Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN NY N USIA 30 TAHUN GIIIP2002 UK 39 MINGGU


INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN
DI RUANG PONEK RUMAH SAKIT AURA SYIFA KEDIRI
PERIODE 09 S/D 22 MEI 2022

Disusun Oleh :
Devira Natalia P17312215070
Emaniar Arta Nugraha P17312215071
Rona Septania P17312215072
Amelia Septiani B P17312215090
Reki Lintang Nastiti P17312215085
Meilina Anggita P17312215091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Kolaborasi


pada Kasus Patologi dan Komplikasi dengan Judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny N
Usia 30 Tahun Giiip2002 Uk 39 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan Ketuban
Pecah Dini Tunggal Hidup Intrauterin di Ruang Ponek Rumah Sakit Aura Syifa
Kediri Periode 09 S/D 22 Mei 2022”
.

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal

Nama Persepti NIM Tanda Tangan

Devira Natalia P17312215070

Emaniar Arta Nugraha P17312215071

Rona Septania P17312215072

Amelia Septiani B P17312215090

Reki Lintang Nastiti P17312215085

Meilina Anggita P17312215091

Menyetujui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Ririn Indriani, S.ST, M.Tr.Keb Tety Yustiana, Amd.Keb


NIP. 19790130 200604 2 005 NIP. 12912201290
VISI MISI PROGRAM STUDI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN


KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

Visi Program Studi

Menjadikan lulusan Profesi Bidan yang beradab, berdaya saing global, serta unggul
dalam pemberdayaan perempuan di bidang kesehatan ibu dan anak di keluarga dan
masyarakat

Misi Program Studi :

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran Profesi Bidan yang


berkualitas untuk mengembangkan potensi dan kepribadian persepti
pendidikan profesi bidan yang beradab dan berdaya saing global
2. Menyelenggarakan penelitian terapan dan pengabdian masyarakat bertema
pemberdayaan dalam bidang kesehatan ibu dan anak yang berkualitas dan
inovatif
3. Melaksanakan tatakelola organisasi yang baik berbasis teknologi informasi
4. Mengembangkan kerjasama dan kemitraan dalam negeri maupun luar negeri
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator dalam
derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan
jumlah wanita yang meninggal, salah satunya pada saat proses persalinan
(Depkes RI,2012). Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi dan
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan, hal ini
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Menuruthasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
sepanjang tahun 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak cukup tajam, pada
tahun 2012, AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup atau meningkat 57%
bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yang hanya 228/100.000
kelahiran hidup,yang dimana AKI pada tahun 2007 menurun dari tahun 2002
yang mencapai 307/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 AKI
kembali menunjukkan penurunan menjadi 305/100.000 kelahiran hidup.

Penyebab angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah komplikasi


pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Dimana penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan (28%), eklampsi (24%), partus
lama (5%), aborsi (5%), infeksi (11%) dan lain – lain (27%) (Depkes RI,
2011). Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat
dari adanya komplikasi atau penyulit kehamilan dan persalinan seperti febris
(24%), infeksi saluran kemih (31%) dan (45%) Ketuban pecah dini (BKKBN,
2013).

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya


(KPSW) sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada
primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini
dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm. Pada
keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak meningkat. Ketuban pecah dini
merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan
dan kematian pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, dkk. 2017).
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden
PROM (prematur rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua
kelahiran. KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus
KPD terjadi pada kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan
penyebab kelahiran prematur (WHO, 2014).

Meskipun faktor penyebab terjadinya KPD masih sulit diketahui,


namun beberapa faktor predisposisi yang dapat di identifikasi penyebab KPD
ialah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multigrafida,
merokok, defisiensi gizi khususnya vitamin C, servik yang tidak inkopeten,
polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput ketuban, tekanan
intra uterin yang meninggi atau overdistesi, trauma, kelainan letak
(Nugroho,2010).

Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan
37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory
Disterss Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
akan meningkat prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali
pusat), resiko kecacatan, dan hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua
KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan
terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85%
morbiditas dan mortalitas perinatal ini disebabkan oleh prematuritas akibat
dari ketuban pecah dini.

Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan


yang dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam
rahim. Penatalaksanaan dengan memberikan cefotaxime kepada ibu guna
pencegahan infeksi pada ibu dan janin. Pemberian cefotaxime ini sejalan
dengan penelitian dari (Manuaba, 2013) dengan pemberian antibiotik
profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Antibiotik diberikan ketika
diagnosis KPD sudah ditegakkan.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Utama

Dapat memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan


kebidanan pada klien dengan ketuban pecah dini

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien dengan
ketuban pecah dini
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa pada klien dengan ketuban
pecah dini
c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan kepada klien dengan
ketuban pecah dini
d. Mampu mendeskripsikan tindakan pada klien dengan ketuban pecah
dini
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada klien dengan ketuban pecah
dini

1.3 Metode Penulisan

1.3.1 Wawancara, melakukan tanya jawab dengan klien


1.3.2 Observasi, melakukan pengamatan langsung pada klien
1.3.3 Praktik, melakukan pemeriksaan langsung melalui pendekatan
manajemen asuhan kebidanan

1.3.4 Telaah jurnal, melakukan telaah pada satu artikel ilmiah sesuai kasus
dan membandingkan antara kasus, teori, dan telaah jurnal yang sesuai
dengan kasus
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM)


merupakan kondisi ketika kantung ketuban pecah sebelum waktu persalinan
dimulai, baik sebelum janin matang dalam kandungan maupun setelah janin
matang (Herawati & Damayanti, 2020). Semakin awal terjadinya pecah
ketuban maka semakin serius kondisi tersebut.
Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut
periode laten atau dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan
yang mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum
intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila periode laten terlalu
panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan
juga bayi (Fujiyarti, 2016).

2.2 ETIOLOGI

Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas. Ada beberapa


keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD menurut Syafii (2012) di
antaranya yaitu:
1. Trauma: pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual.
2. Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar, atau
polihidromnion.
3. Infeksi vagina, servik serta bakteri vagina.
4. Kehamilan preterm
5. Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuran serviks yang
pendek (kurang dari 25 cm).
6. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu
atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane
bagian bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung,
sepalopelvik, disproporsi.
7. Kelainan/kelemahan pada kulit ketuban sendiri. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor kesehatan dan keadaan ibu seperti keadaan umum ibu yang
jelek karena penyakit menahun, faktor gizi, faktor infeksi terutama
daerah serviks, uterus merambat ke atas sehingga terjadi
chorioamnionitis. (Syafii, 2012)

2.3 PREDISPOSISI

Ketuban pecah dini terjadi karena multifaktorial dan berbagai


mekanisme. Faktor epidemiologi dan faktor klinis dipertimbangkan sebagai
pencetus dari ketuban pecah dini. Faktor reproduksi wanita (Bakterial
vaginosis, Trikomoniasis, Gonorhea, Chlamydia, dan Chorioamnionitis).
Faktor perilaku (merokok, penggunaan narkoba, status nutrisi, dan kotus).
Komplikasi obstetric (polihidramnion, kehamilan multiple, insufisiensi
servik, trauma antenatal dan perdarahan dalam kehamilan). Faktor yang
mempengaruhi terjadinya KPD diantaranya yaitu kehamilan multiple,
riwayat persalinan sebelumnya preterm, perdarahan pervaginam, serviks
tipis, stress psikologi dapat menjadi stimulasi persalinan preterm yang pada
akhirnya melahirkan bayi dengan BBLR (Negara, dkk. 2017)
2.4 TANDA DAN GEJALA

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui


vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus
diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017).

2.5 PATOFISIOLOGI

Menurut (Jannah, 2020) mekanisme terjadinya ketuban pecah dini


dapat berlangsung sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban
sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan
kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1)
dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
3. Patofisiologi pada infeksi intrapartum antara lain:
1) Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya
ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang
intra amnion dengan dunia luar.
2) Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion,
atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput
janin, kemudian ke ruang intraamnion.
3) Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi
intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya
pemeriksaan dalam yang terlalu sering.

2.6 KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang terjadi karena KPD terhadap ibu dan janin
yaitu:

1. Prognosis Ibu

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi


intrapartal dalam persalinan, infeksi puerperalis masa nifas, dry
labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan
operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal
(Sunarti, 2017).

