PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
sebelum persalinan yaitu pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada
yang paling sering pada saat mendekati persalinan. Angka Kejadian ketuban pecah
dini (KPD) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. Pada 30% kasus KPD
kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan aterm. Sekitar 830 wanita
sangat muda dapat meningkatkan resiko infeksi KPD. Sebanyak 12,8 juta kelahiran
di antara remaja perempuan berusia 15-19 tahun. Setiap tahun sekitar 44 kelahiran
per 1.000 remaja perempuan dalam kelompok usia ini (WHO, 2018:4-5). Wanita
2012 menjadi 41% tahun 2017, Sebanyak (19%) mengalami Ketuban Pecah Dini
(SDKI, 2017).. Ketuban pecah dini di Indonesia berkisar 4,5%- 6% dari seluruh
1
2
kehamilan, sedangkan di luar negeri insiden KPD antara 6%-12%. Studi di India
mendokumentasikan insiden 7-12% untuk PROM yang 60-70% terjadi pada jangka
waktu lama. Insiden kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di beberapa Rumah Sakit
Pringadi sebesar 2,27% dan RS Kariadi yaitu sebesar 5,10% (Higea, 2017:24).
Menurut Nugroho (2012) faktor penyebab ketuban pecah dini belum diketahui
atau tidak dapat ditemukan secara pasti. Namun, kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi antara lain adalah paritas, kelainan selaput ketuban, usia ibu, serviks
Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi akan meningkat
prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali pusat), resiko kecacatan,
dan hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah
selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal ini
disebabkan oleh prematuritas akibat dari ketuban pecah dini (Rohmawati, 2018).
3
Insiden ketuban pecah dini berkisar antara 8-10 % pada kehamilan aterm atau
cukup bulan, sedangkan pada kehamilan preterm terjadi pada 1% kehamilan. Pada
kehamilan aterm hampir seluruh kejadian terjadi kelahiran dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada usia kehamilan 28-34 minggu sebagian terjadi persalinan dalam
24 jam dan pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu pesalinan terjadi dalam 1
pengaruh usia dan paritas ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diatas, dapat dilihat bahwa masih tingginya
angka kejadian ketuban pecah dini, usia dan paritas menjadi faktor predisposisi
terjadinya KPD maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3. Bagaimana pengaruh usia dan paritas ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui pengaruh usia dan paritas ibu terhadap kejadian ketuban pecah
2. Tujuan Khusus
2022.
D. Manfaat Penelitian
seluruh mahasiswa. Serta digunakan untuk penyusunan data dasar dan tambahan
informasi di institusi pendidikan dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai