Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH OVERDOSIS DAN KERACUNAN

( KEPERAWATAN GAWAT DARURAT )

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
IRFAN KURNIADI 113063C116018
MIA 113063C116024
MULIANI 113063C116025
VARISSA 113063C116035
VENA 113063C116036

DOSEN PENGAMPU :
DWI MARTHA AGUSTINA, S.Kep.Ners,.M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI


NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia, berkat,
rahmat dan hidaya-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Overdosis dn Keracunan” tepat waktu. Kami berharap semoga dengan
diterbitkannya makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembacanya tentang Asuhan Keperawatan Overdosis dan Keracunan. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kesalahan-kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.

Banjarmasin, 10 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5

1.3 Tujuan.....................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Keracunan dan Overdosis.........................................................6

2.2 Etiologi Keracunan dan Overdosis ................................................. 6

2.3 Manifestasi Klinis Keracunan dan Overdosis ................................ 7

2.4 Komplikasi Keracunan dan Overdosis ......................... ................. 7

2.5 Patofisiologi Keracunan dan Overdosis ........................................ 7

2.6 Pemeriksaan Penunjang Keracunan dan Overdosis ....................... 8

2.7 Penatalaksanaan Keracunan dan Overdosis .................. ............... 8

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian ..................................................................... ............... 11

3.2 Masalah Keperawatan/ Diagnosa .................................. ............... 11

3.3 Intervensi Keperawatan ................................................. ............... 11

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ................................................................................... 13

4.2 Saran ............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping
memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar
terhadap manusia terutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah
kesehatan yang semakin meningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang.
Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti,
meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di beberapa rumah sakit, tetapiangka
tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di masyarakat. Dari data
statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia adalah
akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alkohol dan
beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa
tanaman beracun lainnya.
Selain itu sering kita mendengar terjadinya kematian di dalam mobil hal ini
disebabkan mobil tertutup rapat, sistem pergantian udara tidak lancar, mesin mobil dalam
keadaan hidup atau jalan sehingga pembuangan asap yang bocor masuk ke dalam mobil
dan perlahanlahan terhirup oleh orang yang ada di dalam mobil. Salah satu senyawa
kimia yang ada dalam asap hasil pembakaran tidak sempurna adalah gas karbon
monoksida (CO)
Masalah yang tak kalah peliknya ialah masalah penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal
masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya). Masalah ini
merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan
secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan
peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi
pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis
atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat
sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda.
Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah
sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial

4
ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada,
penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya
generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami angkat adalah :
1. Bagaimanakah konsep keracunan dan overdosis?
2. Apakah definisi dari IFO, karbonmonoksida, dan NAPZA?
3. Apa manifestasi dari keracunan dan overdosis IFO, karbonmonoksida dan NAPZA?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari keracunan dan overdosis IFO, karbonmonoksida dan
NAPZA?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah kami ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep keracunan secara umum
2. Untuk mengetahui definisi dari IFO, karbonmonoksida, dan NAPZA
3. Untuk mengetahui manifestasi dari keracunan dan overdosis IFO, karbonmonoksida
dan NAPZA
4. Untuk penatalaksanaan dari keracunan dan overdosis IFO, karbonmonoksida dan
NAPZA
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Keracunan dan Overdosis Secara Umum


Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ
tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut
dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang,
hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami
keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam
jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan
secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. Atau
menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat penenang
(valium, xanax, mogadon/BK).

2.2 Etiologi
Keracunan dan Overdosis dapat menyebabkan perubahan fisik dan mental
pada seseorang, penyebab keracunan dan overdosis yaitu :
1. Jamu-jamu
2. Alkohol
3. Obat-obatan
4. Racun serangga
5. Inhalasi
Sampai sekarang kira-kira 95% kasus keracunan dan overdosis tidak dikenal
antidotumnya. Pengobatan simptomatik cukup sering efektif.
2.3 Manifestasi Klinis
Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktivitas
kelenjar ludah, keringat dan gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran
bernafas. Gejala-gejalanya meliputi :
1. Kercunan ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa
takut, tremor pada lidah, kelopak mata, pupil miosis.
2. Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut,
hipersaliva, hiperhidrosis, fasikulasi otot dan bradikardi.
3. Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif,sesak nafas,
sianosis, edema paru, inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade
jantung akhirnya meninggal.

2.4 Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Kerusakan hati
3. Gangguan pencernaan
4. Gangguan pernafasan

2.5 Patofisiologi
IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim
asetikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja
untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE
yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-
tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala ransangan Akh yang
berlebihan,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP
(menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).
Pada keracunan IFO, ikatan-ikatan IFO– KhE bersifat menetap
(ireversibel), sedangkan keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara
(reversible). Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :
1. Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat,
pupil, bronkus dan jantung.
2. Nikotinik, terutama pada otot-otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata
dan otot pernafasan.
3. SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang
(Konvulsi) sampai koma.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting
untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik
(Menurun sekian % dari harga normal ).
a. Keracunan akut, ringan : 40 - 70 %, sedang : 20 - 40 %, berat : < 20 %.
b. Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap
individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara
disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah
meningkat > 75 % N.
2. Patologi Anatomi ( PA )
Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak
khas.sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi
paru,otak dan organ-oragan lainnya.

2.7 Penatalaksanaan
1. Tindakan emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi penyebab keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usahamencari penyebab keracunan ini tidak sampai
menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera
dilakukan.
3. Eliminasi racun.
Racun yang ditelan, dilakukan dengan cara:
a. Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam
1 jam pertama sesudah menelanbahan beracun, bila sudah lebih
dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsangmuntah kecuali
bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang
menghambatmotilitas (memperpanjang pengosongan) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan
merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau dapat
dilakukan dengan pemberian obat- obatan :
1) Sirup Ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan.
2) Apomorphine Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan
hampir 100%,dapat menyebabkanmuntah dalam 2 - 5 menit.
Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah : Keracunan hidrokarbon,
kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandungbahan-bahan
yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang
mengandunghalogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida.
Keracunan bahan korossif Keracunan bahan-bahan
perangsang CNS ( CNS stimulant, seperti strichnin). Penderita
kejang. Penderita dengan gangguan kesadaran.
b. Kumbah Lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam
sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang
dapat menghambat pengosonganl ambung. Kumbah lambung
seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
1) Keracunan bahan korosif
2) Keracunan hidrokarbon
3) Kejang pada penderita dengan gangguan kesadaran
atau penderita- penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas
harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa endotracheal.
Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri,
kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai
dengan pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam
fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau
kurang berulang-ulang sampai bersih.
c. Pemberian Norit (activated charcoal) jangan diberikan bersama
obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60
menit sesudah emesis.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
1) Obat2 analgesik/antiinflammasi : acetamenophen, salisilat,
antiinflamasi nonsteroid, morphine, propoxyphene.
2) Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine,
chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.
3) Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis,
quinine, theophylline, cyclic anti-depressants Norit tidak efektif
pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan
alkohol.
4) Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan
bila ada gagal ginjal, diare yang berat (severe diarrhea), ileus
paralitik atau trauma abdomen.
5) Diuretika paksa (Forced diuretic) Diberikan pada keracunan
salisilat dan phenobarbital (alkalinisasi urine). Tujuan adalah
untuk mendapatkan produksi urine 5,0ml/kg/jam, hati-hati
jangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan
monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa.
Kontraindikasi : udema otak dan gagal ginjal 4. Pemberian
antidotum kalau mungkin.
6) Pengobatan Supportif Pemberian cairan dan elektrolit
Perhatikan nutrisi penderita pengobatan simtomatik (kejang,
hipoglikemia, kelainan elektrolit, dsb).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa. Adanya gangguan asam
basa, keadaan status jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran : Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,
berapa lama diketahui setelah keracunan ada
masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.

3.2 MASALAH KEPERAWATAN/ DIAGNOSA


Masalah keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1. Tidak efektifnya pola nafas.
2. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh.
3. Gangguan kesadaran.
4. Tidak efektifnya koping individu.

3.3 INTERVENSI
1. Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang
bertujuan untuk keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar
racun (antidotum) yang meliputi resusitasi : Airway, breathing,
circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi.
2. melalui pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis
dan keramas rambut.
3. Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu
pemberian SA.
4. Perawatan suportif meliputi mempertahankan agar pasien tidak sampai
demamatau mengigil, monitor perubahan-perubahan fisik seperti
perubahan nadi yang cepat, distress pernapasan, sianosis, diaphoresis,
dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal
atau kematian. Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam
dan laporkan perubahan segera kepada dokter.
5. Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta
monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese dan urine
serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.
6. Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction.
Ventilator mungkin bisa diperlukan.
7. Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety
precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis.
Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi,
psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh
obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Beberapa jenis
obat dan zat yang dapat menyebabkan keracunan dan overdosis adalah IFO,
karbonmonoksida dan NAPZA. Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik
yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan
lain-lain. Karbon monoksida (gas buangan kendaraan, gas rumah tangga) tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Napza merupakan singkatan dari narkotika,
psikotropika, dan zat / bahan adiktif lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk
kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat.
Penatalksanaan pada jenis keracunan tersebut berbeda bergantung pada zat yang
meracuninya. Namun tidak terlepas dari prinsip ABC.

4.2 Saran
Kegawatan pada pasien dengan keracunan dan overdosis sangat penting
untuk segera ditangani. Bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban
atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita sebagai petugas
kesehatan hendaknya perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada pasien
dengan keracunan dan overdosis secara cepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal
tersebut dapat kita hindari.
DAFTAR PUSTAKA

Keracunan.2016. Perawatan Dini Penderita Keracunan. The Committe on


Toxic: American College of Surgeon. Di alihbahasakan Yayasan Essentia
Medica, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Hendrotomo.2016. Keracunan dan Penaggulangannya –
1 PCCMI. SA.1., Jakarta: Konas – PCCMI SA.1

Anda mungkin juga menyukai