2. Prognosis Janin

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu


prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah
pemberian makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan
intraventrikular, enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko
cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/
penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps
uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral
palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan
oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia paru,
deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas
dan mortalitas perinatal (Sunarti, 2017).
2.7 DIAGNOSIS

Diagnosis KPD sebagian besar dapat ditegakkan cukup melalui


anamnesa saja, yaitu adanya riwayat keluar cairan secara tiba-tiba dari vagina,
tetapi perlu juga dilakukan pemeriksaan dengan spekulum steril dan tidak
menyentuh serviks digunakan untuk menilai adanya servisitis, prolapse tali
pusat atau prolapse bagian terbawah janin, menilai dilatasi dan pendataran
serviks (Metti, 2021). Berdasarkan anamnesa pada pasien merasakan basah
pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan
lahir. Cairan berbau khas dan perhatikan warnanya. Pada pemeriksaan dalam
selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Perlu dipertimbangkan pemeriksaan
dalam (VT) pada kehamilan kurang bulan yang belum dalam persalinan.
Apabila dicurigai terjadi KPD, sangat penting untuk menghindari pemeriksaan
dalam, karena pemeriksaan ini dapat meningkatkan angka mordibitas dan
mortalitas. Diagnosa juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
untuk menentukan ada tidaknya infeksi. Dan juga pemeriksaan ultasonografi
(USG) untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.(Tahir, 2021).

2.8 PENATALAKSANAAN

Penanganan KPD memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya


infeksi pada kehamilan ibu dan janin, serta adanya tanda-tanda persalinan.

1. KPD dengan kehamilan aterm

1) Diberikan antibiotika prafilaksis, ampisilin 4x500 mg selama 7


hari

2) Dilakukan pemeriksaan “admission test” bila ada kecendrungan


dilakukan terminasi kehamilan

3) Observasi temperature rektal setiap 3 jam, bila ada


kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan 37,6oC,
segera dilakukan terminasi

4) Bila temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi


selama 12 jam. Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda
inpartu dilakukan terminasi.

5) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan


indikasi obstetric

6) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi Pelvic Score (PS).


7) Bila PS ≥ 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip

8) Bila PS > 5, dilakukan pematangan servik dengan


misoprostol µ gr setiap 6 jam per oral maksimal 4 kali
pemberian (Prawirohardjo, 2014).

2. KPD dengan kehamilan preterm :

1) Penanganan dirawat di RS
a). Diberikan antibiotika : Ampicilin 4 x 500 mg selama 7 hari
b). Untuk merangsang maturase paru diberikan
kortikosteroid (untuk UK < 35 minggu) : Deksametason 5
mg setiap 6 jam
2) Observasi di kamar bersalin :
a). Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya dirawat di ruang
obstetric
b). Dilakukan observasi temperature rektal tiap 3 jam, bila ada
kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan 37,6 C,
segera dilakukan terminasi.
3) Di ruang obstetri :
a). Temperatur rektal diperiksa tiap 6 jam
b). Dilakukan pemeriksaan laboratorium : leukosit dan laju
endap darah (LED) setiap 3 hari
4) Tata cara perawatan konservatif :
a). Dilakukan sampai janin viable
b). Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan
melakukan pemeriksaan dalam
c). Dalam observasi 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG
untuk menilai air ketuban, bila air ketuban cukup,
kehamilan diteruskan, dan bila air ketuban kurang
(oligohidramnion) dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan.
d). Pada perawatan konservatif, pasien dipulangkan hari ke 7
dengan saran tidak boleh koitus, tidak boleh melakukan
manipulasi vagina, dan segera kembali ke RS bila ada
keluar air ketuban lagi
e). Bila masih keluar air, perawatan konservatif
dipertimbangkan dengan melihat pemeriksaan
laboratorium. Bila terdapat leukositosis dan oeningkatan
LED, lakukan terminas (Prawirohardjo, 2014).
3. Terminasi kehamilan
1) Induksi persalinan dengan drip oksitosin
2) Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau
bila drip oksitosin gagal
3) Bila skor pelvik jelek, dilakukan pematangan dan induksi
persalinan dengan Misoprostol 50µ gr oral tiap 6 jam,
maksimal 4 kali pemberian (Prawirohardjo, 2014).

