Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)

sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan

sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban

sebelum persalinan yaitu pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada

multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada

kehamilan preterm (Purwaningtyas, 2017).

Menurut WHO (2015:125-126) ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab

yang paling sering pada saat mendekati persalinan. Angka Kejadian ketuban pecah

dini (KPD) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. Pada 30% kasus KPD

merupakan penyebab kelahiran prematur. KPD preterm terjadi 1% dari semua

kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan aterm. Sekitar 830 wanita

meninggal karena komplikasi kehamilan dan Persalinan. Usia melahirkan yang

sangat muda dapat meningkatkan resiko infeksi KPD. Sebanyak 12,8 juta kelahiran

di antara remaja perempuan berusia 15-19 tahun. Setiap tahun sekitar 44 kelahiran

per 1.000 remaja perempuan dalam kelompok usia ini (WHO, 2018:4-5). Wanita

yang mengalami komplikasi persalinan cenderung meningkat sebesar 35 % tahun

2012 menjadi 41% tahun 2017, Sebanyak (19%) mengalami Ketuban Pecah Dini

(SDKI, 2017).. Ketuban pecah dini di Indonesia berkisar 4,5%- 6% dari seluruh

1
2

kehamilan, sedangkan di luar negeri insiden KPD antara 6%-12%. Studi di India

mendokumentasikan insiden 7-12% untuk PROM yang 60-70% terjadi pada jangka

waktu lama. Insiden kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di beberapa Rumah Sakit

di Indonesia cukup bervariasi yakni diantaranya: di RS Sardjito sebesar 5,3%, RS

Hasan Sadikin sebesar 5,05%, RS Cipto Mangunkusumo sebesar 11,22%, RS

Pringadi sebesar 2,27% dan RS Kariadi yaitu sebesar 5,10% (Higea, 2017:24).

Pertolongan komplikasi kebidanan di Provinsi Jambi secara keseluruhan sebanyak

33,21% yang belum tercapai (Dinkes Provinsi Jambi, 2019).

Menurut Nugroho (2012) faktor penyebab ketuban pecah dini belum diketahui

atau tidak dapat ditemukan secara pasti. Namun, kemungkinan yang menjadi faktor

predisposisi antara lain adalah paritas, kelainan selaput ketuban, usia ibu, serviks

yang pendek, inveksi, serviks inkompeten, trauma, gemeli, hidramnion, kelainan

letak, alkohol, dan merokok.

Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37

minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory Disterss

Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi akan meningkat

prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali pusat), resiko kecacatan,

dan hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm

akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah

selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal ini

disebabkan oleh prematuritas akibat dari ketuban pecah dini (Rohmawati, 2018).
3

Insiden ketuban pecah dini berkisar antara 8-10 % pada kehamilan aterm atau

cukup bulan, sedangkan pada kehamilan preterm terjadi pada 1% kehamilan. Pada

kehamilan aterm hampir seluruh kejadian terjadi kelahiran dalam 24 jam setelah

ketuban pecah. Pada usia kehamilan 28-34 minggu sebagian terjadi persalinan dalam

24 jam dan pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu pesalinan terjadi dalam 1

minggu. (Prawirohardjo, 2014).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis melakukan penelitian tentang

pengaruh usia dan paritas ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas

Tangkit Tahun 2022

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas diatas, dapat dilihat bahwa masih tingginya

angka kejadian ketuban pecah dini, usia dan paritas menjadi faktor predisposisi

terjadinya KPD maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana gambaran usia ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini di

Puskesmas Tangkit Tahun 2022?

2. Bagaimana gambaran paritas ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini di

Puskesmas Tangkit Tahun 2022?

3. Bagaimana pengaruh usia dan paritas ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini

di Puskesmas Tangkit Tahun 2022?


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh usia dan paritas ibu terhadap kejadian ketuban pecah

dini di Puskesmas Tangkit Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas Tangkit Tahun

2022.

b. Diketahui gambaran usia ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini di

Puskesmas Tangkit Tahun 2022.

c. Diketahui gambaran paritas ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini di

Puskesmas Tangkit Tahun 2022.

d. Diketahui pengaruh usia ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini di

Puskesmas Tangkit Tahun 2022.

e. Mengetahui pengaruh paritas ibu terhadap kejadian ketuban pecah dini di

Puskesmas Tangkit Tahun 2022.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan pengetahuan kepada

seluruh mahasiswa. Serta digunakan untuk penyusunan data dasar dan tambahan

informasi di institusi pendidikan dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

perbandingan dan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutya.

2. Bagi Puskesmas Tangkit

Sebagai bahan informasi bagi pengambilan kebijakan dalam upaya

menyusun program operasional dalam mencegah ketuban pecah dini dan

menyusun program dalam pelayanan kesehatan ibu bersalin.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai tindak lanjut bagi peneliti lain dalam rangka melakukan

peneltian dengan variable yang berbeda sebagai masukan, sehingga dapat

meningkatkan kualitas peneliti dan bahan pertimbangan dalam melakukan

penelitian untuk kedepannya dalam lingkar kesehatan.


6

Anda mungkin juga menyukai