Anda di halaman 1dari 12

i

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


FLOUR ALBUS (KEPUTIHAN)
DI PUSKESMAS PAMITRAN KOTA CIREBON
Diajukan untuk memenuhi salah satu penilaian Praktek Kebidanan Fisiologis
Stase 7 (KB dan Kespro)

Disusun oleh :

Euis Nurmawar

P20624822109

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
TASIKMALAYA JURUSAN KEBIDANAN
TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
2023

i
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS)

1. Pokok Bahasan : Kesehatan Reproduksi Wanita


2. Sub pokok bahasan : Keputihan (Flour Albus)
3. Sasaran : Pasangan Usia Subur
4. Hari, Tanggal : Jum’at, 14 April 2023
5. Waktu : Pukul 09.00 sd Selesai
6. Tempat : Puskesmas Pamitran
7. Penyuluh : Euis Nurmawar
8. Tujuan
a. Tujuan Intruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran
dapat memahami tentang Keputihan (Flour Albus).
b. Tujuan Instrusional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang Keputihan (Flour
Albus) diharapkan sasaran mampu :
1) Menjelaskan pengertian keputihan
2) Menyebutkan macam – macam keputihan
3) Menyebutkan minimal 2 penyebab keputihan
4) Menyebutkan minimal 2 cara pencegahan keputihan
9. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
10. Media
Poster

1
2

11. Kegiatan
Tahap, Waktu Kegiatan Penyuluh Respon Sasaran
No
Kegiatan
1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam
2. Memperkenalkan diri 2. Peserta mengetahui
3. Menjelaskan maksud nama penyuluh
1. Pembukaan
dan tujuan dari 3. Peserta memahami
5 Menit penyuluhan maksud dan tujuan
4. Menyebutkan materi penyuluhan
yang akan diberikan 4. Peserta mengetahui
5. Menyampaikan materi yang akan
kontrak waktu deberikan
5. Peserta mengetahui
waktu penyuluhan
1. Menjelaskan
pengertian keputihan
2. Menjelaskan macam
– macam keputihan
3. Menjelaskan
2. Kegiatan inti
Penyebab Keputihan Peserta mendengarkan
15 Menit 4. Menjelaskan dan memahami materi
bagaimana cara yang disampaikan
pencegahan
keputihan
1. Menyimpulkan materi 1. Mendengarkan
penyuluhan yang
telah disampaikan
kepada sasaran
2. Memberikan 2. Menjawab
pertanyaan kepada pertanyaan
3

3. Evaluasi/penutup sasaran tentang materi


10 Menit yang sudah
disampaikan
penyuluh
3. Menutup acara dan 3. Mendengarkan
mengucapkan salam penyuluh menutup
serta terima kasih acara dan
kepada sasaran menjawab salam
12. Materi
Terlampir
13. Evaluasi
Peserta mampu memahami dan mengetahui tentang keputihan, serta dapat
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diberikan.
a. Menjelaskan pengertian keputihan?
b. Menyebutkan macam – macam keputihan?
c. Menyebutkan minimal 2 penyebab keputihan?
d. Menyebutkan minimal 2 cara pencegahan keputihan?
DAFTAR PUSTAKA

Krisna, D. et al. (2019) ‘Hubungan Pengetahuan Personal Hygine Terhadap


Kejadian Keputihan Pada Siswi SMA’, Kesehatan dan Pembangunan,
9(18), pp. 36–42.
Marhaeni, G. A. (2016) ‘Keputihan Pada Wanita’, Jurnal Skala Husada, 13, pp.
30–38.
Sibagariang, E. E., Pusmaika, R. and Rismalinda (2010) Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta.

4
LAMPIRAN MATERI
KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS)

A. Pengertian Flour Albus (Keputihan)


1. Definisi
Flour albus (keputihan) adalah cairan yang keluar berlebihan dari
vagina bukan merupakan darah (Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda,
2010). Keputihan adalah cairan berlebihan yang keluar dari vagina.
Keputihan bisa bersifat fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis
biasanya terjadi pada masa subur serta sebelum dan sesudah haid.
Keputihan normal apabila pada masa-masa tersebut banyak cairan yang
keluar dari vagina, selama cairan tersebut tidak berbau dan tidak
menyebabkan gatal. Keputihan patologis adalah keputihan yang
disebabkan oleh infeksi vagina, adanya benda asing dalam vagina, atau
protozoa. Keputihan patologis biasanya berwarna seperti susu atau hijau
kekuning - kuningan, atau bercampur darah jika keputihan sudah menjadi
penyakit. Apabila sudah menjadi penyakit biasanya keputihan patologis
menyebabkan gatal pada daerah vagina, berbau, dan menyebabkan rasa
tidak nyaman (Irianto, 2014 dalam jurnal (Krisna, dkk, 2019).
2. Macam – macam flour albus (keputihan)
a. Flour albus (keputihan) fisiologis
Keputihan fisiologis atau normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke
10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stres, dan
sedang mengkonsumsi obat – obat hormonal seperti pil KB.
Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak
menyebabkan rasa gatal (Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda,
2010).

5
6

b. Flour albus (keputihan) patologis


Keputihan patologis atau abnormal terjadi akibat infeksi dari
berbagai mikro-organisme, antara lain bakteri, jamur, dan parasit.
Keputihan yang tidak normal ditandai dengan jumlah yang keluar
banyak, berwarna putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, gatal,
perih, dan disertai bau amis atau busuk. Warna pengeluaran dari
vagina akan berbeda sesuai dengan penyebab dari keputihan
(Manuaba dalam jurnal Marhaeni, 2016).
B. Etiologi Flour Albus (Keputihan)
1. Keputihan fisiologis
Menurut Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda, (2010) keputihan
fisiologis disebabkan oleh :
a. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
b. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual
menghasilkan sekret, akibat adanya pelebaran pembuluh darah di
vagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah sehingga
terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini
diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.
c. Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut rahim
saat masa ovulasi (Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda, 2010).
d. Bayi yang baru lahir kira – kira 10 hari, keputihan ini disebabkan
oleh pengaruh hormone estrogen dari ibunya (Marhaeni, 2016).
2. Keputihan patologis
Menurut Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda, (2010) keputihan
patologis disebabkan oleh :
a. Infeksi
1) Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan adalah kandida
albikan. Penyakit ini disebut juga kandidiasis genitalis. Jamur ini
merupakan saprofit yang pada keadaan biasa tidak menimbulkan
keluhan gejala, tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan gejala
infeksi mulai dari yang ringan hingga berat. Penyakit ini tidak
7

selalu akibat PMS dan dapat timbul pada wanita yang belum
menikah. Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada
alat kelamin, keluarnya lendir yang kental, putih dan bergumpal
seperti butiran tepung. Keluarnya cairan terutama pada saat
sebelum menstruasi dan kadang – kadang disertai rasa nyeri pada
waktu senggama. Pada pemeriksaan klinis terlihat vulva berwarna
merah (eritem) dan sembab, kadang – kadang ada erosi akibat
garukan. Terlihat keputihan yang berwarna putih, kental,
bergumpal seperti butiran tepung lengket di dinding vagina.
2) Bakteri
a) Gonokokus
Penyakit ini disebut dengan gonorrhea dan penyebab
penyakit ini adalah bakteri Neisseria Gonorrhoeae atau
gonococcus. Penyakit ini terjadi akibat hubungan seksual
(PMS). Gejala yang ditimbulkan adalah keputihan yang
berwarna kekuningan atau nanah, rasa sakit pada waktu
berkemih maupun saat senggama
b) Chlamydia Trakomatis
Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata
trakoma dan menjadi penyakit menular seksual. Klamidia
adalah organisme intraseluler obligat, pada manusia bakteri ini
umumnya berkoloni secara local di permukaan mukosa,
termasuk mukosa serviks. Klamidia sering menjadi etiologi
pada penyakit radang pelvis, kehamilan di luar kandungan dan
infertilitas. Gejala utama yang ditemukan adalah servisitis pada
wanita dan uretritis pada pria.
c) Gardnerella
Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya
mengisi penuh sel – sel epitel vagina membentuk khas clue
cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi
senyawa amin, bau amis, berwarna keabu – abuan. Gejala
8

klinis yang ditimbulkan ialah flour albus yang berlebihan dan


berbau disertai rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.
d) Treponema Pallidum
Penyebab penyakit kelamin sipilis, ditandai kondilomalata
pada vulva dan vagina. Kuman ini berbentuk spiral, bergerak
aktif.
e) Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah
trikomonas vaginalis, berbentuk lonjong, bersilia, dapat
bergerak berputar – putar dengan cepat. Gejala yang
ditimbulkan ialah flour albus yang encer sampai kental,
berwarna kekuningan dan agak bau serta terasa gatal dan
panas.
f) Virus
Human papilloma virus (HPV) dan herpes simpleks. HPV
sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau,
tanpa rasa gatal.
b. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Adanya fistula vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat
bawaan, cedera persalinan dan radiasi kanker genetalia atau kanker
itu sendiri (Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda, 2010).
c. Benda asing
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia
atau prolaps uteri dapat merangsang sekret vagina berlebihan
(Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda, 2010).
d. Neoplasma jinak
Berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, akan mudah
mengalami peradangan sehingga menimbulkan keputihan
(Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda, 2010).
e. Kanker
Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas,
apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau
9

seluruhnya memasuki lumen saluran alat – alat genetalia. Sel akan


tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat dari
pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan pembuluh darah pada
hipervaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan adalah cairan yang
banyak, berbau busuk disertai darah tak segar (Sibagariang,
Pusmaika dan Rismalinda, 2010).
f. Fisik
Tampon, trauma dan IUD (Sibagariang, Pusmaika dan
Rismalinda, 2010).
g. Menopause
Pada menopause sel – sel dan vagina mengalami hambatan dan
dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga
vagina kering, sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel
sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta (Sibagariang,
Pusmaika dan Rismalinda, 2010).
h. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang
akibat meningkatnya pengeluaran energi karena terlalu memaksakan
tubuh untuk bekerja berlebihan dan menguras fisik (Anonim dalam
jurnal Marhaeni, 2016). Meningkatnya pengeluaran energi menekan
sekresi hormon estrogen. Menurunnya sekresi hormon estrogen
menyebabkan penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan oleh
Lactobacillus doderlein untuk metabolisme. Sisa dari metabolisme
ini yaitu asam laktat yang digunakan untuk menjaga keasaman
vagina. Jika asam laktat yang dihasilkan sedikit maka bakteri, jamur,
dan parasit mudah berkembang (Marhaeni, 2016).
i. Ketegangan psikis
Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang
akibat dari meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang
tidak menyenangkan atau sulit diatasi (Anonim dalam jurnal
Marhaeni, 2016). Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan
sekresi hormon adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin
10

menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi


elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan aliran hormon
estrogen ke organ – organ tertentu termasuk vagina terhambat
sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang. Berkurangnya asam
laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga bakteri,
jamur, dan parasit penyebab keputihan mudah berkembang
(Marhaeni, 2016).
j. Kebersihan diri
Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk menjaga kebersihan
dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Manuaba dalam
jurnal Marhaeni, 2016). Keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh
cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama kebersihan
alat kelamin. Kegitan kebersihan diri dapat memicu keputihan adalah
penggunaan pakaian dalam yang ketat, cara membersihkan alat
kelamin yang tidak benar, penggunaan sabun pembersih dan pewangi
vagina, penggunaan pantyliner yang terus menerus di luar siklus
menstruasi (Marhaeni, 2016).
C. Pencegahan flour albus (keputihan)
Menurut Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda (2010) pencegahan
flour albus meliputi :
a) Pola hidup sehat, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan
alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
b) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom
untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
c) Menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana
dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana
terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner ada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
d) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
11

e) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan


karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan
konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
f) Hindari penggunaan tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
g) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan
seperti meminjam perlengkapan mandi, dsb. Sedapat mungkin tidak
duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan
kloset sebelum menggunakannya.
h) Mengelola stres karena stres meningkatkan hormon adrenalin yang
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang
sempit dapat menyebabkan aliran estrogen ke vagina terhambat
sehingga dengan menghindari stres dapat mengurangi keputihan.
i) Mengganti celana dalam 2 kali sehari.

Anda mungkin juga menyukai