ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S, 31 TAHUN, G3P1A1 HARI KE-1, DENGAN NYERI
POSTPARTUM SPONTAN DI RUANG M RUMAH SAKIT X BANDUNG
Laporan Kasus
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny. S Dengan Nyeri Post Partum Spontan tepat waktu.
Makalah Asuhan Keperawatan pada Ny.S Dengan Nyeri Post Partum disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah PKK Keperawatan Maternitas di Stikes Santo Borromeus dengan dosen pembimbing Ibu
Yosi Maria Wijaya., S.Kep.,Ners, M.S. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Asuhan Keperawatan Maternitas dengan nyeri post partum spontan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Yosi maria Wijaya selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Maternitas. . Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Lisdayanti
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau
42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan
seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab
banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian pada wanita post
partum (Maritalia, 2012).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dalam Priharyanti
Wulandari dan Prasita Dwi Nur Hiba, Untuk AKI di negara-negara Asia Tenggara diantaranya
Indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup,
Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60
per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, pelayanan persalinan normal atau pasca partum di
fasilitas kesehatan tahun 2018 di Indonesia 79.3 % dan pada tahun 2018 pelayanan KF lengkap
pada perempuan 10-54 di Kalimantan Timur sekitar 38.0 % lebih meningkat dari pada tahun
2013 (Riskesdas, 2018).
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, tiga faktor kematian Ibu melahirkan
adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Menurut Kementerian Kesehatan
RI, sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun
1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah program yang memastikan semua
wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan
dan persalinannya. Upaya tersebut dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu di tahun
1996 oleh Presiden Republik Indonesia.
Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu baru dan
keluarganya berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak dan tuntutan
menjadi orangtua. Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini adalah pada pengkajian dan
modifikasi faktor faktor yang mempengaruhi pemulihan ibu dari masa nifas untuk mengingat
komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak perawat menggunakan
istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus),
Bladder(kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity
(ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi). Kemampuannya untuk mengemban peran
perawatan bayi baru lahir, dan transisi peran dan kemampuan fungsional ibu serta keluarganya.
B. Tujuan Penulisan
Penulis mampu memberikan dan menerapkan Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Spontan
di Ruang X Rumah Sakit Bandung.
a. Tujuan umum
Untuk dapat menerapkan Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Spontan dengan
baik dan benar.
b. Tujuan Khusus
1. Mengkaji Ibu post partum spontan.
2. Merumuskan dan menentukan diagnose keperawatan yang tepat pada Ibu
post partum spontan.
3. Menyusun perencanaan keperawatan yang sesuai dengan diagnose
keperawatan Ibu post partum spontan.
4. Melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan rencana yang telah di
tentukan pada Ibu post partum spontan.
5. Mengevaluasi hasil tindakan pada Ibu post partum spontan.
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SPONTAN
A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnose Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
D. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
PENUTUP
LAMPIRAN
a) Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai
ke belakang dibatasi perineum.
b) Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada
masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi
simfisis pubis selama koitus.
c) Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada
wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di
bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia
mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora
terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya
jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama
rangsangan seksual.
d) Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke
arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia
minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat
labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat
di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara
seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar
sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju
yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’
karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah
pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat
sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum
mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-
masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan hymen
h) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2) Struktur interna
a) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni
bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium
dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat
ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan
ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal
mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa
usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks
steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b) Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang
ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan
fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari
tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi
yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai
sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
(1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,
dan lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium
dengan miometrium.
(2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal
membentuk lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di
daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong
bayi pada persalinan.
(3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang
di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina
dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari
vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
3. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal, struktur Rahim, sirkulasi Rahim, pengaruh tekanan pada saraf
dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus muali, terjadi penurunan hormone progresteron dan
esterogen. Fungsi hormone progresteron sebagai penenang otot-otot polos Rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progresteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone esterogen dan progresteron menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi Rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemik otot-otot Rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ada
ganglion di geser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan ganggang laminaria yang dimasukkan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menrut tetesan
perinfus.
