DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
IRFAN KURNIADI 113063C116018
MIA 113063C116024
MULIANI 113063C116025
VARISSA 113063C116035
VENA 113063C116036
DOSEN PENGAMPU :
DWI MARTHA AGUSTINA, S.Kep.Ners,.M.Kep
Puji syukur dengan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia, berkat,
rahmat dan hidaya-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Overdosis dn Keracunan” tepat waktu. Kami berharap semoga dengan
diterbitkannya makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembacanya tentang Asuhan Keperawatan Overdosis dan Keracunan. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kesalahan-kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.....................................................................................................5
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
4
ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada,
penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya
generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA.
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah kami ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep keracunan secara umum
2. Untuk mengetahui definisi dari IFO, karbonmonoksida, dan NAPZA
3. Untuk mengetahui manifestasi dari keracunan dan overdosis IFO, karbonmonoksida
dan NAPZA
4. Untuk penatalaksanaan dari keracunan dan overdosis IFO, karbonmonoksida dan
NAPZA
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 Etiologi
Keracunan dan Overdosis dapat menyebabkan perubahan fisik dan mental
pada seseorang, penyebab keracunan dan overdosis yaitu :
1. Jamu-jamu
2. Alkohol
3. Obat-obatan
4. Racun serangga
5. Inhalasi
Sampai sekarang kira-kira 95% kasus keracunan dan overdosis tidak dikenal
antidotumnya. Pengobatan simptomatik cukup sering efektif.
2.3 Manifestasi Klinis
Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktivitas
kelenjar ludah, keringat dan gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran
bernafas. Gejala-gejalanya meliputi :
1. Kercunan ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa
takut, tremor pada lidah, kelopak mata, pupil miosis.
2. Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut,
hipersaliva, hiperhidrosis, fasikulasi otot dan bradikardi.
3. Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif,sesak nafas,
sianosis, edema paru, inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade
jantung akhirnya meninggal.
2.4 Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Kerusakan hati
3. Gangguan pencernaan
4. Gangguan pernafasan
2.5 Patofisiologi
IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim
asetikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja
untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE
yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-
tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala ransangan Akh yang
berlebihan,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP
(menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).
Pada keracunan IFO, ikatan-ikatan IFO– KhE bersifat menetap
(ireversibel), sedangkan keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara
(reversible). Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :
1. Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat,
pupil, bronkus dan jantung.
2. Nikotinik, terutama pada otot-otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata
dan otot pernafasan.
3. SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang
(Konvulsi) sampai koma.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting
untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik
(Menurun sekian % dari harga normal ).
a. Keracunan akut, ringan : 40 - 70 %, sedang : 20 - 40 %, berat : < 20 %.
b. Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap
individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara
disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah
meningkat > 75 % N.
2. Patologi Anatomi ( PA )
Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak
khas.sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi
paru,otak dan organ-oragan lainnya.
2.7 Penatalaksanaan
1. Tindakan emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi penyebab keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usahamencari penyebab keracunan ini tidak sampai
menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera
dilakukan.
3. Eliminasi racun.
Racun yang ditelan, dilakukan dengan cara:
a. Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam
1 jam pertama sesudah menelanbahan beracun, bila sudah lebih
dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsangmuntah kecuali
bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang
menghambatmotilitas (memperpanjang pengosongan) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan
merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau dapat
dilakukan dengan pemberian obat- obatan :
1) Sirup Ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan.
2) Apomorphine Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan
hampir 100%,dapat menyebabkanmuntah dalam 2 - 5 menit.
Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah : Keracunan hidrokarbon,
kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandungbahan-bahan
yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang
mengandunghalogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida.
Keracunan bahan korossif Keracunan bahan-bahan
perangsang CNS ( CNS stimulant, seperti strichnin). Penderita
kejang. Penderita dengan gangguan kesadaran.
b. Kumbah Lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam
sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang
dapat menghambat pengosonganl ambung. Kumbah lambung
seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
1) Keracunan bahan korosif
2) Keracunan hidrokarbon
3) Kejang pada penderita dengan gangguan kesadaran
atau penderita- penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas
harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa endotracheal.
Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri,
kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai
dengan pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam
fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau
kurang berulang-ulang sampai bersih.
c. Pemberian Norit (activated charcoal) jangan diberikan bersama
obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60
menit sesudah emesis.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
1) Obat2 analgesik/antiinflammasi : acetamenophen, salisilat,
antiinflamasi nonsteroid, morphine, propoxyphene.
2) Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine,
chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.
3) Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis,
quinine, theophylline, cyclic anti-depressants Norit tidak efektif
pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan
alkohol.
4) Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan
bila ada gagal ginjal, diare yang berat (severe diarrhea), ileus
paralitik atau trauma abdomen.
5) Diuretika paksa (Forced diuretic) Diberikan pada keracunan
salisilat dan phenobarbital (alkalinisasi urine). Tujuan adalah
untuk mendapatkan produksi urine 5,0ml/kg/jam, hati-hati
jangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan
monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa.
Kontraindikasi : udema otak dan gagal ginjal 4. Pemberian
antidotum kalau mungkin.
6) Pengobatan Supportif Pemberian cairan dan elektrolit
Perhatikan nutrisi penderita pengobatan simtomatik (kejang,
hipoglikemia, kelainan elektrolit, dsb).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa. Adanya gangguan asam
basa, keadaan status jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran : Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,
berapa lama diketahui setelah keracunan ada
masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.
3.3 INTERVENSI
1. Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang
bertujuan untuk keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar
racun (antidotum) yang meliputi resusitasi : Airway, breathing,
circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi.
2. melalui pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis
dan keramas rambut.
3. Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu
pemberian SA.
4. Perawatan suportif meliputi mempertahankan agar pasien tidak sampai
demamatau mengigil, monitor perubahan-perubahan fisik seperti
perubahan nadi yang cepat, distress pernapasan, sianosis, diaphoresis,
dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal
atau kematian. Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam
dan laporkan perubahan segera kepada dokter.
5. Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta
monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese dan urine
serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.
6. Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction.
Ventilator mungkin bisa diperlukan.
7. Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety
precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis.
Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi,
psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh
obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Beberapa jenis
obat dan zat yang dapat menyebabkan keracunan dan overdosis adalah IFO,
karbonmonoksida dan NAPZA. Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik
yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan
lain-lain. Karbon monoksida (gas buangan kendaraan, gas rumah tangga) tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Napza merupakan singkatan dari narkotika,
psikotropika, dan zat / bahan adiktif lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk
kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat.
Penatalksanaan pada jenis keracunan tersebut berbeda bergantung pada zat yang
meracuninya. Namun tidak terlepas dari prinsip ABC.
4.2 Saran
Kegawatan pada pasien dengan keracunan dan overdosis sangat penting
untuk segera ditangani. Bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban
atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita sebagai petugas
kesehatan hendaknya perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada pasien
dengan keracunan dan overdosis secara cepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal
tersebut dapat kita hindari.
DAFTAR PUSTAKA