HIPOVOLEMIK
Oleh :
Ayu Oktaviani
20214663017
PRODI S1 KEPERAWATAN
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................7
1.4 Manfaat.............................................................................................................................7
2.1 Definisi.............................................................................................................................8
2.2 Epidemiologi....................................................................................................................8
2.3 Etiologi.............................................................................................................................8
2.4 Patofisiologi......................................................................................................................9
2.5 Klasifikasi.......................................................................................................................10
2.6 Diagnosis........................................................................................................................11
2.9 Penatalaksanaan..............................................................................................................13
2.10 Prognosis......................................................................................................................20
3.1 WOC...............................................................................................................................21
3.2 Pengkajian......................................................................................................................22
6.1 Kesimpulan.....................................................................................................................45
6.2 Saran...............................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
Syok merupakan suatu kondisi ketika terjadi abnormalitas pada sel. Hal ini
diakibatkan oleh perfusi jaringan yang tidak adekuat sehingga sel tidak dapat
dipertahankan fungsinya karena hipoksia (Ignatavicius & Workman, 2013). Pada
pasien syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah atau cairan
tubuh yang disebabkan berbagai keadaan. Syok hipovolemik terjadinya penurunan
hebat volume intravaskuler apakah akibat perdarahan atau dehidrasi akibat sebab lain
maka darah yang balik ke jantung (venous return) juga berkurang dengan hebat,
sehingga curah jantung pun menurun. Pada akhirnya ambilan oksigen di paru juga
menurun dan asupan oksigen ke jaringan atau sel (perfusi) juga tidak dapat dipenuhi.
Peningkatan tahanan arteri juga dapat mengganggu sistim sirkulasi yang
mengakibatkan menurunya ejeksi ventrikel jantung sehingga sirkulasi dan oksigenasi
jaringan menjadi tidak optimal sehingga menyebabkan gangguan pertukaran gas. Hal
ini menyebabkan munculnya masalah keperawatan gangguan pertukaran gas karena
Gangguan pertukaran gas menjadi masalah utama, akibat dari adanya kelebihan atau
kekurangan oksigen atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar kapiler
(Heardman, 2012).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan dimana terjadi kehilangan cairan
tubuh dengan cepat sehingga terjadinya penurunan fungsi organ akibat perfusi yang
tidak adekuat (Smeltzer, 2001).
2.2 Epidemiologi
Menurut WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya meyebabkan
terjadinya 5 juta kematian di seluruh dunia. Angka kematian pada pasien trauma yang
mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap
mencapai 6%. Sedangkan angka kematian akibat trauma yang mengalami syok
hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36%.
Di Indonesia, angka kematian penderita syok hipovolemik akibat demam berdarah
yang disertai perdarahan yaitu berkisar 56 sampai 66 jiwa per di tahun 2014.
2.3 Etiologi
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya volume plasma
di intravaskuler. Syok ini terjadi akibat perdarahan hebat, trauma yang menyebabkan
perpindahan cairan ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat dengan berbagai
penyebab seperti luka bakar, diare berat. Kehilangan cairan yang cepat dapat menurunkan
cardiac output sehingga terjadi kegagalan sirkulasi.
Energi Untuk
Penurunan Fase
Kompensasi
Volume
nanDarah Dekompensasi
Habis
1. Fase Kompensasi
Pada fase ini metabolisme dapat dipertahankan. Mekanisme sirkulasi dapat
dilindungi dengan meningkatkan aktivitas simpatik. Sistem sirkulasi mulai
menampakkan organ-organ vitl sebagai prioritas untuk mendapatkan perfusi yang
baik. Tekanan darah sistolik normal, sedangkan diastolik meningkat.
2. Fase Dekompensasi
Fase ini metabolisme anaerob sudah mulai terjadi dan semakin meningkat.
Akibat sistem kompensasi yang terjadi sudah tidak efektif untuk meningkatkan kerja
jantung. Produksi asam laktat meningkat, produksi asam karbonat intraseluler juga
meningkat jadi terjadi asidosis metabolik. Membran sel terganggu, akhirnya terjadi
kematian sel. Terjadi vasodilatasi menyebabkan tekanan darah turun dibawah nilai
normal dan jarak sistol-diastol menyempit.