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan
pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan
membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau
intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan
menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
b. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :
1) Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
2) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada
hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai
kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar
tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat
bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
3) Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem
keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai
dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
a. Riwayat kesehatan
respon pasien terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post
partum. Pengkajian awal mulai dengan review prenatal dan intranatal meliputi :
4) Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)
6) Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post
partum.
7) Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia
c. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda
vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau
(a) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah
sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.
Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post
(b) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4 setelah
sepsis nifas.
(c) Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi
Ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis
utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus
nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock
ada respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya
rambut.
(b) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
(d) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau
energi.
(e) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau
gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi
(f) Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar
ditunjang dengan adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri dan
bengkak.
(g) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada
telinga.
3) Pemeriksaan thorak
(a) Inspeksi payudara
- Kaji ukuran dan bentuk tidak berpemgaruh terhadap produksi ASI,
perlu diperhatikan bila ada kelainan seperti pembesaran massif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau
permukaan.
- Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya
depresi, retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu di pikirkan
kemungkinan adanya tumor.
- Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat
menunjukan adanya peradangan.
(b) Palpasi Payudara
4) Pemeriksaan abdomen
(a) Inspeksi andomen
- Kaji adakah striae dan linea alba
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang
keras menunjukan kontraksi uterus yang bagus sehingga
perdarahan dapat di minimalkan. Abdomen yang lembek
menunjukan sebaliknya dan dapat di massase untuk merangsang
kontraksi.
(b) Palpasi abdomen
- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah
pusat
pusat-symfisis
terjadinya perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral
yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal
ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat
lebar diastasis.
dikeluarkan.
(a) Varises
(b) Edema
jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk
mobilisasi dini agar sirkulasi lancar. Refleks patella mintalah ibu duduk
hammer ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan
berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamsi.
(c) Perineum
- REEDA
normal pada episiotomy dan luka namun jika ada rasa sakit yang
- Lochea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhea pada ibu post
merah muda atau keputihan. Jika warna lokhea masih merah maka
- Varises
Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum didasarkan pada data ibu
saat sebelum hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang memadai
(misal : konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau penampilan. Perawat juga
rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan tidur setelah
persalinan.
f. Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien post partum
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari
pengalaman post partum. Namun, jika gejala ini berlangsung lebih lama dari
beberapa minggu atau jika pasien post partum menjadi nonfungsional atau
mengungkapkan keinginan untuk menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien harus
diajari untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan atau dokter.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga dan
d) Resiko menyususi tidak efektif b.d kurang pengetahuan cara perawatan bagi ibu
menyusui.
e) Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan darah dan
intake oral.
f) Gangguan pola tidur b.d respon hormonal psikologis , proses persalinan dan
kesulitan jatuh tidur/tidak merasa segera setelah istirahat, lingkaran gelap dibawah
g) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi b.d kurangnya sumber
informasi.
3. Intervensi Keperawatan
NOC : klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4. Klien terlihat
rileks, ekspresi wajah tidak teregang, klien bisa tidur nyaman. Tanda-tanda vital
120/80 mmHg.
Intervensi :
(1) Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRTS (: faktor penambah dan
pengurang nyeri, Q : qualitas atau jenis nyeri, R : region atau daerah yang
Rasional : sebagai salah satu dasar utnuk memberikan tidakan atau asuhan
(3) Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang.
(4) Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan dialihkan perhatian klien
NOC : klien mengatakan sudah BAB, klien mengatakan tidak konstipasi, klien
Intervensi :
bertambah.
NOC : klien menyertakan perawatan bagi dirinya, klien klien bisa membersihkan
vagina dan perineumnya secara mandiri, perawatan per vagina berkurang, vulva
bersih dan tidak infeksi, tidak ada perawatan, vital sign dalam batas normal.
Intervensi :
perineum.
