disusun oleh :
NIM :20317039
Menyetujui
Pembimbing
Mengetahui
Kaprodi Keperawatan
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM: 20317039
Menyetujui
Penguji I Penguji II
Ns. Zahra M.S , S. Kep, M. Kep Ns. Destiawan Eko U, S.Kep, M.Kep.sp KMB
Mengetahui
Kaprodi Keperawatan
iii
LITERATUR RIVIEW : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
Abstrack
ARDS merupaka penyebab utama kematian pada pasien COVID -19 akibat badai
sitokin. Gejala yang sering terjadi adalah pasien sesak, dan mengalami desaturasi.
Karya ilmiah akhir profesi ners ini bertujuan untuk meriview dan menganalisis
penelitian tentang prone positioning dan tingkat penilaian keberhasilan HFNC oleh
perawat terhadap status respirasi pasien. Hasil dari literature riview ini adalah
bahwa prone positioning bila dilakukan secara maksimal dan keberhasilan HFNC
dengan indeks ROX berpengaruh terhadap status respirasi pasien. Penulis
membahas kelemahan dan kekuatan jurnal ini dengan menggunakan analisis
SWOT. Strength (kekuatan) bahwa intervensi ini terbukti meningkatkan
oksigenisasi kepasien, mengurangi intubasi dan menurunkan angka kematian.
Weakness (kelemahan) penulis belum mendapatkan jurnal keperawatan di
Indonesia tentang tindakan tersebut, penulis menemukan perawat belum bisa
melakukan penilaian terhadap keberhasilan HFNC dengan indeks ROX, prone
positioning belum maksimal. Opportunities (peluang) menjadi acuan perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan pasien COVID 19. Threats
(hambatan/ancaman) adanya kenaikan kasus baru pasien COVID 19 membuat
kelelahan perawat sehingga perawat belum maksimal melakukan asuhan
keperawatan.
iv
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners “Literatur Riview Asuhan Keperawatan
ARDS COVID 19 dengan prone positioning dan penilaian keberhasilan HFNC oleh
perawat terhadap status respirasi” di ruang HCU RS Royal Taruma.
2. Bpk Dwi Budi Santosa sebagai suami, mamak yang selalu mendoakan
setiap saat dan ketiga anak saya yang selalu memberikan perhatian,
motivasi, doa dan kasih sayangnya sehingga saya dapat menyelesaikan
karya ilmiah akhir ini.
3. DR. Ida Faridah, S,Kp., M.Kes, selaku Ketua STIKes YATSI Tangerang.
5. Ibu Ns. Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep selaku penanggung jawab akademik
tingkat profesi Ners keperawatan STIKes YATSI Tangerang.
6. Bapak dan ibu pimpinan RS Royal Taruma yang telah memberikan ijin
penulis untuk mengikuti pendidikan profesi ners
7. Tim ICU yang selalu membantu dalam pekerjaan dan proses penyusunan
karya tulis akhir ini.
v
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan riset keperawatan ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini jauh dari kesempurnaan,
karena itu dengan hal terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………. 10
B. Rumusan Masalah …………………………………… 12
C. Tujuan ……………………………………………….. 12
D. Manfaat ……………………………………………… 12
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep ARDS Covid 19 …………………………….. 13
1. Definisi ………………………………………….. 13
2. Klasifikasi Covid-19 ……………………………. 13
3. Berdasar beratnya kasus ………………………... 14
4. Anatomi Fisiologi ………………………………. 14
5. Etiologi …………………………………………. 17
6. Manifestasi klinis infeksi COVID 19 ………….. 17
7. Perjalanan penyakit COVID 19 ………………… 18
8. Pathway ………………………………………… 19
9. Pemeriksaan diagnostic ………………………… 20
10. Penatalaksanaan COVID -19 …………………… 21
vii
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ……………………………………………. 37
B. Analisa Data ………………………………………….. 38
C. Diagnosis Keperawatan Prioritas …………………….. 39
D. Intervensi Keperawatan ………………………………. 40
E. Impementasi dan Evaluasi ……………………………. 43
BAB IV PEMBAHASAN
A. Literatur Review ……………………………………… 46
B. Hasil Peninjauan ……………………………………… 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………… 53
B. Saran ………………………………………………….. 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Data per tanggal 5 Juli 2021 kasus Covid -19 di dunia telah mencapai
184 juta. Jumlah pasien meninggal ada 3,9 juta dan pasien sembuh 168 juta.
Berdasarkan data worldometer, lima kasus tertinggi berada di Amerika
Serikat (34 juta), India (30 juta), Brasil (18 juta), dan Prancis (5,7juta) dan
Rusia (5,6 juta). Di Indonesia per tanggal 5 Juli 2021 kasus Covid-19
sebanyak 2.313.829 dan saat ini menduduki peringkat ke-16 di dunia, untuk
DKI Jakarta penambahan jumlah kasus konfirmasi Covid-19 sebanyak
10
11
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Meningkatkan pengetahuan tentang ARDS dengan covid-19 tentang konsep
medis meliputi definisi, etiologi, tanda dan gejala, tatalaksana, komplikasi
serta asuhan keperawatan pasien ARDS Covid 19 dengan prone position
dan HFNC
D. MANFAAT.
Perawat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien ARDS
dengan covid-19 dan mampu bekerjasama dengan tim medis dalam bidang
keperawatan.
