LAPORAN KASUS
Oleh :
Lisdayanti 30140118008
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan kegawatdaruratan pada Ny. E dengan Gangguan
sistem pernafasan: Respiratory Failure disusun guna memenuhi tugas Ns. Albertus Budi Arianto,
M.Kep pada mata kuliah PKK Gawat Darurat di ruang ICU Rumah Sakit Cahya Kawaluyan.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Asuhan Kegawatdaruratan pada pasien dengan Gangguan pada system pernafasan :
Respiratory Failure
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Albertus Budi Arianto
selaku dosen koordinator praktik keperawatan gawat darurat. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Lisdayanti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acute respiratory distress syndrome merupakan salah satu komplikasi lanjut yang
sering terjadi pada pasien stroke. Penyakit ini disebabkan oleh adanya gangguan
pertukaran gas yang ada di paru-paru sehingga pasien mengalami hipoksemia (Bos,
2018). Acute respiratory distress syndrome ini juga merupakan salah satu penyebab
mortalitas pada pasien di Intensive Care Unit (ICU) (Santos et al., 2016). Biomarker
untuk menilai progresivitas dari acute respiratory distress syndrome belum ditemukan,
sehingga menjadi penyulit dalam menilai progresivitas dari penyakit tersebut (García-
Laorden et al., 2017).
Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat serius, yang
berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan. Sindroma
gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru(Marmi & Rahardjo, 2012).
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada Ny. E dengan gangguan pada
system pernafasan : Respiratory Failure
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hasil pengkajian keperawatan pada Ny. E dengan gangguan pada
system pernafasan : Respiratory Failure
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada Ny. E dengan gangguan pada system
pernafasan : Respiratory Failure
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada Ny. E dengan gangguan pada system
pernafasan : Respiratory Failure
d. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny. E dengan gangguan pada system
pernafasan : Respiratory Failure
C. Metode penulisan
Metode penulisan laporan ini dengan metode narasi.
D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan laporan ini dimulai dengan bab I tentang pendahuluan berisi latar
belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab 2 tentang
tinjauan pustaka yang membahas pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi dan
patoflow, manifestasi, komplikasi, tes diagnostik dan penatalaksanaan medis Bab 3
tentang tinjauan kasus yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi Bab 4 tentang pembahasan yang berisi uraian analisis kasus
dengan membandingkan antara isi bab II dan bab III dengan pendekatan tahapan proses
keperawatan. Laporan ini diakhiri dengan bab 5 tentang penutup yang berisi simpulan
dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Gagal napas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia,
hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbondioksida arteri) dan asidosis (Corwin,
2009).
Kegagalan pernapasan adalah suatu kondisi dimana oksigen tidak cukup masuk
dari paru-paru ke dalam darah. Organ tubuh, seperti jantung dan otak, membutuhkan
darah yang kaya oksigen untuk bekerja dengan baik. Kegagalan pernapasan juga bisa
terjadi jika paru-paru tidak dapat membuang karbon dioksida dari darah. Terlalu
banyak karbon dioksida dalam darah dapat membahayakan organ tubuh (National
Heart, lung, 2011).
Keadaan ini disebabkan oleh pertukaran gas antara paru dan darah yang tidak
adekuat sehingga tidak dapat mempertahankan PH, PO2, dan PCO2, darah arteri
dalam batas normal dan menyebabkan hipoksia tanpa atau disertai hiperkapnia
(Arifputera, 2014).
C. Klasifikasi
Menurut Syarani (2017), gagal nafas dibagi menjadi dua yaiitu gagal nafas tipe I dan
gagal nafas tipe II.
darah, ditandai dengan PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau menurun. Gagal
napas tipe I ini terjadi pada kelainan pulmoner dan tidak disebabkan oleh kelainan
ekstrapulmoner. Mekanisme terjadinya hipoksemia terutama terjadi akibat:
bagian paru yang ventilasinya buruk atau rendah. Keadaan ini paling sering.
Contohnya adalah posisi (terlentang di tempat tidur), ARDS, atelektasis,
pneumonia interstitial.
3) Pirau intrapulmonal yang terjadi bila aliran darah melalui area paru-paru yang
Gagal nafas hipoksemia dapat disebabkan masalah difusi seperti edema paru, nyaris
tenggelam, sindrom gawat nafas (akut) dewasa (adult/acute respiratory distress
syndrome), masalah lokal seperti pneumonia, pendarahan rongga dada dan tumor
paru
Gagal nafas ventilasi atau hiperkapnia adalah ketika klien tidak dapat mendukung
pertukaran gas yang adekuat, menyebabkan kenaikan kadar PaCO2 yang berakibat
pada deprsi susunan saraf pusat, ketidakmampuan neuromuscular untuk
mempertahankan pernafasan atau bebabn berlebih pada sistem pernafasan.