(3) Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum.
klien.
d) Resiko menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan cara perawatan payudara
NOC : klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui, ASI keluar,
payudara bersih, payudara tidak bengkak dan tidak nyeri, bayi mau menetek.
Intervensi :
intervensi selanjutnya.
(2) Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care.
pada payudara.
(3) Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyususui.
bayi.
e) Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan darah dan
intake ke oral.
NIC : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi.
NOC : menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilku yang perlu untuk
memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan pemberian
keluaran urine adekuat, TTV stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
keadaan normal.
syok.
deficit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan IV
f) Gangguan pola tidur b.d respon hormonal psikologis, proses persalinan dan proses
tidur/ tidak merasa seger setelah istirahat, peka rangsang, lingkaran gelap dibawah
sejahtera istirahat.
Intervensi :
(1) Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan
rangsang.
kerumah.
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi lebih
awal serta tidur lebih siang. Membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh
g) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi b.d kurangnya sumber
informasi.
Intervensi :
(1) Persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat
kelelahan klien.
melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan diri atau perawatan
bayi.
(2) Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar, bantu klien dan pasangan
(3) Beri informasi tentang peran program latihan post partum progresif.
secara umum.
4. Implementasi
untuk mencapai hasil yang diharapkan berkurangnya atau hilangnya masalah ini. Pada
tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana
mendetail dan jelas supaya semua tenanga keperawatan menjalankannya dengan baik
dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan langsung atau
dasar tujuan keperawatan klien yang telah di tetapkan dengan respon perilaku yang
Evaluasi ini meliputi proses dan hasil dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
Apabila belum berhasil sesuai dengan tujuan tindakan maka dari itu tindakan diulang
pada waktu yang sama atau modifikasi sesuai perencanaan dari diagnose yang
muncul.
BAB III TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Data Umum
a. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal pengkajian : 02 Desember 2019
Tanggal masuk : 01 Desember 2019
Diagnosa Medis : Post partum spontan
Alamat : Kebon kopi, Cibereum.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan perut terasa mules, ketuban pecah 3 jam yang lalu.
b) Keluhan utama
Perut mules.
c) Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)
Klien mengatakan nyeri luka pada jahitan dan perut mules, payudara terasa
bengkak, ASI belum keluar. Rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk, dirasakan lebih
nyeri saat bergerak.
d) Keluhan yang menyertai
Payudara terasa bengkak dan ASI belum keluar.
e) Riwayat tindakan konservatif dan pengobatan yang telah didapat
g) Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan: spontan (letak kepala) tanggal/jam 1 Desember 2019 pukul
17.59 WIB
2. Jenis kelamin bayi: L; BB/PB 3400 gram/34 cm, LD : 32 cm.
3. Masalah dalam persalinan
Tidak ada.
h) Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi: tidak ada
2. Riwayat KB :
Klien mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan
3. Data Biologis
a. Penampilan umum :
Keadaan umum klien tampak meringis karena nyeri luka pada jahitan dan perut mules,
terpasang infus RL 20 tetes/menit di pergelangan tangan kiri.
Tanda–tanda vital :
b. Tekanan darah 110/70 mmHg
Suhu : 36oC per axila
Nadi : 80x/menit di arteri radialis, irama teratur, denyutan kuat.
Pernapasan : 20x/menit, teratur, jenis pernapasan dada.
Nyeri : nyeri luka pada jahitan, skala nyeri 4 dari 0-10
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Payudara : putting menonjol, hiperpigmentasi pada areola, tidak ada lesi.
Payudara terasa bengkak.
Palpasi:
Ictus cordis tidak teraba , capillary refill time kurang dari 2 detik thrill tidak
ada edema tidak ada.
ASI belum keluar pada kedua payudara, klien mengatakan sedikit lupa cara
menyusui.
Perkusi:
Terdengar: Pekak ICS 2-5
Batas-batas jantung: Atas ICS 2
Bawah ICS 5
Kiri ICS 3 parasternal kiri s/d ICS 5 linea axilla anterior
kiri
Kanan ICS 3 s/d linea parasternal dekstra.
Auskultasi:
Bunyi jantung I terdengar lup di ICS 5 (penutupan mitral dan trikuspidalis )
HR 80x/menit
Bunyi jantung II terdengar dup di ICS 2 (penutupan katup aorta dan
pulmonal)
Bunyi jantung tambahan: murmur tidak ada irama gallop tidak ada
(2) Masalah Keperawatan:
Kurang pengetahuan
c) Sistem Pencernaan
(1) Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat: Klien mengatakan tidak ada keluhan.
Saat dirawat: Klien mengatakan tidak ada keluhan.
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Mulut: bibir .tampak lembab, stomatitis tidak ada, lidah bersih, gingivitis
tidak ada, gusi berdarah tidak ada, tonsil T 1.
Gigi: caries tidsk ada, gigi tanggal tidak ada
Tidak terpasang NGT.
Abdomen: bentuk abdomen simetris, terdapat striae.
Anus: hemorrhoid tidak ada, fissure tidak ada, fistula tidak ada, tanda –
tanda keganasan tidak ada.
Auskultasi:
Tidak terkaji.
Palpasi:
TFU 2 jari bawah umbilical.
Uterus teraba keras posisi medial
Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi:
Terdengar timpani
(2) Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan.
d) Sistem Perkemihan
(1) Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat: Klien mengatakan tidak ada keluhan
Saat dirawat: Klien mengatakan tidak ada keluhan
(2) Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Distensi regio hipogastrika tidak ada
Tidak terpasang kateter urine, warna urine kuning pekat.
Jumlah urine tidak terkaji.
Palpasi:
Tidak ada distensi vesika urinaria
Perkusi:
Regio hipogastrika terdengar dullness
Nyeri ketuk daerah costovertebral angle kanan tidak ada, dan kiri tidak ada
(3) Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
e) Sistem Endokrin
(1) Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat: Klien mengatakan tidak memiliki riwayat DM
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Bentuk tubuh: gigantisme tidak ada, kretinisme tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid tdak ada.
Pembesaran kelenjar limfe tidaka ada.
Pembesaran pada ujung-ujung ekstremitas atas atau bawah tidak ada.
Palpasi:
Kelenjar tiroid tidak ada pembersaran
Kelenjar limfe tidak ada pembesaran
(2) Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
f) Sistem Persarafan
(1) Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat: Klien mengatakan tidak ada keluhan
Saat dirawat: Klien mengatakan tidak ada masalah
(2) Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Bentuk muka simetris, mulut simetris, spastic tidak ada, parase tidak ada
Sensibilitas ekstremitas atas baik
Sensibilitas ekstremitas atas baik
Pergerakan tidak terkoordinir tidak ada
Tingkat kesadaran:
Kualitatif: compos mentis
Kuantitatif: GCS 15 (E=4, M=6, V=5)
h) Sistem Muskuloskeletal
(1) Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat:
Klien mengatakan tidak ada keluhan
Saat dirawat:
Klien mengatakan tidak ada keluhan
Pemeriksaan fisik:
Inspeksi:
Ekstremitas atas simetris ekstremitas bawah simetris
Atrofi tidak ada
Varises tidak ada
Rentang gerak/range of motion dapat melakukan fleksi, eksistensi, pronasi,
supinasi, abduksi, aduksi, rotasi internal dan eksternal.
Nilai kekuatan otot: 5
(Keterangan: Tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan 5, kaki kiri 5)
Bentuk columna vertebralis: sejajar
Penggunaan alat/balutan: tidak
ada
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan.
(2) Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
i) Sistem Reproduksi
(1) Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat:
Klien mengatakan tidak ada keluhan, klien mengatakan sudah menikah dan
mempunyai 1 anak yang berusia 4 tahun.
Saat dirawat :
Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan.