BAB II
TINJUAN TEORI
A. KONSEP ARDS COVID 19
1. Definisi
a. Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS) merupakan
suatu kondisi kegawat daruratan di bidang pulmonology
yang terjadi karena adanya akumulasi cairan dialveoli yang
menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas sehingga
distribusi oksigen ke jaringan menjadi berkurang (Rumende,
2018)
b. Sindrom gawat napas akut merupakan bentuk gagal nafas
yang mendadak dan progresif yang dicirikan oleh dispnea
parah, hipoksemia berulang, dan ilfiltrat difus bilateral.
(Black & Hawks, 2014)
c. Kasus konfirmasi COVID-19 adalah orang yang sudah
dinyatakan positif terinfeksi virus Corona berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium berupa PCR. Kasus konfirmasi
bisa terjadi pada orang dengan gejala virus Corona atau
orang yang tidak mengalami gejala sama sekali. Kemenkes
RI/ 413/2020 dalam (Adrian, 2020).
13
14
4. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
15
b. Fisiologi
1) Sistem pernafasan terdiri dari saluran nafas bagian
atas yang dimulai dari hidung sampai trakhea dan
saluran nafas bagian bawah dimulai dari bronkus
sampai alveolus.
2) Fungsi sistem pernafasan adalah menyediakan O2
untuk metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan
CO2 sebagai sisa metabolisme jaringan.
3) Organ dari sistem pernafasan terdiri dari :
Hidung :yang berfungsi menghangatkan,
melembabkan, menyaring udara.
Faring : yang berfungsi sebagai jalan baik
udara maupun makanan yang terdiri dari 3 bagian
yaitu nasofaring,orofarink dan laringofaring
Laring : untuk melindungi saluran
pernafasan di bawahnya dengan cara menutup
secara cepat pada stimulus mekanik,sehingga
mencegah masuknya benda asing ke dalam
saluran nafas .
Trakhea : menghubungkan laring dengan
bronkus yang berfungsi sebagai jalur udara untuk
masuk dan keluar dari paru paru.
Bronkus : menangkap partikel –partikel yang
mendorong sekret ke atas untuk dikeluarkan
melalui batuk.
16
Kompos mentis, komunikasi lancar dan HFNC flow 30-60 lpm atau NIV
RR, 30x/mnt dan Ya FiO2 40-100% dan posisi
SpO2 > 90% dan telungkup
Tidak syok Titrasi dan evaluasi tiap jam
Evaluasi, apakah:
Penurunan kesadaran, atau
RR > 30x/menit atau
Lanjutkan HFNC/NIV SpO2 <92% (<95% bila ada
Evaluasi/2 jam komorbid) atau
Peningkatan otot bantu nafas
atau
Nadi > 120x/menit
Tidak
ROX index < 3,85 (pada HFNC)
Ya
Intubasi- ventilator
bukti saat ini menunjukkan bahwa penggunaan alat pelindung diri secara
cermat efektif untuk mencegah infeksi di antara petugas kesehatan.
Obesitas
Kehamilan pada trismester 2 dan 3
D. ASUHAN KEPERAWATAN
Tabel 2.1. Diagnosis Keperawatan Gejala Ringan -Sedang
37
38
peptisol 3x200 ml, 1 ml@ 1 kkal jadi total kalori 1200 kkal, target 25 kal
/kg =2250 kal.
Pemeriksaan penunjang : Hb: 15,5 g/dl, Ht 44,8%, trombosit 201.000,
lekosit 9.700, hs CRP 173,9, AGD: Ph: 7,40, PO2 63,3 PCO2 24,9 HCO3
15,4 BE;-7,3 SO2: 92,4%, D dimer 1,565. Hasil foto thorax: konsolidasi
heterogen asimetris di kedua paru terutama perifer, sugestif viral pneumonia
Therapi yang diberikan: heparin 500 unit/24 jam, meropenem 3x1,5 gr
(iv) larce 2x1 gr (iv), remdac 1x100mg, esola 1x40mg (iv), lameson
2x62,5mg (iv), tarontal 600 mg/24 jam. Obat per oral: zinc 2x20mg, prove
D3 2x1000iu, vectrin 3x 300mg, nutriflam neo 3x1 kap, , recolfar 2x0,5
mg, zitrax 1x500mg.