D. Etiologi
1. Gagal napas tipe 1
a. Asma akut
b. ARDS
c. Pneumonia
d. Emboli paru
e. Fibrosis paru
f. Edema paru
g. PPOK
h. Enfisema
2. Gagal napas tipe 2
a. Kelainan paru
b. Asma akut berat
c. Obstruksi saluran napas akut
d. PPOK
e. Bronkiektasis
f. Kelainan dinding dada
g. Flail chest, rupture diagfragma
h. Kifoskolosis, distensi abdomen (asites, hemoperineum), obesitas.
i. Kelainan SSP, koma, pengingkatan TIK, cidera kepala
j. Opioid dan obat sedasi
k. Kelainan neuromuscular, lesi medulla spinalis (trauma, polio atau tumor)
E. Patofisiologi
Menurut Black and Hawks (2014), patofisiologi gagal nafas hipoksemia dan Gagal
nafas ventilasi atau hiperkapnia adalah sebagai berikut :
mengeluarkan cairan intertisial yang berlebih ke kelenjar getah being hilus dan
kembali ke sistem vaskuler. Bila jalur tersebut terganggu, cairan bergerak dari
intertisial pleura ke dinding alveolus. Hipoksemia terjadi ketika membran alveolus
menebal oleh cairan, menghambat pertukaran oksigen dan CO2. Dengan cairan
menumpuk diintertisial dan ruang alveolus menurunkan daya kembang paru dan
difusi oksigen terganggu.
Ventilasi alveolus dijaga oleh susuan syaraf pusat (SSP) melalui saraf dan otot
pernafasan untuk mengontrok pernafasan. Kegagalan ventilasi alveolus
menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi perfusi yang mengakibatkan
hiperkapnia (kenaikan kadar CO2), dan
akhirnya terjadi asidosis. Bila tidak ditangani gagal ventilasi akut dapat
menyebabkan kematian.
Pada gagal ventilasi akibat obstruksi, tekanan residu diparu mengganggu proses
inhalasi dan meningkatkan beban kerja
pernafasan. ketika volume alveolus ekspirasi akhir tetap brada diatas titik
untuk berdifusi kedalam aliran darah. Jika volume alveolus lebih rendah dari titik
penutupan, alveolus akan kolaps. Kolapsnya alveolus menyebabkan tidak ada aliran
darah dan oksigen yang masuk ke alveolus. Pada gagal ventilasi akut , volume rsidu
F. Manifestasi Klinis
Menurut Arifputra (2014) Dikatakan gagal napas jika memenuhi salah satu keriteria
yaitu PaO2 arteri <60 mmHg atau PaCO2>45 mmHg, kecuali peningkatan yang terjadi
kompensasi alkalosis metabolic. Selain itu jika menurut klasifikasinya sebagi berikut :
Kadar PCO2 yang cukup tinggi dalam alveolus menyebabkan pO2 alveolus dari
arteri turun. Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan di dinding dada, otot
pernapasan, atau batang otak.
Contoh pada PPOK berat, asma berat, fibrosis paru stadium akhir, ARDS berat atau
landry guillain barre syndrome. Gejala hiperkapnia antara lain penurunan
kesadaran, gelisah, dispneu (takipneu, bradipneu), tremor, bicara kacau, sakit
kepala, dan papil edema.
G. Manifestasi klinis
Menurut Arifputra (2014) dikatakan gagal nafas jika memenuhi salah satu kriteria
yaitu PaO2 arteri < 60 mmHg atau PaCO2 >45 mmHg, kecuali peningkatan yang
terjadi kompensasi alkalosis metabolic, selain itu jika menurut klasifikasi sebagai
berikut :
1. Gagal hipoksemia
Nilai PaCO2 pada gagal napas tipe ini menunjukan nilai normal atau rendah,
gejala yang timbul merupakan campuran hipoksemia arteri dan hipoksia jaringan,
antara lain :
a. Dispneu (takipneu, hiperventilasi)
b. Perubahan status mental, cemas, bingung, kejang, asidosis laktat.
c. Sianosis di distal dan sentral (mukosa bibir)
d. Hipoyensi, bradikardia, iskemia miokard, infark, anemia, hingga gagal
jantung dapat terjadi pada hipoksia berat.
2. Gagal nafas hiperkapnia
Kadar PCO2 yang cukup tinggi dalam alveolus menyebabkan PaO2 alveolus dari
arteri turun. Hal ini tersebut dapat disebabkan oleh gangguan di dinding dada, otot
pernapasan, atau batang otak. Contoh pada PPOK berat, asma berat, fibrosis paru
stadium akhir, ARDS berat atau landy guillain barre syndrome. Gejala
hiperkapnia antara lain penurunan kesadaran, gelisah, dispneu (takipneu,
bradipneu), tremor, bicara kacau, sakit kepala.
H. Komplikasi
Komplikasi kegagalan pernapasan akut dapat berupa penyakit paru,
kardiovaskular, gastrointestinal (GI), penyakit menular, ginjal, atau gizi.Komplikasi
GI utama yang terkait dengan gagal napas akut adalah perdarahan, distensi lambung,
ileus, diare, dan pneumoperitoneum. Infeksi nosokomial, seperti pneumonia, infeksi
saluran kemih, dan sepsis terkait kateter, sering terjadi komplikasi gagal napas
akut.Ini biasanya terjadi dengan penggunaan alat mekanis. Komplikasi gizi meliputi
malnutrisi dan pengaruhnya terhadap kinerja pernapasan dan komplikasi yang
berkaitan dengan pemberian nutrisi enteral atau parenteral (Kaynar, 2016).