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan tanggal 11–05– 2022 jam 13.32


Tanggal MRS : 11– 05– 2022

3.1 Subyektif
3.1.1 Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. Y
Umur : 30 th Umur : 32 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan: SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ngadisimo 003/004 Kecamatan Kota, Kota Kediri
3.1.2 Alasan Datang
Ibu datang rujukan dari bidan dengan keluhan mengeluarkan cairan merembes
dari jalan lahir sejak pukul 11.00 WIB tanggal 10-05-2022.
3.1.3 Keluhan Utama
Ibu merasakan perutnya kenceng-kenceng sejak kemarin malam pukul 23.00
WIB
3.1.4 Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu mengatakan tidak memilik riwayat penyakit darah tinggi, asma, paru-paru,
hepatitis dan penyakit menular lainnya. Ibu juga tidak memiliki riwayat alergi
obat, cuaca, dan makanan. Ibu tidak pernah dirawat di rumah sakit
1.1.4 Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak merasa pusing, tangan dan kaki tidak bengkak dan saat
ini sedang tidak sesak
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi,
jantung, asma, dan TBC.
3.1.6 Riwayat Menstruasi
HPHT : 10-08-2021
TP : 17-05-2022
3.1.7 Riwayat Obstetri

Komplikasi Anak
Hamil Penyulit Jenis Tempat Persalinan Bayi Hidup/
Penolong
ke- Kehamilan persalinan persalinan Mati/Usia
bayi Ibu BB/ IM
PB D
1 - Spontan RS Bidan - - 3300/4 Ya Hidup/10 th
8 Cowok
2 - Spontan RS Bidan - - 2900/4 Ya Hidup/5th
8 Cewek
3 HAMIL INI

3.1.8 Riwayat Ginekologi


Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginekologi seperti kista ovarium,
PCOS, radang panggul, dan lain-lain.
3.1.8 Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Makan : ibu makan 3x/hari porsi sedang; nasi, lauk, sayuran
Minum : ibu minum 7-8 gelas/hari; air putih, susu, jus buah
Personal Hygiene : ibu mandi 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti celana
dalam bila lembab, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dan
BAK
BAK : 3-4x/hari
BAB : 1x/hari
3.1.9 Riwayat Psikologis
Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya karena akhir-akhir ini perutnya
kenceng-kenceng
3.1.10 Riwayat Sosial dan Budaya
Ibu mengatakan dalam keluarga terdapat budaya khusus selama kehamilan
seperti 7 bulanan atau tingkepan, tidak ada budaya yang mengharuskan ibu
mengonsumsi obat atau jamu tertentu

3.2 Obyektif
3.1.11 Pemeriksaan Fisik Terfokus
- Tanda-Tanda Vital :
KU : Baik Kesadaran: Composmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 36,3°C
Nadi : 82x/menit SPO2: 98%
RR : 24x/menit Lila : 30 cm
BB : 75 kg TB : 155cm
IMT: 32,25
Pemeriksaan Fisik :
Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis
Payudara : Simetris, areola hiperpigmentasi, puting menonjol, tidak
teraba benjolan, kolostrum belum keluar
Abdomen : terdapat line nigra dan stria gravidarum , tidak ada bekas luka
operasi
- Leopold I : pada bagian fundus teraba lunak, tidak melenting
(bokong)
- TFU Mc Donald : 30 cm
- Leopold II : pada sisi kanan ibu teraba keras, datar, dan
memanjang (punggung), pada sisi kiri ibu teraba bagian kecil
janin.
- Leopold III : pada bagian bawah teraba keras, melenting
(kepala), dan susah digoyangkan kepala sudah masuk PAP
- Leopold IV: sebagian bagian janin sudah masuk panggul
(sejajar)
- Taksiran berat janin : (30-12) x 155 : 2790 gram
- DJJ : 146 x/menit, irama jantungnya reguler.
- His : 1x10’x10”
Genetalia : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada oedema dan
varises, tidak ada pembesaran kelenjar scene dan bartolini, tidak ada
cairan yang abnormal, tidak ada hemoroid.
Terdapat cairan merembes dari jalan lahir
VT : 1 cm eff 25% ,ketuban (+) merembes jernih, hodge 1
Ekstremitas : tidak ada oedema dan varises, refleks patella positif.
/+
+

3.1.12 Pemeriksaan Penunjang


1. USG : Pada tanggal 10-05-2022 oleh dr. Andoko, Sp.OG
Janin tunggal, hidup, letak kepala, ketuban cukup, plasenta corpus
lateral, TBJ : 3278 gram, NST Reaktif
2. Pemeriksaan kertas lakmus (+)