B. ANALISA DATA
Tabel 3.1. Analisa Data
Data fokus Etiologi Masalah keperawatan
Data subyektif: Perubahan Kategori: fisiologis
Pasien mengatakan membran alveolus- Subkategori: respirasi
sesak kapiler (D.0003) Gangguan
Data obyektif: pertukaran gas
Ph:7,40
PO2: 63,3 →gganguan pertukaran
PCO2: 24,9 gas b.d perubahan
hidung
Pasien gelisah
Data subyektif Kelemahan otot Kategori:fisiologis
Pasien mengatakan pernafasan Subkategori:sirkulasi
sesak
39
Saturasi 89%
Pasien gelisah
Data subyektif: Krisis situasional Kategori: psikologis
Pasien mengatakan Sub ketgopri:integritas ego
merasa bingung D.0080 Ansietas
Data obyektif: →ansietas berhubungan
Tampak gelisah dengan krisis situasional
Wajah tegang yang dibuktikan dengan
HR 115x/mnt pasien gelisah, wajah
RR 30x/mnt tegang
Tidur sebentar
sebentar dan
tidak merasa
pulas
Data obyektif: Ph:7,40, PO2: 63,3, PCO2: 24,9, Suara nafas ronkhi,
Nafas cuping hidung, Pasien gelisah
2. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan yang dibuktikan dengan
Data subyektif : pasien mengeluh sesak
Data obyektif: menggunakan otot bantu pernafasan, Pernafasan
cuping hidung, RR 30x/mnt, Pola nafas cepat dangkal, PO2 63,3,
Saturasi 89%, pasien gelisah
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional yang dibuktikan
dengan
Data subyektif: pasien mengatakan bingung
data obyektif: tampak gelisah, wajah tegang, HR 115x/mnt, RR
30x/mnt, tidur sebentar sebentar dan tidak merasa pulas
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis intervensi
kriteria hasil
keperawatan keperawatan
PCO2: 24,9, Suara PaCO2 35-45 berikan oksigen
nafas ronkhi, Nafas mmHg, gunakan perangkat oksigen
cuping hidung, pH 7.35-7.45, dengan HFNC
Pasien gelisah ronkhi menurun. edukasi
jelaskan tujuan dan prosedur
penggunaan oksigen
kolaborasi
kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. Gangguan ventilasi Setelah dilakukan I.01002 dukungan ventilasi
spontan tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 24-48 jam Monitor status respirasi dan
dengan kelemahan maka ventilasi oksigenasi (mis. RR dan
otot pernafasan spontan meningkat kedalaman, penggunaan otot
yang dibuktikan dengan kriteria: bantu, bunyi napas tambahan,
dengan Penggunaan otot saturasi oksigen)
Data subyektif : bantu nafas Monitor adanya aritmia
pasien mengeluh tambahan Identifikasi adanya kelelahan
sesak menurun otot bantu nafas
Data obyektif: dispnea menurun Identifikasi efek perubahan
menggunakan otot PaO2 >80 mmHg, posisi terhadap status pernafasan
bantu pernafasan, PaCO2 35-45 Terapeutika
Pernafasan cuping mmHg Pertahankan kepatenan jalan
hidung, RR gelisah menurun napas
30x/mnt, Pola Berikan posisi semi Fowler
nafas cepat atau Fowler
dangkal, PO2 63,3,
Berikan posisi pronasi
(tengkurap) pada pasien sadar
42
Diagnosis intervensi
kriteria hasil
keperawatan keperawatan
Saturasi 89%, dengan gangguan paru difus
pasien gelisah bilateral
Edukasi
Ajarkan melakukan tehnik
relaksasi nafas dalam
Kolaborasi
Kolaborasi tindakan intubasi dan
ventilasi mekanik, jika perlu
3. Ansietas Setelah dilakukan I.09314 reduksi ansietas
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan krisis selama 24 jam, Monitor tanda-tanda ansietas
situasional yang tingkat ansietas (verbal dan nonverbal).
dibuktikan dengan menurun dengan Terapeutik
Data subyektif: kriteria: Temani pasien untuk
pasien mengatakan Perasaan bingung mengurangi kecemasan, jika
bingung menurun memungkinkan
data obyektif: gelisah menurun Dengarkan dengan penuh
tampak gelisah, tegang menurun perhatian
wajah tegang, HR gangguan tidur Gunakan pendekatan yang
115x/mnt, RR menurun tenang dan meyakinkan
30x/mnt, tidur HR 60 sd Edukasi
sebentar sebentar 100x/mnt Jelaskan prosedur, termasuk
dan tidak merasa RR 10-25x/mnt sensasi yang mungkin dialami
pulas Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
43
Diagnosis intervensi
kriteria hasil
keperawatan keperawatan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
PEMBAHASAN
A. LITERATUR REVIEW
46
47
B. HASIL PENINJAUAN
Prone position pada pasien COVID 19 untuk mengatasi gangguan
ventilasi
Prone positioning saat ini sangat ramai dibicarakan karena bisa
digunakan pasien covid yang mengalami sesak nafas. Dalam seminggu ini
terutama di Jabodetabek mengalami kelangkaan oksigen, oleh karena itu
dengan posisi prone bisa membantu pasien meningkatkan ventilasi yang
mempunyai dampak terhadap peningkatan saturasi perifer. Prone
pisitioning merupakan strategi untuk meningkatkan oksigenasi dan
rekrutmen paru-paru pada gagal napas akut (Munshi et al., 2017). Hal itu
terjadi karena dengan prone positioning pada ARDS tipikal dapat
mengurangi ketidak sesuaian ventilasi/perfusi, hipoksemia, dan shunting.