Komplikasi pada paru-paru itu seperti pneumonia, emboli paru, barotrauma paru-
paru, fibrosis paru. Komplikasi yang berhubungan dengan mesin dan alat mekanik
ventilator pada pasien gagal napas juga banyak menimbulkan komplikasi yaitu
infeksi, desaturasi arteri, hipotensi, barotrauma, komplikasi yang ditimbulkan oleh
dipasangnya intubasi trakhea adalah hipoksemia cedera otak, henti jantung, kejang,
hipoventilasi, pneumotoraks, atelektasis. Gagal napas akut juga mempunyai
komplikasi di bidang gastrointestinal yaitu stress ulserasi, ileus dan diare (Putri,
2013).
Kardiovaskular memiliki komplikasi hipotensi, aritmia, penurunan curah jantung,
infark miokard, dan hipertensi pulmonal.Komplikasi pada ginjal dapat menyebabkan
acute kidney injury dan retensi cairan. Resiko terkena infeksi pada pasien gagal napas
juga cukup tinggi yaitu infeksi nosokomial, bakteremia, sepsis dan sinusitis paranasal
(Putri, 2013).
I. Pemeriksaan penunjang
Menurut Syarani (2017), adapun pemeriksaaan penunjang untuk pasien dengan gagal
anafs adalah sebagai berikut :
a. Laboratorium
Gejala klinis gagal napas sangat bervariasi dan tidak spesifik. Jika gejala klinis
gagal napas sudah terjadi maka analisa gas darah harus dilakukan untuk
memastikan diagnosis, membedakan gagal napass akut dan kronik. Hal ini
penting untuk menilai berat-ringannya gagal napas dan
2) Pulse Oximetry
Alat ini mengukur perubahan cahaya yang yang ditranmisikan melalui aliran
darah arteri yang berdenyut. Informasi yang di dapatkan berupa saturasi
oksigen yang kontinyu dan noninvasif yang dapat diletakkan baik di lobus
bawah telinga atua jari tangan maupun kaki. Hasil pada keadaan perfusi perifer
yang kecil, tidak akurat. Hubungan antara saturasi oksigen dantekanan oksigen
dapat dilihat pada kurva disosiasi oksihemoglobin. Nilai kritisnya adalah 90%,
dibawah level itu maka penurunan tekanan oksigen akan lebih menurunkan
saturasi oksigen.
3) Capnography
b. Radiologi
1) Radiografi Dada
Penting dilakukan untuk membedakan penyebab terjadinya gagal napas tetapi
kadang sulit untuk membedakan edema pulmoner kardiogenik dan
nonkardiogenik
2) Ekokardiografi
Tidak dilakukan secara rutin pada pasien gagal napas, hanya dilakukan pada
pasien dengan dugaan gagal napas akut karena penyakit jantung. Adanya
dilatasi ventrikel kiri, pergerakan dinding dada yang abnormal atau regurgitasi
mitral berat menunjukkan edema pulmoner kardiogenik, Ukuran jantung yang
normal, fungsi sistolik dan diastolik yang normal pada pasien dengan edema
pulmoner menunjukkan sindromdistress pernapasan akut. Ekokardiografi
menilai fungsi ventrikel kanan dan tekanan arteri pulmoner dengan tepat untuk
pasien dengan gagal napas hiperkapnik kronik.
Nilai forced expiratory volume in one second (FEV1) dan forced vital capacity
FEV1 dan FVC serta rasio keduanya yang tetap menunjukkan penyakit paru
restriktif. Gagal napas karena obstruksi jalan napas tidak terjadi jika nilai FEV 1
lebih dari 1 L dan gagal napas karena penyakit paru restriktif tidak terjadi bila
J. Penatalaksanaan
Jika tekanan parsial oksigen kurang dari 70 mmHg, oksigen harus diberikan untuk
meningkatan saturasi mayor yaitu 90%. Jika tidak disertai penyakit paru obstruktif,
fraksi inspirasi O2 harus lebih besar dari 0,35. Pada pasien yang sakit parah, walaupun
pengobatan medis telah maksimal, NIV (Noninvasive ventilation) dapat digunakan
untuk memperbaiki oksigenasi, mengurangi laju pernapasan dan mengurangi
dyspnoea. Selain itu, NIV dapat digunakan sebagai alternatif intubasi trakea jika
pasien menjadi hiperkapnia (Forte et al., 2006). Sedangkan menurut Gallo et, all
(2013), penatalaksanaan pada gagal nafas adalah
a. Memasang dan mempertahankan jalan nafas yang adekuat
b. Meningkatkan oksigenasi
presipitasi
Menurut Black and Hawks (2014), pada penggunanan ventilasi mekanis atau
ventilator, jenis ventilator yang digunakan adalah bertekanan positif dan bukan
tekanan negative, dengan tujuan untuk memaksa udara masuk kedalam apru-paru.
Tekanan posisif diprlukan untuk pertukaran gas dan untuk menjaga alveolus tetap
terbuka.
K. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai informasi yang
berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara
yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
dilaboratorium. (Surasmi dkk,2013).
Pengkajian Primer
a. Airway
i. Peningkatan sekresi pernapasan
ii. Bunyi nafas krekels, ronki, dan mengi
b. Breathing
1) Distress pernafasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu.
2) Menggunakan otot aksesori pernapasan.
3) Kesulitan bernapas, diaphoresis, sianosi.
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia.
2) Sakit kepala
3) Gangguan tingkat kesadaran: ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk.
4) Papilledema
5) Penurunan haluran urine.
Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah
a. Kaji riwayat kehamilan sekarang (apakah selama hamil ibu menderita hipotensi
atau perdarahan )
b. Kaji riwayat neonatus (lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada keadaan
hipotermia)
c. Kaji riwayat keluarga (koping keluarga positif
d. Kaji nilai apgar rendah (bila rendah di lakukkan tindakan resustasi pada bayi). Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Seperti: takipnea
(>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi dinding dada, pernapasan cuping
hidung, pucat, sianosis, apnea.
L. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekresi
b. Pola nafas tidak efektif b.d bradipneu
c. Gangguan pertukaran gas b.d edema paru
d. Penurunan perfusi jaringan
M. Intervensi Keperawatan
DK 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekresi
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam jalan napas pasien
bersih/jelas.
Kriteria hasil : suara nafas bersih, tidak ada suara snoring atau suara tambahan yang
lain, irama nafas regular dan frekuensi nafas dalam batas normal.
Intervensi :
a. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
Rasional : suata tambahan seperti snoring dan crackles mengindikasikan
penumpukan secret.
b. Informasikan pada keluarag tentang tindakan suction yang dilakukan pada klien.
Rasional : memilimalisir kecemasan keluarga.
c. Berikan O2 melalui ventilator untuk memfasilitasi prosedur syction
Rasional: untuk mencegah terjadinya kekurangan oksigen(hipoksia)
d. Monitor status oksigen klien
Rasional : adanya dispneu menunjukan peningkatan kebutuhan oksigen.
e. Posisikan klien pada posisi semi fowler
Rasional : untuk memaksimalkan ventilasi agar O2 masuk secara optimal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas
menjadi efektif.
Kriteria hasil : sesak berkurang atau hilang, klien menunjukan pola nafas yang efektif
dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal, rr klien 16-20x/mnt, tanpa
ada penggunaan otot bantu pernapasan, pergerakan dinding dada normal.
Intervensi :
a. Kaji tanda dan gejala ketidak efektifan pernafasan : dispneu, penggunaan otot-
otot pernapasan.
Rasional : adanya dispneu dan perubahan kedalaman pernapasan menandakan
adanya distress pernapasan.
b. Pantau TTV dan AGD
Rasional : perubahan TTV dan nilai gas darah merupakan indicator
ketidakefektifan pernapasan.
c. Baringkan pasien pada posisi semi fowler
Rasional : untuk memaksimalkan ekspansi paru.
d. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : memaksimalkan napas dan menurunkan kerja otot pernapasan.
N. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman
O. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan
bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tgl : 04/06/2021
Sumberdata : ( ) Pasien, ( ) Orang tua Ruangan : ICU
( )Lainnya Rekam
Jam : 10.30
Medis
IDENTITAS PASIEN
Agama : ( ) Hindu, ( ) Islam, ( ) Protestan, ( ) Katolik, ( ) Budha, ( ) Kong Hu Cu
( ) Lainnya
Pendidikan : ( ) Belum Sekolah, ( ) PAUD, ( ) TK, ( ) SD, ( ) SMP, ( ) SMA, ( ) Perguruan Tingii
Kewarganegaraan : ( ) WNI, ( ) WNA :
RIWAYAT KESEHATAN
Alasan Masuk Rumah Sakit :
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny.E sebelum masuk RS mengalami sesak nafas, lemas dan demam sejak 4 hari yang
lalu.
Keluhan Utama:
Sesak
Riwayat Keluhan/Penyakit Saat ini:
Pasien tidak dapat dikaji karena kesadaran DPO
Keadaan Umum tampak : klien tampak nyeri ringan, klien terpasang ETT, NGT dan ventilator dengan mode PS 10 peep 5
FiO2 60%, RR 20. Terdapat bekas luka operasi laparotomy di tengah perut dan terdapat colonostomy pada perut bagian kiri
bawah.
PRIMARY SURVEY
A. Airway
Bebas Tersumbat
Trachea di tengah: Ya Tidak
Assesment :
10.30
Terdapat suara napas tambahan ronchi
Resusitasi :
10.30
Dilakukan suction
Re-evaluasi :
10.35
Sumbatan jalan napas bebas, tidak ada suara napas tambahan.