Pemeriksaan fisik:
Inspeksi:
Pada genetalia tampak darah merah segar, jahitan utuh, luka jahitan tampak
kotor dan ada sisa darah menempel.
j) Sistem Integumen
(1) Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat: Klien mengatakan ada keluhan
Saat dirawat: Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan
(2) Pemeriksaan fisik:
Inspeksi:
Rambut: warna hitam. Distribusi merata, tidak rontok
Kuku: tidak ada clubbing of finger
Kulit: ada bekas jahitan di genetalia
Ptekie tidak ada ekimosis tidak ada
Palpasi:
Tekstur kulit lembut
Kelembapan lembab
Turgor kulit baik
Nyeri tekan tidak ada
(3) Masalah Keperawatan:
Terdapat luka jahitan di daerah genetalia.
k) Sistem Imun Hematologi
(1) Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat: Klien mengatakan tidak ada masalah
Saat dirawat:
Klien mengatakan tidak ada masalah
(2) Pemeriksaan fisik:
Inspeksi: pembesaran kelenjar getah bening/limfe tidak ada
Lesi: tidak ada
Rumple leed test: tidak dikaji
Palpasi: pembesaran kelenjar getah bening/limfe tidak ada
(3) Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan.
5. Data Psikologis
a. Status emosi : Emosi klien nampak stabil.
b. Konsep diri
Gambaran diri : klien nampak tenang terhadap kondisinya saat ini.
Harga diri : klien tidak merasa harga dirinya menjadi rendah.
Suami klien sangat perhatian terhadap klien, hubungan klien dengan orang tua baik.
Ideal diri : klien merasa dirinya ideal sebagai anak, istrei dan ibu.
Identitas diri : klien mengetahui identitasnya jelas sebagai perempuan.
c. Gaya komunikasi
Kejelasan : jelas
Nada : tidak tinggi
Cepat lambatnya : sedang
d. Pola interaksi
Klien menunjukan interaksi dengan baik dan kooperatif dengan petugas kesehatan.
e. Pola mengatasi masalah
Klien ikut bekerja sama untuk mengatasi penyakitnya dengan mengikuti semua anjuran dari
dokter dan perawat.
6. Data Sosio-Spiritual
a. Hubungan sosial
Hubungan social cukup baik, dengan teman, saudara maupun tetangga.
b. Kultur yang diikuti
Klien mengatakan kultur yang diikutinya yaitu kultur campuran namun sebagian
besarnya mengikuti kultur modern.
c. Gaya hidup
Klien mengatakan untuk gaya hidup tidak begitu terkontrol karena pola makan sedikit
tidak teratur dan tidak baik, klien jarang berolahraga karena sibuk dengan
pekerjaannya.
d. Kegiatan agama dan relasi dengan Tuhan
Kegiatan agama dan relasi dengan tuhan berjalan sesuai dengan seharusnya dan
semestinya dengan melaksanakan ibadahnya dan organisasi-organisasi pada
kepercayaanya.
7. Data Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan lab tgl 1 Desember 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hb 10 g/dL 12-16 g/dL
Leukosit 8200/mm3 6.000 – 17.000/ mm3
b. Terapi
- Mefix 500mg 3x1 tablet.
- Inhibion 500mg 2x1 tablet.
- Lactamor 2x1
c. Diit : tidak terkaji.
d. Acara infus : RL 20 tetes/menit.
e. Mobilisasi : Berbaring
B. Pengelompokkan Data
Data Subyektif Data Objektif
- Klien mengatakan perut terasa mules, - Tekanan darah 110/70 mmHg
ketuban pecah 3 jam yang lalu. - Suhu : 36oC per axila
- Klien mengatakan nyeri luka pada - Nadi : 80x/menit di arteri radialis,
jahitan dan perut mules, payudara irama teratur, denyutan kuat.
terasa bengkak, ASI belum keluar. - Pernapasan : 20x/menit, teratur, jenis
Rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk, pernapasan dada.
dirasakan lebih nyeri saat bergerak. - Nyeri : nyeri luka pada jahitan, skala
- klien mengatakan sedikit lupa cara nyeri 4 dari 0-10
menyusui. - Mefix 500mg 3x1 tablet.
- Inbion 500mg 2x1 tablet.
- Lactamor 2x1
- Pada genetalia tampak darah
merah segar, jahitan utuh, luka
jahitan tampak kotor dan ada sisa
darah menempel.
C. Analisa Data
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
N
1. 02 Nyeri b.d Setelah dilakukan 1. Kaji 1. untuk
Desember involusi uterus, asuhan keperawatan karakteristik
2019 nyeri setelah dalam 2x24 jam nyeri klien menentukan
melahirkan. nyeri klien dengan
berkurang. Dengan PQRST jenis skala dan
DS : kriteria hasil :
- Klien - Ttv dalam
mengata batas
tempat terasa
kan nyeri normal
luka - Skala nyeri nyeri.
pada klien
jahitan menurun 2. Berikan posisi 2. membantu klien
dan perut - Klien
mules terlihat yang nyaman, rileks dan
nyeri rileks, klien
seperti bisa tidur tidak bising, mengurangi
tertusuk- nyaman.
tusuk, ruangan terang nyeri.
dirasaka
n lebih dan tenang. 3. Sebagai salah
nyeri
saat 3. Kaji faktor satu dasar untuk
bergerak
DO : yang memberikan
- Nyeri :
nyeri mempengaruhi tindakan sesuai
luka
pada
jahitan,
skala reaksi klien dengan respon
nyeri 4
dari 0-10 terhadap nyeri. klien.
- Mefix
500mg 4. Biarkan klien 4. Beraktivitas
3x1
tablet. melakukan sesuai
alihkan mengalihkan
5. Kolaborasi 5. Untuk
dalam nyeri.
pemberian
obat (mefix)
3. Mengkaji ttv
4. Mengkaji faktor yang mempengaruhi
reaksi klien terhadap nyeri.
5. Pemberian obat (mefix) sesuai anjuran
dokter.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas mengenai adanya kesesuaian ataupun
kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada Ny.S degan kasus post partum
spontan yang telah dilakukan sejak tanggal 02-03 Desember 2019 diruangan X Rumah Sakit
Bandung. Kegiatan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, menyusun perencanaan
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan mengevaluasi keperawatan.
Menurut Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose keperawatan dalam SDKI (2017)
terdapat 8 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus post partum spontan, yaitu Nyeri akut
b.d agen cedera fisik, luka episiotomy post partum spontan, Defisit nutrisi b.d peningkatan
kebutuhan karena laktasi, Ansietas b.d tanggung jawab menjadi orang tua, Gangguan Integritas
kulit b.d luka episiotomy perineum, Resiko infeksi b.d trauma jalan lahir, Gangguan pola tidur
b.d tanggung jawab memberi asuhan pada bayi, Defisit pengetahuan b.d kurang terpaparnya
informasi tentang kesehatan masa post partum, perawatan payudara, teknik menyusui, Menyusui
tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai.
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 3 diagnosa keperawatan yang
ditegakan yaitu, Nyeri akut b.d involusi uterus, nyeri setelah melahirkan, Ketidakefektifan
pemberian ASI b.d kurang pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui, Resiko
tinggi infeksi b.d vulva hygiene kurang baik. Berikut pembahasan diagnose yang muncul sesuai
teori pada kasus ini.
a. Nyeri akut b.d involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
Menurut SDKI (2017) nyeri akut adalah pengalaman sensoria tau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan. Tanda gejala nyeri menurut teori terdiri dari data subjektif yaitu mengeluh
nyeri dan data objektif yaitu tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi
nadi meningkat dan sulit tidur (SDKI, 2017)
Ditemukan dari hasil pengkajian pada Ny.S mengeluh nyeri pada luka jahitan
jalan lahir, seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 4/10 dan dirasakan nyeri
bertambah jika bergerak.