Saat energi habis, kematian sel mulai meluas, kemudian cadangan energi di
hati juga habis. Kerusakan meluas sampai ke organ. Fase ini, meski sirkulasi
diperbaiki, defisit energi yang terlambat diperbaiki menyebabkan kerusakan organ
yang esktensif. Pada akhirnya terjadi gagal sirkulasi, nadi tidak teraba, dan gagal
organ multipel.
2.5 Klasifikasi
Diagnosis
Syok merupakan diagnosis klinik yang tidak meiliki diagnosis banding.
Diagnosis banding hanya ada pada penyebab syok ini. Gejala yang timbul juga
berbeda di setiap fase yang ada.
a. Fase Kompensasi
Nadi cepat
Sianosis, kulit lembab
Suhu tubuh menurun
CRT memanjang
Gelisah atau apatis
b. Fase Dekompensasi
Takikardi bertambah
Tekanan darah menurun dibawah normal
Perfusi memburuk, akral dingin, kebiruan, CRT memanjang
Oliguria sampai anuria
Asidosis, pernafasan kusmaull
Kesadaran menurun
c. Fase Irreverbel
Nadi tidak terukur
Penurunan kesadaran
Anuria
Kegagalan orga lain: (ginjal, ureum kreatinin meningkat tajam, hematuria)
1. Agitasi
2. Akral dingin
3. Penurunan konsentrasi
4. Penurunan kesadaran
5. Penurunan atau tidak ada keluaran urine
6. Lemah
7. Warna kulit pucat/sianosis
8. Nafas cepat
9. Berkeringat
1. Darah lengkap : penting untuk menilai kausa dari kejang hipovolemik, seperti
kasus DHF, trombositopenia dapat terdeteksi. Selain itu Hb, HT bisa menjadi
indikator hipovolemia.
2. Urine lengkap : untuk menilai fungsi ginjal, apa sudah ada kerusakan organ atau
belum. Mencakup pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.
3. Analisa Gas Darah : untuk menilai kondisi asidosis pada pasien, PaO 2, PaCO2 dan
HCO3.
4. Elektrolit : untuk menilai kadar elektroit dan segera melakukan koreksi bila
diperlukan.
5. Fungsi ginjal : untuk menilai apakah terjadi kerusakan faal ginjal. Dapat bermakna
ketika ureum dan kreatinin meningkat masifl
6. EKG : menilai adanya perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.
2.9 Penatalaksanaan
Diagnosis dan terapi syok harus dilakukan secara simultan. Untuk hamper sem
ua penderita trauma, penanganan dilakukan seolah – olah penderita menderita syok hi
povolemi, kecuali bila ada bukti jelas bahwa keadaan syok disebabkan oleh suatu etiol
ogic yang bukan hypovolemia. Prinsip pengelolaan dasar yang harus dipegang ialah m
enghentikan perdarahan dan mengganti kehilangan volume.
1. Primary survey
Pemeriksaan jasmani diarahkan kepada diagnosis cedera yang mengancam nyawa
dan meliputi penilaian dari ABCDE. Mencatat tanda vital awal (baseline recordin
g) penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiks
a adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan pen
derita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan.