B. Breathing
Dada simetris : Ya Tidak Sesak nafas : Ya Tidak
Respirasi : 26 x/mnt Krepitasi : Ya Tidak
Suara nafas :
Kanan : Ada : Jelas Menurun Ronchi Kiri : Ada : Jelas Menurun Ronchi
Wheezing, Tidak Ada Wheezing, Tidak Ada
Saturasi O2 : 97%
Pada: Suhu ruangan Nasal canule (.......l/m) NRFM (.......l/m) NFM (.......l/m)
Simple Mask (.......l/m) Jackson Rise Lain-
lain.................. (.......l/m)
Assesment :
Tidak ada masalah
Resusitasi :
Tidak dilakukan tindakan
Re-evaluasi :
Breathing clear
C. Circulation
Tensi : 153/74 mmHg Nadi : 114 x/mnt
MAP : 108 mmHg Kuat Lemah Regular Irregular
Suhu Axilla : 38,0ºC
Temperatur kulit : Hangat Panas Dingin
Gambaran kulit : Normal Kering
Lembab/basah
Assesment : 11.00
Suhu tubuh pasien panas tinggi
Resusitasi : 11.00
Pasien diberikan sanmol dengan dosis sesuai dengan kebutuhan dan sesuai anjuran dokter
Re-evaluasi : 11.30
Demam pasien berkurang, suhu 37,3°C
D. Disability
Alert Pain response
Verbal response Unresponsive
GCS : 5
Kuantitatif: E (2) V (T) M (3)
Kualitatif : koma
Assesment :
Pasien tampak nyeri ringan, kesadaran DPO dan terpasang ventilator
REAKSI PUPIL : tidak dikaji
Kanan Ukuran (mm) Kiri Ukuran (mm)
Cepat ......... .........
Konstriksi ......... .........
Lambat ......... .........
Dilatasi ......... .........
Tak bereaksi ......... .........
SECONDARY SURVEY
SISTEM RESPIRASI
Jalan Nafas : ( ) Paten ( ) Tidak Paten
Obstruksi : ( ) Lidah ( ) Cairan ( ) Benda Asing ( ) Tidak Ada
Suara Nafas : ( ) Snoring ( ) Gurgling ( ) Stridor ( ) Tidak ada
Nafas : ( ) Spontan ( ) Tidak Spontan
Pola Nafas : ( ) Teratur ( ) Tidak Teratur
Jenis : ( ) Dispnoe ( ) Kusmaul ( ) Cyene Stoke ( ) Lain:..............................
Suara Nafas : ( ) Vesikuler ( ) Stidor ( ) Wheezing ( ) Ronchi
Sesak Nafas : ( ) Ada ( ) Tidak Ada
Cuping hidung : ( ) Ada ( ) Tidak Ada
Retraksi otot bantu nafas : ( ) Ada ( ) Tidak Ada
Batuk : ( ) Ya ( ) Tidak ada
Sputum : ( ) Ya , Warna:.................., Konsistensi:..................... Volume:.................. Bau: ( ) Ya ( ) Tidak
Alat bantu nafas: ( ) ETT ( ) Trakeostomi
( ) Ventilator : Mode: PS 10 peep 5 FiO2 60%, RR : 20
Keluhan lain : klien tampak nyeri ringan, tampak menggunakan otot bantu pernapasan
Masalah Keperawatan : Pola napas tidak efektif
SISTEM KARDIOLOGI
Pucat : ( ) Ya ( ) Tidak
Sianosis : ( ) Ya ( ) Tidak
CRT : ( ) < 2 detik ( ) > 2 detik
Akral : ( ) Hangat ( ) Dingin
Pendarahan : ( ) Ya, Lokasi:................................. Jumlah:..........................cc ( ) Tidak
Turgor : ( ) Elastis ( ) Lambat
Diaphoresis : ( ) Ya ( ) Tidak
Suara jantung: ( ) Normal ( ) Tidak normal
COR:
Inspeksi:
Ictus cordis …………., di..........., clubbing of the finger …………, cyanosis ………….., epistaksis ………….
Palpasi:
Ictus cordis …………. teraba di …………., capillary refill time ......... thrill.............edema ….........
Perkusi:
Terdengar: ..........................
Batas-batas jantung:
Atas …………………………….. Kiri ……………………………...
Bawah …………………………. Kanan …………………………...
Auskultasi:
Bunyi jantung I terdengar ……. di…………….HR …………….…
Bunyi jantung II terdengar …… di ………………………………
Bunyi jantung tambahan: murmur …………………… irama gallop ………. .
Keluhan lain :........................................................................ (Tuliskan keluahan pasien yang lain baik objektif atau subjektif, jika ada)
Masalah Keperawatan :.....................................................................................................................
SISTEM NEUROLOGI
Kesadaran : ( ) Composmentis ( ) Delirium ( ) Somnolen ( ) Apatis ( ) Koma () DPO
GCS : (2) Eye (T) Verbal ( 3 ) Motorik
Pupil : ( ) Isokor ( ) Unisokor ( ) Pinpoint ( ) Medriasis
RefleksCahaya : ( ) Ada ( ) Tidak Ada
Refleks fisiologis : ( ) Patela (+/-) ( ) Lain-lain : .............
Refleks patologis : ( ) Babinzky (+/-) ( ) Kernig (+/-) ( ) Lain-lain.............
Bicara : ( ) Lancar ( ) Cepat ( ) Lambat Ansietas : ( ) Ada ( ) Tidak ada
Keluhan lain : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
SISTEM URINARY
Nyeri pinggang : ( ) Ada ( ) Tidak dapat dikaji
Nyeri BAK : ( ) Ada ( ) Tidak ada
Inspeksi:
Distensi regio hipogastrika tidak ada
BAK : ( ) Lancar ( ) Inkontinensia ( ) Anuri ( ) oliguri
Frekuensi BAK : Warna: jernih Darah : ( ) Ada ( ) Tidak ada
Kateter : ( ) Ada ( ) Tidak ada, Urine output: 500 cc
Total Balance : + 490
Palpasi:
Nyeri tekan regio hipogastrika tidak dapat dikaji
Perkusi:
Regio hipogastrika terdengar dullness
Nyeri ketuk daerah costovertebral angle kanan dan kiri tidak dapat dikaji
DATA PSIKOLOGIS
Masalah Perkawinan : ( ) Tidak ada ( ) Ada: Cerai/istri/suami baru/simpanan/ lain-lain..........
