Sukmawati1Khalida ZiahSiualamu2
1
Bagian Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Graha Edukasi, Makassar
(email: leekimsuk231191@gmail.com)
2
Bagian Keperawatan,sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Graha Edukasi,Makassar
ABSTRAK
Persalinan preterm merupakan ancaman serius karena merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas
neonatal di Indonesia. Kelahiran preterm memiliki dampak jangka panjang dan jangka pendek.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2022 di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar Tahun 2022. Penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Case Control Study yang bertujuan untuk mencari hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang mengalami
persalinan preterm dan berada di Puskesmas Jumpadang Baru Tahun 2022 sebanyak 50 orang dengan rincian 25
orang yang mengalami persalinan preterm dan 25 orang yang tidak mengalami persalinan preterm dengan
perbandingan 1:1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan umur dengan kejadian persalinan preterm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan paritas dengan kejadian persalinan preterm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan gemelli dengan kejadian persalinan preterm
Bagi bidan dan dokter serta tenaga kesehatan yang lainnya di Puiskesmas disarankan untuk terus
meningkatkan promosi kesehatan, pencegahan serta deteksi dini terhadap faktor risiko persalinan preterm. Promosi
kesehatan tentang faktor risiko persalinan preterm termasuk usia ibu saat hamil yang ideal
ABSTRACT
Preterm delivery is a serious threat because it is one of the causes of neonatal morbidity and mortality in
Indonesia. Preterm birth has both long-term and short-term effects.
The research was conducted in Mei 2022 at Jumpandang Baru Clinic in 2022. This research is a
quantitative study with a Case Control Study design that aims to find the relationship between the independent
variable and the dependent variable. The sample in this study were 50 women who underwent preterm labor and
were in Jumpandag Baru Clinic in 2020, with details of 25 people who experienced preterm labor and 25 people
who did not experience preterm labor with a ratio of 1: 1
The results showed that there was a relationship between age and the incidence of preterm labor. The
results showed that there was a relationship between parity and the incidence of preterm labor. The results showed
that there was a Gemelli relationship with the incidence of preterm labor
Midwives and doctors and other health workers at the hospital are advised to continue to improve health
promotion, prevention and early detection of risk factors for preterm labor. Health promotion regarding risk factors
for preterm delivery including the ideal age of the mother at pregnancy
Karakteristik pretermitas pada sebuah kehamilan akan di picu oleh karakteristik pasien
dengan status sosio ekonomi yang rendah termasuk di dalamnya penghasilan rendah, pendidikan
yang rendah sehingga mempengaruhi pola nutrisi yang rendah; umur kehamilan pada usia 16
tahun dan primigravida > 30 tahun; riwayat pernahirkn preterm; pekerjaan fisik yang berat,
tekanan mental (stress) atau kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan kejadian preterm,
merokok lebih dari 10 batang sehari; penggunaan obat bius/kokain (Rukiyah & Yulianti, 2010).
Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya persalinan preterm seperti faktor pada ibu,
faktor janin dan plasenta, ataupun faktor lain seperti sosioekonomik (Winkjosastro, 2014).
Beberapa faktor penyebab akan menambah keadaan pretermitas antara lain : infeksi saluran
kemih, penyakit ibu seperti hipertensi dalam kehamilan, asma, penyakit jantung, kecanduan obat,
kolestatis, anemia, keadaan yang menyebabkan distensi uterus berlebihan yaitu kehamilan
multiple, hidramnion, diabetes, isoimunisasi Rh, peradarahan antepartum, infeksi umum pada
ibu, tindakan bedah selama kehamilan, kehamilan dengan AKDR (Rukiyah & Yulianti, 2010)
World health organization (WHO) bekerja sama dengan March of Dimes, lembaga
sosial dari Amerika Serikat yang memiliki misi mencegah bayi lahir prematur dan cacat
melaporkan setiap tahun diperkirakan 13 juta bayi lahir secara prematur di seluruh dunia dan satu
juta bayi meninggal dunia. Kelahiran bayi prematur ini paling banyak terjadi di negara miskin
dan berkembang, terutama di Afrika dan Asia. Jumlah tertinggi ada di Afrika dan di ikuti dengan
Amerika Utara. Di negara maju angka prematuritas adalah antara 5–10% di Eropa, Amerika
Utara, Australia, dan sebagian Amerika Selatan, dan 10–30% di negara-negara Afrika dan Asia
Tenggara. Angka kelahiran prematur yang tercatat di Indonesia pada tahun 2015 sekitar 19%,
sekitar 400 ribu bayi dilahirkan prematur dari 4,4 juta kelahiran setiap tahunnya. Setiap tahun
diperkirakan lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau berat badan lahir rendah di Indonesia.
Tingginya kelahiran bayi prematur tersebut karena saat ini ada 30 juta perempuan usia subur
yang kondisinya kurang energi kronik dan sekitar 50% ibu hamil mengalami anemia defisiansi
gizi (Kemenkes RI, 2015).
Data yang diperoleh dari Rekam Medik Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2021 terdapat 29 kasus (8,01%) dari 362 persalinan, pada
tahun 2020 terdapat 89 kasus (12,39%) dari 718 persalinan, sedangkan tahun 2019 terdapat kasus
54 (5,70%) dari 948 persalinan. (Rekam Medik Puskesmas Jumpandang Baru Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan 2020 - 2021).
Kelahiran preterm memiliki dampak jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka
pendek, bayi baru lahir dapat mengalami kematian karena usia kehamilan yang sangat kurang
sehingga pembentukan organ dan sistem kerja tubuh belum sempurna. Kelahiran preterm juga
memperbesar kemungkinan bayi terlahir dengan berat badan kurang, asfiksia, sepsis dan
komplikasi lainnya. Bicara tentang quality of life dampak jangka panjang yaitu dapat berupa
gangguan fisik yang spesifik seperti gangguan pandangan, pendengaran, penyakit paru- paru
kronis, dan penyakit kardiovaskular. Efek jangka panjang lainnya yaitu perkembangan syaraf
serta perilaku. Dampak non kesehatan yang dapat terjadi adalah dari segi keluarga, keuangan
(WHO 2012). Banyaknya dampak yang di timbulkan dari persalinan preterm membuktikan
bahwa kejadian ini merupakan hal serius.
Persalinan preterm merupakan ancaman serius karena merupakan salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas neonatal di Indonesia. Karena persalinan preterm ini merupakan
kejadian multi faktor maka dalam upaya perlu mengurangi persalinan preterm mulai dari
mengenali faktor risiko sehingga dapat melakukan pencegahan sedini mungkin.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka akan diteliti lebih lanjut tentang faktor- faktor
yang berhubungan dengan persalinan preterm. Dengan diketahuinya berbagai faktor tersebut,
dapat memberi manfaat dalam pendeteksian dini ibu hamil yang berpotensi bersalin sebelum
waktunya. Selain itu agar dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin sehingga morbiditas dan
mortalitas dapat diturunkan atau dicegah.
Berdasarkan hasil analisis Uji Chi Square diperoleh nilai ρ = 0,001 <dari α=0,05 dan nilai OR>1, ini
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan signifikan antara umur dengan persalinan
preterm.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Persalinan Preterm
Di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Tahun 2022
Frekuensi Persentase
Persalinan Preterm
(f) (%)
Kasus 25 50,0
Kontrol 25 50,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Sekunder 2022
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Persalinan Preterm Berdasarkan Umur di Puskesmas Jumpandang Baru
Makassar
Tahun 2022
Frekuensi Persentase
Umur
(f) (%)
Risiko Tinggi 26 52,0
Risiko Rendah 24 48,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Sekunder 2022
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Persalinan Preterm Berdasarkan Paritas di Jumpandang Baru Makassar
Tahun 2022
Frekuensi Persentase
Paritas
(f) (%)
Risiko Tinggi 27 54,0
Risiko Rendah 23 46,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Sekunder 2022
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kejadian Persalinan Preterm Berdasarkan Gemelli di Puskesmas Jumpadang Baru
Makassar
Tahun 2022
Frekuensi Persentase
Gemelli
(f) (%)
Ya 23 46,0
Tidak 27 54,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Sekunder 2022
Tabel 5.5
Hubungan Umur Dengan Kejadian Persalinan Preterm
Di Jumpandang Baru Makassar
Tahun 2022
Kejadian Persalinan Preterm
Jumlah Nilai p
Umur Kasus Kontrol
n % n % n %
Risiko Tinggi 23 88,5 3 11,5 26 100,0
0.001
Risiko Rendah 2 8,3 22 91,7 24 100,0
Total 25 50,0 25 50,0 50 100,0
Sumber : Data Sekunder 2022
Tabel 5.6
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Persalinan Preterm
Di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Tahun 2022
Kejadian Persalinan Preterm
Kasus Kontrol Jumlah Nilai p
Paritas
n % n % n %
Risiko Tinggi 23 82,1 5 17,9 28 100,0
0.003
Risiko Rendah 2 9,1 20 90,9 22 100,0
Total 25 50,0 25 50,0 50 100,0
Sumber : Data Sekunder 2022
Tabel 5.7
Hubungan Gemelli Dengan Kejadian Persalinan Preterm
Di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Tahun 2022
Kejadian Persalinan Preterm
Kasus Kontrol Jumlah Nilai p
Gemelli
n % n % n %
Ya 18 78,3 5 21,7 23 100,0
0.002
Tidak 7 25,9 20 74,1 27 100,0
Total 25 50,0 25 50,0 50 100,0
Sumber : Data Sekunder 2022
PEMBAHASAN
Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun memiliki risiko tinggi yang kemungkinan akan memberikan ancaman kesehatan selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Umur adalah lamanya seorang individu mengalami kehidupan sejak lahir sampai saat ini.
Umur merupakan salah satu variabel dari model demografi yang digunakan sebagai hasil ukuran mutlak atau
indicator fisiologis yang berbeda.
Resiko kejadian preterm sangat tinggi terutama pada usia <20 tahun keadaan alat reproduksi belum siap
untuk menerima kehamilan, sedangkan pada usia >35 tahun karena terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Hal ini merupakan penyebab kematian maternal dalam persalinan
(Saifuddin, 2016).
Paritas adalah frekuensi seorang wanita melahirkan. Semakin tinggi frekuensi melahirkan maka seorang
wanita akan semakin tinggi terjadianya hipertensi. Wanita yang sudah mengalami persalinan >4 kali dengan bayi
aterm memiliki kemungkinan mengalami preeclampsia karena fungsi endometrium sudah tidak baik sehingga
pemberian nutrisi dan oksigenasi hasil konsepsi akan terganggu sehingga bisa membahayakan kesehatan ibu dan
janin yang dikandungnya karena dengan bertambahnya umur akan menunjukkan peningkatan resiko yang lebih
besar untuk mengalami hipertensi (Bobak, 2016).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dinarwati (2017) di RSUD
Klaten yang menyatakan dominan preterm terjadi pada ibu yang mengalami gemelli dengan nilai p= 0,041 yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima
Peneliti berasumsi bahwa kelahiran preterm juga memperbesar kemungkinan bayi terlahir dengan berat
badan kurang, asfiksia, sepsis dan komplikasi lainnya. Bicara tentang quality of life dampak jangka panjang yaitu
dapat berupa gangguan fisik yang spesifik seperti gangguan pandangan, pendengaran, penyakit paru- paru kronis,
dan penyakit kardiovaskular.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian dilaksanakan bulan Mei 2022. Jenis penelitian ini adalah metode dengan pendekatan Case Control
Study dan hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur,paritas,gemelli dengan kejadian
persalinan preterm. Perlunya sebagai Bagi bidan dan dokter serta tenaga kesehatan yang lainnya di Rumah
Sakit disarankan untuk terus meningkatkan promosi kesehatan, pencegahan serta deteksi dini terhadap faktor
risiko persalinan preterm. Promosi kesehatan tentang faktor risiko persalinan preterm termasuk usia ibu saat
hamil yang ideal. Penelitian lain diharapkan dapat menggunakan penelitian ini sebagai referensi tambahan
serta wawasan dalam memperkuat hasil-hasil studi yang berkaitan tentang persalinan preterm dan faktor lain
yang menyertainya, sehingga hasil penelitian lebih akurat
DAFTAR PUSTAKA
Agudelo et al. 2006.Birth spacing and risk of adverse perinatal outcomes: a metaanalysis.
JAMA. 2006 Apr 19;295(15):1809-23
Alijahan R, et al. 2014. Prevalence and Risk Factors Associated with preterm
Agustina, DU. 2015.Hubungan antara usia dan paritas ibu bersalin dengan kejadian
persalinan preterm. Skripsi
Alijahan R, et al. 2014. Prevalence and Risk Factors Associated with preterm birth in
Ardabil. Iran Journal Reproductive Vol.12, No. 1, H.47-56, Januari 2014
Carmo, et al. 2016. Prevalence and risk factors related to preterm birth in Brazil. The
Author(s) Reproductive Health 2016, 13(Suppl 3):127
Drajat, S. 2007. Arti Penting Pendidikan Mitgasi Bencana Dalam Mengurangi Resiko
Bencana. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia Yoyakarta Press.
Depkes RI. 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta: Depkes RI. __________.
2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Hill, A.B. (1965). The Environment and Disease: Association or Causation? Section of
Occupational Medicine, 295-300
Kemenkes RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Kusumawati E, Sayono, Ariana DN. 2011. Faktor risiko kejadian persalinan prematur
(Studi di Bidan Praktek Mandiri Wilayah Kerja Puskesmas Geyer dan Puskesmas Toroh
Tahun 2011). Skripsi.
Manuaba I, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB dalam Pendidikan
Bidan: Jakarta. EGC.
March of Dimes, PMNCH, Save the Children, WHO. Born Too Soon: The Global Action
Report on Preterm Birth. Eds CP Howson, MV Kinney, JE Lawn. World Health
Organization. Geneva, 2012.
Martina, DW. 2011. Hubungan Usia dan Paritas Dengan Kejadian Partus Prematurus Di
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2010. Skripsi
Pierre et al . 2004. History of Induced abortion as a risk factor for Preterm Birth in
European Countries: Result of EUROPOP Survey :Hum Reprod (2004) 19 (3):734-740
Rochdjati, P. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor Resiko.
Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko tinggi. Surabaya: Airlangga University Press Mochtar, R.
1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Jakarta. EGC.
Rekam Medik diruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi
Tenggara. Jumlah Persalinan Prematur tahun 2017 – 2019.
Rukiyah & Yulianti. (2010). Asuhan Kebidanan (patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info
Media
Smith et al. 2003. Interpregnancy Interval and Risk Of Preterm Birth and Neonatal Death:
Retrospective Cohort Study. BMJ. 2003 October 11; 327(7419): 851. 77
Syaifudin, dkk. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
:Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, H.301
Sarwono Prawiroharjo. Zhu, et al. 1999. Effect of the Interval between Pregnacies on
Perinatal Outcomes. NEJM 1999;340:589-594
Schempf AH, Branum AM, Lukacs SL, Schoendorf KC. 2007. Maternal age and parity-
associatedrisks of preterm birth: differences by race/ ethnicity. Paediatr Perinat
Epidemiol. 21(1):34-43
Utami, A D. 2015. Hubungan antara Usia dan Paritas Ibu hamil dengan Kejadian
Persalinan Preterm di Kabupaten Bantul Tahun 2014. Skripsi
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Varney, H. 2001. Buku Saku bidan: Jakarta. EGC Wiknjosastro, H. 2005. Imu Kebidanan,
Edisi 3, Cetakan 7, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Samsulhadi HH. 2003. Induksi Ovulasi dan Stimulasi Ovarium. CV Sagung Seto. 95-109