3.3 Assessment
G3P2002 UK 39 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD) jam 11.00 WIB tanggal 10-5-2022
Janin tunggal hidup intrauterine
3.4 Penatalaksanaan
1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu
dan janin, namun ketuban ibu sudah merembes, ibu mengerti dan
memahami kondisinya
2. Menganjurkan kepada ibu untuk rawat inap dikarenakan ketuban sudah
pecah agar ibu dapat penanganan lebih lanjut, ibu bersedia untuk
dilakukan rawat inap
3. Melakukan informed consent untuk dilakukan Rapid Antigen, Ibu
bersedia dilakukan Rapid Antigen
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter umum untuk memeriksa keadaan
umum ibu, kolaborasi telah dilakukn dengan hasil keadaan umum baik
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG :
- Pemasangan infus RL 20 tpm
- Pemeriksaan darah lengkap, urin lengkap, faal ginjal, glukosa darah,
golongan darah, HIV, dan HbSAg (hasil terlampir di lampiran)
- Injeksi cefotaxime 1 gram 3x1 secara IV
6. Melakukan pemasangan infus RL 20/tpm pada ibu yang bertujuan untuk
pemberian cairan dan asupan tambahan melalui pembuluh darah pada ibu ,
ibu bersedia dan infus sudah terpasang
7. Melakukan skintest cefotaxime pada ibu pukul 13.55, hasil tidak ada
alergi
8. Memberikan injeksi cefotaxime pada ibu 3x1 secara IV 15 menit setelah
dilakukan skintest , obat sudah disuntikan secara IV pada ibu
9. Melakukan observasi TTV, DJJ, pembukaan dan his yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi ibu dan janin, observasi sudah dilakukan kondisi ibu
dan janin baik
10. Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan lab lengkap ,
kolaborasi telah dilakukan hasil lab dalam proses pengerjaan
11. Menganjurkan dan mendampingi ibu untuk melakukn aktivitas di tempat
tidur yang bertujuan mengurangi pengeluaran cairan ketuban dan agar
ketuban tetap stabil, ibu memahami dan bersedia melakukan saran yang
telah diberikan
12. Menjelaskan dan melakukan observasi kepada ibu adanya tanda-tanda
infeksi yang diakibat oleh ketuban pecah dini seperti demam, nyeri perut,
detak jantung janin cepat, ibu mengeri dengan penjelasan yang telah
diberikan
13. Melakukan pendokumentasian di lembar observasi

3.1 Catatan Perkembangan


Tanggal pengkajian : 11-05-2022 / 13.50 WIB
S (Subyektif)
Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng sejak kemarin malam 23.00
O (Obyektif)
- Tanda-Tanda Vital :
KU : Baik
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 36,3°C Nadi : 82x/menit
SPO2: 98% RR : 24x/menit
Tidak ada wheezing dan ronkhie
- DJJ : 146 x/menit, irama jantungnya reguler.
- His : 1x10’x10”
- Pemeriksaan Penunjang
(Hasil Laboratorium Terlampir)
Assessment (A)
G3P2002 UK 39 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD) jam 11.00 WIB tanggal 10-5-2022 Janin tunggal hidup
intrauterine
P (Plan)
1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan secara
keseluruhan, ibu mengerti dan memahami kondisinya
2. Melakukan observasi TTV, DJJ, His, observasi telah dilakukan
3. Memberitahu ibu akan di pindah ke ruang bersalin untuk observasi dan
penanganan lanjutan, ibu bersedia.
4. Melakukan pendokumentasian