Mengalami kekerasaan Fisik : ( ) Tidak Ada ( ) Ada Mencederai diri/orang lain ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah
Trauma dalam kehidupan : ( ) Tidak Ada ( ) Ada, Jelaskan........
Gangguan tidur : ( ) Tidak Ada ( ) Ada
Konsultasi dengan psikologis/psikiater : ( ) Tidak Ada ( ) Ada
Assesment : 12.00
Tidak ada masalah.
Keluhan lain : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
DATA SOSIAL, EKONOMI, DAN SPIRITUAL
Status Pernikahan Single Menikah Bercerai Janda/Duda
Anak Tidak ada () ada, jumlah anak: 2 orang
Pendidikan Terakhir SD SMP () SMA Akademi Sarjana .....................
......
Warganegara WNI WNA
Pekerjaan PNS Swasta TNI/Polri Tidak Bekerja
Pembiayaan Biaya Sendiri Asuransi Perusahaan ....................................
Kesehatan ..
Tinggal Bersama Suami/Istri Anak Orang Tua Sendiri ............................
....
Agama Islam Kristen Katolik Hindu Budha Kong Hu ...................
Cu ....
Anak Kandung : ( ) Ya ( ) Tidak
Tinggal bersama : ( ) Orangtua ( ) Kakek/Nenek ( ) Lain-lain, jelaskan : ______________________
Pekerjaan Orang Tua : ( ) Pegawai Swasta ( ) PNS ( ) TNI/POLRI ( ) Wiraswasta ( ) Petani ( ) Tidak
bekerja
Pembiayaan Kesehatan : ( ) Biaya sendiri ( ) Asuransi ( ) Perusahaan ( ) Lain-lain, jelaskan
:_______________________
Kegiatan beribadah : ( ) Selalu ( ) Kadang ( ) Tidak pernah Perlu Rohanian : ( ) Tidak ( ) Ya,
jelaskan____________________________
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
26 April 2021
Kesan :
Curiga bronchopneumonia kiri. Paru kanan sudah tidak tampak tanda-tanda bronchopneumonia
Opasitas linear pada paru kiri atas : curiga plate like atelectasis.
Elongasio disertai klasifikasi acrus aorta
Jantung kesan tidak membesar.
2. Laboratorium
30 April 2021
TERAPI OBAT
Nama obat :furamin
Golongan : suplemen
Dosis untuk pasien :3x1 ampul IV
Indikasi untuk pasien :digunakan untuk pasien yang terindikasi kekurangan vitamin B1
Kontra indikasi obat :________________________________________________________________________________________
Efek samping obat : nyeri ditempat injeksi, hipersensitif (mual, muntah, gatal-gatal, biduran, ruam)
Farmakokinetik :
________________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________________________
__________________
Skor:_______
FLACC SCALE
Indikator Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor Catatan:
Face Tidak ada Menyeringai, Mengerutkan Dagu 1. Indikasi digunakan pada pasien
ekspresi tertentu Dahi Gemetar, gigi bayi dan anak < 5 tahun yang
atau senyum Tampak tidak Tertarik Gemertak tidak dapat dinilai
(kadang kadang) (sering)
menggunakan Numeric rating
Leg Posisi normal atau Gelisah, tegang Menendang,
Scale Wong Baker dan FACES
rileks kaki tertekuk
Activity Berbaring tenang, Menggeliat, tidak Bisa diam Kaku atau Pain Scale
posisi normal, Tegang kejang 2. Instruksi terdapat 5 kategori
bergerak dengan dengan masing-masing kategori
mudah memiliki skor 0-2, dengan total
Cry Tidak Merintih, Merengek, Kadang- Terus skor 0 – 10
Menangis kadang Mengeluh Menangis, 3. Skor nyeri ditentukan dengan
Berteriak jumlah masing-masing kategori
Sering a. 1 – 3 : Nyeri Ringan
Mengeluh b. 4 – 6 Nyeri Sedang
Consolability Rileks Dapat Ditenangkan Dengan Sulit dibujuk
Sentuhan, Pelukan, Bujukan, c. 7 – 10 Nyeri Berat
Dapat dialihkan
Total
CPOT SCALE
Indikator Kondisi Skor Keterangan
Ekspresi wajah Rilek 0 Tidak ada ketegangan otot
Kaku 1 Mengerutkan kening, mengangkat alis, orbit menegang (misalnya
membuka mata atau menangis selama prosefur nosiseptif)
Meringis 2 Semua gerakan wajah sebelumnya ditambah kelopak mata tertutup rapat
(Pasien dapat mengalami mulut terbuka, mengigit selang ETT)
Gerakan tubuh Tidak ada gerakan abnormal 0 Tidak bergerak (tidak kesakitan) atau posisi normal (tidak ada gerakan