Prone positioning menurunkan gradien tekanan pleura antara daerah paru
dependen dan nondependen sebagai akibat dari efek gravitasi dan
pencocokan bentuk konformasi paru dengan rongga dada. Hal ini diyakini
untuk menghasilkan aerasi paru yang lebih homogen dan distribusi
regangan, sehingga meningkatkan perekrutan unit paru-paru dorsal
(Koeckerling et al., 2020). Setelah dilakukan prone position ini, secara
klinis pasien akan menunjukkan peningkatan status respirasi dan kadar
saturasi oksigen (Neville, Vanzillotta, & Quintão, 2020). Peningkatan status
oksigenasi menjadi >95% dan penurunan kejadian intubasi sehingga
mampu meningkatkan angka kelangsungan hidup (Guérin et al., 2020).
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka prone positioning dapat
dilakukan selama 12 – 16 jam sehari dapat sudah terbukti mengurangi angka
kematian selama 28 hari (Koeckerling et al., 2020).
A. KESIMPULAN
B. SARAN
53
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, A. F. (2020, Oktober 31). Data Lengkap COVID-19 di Indonesia Per Sabtu
31 Oktober 2020 . Retrieved from IDN TIMES:
https://www.idntimes.com/news/indonesia/aldzah-fatimah-aditya/data-
lengkap-covid-19-di-indonesia-per-sabtu-31-oktober/4
Adrian, d. K. (2020). Mengenal Arti Kasus Suspek, Kasus Probable, dan Kasus
Konfirmasi dan Istilah Baru Lainnya pada COVID-19. Jakarta:
https://www.alodokter.com/mengenal-arti-kasus-suspek-kasus-probable-
dan-kasus-konfirmasi-dan-istilah-baru-lainnya-pada-covid-19.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi 3 Buku 3. Jakarta: ELSIVIER.
Burhan, E., Susanto, A. D., Nasution, S. A., & Ginanjar, E. (2020). PROTOKOL
TATALAKSANA COVID-19. 1-45.
Chauhan, A. J., Wiffen, L. J., & Brown, T. P. (2020). COVID-19: A Collision of
Complement, Coagulation and Inflammatory Pathways. J Thromb Haemos,
2110-2117.
Cucinotta, D., & Vanelli , M. (2020). WHO Declares COVID-19 a Pandemic. Acta
Biomed 2020; Vol. 91, 157-160.
Gibson, P. G., Qin, L., & Poah, S. H. (20 Juli 2020). COVID-19 acute respiratory
distress syndrome (ARDS): clinical features and differences from typical
pre-COVID-19 ARDS . MIJA, 54-56.
Handayani, D., Hadi, D. R., Isbaniyah, F., Burhan, E., & Agustin, H. (2020).
Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 119-129.
Huether, E. S., McCance, K. L., Brashers, V. L., & Rote, N. S. (2019). Buku Ajar
Patofisiologi. Indonesia: ELSIVIER.
Isbaniyah, F., & Susanto, A. D. (2020). Pneumonia Corona Virus Infection Disease-
19 (COVID-19). J Indon Med Assoc, Volum: 70, 87-94.
Kementrian kesehatan republik Indonesia. (2021). Buku Saku Protokol Tatalaksana
COVID19 ED2. 1–100. Retrieved from
https://drive.google.com/file/d/1lfHiM735UGadTPx0QqdFi-
mAG0iAkrpd/view
Kurina, T. (2020, Oktober 31). Update 31 Oktober: 45 Juta Kasus COVID-19 di
Dunia, AS Tembus 9 Juta. Retrieved from Liputan 6.com:
https://www.liputan6.com/global/read/4396618/update-31-oktober-45-
juta-kasus-covid-19-di-dunia-as-tembus-9-juta
Li, J., Fink, J. B., & Ehrmann, S. (2020). High-flow nasal cannula for COVID-19
patients: Low risk of bio-aerosol dispersion. European Respiratory Journal,
55(5). https://doi.org/10.1183/13993003.00892-2020
Murphy, J. H. (2020). Personal protective equipment during the COVID-19
pandemic: a comment. Anaesthesia, 75(8), 1121.
https://doi.org/10.1111/anae.15145
Navas-Blanco, J. R., & Dudaryk, R. (2020). Management of Respiratory Distress
Syndrome due to COVID-19 infection. BMC Anesthesiology, 20(1), 4–9.
https://doi.org/10.1186/s12871-020-01095-7
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Puspa, A. (2020, November 03). Media Indonesia. Retrieved from
mediaindonesia.com: Sumber:
https://mediaindonesia.com/read/detail/351108-816-pasien-covid-19-
dengan-gejala-pneumonia-meninggal-dunia
Roca, O., Caralt, B., Messika, J., Samper, M., Sztrymf, B., Hernández, G., …
Ricard, J. D. (2019). An index combining respiratory rate and oxygenation
to predict outcome of nasal high-flow therapy. American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine, 199(11), 1368–1376.
https://doi.org/10.1164/rccm.201803-0589OC
Rothan, H. A., & Byraredd, S. N. (2020). The epidemiology and pathogenesis of
coronavirus disease (COVID-19) outbreak. Journal of Autoimmunity, 1-4.
Rozie, F. (2020, Oktober 31). Jakarta Catat Penambahan Kasus Positif, Sembuh,
dan Meninggal Covid-19 Tertinggi. Retrieved from Liputan 6.com:
https://www.liputan6.com/news/read/4396605/jakarta-catat-penambahan-
kasus-positif-sembuh-dan-meninggal-covid-19-tertinggi
Rumende, C. M. (2018). Acute Respiratory Distress Syndrome.
Stillwell, S. B. (2011). Pedoman Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Umasugi, R. A. (2020, Oktober 31). UPDATE 31 Oktober: Tambah 585, Kasus
Covid-19 di DKI Jadi 105.597. Retrieved from Kompas.com:
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/31/20075931/update-31-
oktober-tambah-585-kasus-covid-19-di-dki-jadi-105597
Zheng, Y.-y., Ma, Y.-T., Zhang, J.-Y., & Xie, X. (May 2020). COVID-19 and the
cardiovascular. Cardiology Volume 17, 159-160.Bamford, P., Denmade, C.,
Newmarch, C., Shirley, P., Singer, B., Webb, S., & Whitmore, D. (2019).
Guidance For : Prone Positioning in Adult Critical Care. Intensive Care
Society, 1–39.
Burhan, E., & Mukminin, U. (2020). A systematic review of respiratory infection
due to air pollution during natural disasters. Medical Journal of Indonesia,
29(1), 11–18. https://doi.org/10.13181/mji.oa.204390
Fatoni, A. Z., & Rakhmatullah, R. (2021). Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) pada Pneumonia COVID-19. Journal of Anaesthesia and Pain, 2(1),
11–24. https://doi.org/10.21776/ub.jap.2021.002.01.02
Ferrando, C., Suarez-Sipmann, F., Mellado-Artigas, R., Hernández, M., Gea, A.,
Arruti, E., … Vidal, A. (2020). Clinical features, ventilatory management,
and outcome of ARDS caused by COVID-19 are similar to other causes of
ARDS. Intensive Care Medicine, 46(12), 2200–2211.
https://doi.org/10.1007/s00134-020-06192-2
Guérin, C., Reignier, J., Richard, J.-C., Beuret, P., Gacouin, A., Boulain, T., …
Ayzac, L. (2013). Prone Positioning in Severe Acute Respiratory Distress
Syndrome. New England Journal of Medicine, 368(23), 2159–2168.
https://doi.org/10.1056/nejmoa1214103
Hairunisa, N., & Amalia, H. (2020). Review: penyakit virus corona baru 2019
(COVID-19). Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 3(2), 90–100.
https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2020.v3.90-100
Indonesia, P. D. P. (2006). Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis.
Kementrian kesehatan republik Indonesia. (2021). Buku Saku Protokol
Tatalaksana COVID19 ED2. 1–100. Retrieved from
https://drive.google.com/file/d/1lfHiM735UGadTPx0QqdFi-
mAG0iAkrpd/view
Koeckerling, D., Barker, J., Mudalige, N. L., Oyefeso, O., Pan, D., Pareek, M., …
Andre Ng, G. (2020). Awake prone positioning in COVID-19. Thorax,
75(10), 833–834. https://doi.org/10.1136/thoraxjnl-2020-215133
Kordzadeh-Kermani, E., Khalili, H., & Karimzadeh, I. (2020). Pathogenesis,
clinical manifestations and complications of coronavirus disease 2019
(COVID-19). Future Microbiology, 15(13), 1287–1305.
https://doi.org/10.2217/fmb-2020-0110
Lee, J. Y., Kim, H. A., Huh, K., Hyun, M., Rhee, J. Y., Jang, S., … Chang, H. H.
(2020). Risk factors for mortality and respiratory support in elderly patients
hospitalized with COVID-19 in Korea. Journal of Korean Medical Science,
35(23), 1–12. https://doi.org/10.3346/JKMS.2020.35.E223
Li, J., Fink, J. B., & Ehrmann, S. (2020). High-flow nasal cannula for COVID-19
patients: Low risk of bio-aerosol dispersion. European Respiratory Journal,
55(5). https://doi.org/10.1183/13993003.00892-2020
Munshi, L., Del Sorbo, L., Adhikari, N. K. J., Hodgson, C. L., Wunsch, H.,
Meade, M. O., … Fan, E. (2017). Prone position for acute respiratory distress
syndrome: A systematic review and meta-analysis. Annals of the American
Thoracic Society, 14(October), S280–S288.
https://doi.org/10.1513/AnnalsATS.201704-343OT
Navas-Blanco, J. R., & Dudaryk, R. (2020). Management of Respiratory Distress
Syndrome due to COVID-19 infection. BMC Anesthesiology, 20(1), 4–9.
https://doi.org/10.1186/s12871-020-01095-7
Neville, M. F. L., Vanzillotta, P. P., & Quintão, V. C. (2020). The paradox of
COVID-19 and pediatric anesthesiology: opinion of the Pediatric Anesthesia
Committee of the Brazilian Society of Anesthesiology. Brazilian Journal of
Anesthesiology (English Edition), 70(2), 187–188.
https://doi.org/10.1016/j.bjane.2020.04.025
Nishimura, M. (2016). High-flow nasal cannula oxygen therapy in adults:
Physiological benefits, indication, clinical benefits, and adverse effects.
Respiratory Care, 61(4), 529–541. https://doi.org/10.4187/respcare.04577
Procopio, G., Cancelliere, A., Trecarichi, E. M., Mazzitelli, M., Arrighi, E., Perri,
G., … Pelaia, G. (2020). Oxygen therapy via high flow nasal cannula in
severe respiratory failure caused by Sars-Cov-2 infection: a real-life
observational study. Therapeutic Advances in Respiratory Disease, 14, 1–10.
https://doi.org/10.1177/1753466620963016
Roca, O., Caralt, B., Messika, J., Samper, M., Sztrymf, B., Hernández, G., …
Ricard, J. D. (2019). An index combining respiratory rate and oxygenation to
predict outcome of nasal high-flow therapy. American Journal of Respiratory
and Critical Care Medicine, 199(11), 1368–1376.
https://doi.org/10.1164/rccm.201803-0589OC
Sherren, P. B., Ostermann, M., Agarwal, S., Meadows, C. I. S., Ioannou, N., &
Camporota, L. (2020). COVID-19-related organ dysfunction and
management strategies on the intensive care unit: a narrative review. British
Journal of Anaesthesia, 125(6), 912–925.
https://doi.org/10.1016/j.bja.2020.08.050
Suffredini, D. A., & Allison, M. G. (2021). A Rationale for Use of High Flow
Nasal Cannula for Select Patients With Suspected or Confirmed Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 Infection. Journal of Intensive
Care Medicine, 36(1), 9–17. https://doi.org/10.1177/0885066620956630
Teng, X. bao, Shen, Y., Han, M. feng, Yang, G., Zha, L., & Shi, J. feng. (2021).
The value of high-flow nasal cannula oxygen therapy in treating novel
coronavirus pneumonia. European Journal of Clinical Investigation, 51(3),
0–1. https://doi.org/10.1111/eci.13435
Lampiran 1
LEMBAR KONSULTASI PENYUNAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama Mahasiswa : Eka Puji Hastuti
NIM : 20317039
Pembimbing : Ns. Zahrah Maulidia Septimar., S.kep., M.Kep
Tanggal Materi konsulan Metode Masukan Paraf
bimbingan pembimbing
5 juli 21 Email Rumusan
masalah belum
ada
BAB 1
6 juli 21 Email
BAB 2
8 juli 21 Email
BAB 3
9 juli 21 Email
BAB 4
9 juli 21 Email
BAB 5
Lampiran 2
FORMAT ASKEP KELOLAAN
DI HCU RSRT
A. BIODATA PASIEN
1. Nama : tn S
2. Umur : 35 th
6. Status : menikah
5. Kekuarga terdekat : ny T
B. ANAMNESE
1. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit : demam sejak 5 hari sebelum masuk
RS, batuk, pilek dan tidak bisa mencium aroma
Saat Pengkajian : keadaan pasien composmentis.
GCS (E4V6M5). Wajah terlihat tegang, gelisah, lemas, sesak nafas.
Pernafasan cuping hidung, bentuk dada simetri, irama nafas teratur,
pola nafas dipsnea, terdapat otot bantu pernafasan , pasien merasa
bingung terhadap kondisinya, saat tidur pasien mengingau, tidur
sering terbangun karena sesak, akral dingin CRT < 3 detik, suara
nafas terdengar ronkhi, pasien belum bisa mencium aroma
2. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan baru kali ini
terkonfirmasi COVID 19, dalam keluarga semua anggota keluarga
terpapar COVID, setelah demam, batuk, pilek, merasa sesak dan
tidak mencium aroma pasien langsung Swab PCR secara mandiri
setelah ada hasil positif pasien langsung berobat ke RS
3. Riwayat Penyakit Yang Lalu : pasien belum pernah dirawat di RS,
pasien tidak keluhan sakit yang memerlukan perawatan di RS
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : dalam keluarga tidak ada menderita
penyakit keturunan
Diet:entramix 3x200
ml dan peptisol
3x200ml @1 kkal
2. Pola Eliminasi
Pemenuhan
No Eliminasi BAB Di Rumah Di Rumah Sakit
/BAK
Siang :
±700ml
Malam
:±400ml
Pemenuhan
No Eliminasi BAB Di Rumah Di Rumah Sakit
/BAK
5. Aktivitas Lain
No Aktivitas Yang Di Rumah Di Rumah Sakit
Dilakukan
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tensi : 140/80 mmHg HR:118x/mnt
RR :32x/mnt suhu: 37°c
BB : 91 kg TB : 165cm
Setelah dihitung berdasar rumus Borbowith
Pasien termasuk : ( Kurus / Ideal / Gemuk )
2. Keadaan umum :keadaan umum sakit pberat, pasien sesak,
gelisah posisi fowler
2. Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi :
Penyebaran (merata / tidak), Bau: tidak bau rontok ( + / - ),
warna hitam Alopesia ( + / - ), Hirsutisme ( + / - ), alopesia
(+/-)
3. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi, warna merah mudan bentuk normal
kebersihan pendek dan bersih
Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan
Px. Kulit : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
4. Pemeriksaan kepala, wajah dan leher
a. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong,
Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan ( + / - ).
Hidrochepalu( + / - ), Luka ( + / - ), darah ( +/-),
Trepanasi ( + / - ).
Palpasi : Nyeri tekan ( + / - ), fontanella / pada bayi
(cekung / tidak)
b. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + / - )
Ekssoftalmus ( + / - ), Endofthalmus ( + / - )
Kelopak mata / palpebra : oedem ( + / - ), ptosis ( + /
- ), peradangan ( + / - ) luka ( + / - ), benjolan ( + / - )
Bulu mata : rontok atau tidak
Konjunctiva dan sclera : perubahan warna :tidak ada
perubahan warna
Warna iris normal, reaksi pupil terhadap cahaya
(miosis / midriasis) isokor ( + / - )
Kornea : warna hitam Nigtasmus ( + / - ) Strabismus
(+/-)
Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card : tidak dikerjakan
Tanpa Snelen Card : Ketajaman Penglihatan ( Baik
/ Kurang )
Pemeriksaan lapang pandang: Normal / Haemi anoxia /
Haemoxia
Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan tonometri tidak dikerjalan, dengan palpasi
taraba taraba sama kanan dan kiri
c. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar: bentuk normal
Ukuran simteris kanan dan kiri Warna normal lesi ( +
/ - ), nyeri tekan ( + / - ), peradangan ( + / - ),
penumpukan serumen ( + / - ).
Dengan otoskop periksa membran tympany amati,
warna , transparansi tidak dikerjakan perdarahan ( + /
- ), perforasi ( + / - ).
Uji kemampuan kepekaan telinga :
Tes bisik : pasien mendengarkan gesekan dua jari
ditelinga kiri dan kanan
Dengan arloji pasien mendengarkan detak jarum jam
Uji weber : seimbang / lateralisasi kanan /
lateralisasi kiri (tidak dikerjakan)
Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah /
sama dibanding dengan hantaran udara (tidak
dikerjakan)
Uji swabach : memanjang / memendek /
sama(tidak dikerjakan)
d. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (
adakah pembengkokan Atau tidak )
Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ),
Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + / - )
e. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioseisis,
palatoseisis, atau labiopalatoseisis (tidak ada
kelaianan)
warna bibir merah, lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - )
Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + / - ), Kotoran ( +
/ - ), Gigi palsu ( + / - ), Gingivitis ( + / - )
Warna lidah :merah muda Perdarahan ( + / - ) dan abses
( + / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : tidak
ada bau mulut, uvula ( simetris / tidak ), Benda asing : (
ada / tidak )Adakah pembesaran tonsil, T 0 / T 1 / T 2 /
T 3 / T 4 Perhatikan suara klien : ( Berubah atau tidak )
f. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi :
Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang / rileks,
Warna dan kondisi wajah klien : merah, Struktur
wajah klien : normal Kelumpuhan otot-otot fasialis (
+/-)
g. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( +
/ - ), jaringan parut ( + / - ), perubahan warna ( + / - ),
massa ( + / - )
Kelenjar tiroid, pembesaran ( + / - )
Vena jugularis, pembesaran ( + / - )
Palpasi :
pembesaran kelenjar limfe ( + / - ), kelenjar tiroid ( +
/ - ), posisi trakea (simetris/tidak simetris)
Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala,
wajah, leher tidak ditemukan keluhan lain
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan masalah
keperawatan
7. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran 1cm
b. Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat /
Tidak teraba )
c. Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
d. Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), (
reguler / irreguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), (
reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop
Rhythm (+ / -), Murmur (+ / - )
Keluhan lain terkait dengan jantung : tidak ditemukan masalah
8. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
Bentuk abdomen : ( cembung / cekung / datar )
Massa/Benjolan ( + / - ), Kesimetrisan ( + / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 5-7 x/menit ( N = 5 – 35
x/menit, Borborygmi ( + / - )
c. Palpasi
Palpasi Hepar : tidak teraba, Nyeri tekan ( + / - ),
pembesaran ( + / - ), perabaan (keras / lunak),
permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar
(tumpul / tajam) . ( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Lien: Gambarkan garis bayangan Schuffner
dan pembesarannya : tidak teraba Dengan Bimanual
lakukan palpasi : tidak teraba membesar dan tidak
adanyei tekan
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk
menentukan titik Mc. Burney . nyeri tekan ( + / - ),
nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / -
). Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites
atau tidak : Shiffing Dullnes ( + / - )
Undulasi ( + / - ) Normalnya hasil perkusi pada
abdomen adalah tympani.
Palpasi Ginjal :Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( +
/ - ), pembesaran ( + / - ).(N = ginjal tidak teraba).
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen :
tidak ditemukan keluhan lain
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
9. Pemeriksaan genetalia
a. Genetalia Pria
Inspeksi : Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ),
benjolan ( + / - ) Lubang uretra : penyumbatan ( + / - ),
Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan
tidak ada Scrotum dan testis : beniolan ( + / - ), nyeri tekan (
+ / - ) (tidak dikerjakan)
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum : Hidrochele (
+ / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - )
Epididimal Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ),
Torsi pada saluran sperma ( + / - ), Tumor testiscular ( + / - )
tidak dikerjakan
Inspeksi dan palpasi Hernia :Inguinal hernia ( + / - ),
femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
merasa nyeri
4. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon : kepada semua orang Siapa orang
yang dekat dan dipercaya klien : istri dan orang tua
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi ( aktif / pasif ), Apakah tipe
kepribadian klien ( terbuka / tertutup ).
I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah lengkap :
Leukosit : 7,400( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eritrosit : ....... ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )
Trombosit : 201.000( N : 150.000 – 350.000 / µL )
Haemoglobin : 15,5 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
Haematokrit : 44,8 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
2. Kimia darah :
Ureum : 24 ( N : 10 – 50 mg / dl
Creatinin : 1,22 ( N : 0,7 – 1.5 mg / dl
SGOT : 64 ( N : 2 – 17 )
SGPT : 44 ( N : 3 – 19 )
BUN : ..................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl
Bilirubin : ..................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : ................. ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )
Masalah Keperawatan : fungsi hati tinggi
3. Analisa elektrolit :
Natrium : 137 ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : 3,63( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )
Clorida : ....( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : ........ ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )
Phospor : ...........( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )
D dimer :1565 (N:<500)
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
4. Analisa gas darah
Saturasi Oksigen : 92,4 (N : >90%)
PH : 7,40 (N :7,35-7,45)
PaO2 : 63,3 (N : 80 - 100)
PaCo2 : 24,9 (N : 35-45mmHg)
Hco3 : 15,4 (N : 22 – 26 mEq/L)
Be :_7,3(N : 2/+2)
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Hasil foto Rongent: konsolidasi heterogen asimetris di kedua paru
terutama perifer, sugestif viral pneumonia
Masalah Keperawatan : tedapat konsolidasi
K. THERAPI YANG DIBERIKAN:
No Jenis therapi Indikasi Kontraindikasi
aerobik dan
anaerobik
3 larce 2x1 gr Larce 1000 IU Kontraindikasi
adalah sediaan merupakan suatu
cairan injeksi yang petunjuk mengenai
kondisi-kondisi dimana
mengandung Asam
penggunaan obat
askorbat (vitamin C) tersebut tidak tepat atau
Pengobatan pada tidak dikehendaki dan
kekurangan Vitamin kemungkinan
untuk meningkatkan berpotensi
daya tahan tubuh membahayakan jika
diberikan. Pemberian
Larce
dikontraindikasikan
pada kondisi-kondisi
berikut ini:
Penderita yang
hipersensitif terhadap
Vitamin C
Hormon Varisela
kortikosteroid Osteoporosi
merupakan
golongan hormon
steroid yang
diproduksi di
korteks adrenal.
Hormon
kortikosteroid
berperan dalam
sistem fisiologis,
seperti respon stres,
respon kekebalan
tubuh dan
pengaturan
inflamasi,
metabolisme
karbohidrat,
katabolisme protein,
kadar elektrolit
darah dan perilaku.
Lameson dapat
membuat kenaikan
tingkat gula darah,
yang dapat
menyebabkan atau
memperburuk
diabetes.
7 tarontal 600 Tarontal merupakan Hindari penggunaan
mg/24 jam sediaan obat yang Tarontal pada pasien
mengandung yang memiliki indikasi:
Hipersensitivitas pada
Pentoxifylline.
pentoxifylline, xanthine
Tarontal digunakan metil lainnya.
untuk meningkatkan Perdarahan retina otak,
aliran darah aritmia jantung berat
sehingga
meringankan gejala
berupa nyeri pada
kaki atau tangan.
Tarontal bekerja
dengan membantu
aliran darah lebih
No Jenis therapi Indikasi Kontraindikasi
mudah mengalir
melalui arteri yang
sempit. Tarontal
meningkatkan
jumlah oksigen yang
dapat disampaikan
oleh darah ketika
otot-otot
membutuhkan lebih
banyak (seperti
selama latihan)
sehingga dapat
meningkatkan jarak
berjalan kaki atau
berolahraga