jurnal Health Sains: pVol. 2, No. 3,
Maret 2021– ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Aryunita. 2020. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini
Pada Ibu Bersalin Di Rumah Bersalin Novida Efrianti Str, Keb, Jurnal
Education and development IPTS,Vol.8, No.4
Ayuningtias. 2020. Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketuban Pecah Dini
Pada Ibu Bersalin Di RSU Az Zahra Kalirejo Tahun 2020,Artikel
Kebidanan, Vol.1 No.1
Barokah.L dan Silvia.2021. Faktor Internal Kejadian Ketuban Pecah Dini di
Kabupaten Kulonprogo, Jurnal Kesehatan, Vol.4, No.2
Dewi, Fitri dan Elvira.2020. Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rsud Bangkinang Tahun
2018,Jurnal Kesehatan tmabusai, Vol.1,No.2
Dhinda, Kiki dan Annisa. 2021. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di Bpm Sri Puspa
Kencana, Amd.Keb. Di Kabupaten Bogor, Journal Of Midwifery
CARE
: VOL. 02 NO. 01, DESEMBER 202
Indang.W.O.2020. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Ketuban
Pecah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Buranga Kabupaten Buton
Utara Tahun 2020, Jurnal antara Kebidanan,vol.4,no.4
Kemenkes RI (2019) Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health
Profile 2018]. 2nd edn. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Available
at: http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Data-dan-Informasi_ProfilKesehatan-Indonesia-
2018.pdf. Kurniawan, F. et al. (2020) ‘Jurnal kebidanan’, 10, pp. 138–
142.
Markhamah.S, Ema dan Roro. 2021. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Islam
Banjarnegara, 2021 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN 2809-2767 Purwokerto,
Indonesia, 06 Oktober 2021
Zamilah, Nani dan Ari. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin Di RS. Betha Medika,
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 2 Desember 2020 p-
ISSN : 1693-6868 e-ISSN : 2622-948X

Anda mungkin juga menyukai