lokalisasi nyeri)
Lokalisasi nyeri 1 Gerakan hati-hati, menyentuh lokasi nyeri, mencari perhatian melalui
gerakan
Gelisah 2 Mencabut ETT, mencoba untuk duduk, tidak mengikuti perintah,
mencoba keluar dari tempat tidur
Aktivasi alarm Pasien kooperatif terhadap kerja 0 Alarm tidak berbunyi
ventilator ventilator mekanik
mekanik (Pasien Alarm aktif tapi mati sendiri 1 Batuk, alarm berbunyi tetapi berhenti secara spontan
diintubasi) Alarm selalu aktif 2 Alarm sering berbunyi
Berbicara jika Berbicara dalam nada normal atau 0 Bicara dengan nada pelan
pasien tidak ada suara
diekstubasi Mendesah, mengeran 1 Mendesah, mengerang
Menangis 2 Menangis, berteriak
Ketegangan otot Tidak ada ketegangan otot 0 Tidak ada ketegangan otot
Tegang, kaku 1 Gerakan otot pasif
Sangat tegang atau kaku 2 Gerakan sangat kuat
Skor 0 : tidak nyeri
Skor 1-2 : nyeri ringan
Total 1 (nyeri ringan)
Skor 3-4 : nyeri sedang Skor 5-6 : nyeri berat
Skor 7-8 : nyeri sangat berat
SOFA Score
Sistem Organ
0 1 2 3
Respiratory, < 200 < 100
≥ 400 < 400 < 300
PO2 (mmHg)/FiO2 (26,7) dengan (13,3) dengan
(53,3) (53,3) (40)
(kPa) bantuan respirasi bantuan respirasi
Koagulasi,
≥ 150 < 150 < 100 < 50 < 20
Platelet, (103/mm3)
Hepar,
< 1,2 < 1,2 – 1,9 2,0 – 5,9 6,0 – 11,9
Bilirubin (mg/dL)
Kardiovaskuler Dopamin (5,1 – 15) Dopamin > 15 atau
Dopamin < 5 atau
MAP (mmHg) atau Epinefrin 0,1 Epinefrin
≥ 70 mmHg < 70 mmHg Dobutamin (dosis
atau norepineprin norepineprin
berapapun)
0,1 /kg/menit /kg/menit
Sistem Saraf Pusat
15 13 -14 10 – 12 6–9 <6
GCS
Renal
< 1,2 1,2 – 1,9 2,0 – 3,4 3,5 – 4,9 >5,0
Kreatinin (mg/dL), Urine
< 100 110-170 171-200 < 500 <200
Output (ml/hari)
SOFA Score Mortality if initial score SOFA Score Mortality if initial score
Total Skor
ASESSMEN FUNSIONAL
NO FUNGSI KETERANGAN SKOR NO FUNGSI KETERANGAN
1 Mengontrol BAB Inkontinen/tidak teratur 0 0 6 Berpindah tempat Tidak mampu
(perlu enema) dari tidur ke duduk
Kadang-kadang inkontinen 1 Perlu banyak bantuan untuk
(1x seminggu) bisa duduk (2 orang)
Kontinen teratur 2 Bantuan minimal 1 orang
2 Mengontrol BAK Inkontinen atau pakai kateter 0 0 Mandiri
dan tak terkontrol
Kadang-kadang inkontinen 1 7 Mobilisasi/ berjalan Tidak mampu
(max 1x24 jam)
Mandiri 2 Bisa berjalan dengan kursi
roda
3 Membersihkan Butuhpertolongan orang lain 0 0 Berjalandengan bantuan satu
diri( lap muka, sisir Mandiri 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
4 Penggunaan toilet, Tergantung pertolongan 0 0 8 Berpakaian Tergantung orang lain
pegi ke dalamdari WC orang lain (Memakai baju
(melepas, memakai Perlu pertolongan pada 1 Sebagian dibantu
celana, menyeka, beberapa aktivitasterapi, ( mis: mengancing baju)
menyiram) dapat mengerjakan sendiri Mandiri
beberapa aktivitas yang lain
(Lisdayanti)
No TTV 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00
Tanggal : 04 mei 2021
1 TD Vena
2 TD Arteri
3 Nadi 95 100 100
4 Suhu 38,3 37,6 37,3
5 RR 20 22 26
6 SpO2 97 98 100
7 O2 Therapy
No TTV 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00
Tanggal : 05 mei 2021
1 TD Vena
2 TD Arteri 104 104 84
3 Nadi 37,3 37,3 37,0
4 Suhu 22 22 16
5 RR 100 100 100
6 SpO2
7 O2 Therapy
No TTV 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00
Tanggal :..................................................
1 TD Vena
2 TD Arteri
3 Nadi
4 Suhu
5 RR
6 SpO2
7 O2 Therapy
No TTV 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00
Tanggal :..................................................
1 TD Vena
2 TD Arteri
3 Nadi
4 Suhu
5 RR
6 SpO2
7 O2 Therapy
No TTV 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00
Tanggal :..................................................
1 TD Vena
2 TD Arteri
3 Nadi
4 Suhu
5 RR
6 SpO2
7 O2 Therapy
No TTV 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00
Tanggal :..................................................
1 TD Vena
2 TD Arteri
3 Nadi
4 Suhu
5 RR
6 SpO2
7 O2 Therapy
Pengelompokan Data
Data Subyektif Data Obyektif
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny.E sebelum masuk RS Klien tampak nyeri ringan, klien terpasang ETT, NGT dan
mengalami sesak nafas, lemas dan demam sejak 4 hari yang ventilator dengan mode PS 10 peep 5 FiO2 60%, RR 20.
lalu. Terdapat bekas luka operasi laparotomy di tengah perut dan
terdapat colonostomy pada perut bagian kiri bawah.
Anallisa Data
DO:
Terdapat lesi di selangkangan kanan dan kiri
±5cm, berwarna kemerahan. Terdapat luka
bekas operasi laparotomy d abdomen bagian
tengah dan terdapat kolonostomy pada abdomen
bagian kiri bawah.
DO:
Mobilisasi pasien bedrest.
Tingkat ketergantungan klien : ketergantungan
total
Diagnosa Keperawatan
1.Pola nafas tidak efektif b.d pengunaan otot bantu pernafasan.
2. Gangguan integritas kulit b.d adanya bekas luka operasi.
3. gangguan mobilitas fisik b.d bedrest.
Intervensi Keperawatan
DO:
Klien tampak
nyeri ringan,
tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan.
Pola napas tidak
teratur, rr
26x/menit.
Terpasang
ventilator dengan
mode PS 10 peep
5 FiO2 60%, RR
20.
*) Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai DK disertai respon atau hasil dari tindakan
Evaluasi Keperawatan
P : Intervensi dilanjutkan.
0 2 S : keluarga klien mengatakan sudah memahami tanda gejala Lisdayanti
dari infeksi.
O : . Adanya kemerahan pada selangkangan kanan dan kiri,
tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka sekitar colonostomy dan
laparotomy.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
0 3 S : Kesadaran klien DPO Lisdayanti
O : tidak ada luka akibat tirah baring.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
O5 Mei S : Kesadaran klien DPO Lisdayanti
2021 O : RR : 24x/menit, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, ,
DK 1 lendir tidak terlalu banyak berwarna bening.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan pembahasan tentang asuhan keperawatan pada Ny. E dengan
gangguan pada sistem pernafasan : Respiratory Failure. Kegiatan ini diawali dengan
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta
dokumentasi keperawatan, data-data yang didapatkan adalah :
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. A usia 75 tahun, Keluarga pasien mengatakan
bahwa Ny.E sebelum masuk RS mengalami sesak nafas, lemas dan demam sejak 4
hari yang lalu. Pengkajian primer didapatkan Airways (jalan napas) tersumbat,
terdapat suara napas tambahan, setelah dilakukan suction airway menjadi bebas..
Breathing (pernapasan), pasien tampak sesak nafas dengan frekuensi pernapasan 26
kali permenit, irama tidak teratur. Pada pengkajian Circulation (sirkulasi perifer)
dengan frekuensi nadi 114, denyut lemah, tekanan darah 153/74 mmHg, ekstremitas
hangat.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakan berdasarkan data – data yang dikaji, dimulai dengan
menemukan penyebab, kemudian menetapkan masalah dan data pendukung. Masalah
yang ditemukan adalah:
a. Pola nafas tidak efektif b.d pengunaan otot bantu pernafasan.
b. Gangguan integritas kulit b.d adanya bekas luka operasi.
c. Gangguan mobilitas fisik b.d bedrest.
BAB V
PENUTUP
Kegagalan pernapasan adalah suatu kondisi dimana oksigen tidak cukup masuk dari paru-paru ke
dalam darah. Organ tubuh, seperti jantung dan otak, membutuhkan darah yang kaya oksigen
untuk bekerja dengan baik. Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi jika paru-paru tidak dapat
membuang karbon dioksida dari darah. Terlalu banyak karbon dioksida dalam darah dapat
membahayakan organ tubuh (National Heart, lung, 2011). Sebagai seorang perawat harus
berhati-hati dalam menangani asuhan keperawatan pada klien untuk menghindari resiko
terjadinya komplikasi pada klien.
ANALISA TINDAKAN
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/2193/3/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjqu73Y4q_wAhXZgtgFHU6BBi8QFjAAegQIBRAC&usg
=AOvVaw3HLBQzSjB_KoDRz88jUYlc (diunduh pada tanggal 03 Mei 2021, pukul
19.00 WIB)
https://id.scribd.com/document/344692891/Lp-Respiratory-Failure (diunduh pada tanggal 03
Mei 2021, pukul 19.10 WIB)
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repo.stikesperintis.ac.id/837/1/14%2520NOVIA
%2520WULANDARI.pdf&ved=2ahUKEwiF4qXb9K_wAhVPgUsFHR8XDsUQFjAMe
gQICRAC&usg=AOvVaw3T8D-Eo_GPbgrBfjBttMCG (diunduh pada tanggal 03 Mei
2021, pukul 19.30 WIB)
https://www.academia.edu/36586132/LAPORAN_PENDAHULUAN_RESPIRATORY_FAILU
RE (diunduh pada tanggal 04 Mei 2021, pukul 20.00 WIB)