a. Tentukan respon
Pengkajian respon dengan cara cepat pada kegawatdaruratan pasien syok deng
an menggunakan AVPU, yaitu:
A : Alert = sadar penuh
V : Verbal = memberikan reaksi pada suara
P : Pain = memberikan reaksi pada rasa sakit
U : Unresponsive = tidak bereaksi terhadap rangsangan apapun
b. Airway (bebaskan jalan napas) dengan lindungi tulang servikal
Kaji:
1. Bersihan jalan napas
2. Ada tidaknya sumbatan jalan napas
3. Distress pernafasan
4. Tanda-tanda perdarahan di jalan napas, muntahan, edema laring
5. Sumbatan jalan napas total:
a) Pasien sadar: memegang leher, gelisah, sianosis
b) Pasien tidak sadar: tidak terdengar suara napas dan sianosis
6. Sumbatan jalan napas Sebagian
a) Px mungkin masih mampu bernapas namun kualitas pernapasannya bis
a baik atau buruk
b) Pada px yang pernapasannya masih baik, anjurkan untuk batuk dengan
kuat sampai benda keluar
c) Bila sumbatan partial menetap, aktifkan system emergency
d) Obstruksi partial dengan pernapasan buruk diperlakukan seperti sumba
tan jalan napas komplit. Sumbatan yang dapat disebabkan oleh berbaga
i hal sehingga mengakibatkan px bernapas dengan suara:
1) Cairan menimbulkan bunyi gurgling
2) Lidah jatuh ke belakang menyebabkan bunyi snowing
3) Penyempitan jalan napas akan menimbulkan suara crowing
c. Breathing (adekuat pernapasan + oksigen jika ada)
1) Frekuensi napas
2) Suara pernapasan
3) Adanya udara keluar dari jalan napas
4) Kaji:
a. Look: apakah keadaan menurun, gelisah, adanya jejas diatas klavikula,
adanya penggunaan otot tambahan
b. Listen: dengan atau tanpa alat apakah ada suara tambahan
c. Feel: perkusi ICS
d. Circulation + kendalikan perdarahan
1. Posisi syok
a) Angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi ± 45°. 300
– 500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral
b) Cari dan hentikan perdarahan
c) Ganti volume kehilangan darah
2. Menghentikan perdarahan (prioritas utama)
a) Tekan sumber perdarahan
b) Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka
c) Bebat tekan pada seluruh ekstremitas yang luka
d) Pasang tampon sub fasia (gauza pack)
e) Hindari tourniquet (tourniquet = usaha terakhir)
3. Perdarahan permukaan tubuh ekstremitas lakukan penekanan, gunakan sar
ung tangan atau plastic sebagai pelindung
4. Perdarahan 20 cc/menit = 1200 cc/jam
5. Pemasangan infus dan pergantian volume darah dengan cairan/darah
6. Cari sumber perdarahan yang tersembunyi
Rongga perut (hati, limpa, arteri), rongga pleura, panggul atau pelvis, tulan
g paha (femur), kulit kepala (anak)
7. Lokasi dan estimasi perdarahan
a) Fraktur femur tertutup : 1,5-2 liter
b) Fraktur tibia tertutup : 0,5 liter
c) Fraktur pelvis : 3 liter
d) Hemothorak : 2 liter
e) Fraktur iga (tiap satu) : 150 cc
f) Luka sekepal tangan : 500 cc
g) Bekuan darah sekepal : 500 cc
Catatan :
Menilai respon pada penggantian volume adalah penting, bila respon minimal
kemungkinan adanya sumber perdarahan aktif yang harus dihentikan, segera lakukan
pemeriksaan golongan darah dan cross matched, konsultasi dengan ahli bedah, hentik
an perdarahan luar yang tampak (misalnya pada ekstremitas)
Penggantian darah dapat digunakan darah lengkap (WBC) atau komponen dar
ah merah (PRC). Usahakan jangan memberikan tranfusi yang dingin karena dapat menyebab
kan hipotermi.
g. Folley catheter
2. Bidang kegawatdaruratan
Jalan napas pasien sebaiknya dibebaskan segera dan stabilisasi jika per
lu. Kedalaman dan frekuensi pernapasan, dan juga suara napas, harus diperhati
kan. Jika terjadi keadaan patologi (seperti pneumothoraks, hemothoraks, dan fl
ail chest) yang mengganggu pernapasan, harus segera ditangani. Tambahan ok
sigen dalam jumlah besar dan bantuan ventilator harus diberikan pada semua p
asien. Ventilasi tekanan positif yang berlebihan dapat berbahaya pada pasien y
ang mengalami syok hipovolemik dan sebaiknya dihindari.