BAB IV
ANALISIS KEBUTUHAN KOLABORASI ANTAR PROFESI
N Profesi yang Alasan Bentuk Tujuan Rencana
o diperlukan melakukan Kolaborasi Kolaborasi Implementasi
. untuk Kolaborasi yang yang Kolaborasi
Berkolaborasi Diperlukan diharapkan
1. Petugas Untuk - Melakukan swab Mendeteksi Tidak ada
laboratorium meminimalisir antigen gannguan rencana tindak
11-05-2022 penyebaran -Melakukan kesehatan lanjut
13.35 WIB covid 19 di RS pemeriksaan pada ibu agar
Untuk darah lengkap kesehatan
mengetahui dan urine ibu tetap
kondisi lengkap terpantau
kesehatan ibu dengan baik
secara
keseluruhan
2. Dokter Spesialis Untuk Memberikan infus Bertujuan Dalam
Kandungan pemantauan RL 500mg dan agar janin pemantauan
11-05-2022 kesehatan ibu injeksi cefotaxime dapat dokter
13.40 WIB dan janinnya dilahirkan kandungan
dengan
selamat dan
kondisi ibu
tetap sehat
dan tidak
terjadi
infeksi
3. Dokter Umum Untuk Dilakukan cek Bertujuan Tidak ada
11-05-2022 pemantauan keadaan umum untuk rencana tindak
13.45 WIB kesehatan ibu seperti mengetahui lanjut
pernapasan, kondisi
wheezimg, ronchi umum
dan kesehatan kesehatan ibu
jantung
BAB V
TELAAH ARTIKEL ILMIAH

5.1 Identitas Artikel


Judul Artikel : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di Bpm Sri
Puspa Kencana, Amd.Keb. Di Kabupaten Bogor
Nama Jurnal : Journal Of Midwifery Care Vol. 02 No. 01
Nama Penulis : Dhinda Fitri Puspita, Kiki Novianty, Annisa Fitri
Rahmadini
Tanggal Publikasi : 01 Desember 2021
Link :
https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/jmc/article/view/364

Gambaran Umum Penelitian :


Menurut data WHO (World Health Organization) Tahun 2017 sekitar
810 wanita meninggal, pada akhir tahun mencapai 295.000, 94%
diantaranya terdapat negara berkembang Sedangkan data AKI indonesia
secara umum pada tahun 2019 terjadi penurunan dari 395 menjadi
305/100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Penyebab kematian ibu masih didominasi dengan kejadian oleh
hipertensi 28%, perdarahan 29% dan KPD 10,7% dari seluruh persalinan.
masalah KPD Praterm di dunia dan Indonesia memerlukan perhatian yang
khusus. KPD terjadi karena selaput mengalami robekan, muncul setelah
usia kehamilan mencapai 28 minggu dalam 8 sampai dengan 10% wanita
hamil lebih dari 40 minggu beresiko KPD (Manuaba, 2009). Penyebab
KPD belum dilihat secara pasti apa yang menyebabkan seseorang ketuban
pecah dini, namun yang menjadi faktor antara lain infeksi yang terjadi
langsung pada selaput ketuban yang abnormal pada faktor yang meliputi
paritas, jumlah air ketuban, kelainan letak, cephal polvic disproportion, dan
pendular abdomen (Sagita, 2016).
Dengan cara mendiagnosa kejadian ketuban pecah dini pada ibu
bersalin menggunakan Tes PH untuk mengetahui keasaman dari vagina ,
apabila keasaaman seimbang bisa di pastikan cairan yang keluar adalah
cairan ketuban (Sunarti, 2017). Bedasarkan data di Indonesia sebanyak
65%, terjadinya ketuban pecah dini terjadi pada tahun 2020
angka kejadian ketuban pecah dini di jawa barat sebanyak 230 kasus dari
4834 (4,75%) kebanyakan kasus kematian ibu (Wulandari et al., 2019).

5.2 Hasil Telaah (Kritisi)

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah terdapat kesamaan dengan baku emas? Ya Tidak Tidak


diketahui
Penjelasan: Pada tinjauan pustaka dan jurnal
ini paritas, jumlah cairan ketuban dan usia tidak
termasuk dalam patofisiologi.

2. Apakah sampel subyek penelitian meliputi Ya Tidak Tidak


spektrum penyakit dari yang ringan sampai diketahui
berat, penyakit yang terobati dan tidak dapat
diobati?

Penjelasan: Peneliti mengangkat topik


mengenai hubungan faktor risiko seperti
umur, paritas, kelainan letak janin dan
jumlah cairan ketuban.

3. Apakah lokasi penelitian disebutkan dengan Ya Tidak Tidak


jelas? diketahui

Penjelasan:Peneliti telah memberikan nama


BPM Sri Puspa Kencana, Adm. Keb di
Kabupaten Bogor

4. Apakah presisi uji diagnostic dan variasi Ya Tidak Tidak


pengamatan dijelaskan? diketahui

Penjelasan: Analisis univariatdilakukan pada


setiap variabel faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu
bersalin. Sedangkan analisa bivariat dilakukan
dengan uji chi-square.
5. Apakah istilah “normal” dijelaskan? Ya Tidak Tidak
diketahui
Penjelasan: Dalam jurnal dijelaskan bahwa
peneliti menggunakan nilai alpha sebesar 5%
atau 0,05 berdasarkan hasil uji chi-squre.

6. Apabila uji diagnostik yang diteliti merupakan Ya Tidak Tidak


bagian dari suatu kelompok uji diagnostik, diketahui
apakah kontribusinya pada kelompok uji
diagnostik tersebut dijelaskan?

Penjelasan: Peneliti hanya memberikan uji chi-


square pada penelitiannya. Pada penelitian yang
menggunakan 157 sampel dan menggunakan
pendekatan purposive sampling dan rumus besar
slovin dan menggunakan uji chi square. Paritas
ibu bersalin menunjukan bahwa primipara yang
mempunyai hasil presentase 98 (62.4%), ketuban
cukup yang mempunyai hasil presentase 31
(11,7%), kelainan letak janin pada variable
normal mempunyai hasil presentase 31 (19,7%).
usia pada variabel produktif mempunyai hasil
presentase 14 (8,9%).

7. Apakah cara dan teknik melakukan uji Ya Tidak Tidak


diagnostic yang sedang diteliti dijelaskan, diketahui
sehingga dapat direplikasi?

Penjelasan: Dalam jurnal tidak dijelaskan


mengenai cara dan teknik dari uji ini dilakukan,
hanya saja peneliti langsung menyebutkan
berapa hasil dari uji yang digunakan per
variabel.

8. Apakah kegunaan uji diagnostic yang sedang Ya Tidak Tidak


diteliti disebutkan? diketahui

Penjelasan: Peneliti hanya saja menyebutkan


uji chi-square yang digunakan tanpa
menyebutkan tujuannya.
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada tanggal 11 Mei 2022 pukul 13.32 Ny. N dirujuk oleh bidan ke rumah sakit
Aura Syifa ditemani oleh keluarganya. Ny. N mengatakan mengeluarkan cairan
merembes dari jalan lahir sejak pukul 11.00 WIB tanggal 10-05-2022. Pada
pemeriksaan didapatkan ibu memiliki riwayat sakit sesak nafas, darah tinggi, kencing
manis dll. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan ibu mengalami ketuban pecah
dini. Penyebab KPD belum dilihat secara pasti apa yang menyebabkan seseorang
ketuban pecah dini, namun yang menjadi faktor antara lain infeksi yang terjadi
langsung pada selaput ketuban yang abnormal pada factor yang meliputi paritas,
jumlah air ketuban, kelainan letak, cephal polvic disproportion, dan pendular
abdomen (Menurut Dhinda dalam Sagita, 2016). Dengan cara mendiagnosa kejadian
ketuban pecah dini pada ibu bersalin menggunakan Tes PH untuk mengetahui
keasaman dari vagina , apabila keasaaman seimbang bisa di pastikan cairan yang
keluar adalah cairan ketuban (Sunarti, 2017).
Berdasarkan tinjauan kasus Ny. N usia 30 tahun GIII P2002 Usia Kehamilan 39
Minggu dengan ketuban pecah dini. Hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik
kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu : 36,3°C, nadi
82x/menit, SPO2: 98%, RR 24x/menit, DJJ 146 x/menit, irama jantungnya reguler,
his 1x10’x10” VT : 1 cm eff 25%, ketuban (+) merembes jernih, hodge 1.
Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM) merupakan
kondisi ketika kantung ketuban pecah sebelum waktu persalinan dimulai, baik
sebelum janin matang dalam kandungan maupun setelah janin matang (Herawati &
Damayanti, 2020). Semakin awal terjadinya pecah ketuban maka semakin serius
kondisi tersebut.
Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan.
Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau
dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period,
diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban
pecah. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi
infeksi pada ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016).
Penatalaksanaan dengan memberikan cefotaxime kepada ibu guna pencegahan
infeksi pada ibu dan janin. Pemberian cefotaxime ini sejalan dengan penelitian dari
(Manuaba, 2013) dengan pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi
pada ibu. Antibiotik diberikan ketika diagnosis KPD sudah ditegakkan.
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Pada pengkajian tanggal 11 Mei 2022 pukul 13.32 Ny. N telah mengeluarkan
cairan merembes dari jalan lahir sejak pukul 11.00 WIB tanggal 10-05-2022.
Pada data obyektif diperoleh TTV dalam batas normal, sehingga diperoleh
diagnose GIII P2002 Usia Kehamilan 39 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten
Tunggal Hidup Intrauterin Letak Kepala Dengan Ketuban Pecah Dini. Maka dari
tinjauan teori dan tinjauan kasus dapat disimpulkan :

1 Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM)


merupakan kondisi ketika kantung ketuban pecah sebelum waktu persalinan
dimulai, baik sebelum janin matang dalam kandungan maupun setelah janin
matang.
2 Kondisi Ny.N memiliki diagnosa ketuban pecah dini dimana ibu telah
mengeluarkan cairan jernih banyak melalui genetalia sejak tanggal 10-05-
2022.
3 Pengkajian dan observasi pada Ny.N telah dilakukan pada tanggal 11 Mei
2022 dan diperoleh hasil dari evaluasi asuhan kebidanan yaitu dilakukan
kolaborasi bersama dokter umum, dokter SpOG, analis kesehatan untuk dapat
dilakukan tindakan untuk dapat meneyelamatkan ibu dan bayinya.
4 Intervensi yang diberikan menjelaskan tentang gizi seimbang, istirahat yang
cukup, memberikan motivasi dan dukungan emosional kepada ibu untuk
menghadapi persalinannya. Ibu terlihat lebih tenang menghadapi proses
operasi kolaborasi dengan ahli gizi, dokter obgyn untuk memantau kesehatan
ibu dan janinnya dalam keadaan baik.
7.1 Saran
1. Terhadap pasien
Diharapkan dapat memberikan KIE yang diberikan petugas sehingga dapat
meningkatkan kesehatan pasien serta terhindar dari terjadinya komplikasi.
2. Terhadap mahasiswa
Diharapkan agar semua meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam melakukan komunikasi dan pelayanan kepada pasien.
3. Terhadap Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan kinerja pembelajaran terhadap mahasiswi
kebidanan baik teori maupun praktek, sehingga setiap tahunnya dapat
melahirkan alumni kebidanan yang profesional, intelektual dan terampil
dalam bidang kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Herawati, H., & Damayanti, M. (2020). Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan

Kejadian Prematuritas Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Pasaleman

Kabupaten Cirebon Tahun 2020. 5.

Jannah, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Post Partum Dengan

Persalinan Spontan Indikasi Ketuban Pecah Dini Di Ruang Kenari Rumah

Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember. 14.

Metti, E. (2021). Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Ketuban Pecah Dini

(Kpd): Aplikasi Teori Keperawatan Need For Help Wiedenbach. Penerbit

Nem.

Syafii, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Post Partum Spontan Atas Indikasi

Ketuban Pecah Dini Diruang Bougenvile Rsud Sukoharjo. 24.

Tahir, S. (2021). Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini. Media Sains Indonesia.

Negara, K. S., Mulyana, R. S., & Pangkahila, E. S. (2017). Buku Ajar Ketuban
Pecah
Dini.
Sunarti. 2017. “Manajemen Askeb Intranatal Pada Ny ‘R’ Gestasi 37-38 Minggu
dengan KPD.” Ketuban Pecah Dini: 156.
Lampiran. Hasil Laboratorium

Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rujukan

Darah
Lengkap
11,8 gr/dl
Hb
12.300 sel/cmm
Lekosit
42,6% %
Hematokrit
137.000 sel/cmm
Trombosit
Non Reaktif Non Reaktif
HbsAg
Non Reaktif Non Reaktif
HIV

Urin Lengkap

Warna Kuning Kuning Muda

Kejernihan Keruh Jernih

PH 6.0 5,0-7,0

Berat Jenis 1,015 1,010-1,025

Protein Negatif Negatif

Albumin Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Darah Negatif Negatif

Faal Ginjal

Ureum 29 mg/dl 15-40

Creatinine 0,64 mg/dl 0,5-1,0

Glukosa Darah 77 mg/dl 70-130

Covid-19 Non Reaktif Non Reaktif -Hasil non


rekatif/negatif:
Tidak
menyingkrikan
kemungkinan
terinfeksi SARS

Anda mungkin juga menyukai