Menurut SIKI (2018)Intervensi yang dapat dilakukan pada diagnose nyeri akut
b.d involusi uterus, nyeri setelah melahirkan adalah kaji nyeri dengan menggunakan
PQRST, observasi reaksi verbal dan non verbal, kurangi presipitasi nyeri, ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam, tingkatkan istirahat, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik.
Menrut analisa penulis, adanya kesesuaian antara hasil pengkajian dengan teori.
Pada Ny.S muncul masalah nyeri akut b.d involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
Menurut NOC (2015) tujuan dari asuhan keperawatan diharapkan sesuai dengan
kriteria hasil.
Berdasarkan hasil studi kasus evaluasi sumatif didapatkan dari Ny.S adalah data
subjektif Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan nya berkurang P: luka jahitan, Q:
tertusuk-tusuk, R : luka jahitan jalan lahir, S: 2 T: bertambah jika bergerak. Dan data
objektif Pasien terlihat lebih rileks dan nyaman.
b. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d suplai ASI tidak adekuat dan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Ketidakefektifan pemeberian ASI pada Ny.S data subjektifnya adalah klien
mengatakan ASI tidak keluar, payudara terasa bengkak dan data objektifnya
payudara teraba kecang.
Menurut SDKI (2017), menyususi tidak efektif adalah dimana kondisi ibu dan
bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada proses menyusui. Dengan tanda
dan gejala terdiri dari data subjektif adalah kelelahan maternal, kecemasan maternal
dan data objektif yaitu bayi tidak mampu melekat ppada payudara ibu, ASI tidak
keluar.
Menurut analisa penulis terdapat kesesuaian antara hasil pengkajian dengan teori.
Pada kasus Ny.S muncul masalah Ketidakefektifan pemberian ASI b.d suplai ASI
tidak adekuat dan kurang pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
SIKI (2018) intervensi yang dapat dilakukan adalah, identifikasi kesiapan klien,
siapkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan, dukung ibu untuk
meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui, jelaskan manfaat menyusui bagi ibu
dan bayi, ajarkan perawatan payudara post partum.
Menurut NOC (2015) tujuan asuhan keperawatan dapat sesuai dengan kriteria
hasil.
Berdasarkan kasus Ny.S yang di dapatkan data subjektifnya adalah klien
mengatakan sudah memahami manfaat pemberian ASI, dan memahami cara
perawatan payudara post partum. Data objektif yang didapat adalah klien sangat
kooperatif pada saat diajarkan perawatan payudara dan ASI sudah meulai keluar.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/393/1/Untitled.pdf&ved=2ahUKEwjOl47GvKjuAhVbfisKHTGSCe0QFjAAegQIARAB&us
g=AOvVaw1N_rv2zl8kQIFC4rsLS5vV (di unduh pada 20 Januari 2021 pukul 00.03 WIB)
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ump.ac.id/1106/3/NAURA%
2520OKTA%2520FIANDARA%2520BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjOl47GvKjuAhVbfisKHTGSC
e0QFjABegQIDhAB&usg=AOvVaw1BqvXBNUAv3PhHNOd3iOsK (di unduh pada 20 Januari pukul
00.7 WIB)
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://stikesmuh-
pringsewu.ac.id/perpustakaan/index.php%3Fp%3Dfstream-
pdf%26fid%3D447%26bid%3D2479&ved=2ahUKEwjOl47GvKjuAhVbfisKHTGSCe0QFjAHegQIBxA
B&usg=AOvVaw0SVhTafY_GAFSMdxCkYh21 (diunduh pada 20 Januari 2021 pukul 21.18 WIB)
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/25960/10/NASKAH_
PUBLIKASI.pdf&ved=2ahUKEwiEh-
K12aruAhUhmuYKHcdaBkkQFjABegQIAxAK&usg=AOvVaw2wkuOW3wfWYlln0jrnAdbG (diunduh
pada 20 Januari 2021 pukul 21.30 WIB)