Jika tanda vital sudah Kembali normal pasien diawasi agar tetap stabil
dan darah pasien perlu dikirim untuk dicocokkan. Jika tanda vital membaik se
mentara, infus kristaloid dilanjutkan dan dipersiapkan darah yang cocok. Jika
perbaikan yang terjadi tidak bermakna atau tidak ada, infus kristaloid harus dil
anjutkan, dan darah O diberikan (darah tipe O rhesus (-) harus diberikan kepad
a pasien wanita usia subur untuk mencegah sensitasi dan komplikasi lanjut).
Jika pasien kritis dan hipotensi berat diberikan cairan kristaloid dan dar
ah tipe O. Pedoman pemberian kristaloid dan darah tidak diatur, terapi yang di
berikan harus berdasarkan kondisi pasien.
Posisi pasien dapat digunakan untuk memperbaiki sirkulasi, salah satu
contohnya menaikkan kedua kaki pasien sementara cairan diberikan. Contoh l
ain dari posisi yang bermanfaat adalah memirigkan pasien yang sementara ha
mil dengan trauma kearah kirinya, dengan tujuan memposisikan janin menjauh
i vena cafa inferior dan meningkatkan sirkulasi. Posisi Trendelenburg tidak dia
njurkan untuk pasien dengan hipotensi karena dikhawatirkan terjadi aspirasi. P
osisi Trendelenburg juga tidak memperbaiki keadaan kardiopulmonal dan dap
at mengganggu pertukaran udara.
Pada pasien dengan nadi yang tidak teraba di unit gawat darurat atau a
wal tibanya dapat diindikasikan thorakothomi emergensi dengan klam menyila
ng pada aorta diindikasikan untuk menjaga suplai darah ke otak. Tindakan ini
hanya bersifat paliatif dan butuh segera dibawa ke ruang operasi.
3) Resusitasi cairan
Area yang lain yang menarik tentang resusitasi adalah tujuan untuk mengembalikan
volume sirkulasi dan tekanan darah kepada keadaan normal sebelum control per
darahan.
2.10 Prognosis
Syok hipovolemik merupakan kondisi dengan morbiditas yang cukup
tinggi. Apabila penatalaksanaan dilakukan dengan cepat dan tepat, kondisi
dapat segera membaik dan pasien pulih tanpa gejala sisa. Namun seringkali
karena pasien datang terlambat ke sarana kesehatan, syok hipovolemik
menyebabkan kematian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 WOC
4.1
Pendarahan Kehilangan Penyakit Anafilaksis Sepsis Impuls
Cairan Miokard Neurogenik
atau katup
Gagal Vasodilatasi
Jantung
Hipovolemia
Penurunan
Curah
Jantung
Termogulasi
Hipoperfusi
Tidak Efektif
Jaringan
Trombosis Edema
Urin
Menetes Anoksia
Jaringan Asidosis
Oliguria Perdarahan
Syok
Hipovolemik Peradangan Disfungsi
Gagal
Gastrointestinal Intestinal
Ginjal
Gagal Paru-
Dipsnea paru
Diare
(ARDS)
CO2 & O2
Kematian karena
Resiko
Gagal
Ketidakseimbangan
Kardiorespirasi
Cairan
Gangguan
Pertukaran
Gas
3.2 Pengkajian
1 Pengkajian primer
a. Airway
Jalan nafas dan pernafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk mend
apatkan oksigen yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila perlu untuk
menjaga tekanan O2 antara 80-100 mmHg
b. Breathing
Frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi di
nding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi su
ara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan
kaji adanya trauma pada dada
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup
besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal biasanya da
pat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka, seperti dike
pala,leher dan ekstermitas. Perdarahan internal dalam rongga toraks dan ab
domen pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan. Pem
bidaian dan spalk-traksi dapat membantu pengurangi perdarahan pada tula
ng panjang.
