Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu penilaian Mata Kuliah Patien Safety

Disusun Oleh:

Euis Nurmawar

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

JURUSAN KEBIDANAN

2022
Kasus 1: ilustrasi kasus

IS, kesal luar biasa saat mengetahui bayinya yang baru berumur sehari diberi susu formula
oleh pihak praktik bidan swasta. I melahirkan pada 3 Desember 2016 di sebuah praktik bidan
swasta.

Hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ia dan bayi laki-lakinya dipisahkan. Kecurigaan I
muncul lantaran saban pagi saat waktu menyusu, bayinya tak pernah menangis. Padahal ia
sama sekali belum menyiapkan ASI perah.

Kecurigaan itu baru terjawab setelah ia hendak pulang dari praktik bidan swasta. Ia diberikan
bingkisan perlengkapan bayi serta sekaleng susu formula yang sudah habis setengah, yang
terang bikin ia terkejut. Lebih terkejut lagi, pemakaian susu formula ini disertakan dalam
tagihan persalinan. Biayanya dipatok sekitar Rp300 ribu.

Keluarga itu merasa ditipu. Pihak praktik bidan mandiri lantaran tidak memberitahu akan
memberikan susu formula kepada sang bayi, apalagi meminta persetujuan kepada sang ibu. I
dan anak pertamanya dalam kondisi stabil untuk melakukan inisiasi menyusu dini. Tak jelas
apa pasal ia sampai harus dipisah dengan anaknya waktu itu.

Analisis Kasus:

Berdasarkan kasus tersebut, tentunya bidan sangat menyalahi wewenang profesinya apalagi
pada kasus ini bidan sampai memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Seharusnya
bidan menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa adanya
memberikan tambahan makan apapun.

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang paling banyak memberikan pelayanan antenatal care
(ANC) mempunyai peranan penting dalam mendukung keberhasilan program ASI eksklusif
melalui pemberian edukasi menyusui. Namun, bidan juga dapat berperan sebagai faktor
penghambat pemberian ASI eksklusif jika bidan menawarkan atau memberikan susu formula
bayi tanpa ada indikasi medis.

Pemberian susu formula oleh bidan atau tenaga kesehatan telah mendapat perhatian
pemerintah melalui kebijakan seperti Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya. Inti dari aturan tersebut
adalah larangan untuk bidan atau tenaga kesehatan yang memberikan susu formula tanpa
adanya indikasi medis serta sanksi bagi yang melanggar.

Dalam kondisi apapun, bayi usia 0-6 bulan tidak dianjurkan diberi susu formula. Untuk itu
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menekankan kepada para orangtua agar tidak mudah
memberikan susu formula bagi bayi pada usia tersebut tanpa pengawasan tenaga kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif pasal 6 disebutkan setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif
kepada bayi yang dilahirkannya. Bayi 0-6 bulan boleh diberi susu formula asal dengan
ketentuan sang ibu terdapat indikasi medis, ibu tidak ada, atau ibu terpisah dari bayi
sebagaimana ditetapkan pada Pasal 7.

Anda mungkin juga menyukai