d. Disability-pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan tingka
t kesadaran, pergerakan bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik dan sen
sorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak
2 Pengkajian sekunder
a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak diwawancarai sehingga riwayat sakit m
ungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang mengetahui kejadiann
ya
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh mual muntah, kejang-k
ejang
c. Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat trauma (banyak perdarahan)
- Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
- Riwayat infeksi (suhu tinggi)
- Riwayat pemakaian obat (kesadaran menurun setelah memakan obat)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti klien se
belumnya
f. Pemeriksaan fisik
1. Kulit: suhu teraba dingin (karena begitu syok berlanjut akan
terjadi hipovolemia)
2. Tekanan darah: hipotensi dengan tekanan systole <80mmH
g
3. Status jantung : takikardi, plus lemah dan sulit diraba , suar
a jantung: distritmia dan perkembangan S3 dapat mengakib
atkan disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidakseimban
gan elektrolit
4. Status respirasi : respirasi meningkat, dan dangkal
5. Status mental : gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan
6. Fungsi ginjal : oliguri, anuria (curah urin <30ml/jam, kritis)
7. Fungsi metabolic : asidosis akibat dari timbunan asam lakta
t di jaringan
8. Sirkulasi : tekanan vena sentral menurun pada syok hipovol
emik
9. Keseimbangan asam basa : pada awal syok pO2 dan Pco2
menurun ( menurun Pco2 karena takipnea, penurunan Po2 k
arena adaya aliran pintas di paru
Tn. A berumur 38 tahun dibawa oleh keluarga ke IGD Rumah Sakit muhammadiyah
sby pukul 10.00 WIB karena tidak sadarkan diri. Menurut keluarga, px sudah
mengalami diare 4 hari yang lalu dengan konsistensi cair, ampas sedikit. Sejak tadi
pagi istri px mengatakan BAB cair ± 7 dengan konsistensi cair. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan TD : 130/80 mmHg, N : 110 x/menit, S : 35,8 oC, RR : 30
x/menit. Didapatkan Hb : 10,5 g/dl. Diagnosa medis syok hipovolemik e.c diare.
Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 38Tahun
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Wiraswasta
8. Alamat : Surabaya
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah BAB air 7 kali sejak
tadi pagi dengan konsistensi air dengan ampas sedikit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : frekuensi diare malah semakin banyak. Tadi pagi
pada pukul 09.30 px setelah keluar dari kamar mandi langsung pingsan dan tidak
sadarkan diri. Kemudian keluarga pasien membawa pasien ke IGD Rumah Sakit
muhammadiyah sby pada pukul 10.00 WIB.
C. Pengkajian Primer
1. Airway
2. Breathing
a. Sesak nafas
b. RR 30 x/menit
c. Pernafasan cepat dan dangkal
3. Circulation
a Pucat
b Akral dingin
c HR : 110 x/menit
d HB :10,8 gr/dl x/menit
4. Disability
a Kesadaran Somnolen
b Keadaan umum lemah
5. Pola eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit : keluarga mengatakan bahwa ia biasa BAB setiap hari dengan bentuk
faces padat, warna feses kuning, bau khas feses, dan feses tidak bercampur darah.
Saat sakit : keluarg mengatakan bahwa ia BAB ± 7x/hari dengan bentuk fases encer,
feses berwarna kuning, ampas sedikit.
2) BAK
Sebelum sakit : keluarga mengatakan bahwa px biasa BAK secara normal dengan
karakteristik urin cair, warnanya kuning, bau khas urine, serta tidak bercampur darah.
Saat sakit : keluarga mengatakan bahwa px terpasang kateter produksi 60 cc (3 jam
pemasangan kateter), dengan karakter urinenya kuning pekat.
Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran : somnolen
2. Keadaan umum : lemah
3. Tanda-tanda Vital :
a TD : 130/80 mmHg e. TB : 170 cm
b Nadi : 110 x/menit f. BB : 55 kg
c Suhu : 358 o C
d RR : 30 x/menit
4. Keadaan fisik
a Wajah, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa. Alis dan mata terlihat simetris, tidak
terdapat udim palpebra, sklera aninterik, pupil isokor miosis, konjungtiva anemis.
Hidung simetris, tidak terlihat adanya serumen
-Telinga simetris, tidak terlihat adanya serumen dan discart, tidak teraba massa dan
nyeri tekan pada tragus, cartilago, aurikul.
-Mulut simetris, mukosa bibir kering,
-Leher terlihat simetris, tidak terlihat adanya hiperpigmentasi, tidak terlihat adanya
lesi, tidak teraba massa pada kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
b Dada :
Paru : Bentuk paru terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan odema, tidak teraba massa
dan nyeri tekan, terdengar suara sonor pada ICS 2-8.
Jantung : Terlihat iktus kordis,terdengar suara S1 dan S2 tunggal regular tidak teraba massa
dan nyeri tekan.
c Payudara dan ketiak : Bentuk payudara terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan
odemad.
d Abdomen : Tidak terlihat adanya hiperpigmentasi,tidak terlihat adanya lesi pada
abdomen. Terdengar gerakan peristaltik ±37 kali/menit. Terdengar suara pekak.
e Genetalia : Tidak terkaji
f Integumen : Tidak terlihat adanya lesi dan odema
g Ekstremitas :
Atas : Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan odema dan turgor kulit kering.
Bawah : Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan odema, dan turgor kulit kering.
h Neurologis : Status mental dan emosi : pasien tidak sadarkan diri hanya bisa
mengerang
CO2 O2
Prioritas Masalah
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
ditandai dengan dispnea.
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan ditandai dengan disfungsi intestinal
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan oksigenasi
jaringan yang disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah atau cairan tubuh yang
disebabkan berbagai keadaan. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang
fisiologi keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman
oksigen ke jaringan. Hal ini menyebabkan munculnya masalah keperawatan gangguan
pertukaran gas karena Gangguan pertukaran gas menjadi masalah utama, akibat dari adanya
kelebihan atau kekurangan oksigen atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar
kapiler (Heardman, 2012).
Oleh karena itu untuk mengatasi bersihan jalan nafas selain menggunakan terapi
oksigenasi dan semi fowler saja tidak mendukung sehingga dapat didampingi dengan
pemberian terapi fisioterapi dada. Fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi, tetapi
juga mencegah rusaknya saluran respiratori serangkaian tindakan postural drainase
membantu menghilangkan kelebihan mukus kental di paru ke dalam trakea yang dapat
dikeluarkan (Lubis, 2005).
6.2 Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi seorang
perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika menemukan klien yang mengalami
syok sehingga dapat menerapkan pemberian fisioterapi dada guna memberikan
pembebebasan jalan nafas.
DAFTAR PUSTAKA
Duymaz, T., Karabay, O., & Ural, I. H. (2020). The Effect of Chest Physiotherapy After
Bariatric Surgery on Pulmonary Functions, Functional Capacity, and Quality of Life.
Obesity surgery, 30(1), 189-194.
Corten, L., Jelsma, J., & Morrow, B. M. (2015). Chest physiotherapy in children with acute
bacterial pneumonia. The South African journal of physiotherapy, 71(1)
Grosse‐Onnebrink, J., Mellies, U., Olivier, M., Werner, C., & Stehling, F. (2017). Chest
physiotherapy can affect the lung clearance index in cystic fibrosis patients. Pediatric
pulmonology, 52(5), 625-631.
Voldby, C., Green, K., Rosthøj, S., Kongstad, T., Philipsen, L., Buchvald, F., ... & Nielsen,
K. G. (2018). The effect of time-of-day and chest physiotherapy on multiple breath washout
measures in children with clinically stable cystic fibrosis. PloS one, 13(1).
Tomar, G. S., Singh, G. P., Bithal, P., Upadhyay, A. D., & Chaturvedi, A. (2018).
Assessment of Manual and Mechanical Methods of Chest Physical Therapy Techniques on
Intracranial Pressure in Patients With Severe Traumatic Brain Injury on a Ventilator: A
Randomized, Crossover Trial. Physical Therapy.
Hardisman, H. (2013). Memahami patofisiologi dan aspek klinis syok hipovolemik: Update
dan penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3), 178-182.
Mery DiGiulie, RN, MSN, APRN, BC; Donna Jacson, RN, MSN, APRN, BC; Jim Keogh.
(2014). Keperawatan Medikal Bedah Ed.1. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defiinisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defiinisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia
Tim pokja SLKI DPP PPNI.2017. Standar luaran Keperawatan Indonesia definisi dan
kriteria hasil keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia