Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ATRESIA DUKTUS HEPATIKUS

Disusun Oleh

Kelompok 4

Almaida Patamani 17011104023

Sri Yuningsi Lamngadia 17011104028

Tesalonika Manaroinsong 17011104031

Angelina Goni 17011104032

Nicita Rau 1701104036

Prilly Wangkar 17011104038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kelompok ini dengan tepat waktu.

Adapun isi dari makalah ini mengenai “Atresia Duktus Hepatikus” yang
membahas mengenai informasi tentang atresia duktus hepatikus beserta askep teoritisnya.

Taklupa pula ucapan terima kasih kami kepada orang-orang yang telah
berpartisipasi atas terselesaikannya makalah ini.

Makalahinimasihjauhdarikesempurnaan, olehkarenaitukritikdan saran


sangatdibutuhkan agar makalahinikedepannyadapatdisempurnakan.

Manado, 01 September 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 4


B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 4
C. TUJUAN .................................................................................................. 4

BAB II KONSEP MEDIS

A. ANATOMI ............................................................................................... 5
B. FISIOLOGI .............................................................................................. 5
C. PENGERTIAN ........................................................................................ 6
D. KLASIFIKASI ......................................................................................... 6
E. ETIOLOGI ............................................................................................... 7
F. MANIFESTASI KLINIS ......................................................................... 7
G. PATOFISIOLOGI ................................................................................... 7
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................................................ 8
I. PENATALAKSAAN ............................................................................... 9
J. KOMPLIKASI ......................................................................................... 10

BAB III ASKEP TEORI

A. PENGKAJIAN ......................................................................................... 12
B. ANALISA DATA .................................................................................... 13
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN .............................................................. 14
D. INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................................ 14

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia bilier merupakan kondisi obstruksi pada saluran bilier yang jarang
ditemukan, dan menimbulkan gejala kuning (jaundice) pada neonatus, yang dapat
menyebabkan terjadinya sirosis hepatis, gagal hati dan kematian, jika tidak segera
ditangani. Atresia bilier bersifat obliterasi atau diskontinuitas sistem billiary ekstra
hepatis, yang mengakibatkan penyumbatan pada aliran empedu. Atresia bilier merupakan
penyebab kolestasis (terhentinya aliran empedu) paling umum ditemukan yang dapat
dirawat dengan cara pembedahan selama masa bayi baru lahir. Angka kejadian atresia
bilier 1:10.000 sampai dengan 1:67.000 kelahiran hidup, dan lebih sering terkena pada
anak perempuan 1,4 - 1,7:1 dibandingkan laki-laki (Yamataka A, Kato Y, Miyano T,
2010).
Di dunia secara keseluruhan dilaporkan angka kejadian atresia bilier berkisar
1:10.000-15.000 kelahiran hidup, lebih sering pada wanita dari pada laki-laki. Rasio
atresia bilier antara anak perempuan dan laki-laki 1,4:1, dan angka kejadian lebih sering
pada bangsa Asia. Kolestasis ekstrahepatik sekitar 25-30% disebabkan oleh atresia billier.
Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta penyebab kolestasis obstruktif yang
paling banyak dilaporkan (>90%) adalah atresia bilier. Penyebab atresia bilier belum
dapat dipastikan. Atresia bilier akan mengakibatkan fibrosis dan sirosis hati pada usia
yang sangat dini, bila tidak ditangani segera. (Julinar, Yusri, Yorva, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan konsep medis tentang atresia duktus hepatikus/atresia bilier?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan atresia duktus hepatikus/atresia
bilier?
C. Tujuan
1. Menjelaskan mengenai konsep medis atresia bilier.
2. Menjelaskan mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan atresia bilier.

4
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Anatomi Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat kurang lebih
1,5 kg (Junqueira dkk., 2007). Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah
kerangka iga (Sloane, 2004).Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas
cavitas abdominalis tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di
profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura,
pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai
hemidiaphragma sinistra (Snell, 2006).Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena
centralispada masing-masing lobulus bermuara ke venae hepaticae. Dalam ruangan antara
lobulus-lobulus terdapat canalis hepatisyang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena
portae hepatis, dan sebuah cabang ductus choledochus (trias hepatis). Darah arteria dan
vena berjalan di antara sel-sel hepar melalui sinusoiddan dialirkan ke vena centralis
(Sloane, 2004).
B. Fisiologi Hati
Menurut Guyton &Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen
dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari
hasil perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:
mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang
lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein,
membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh,

5
pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan
membentuk senyawa lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan
vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati
membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah
banyak dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormon
dan zat lain.
C. Pengertian
Atresia bilier yaitu suatu defek konginetal yang merupakan hasil dari tidakadanya
atau obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau adanya atau
obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau intrahepatik (Suriadi,
2001).
Atresia bilier (AB) adalah penyakit pada saluran bilier ekstrahepatik
yangmenimbulkan sumbatan bilier pada periode neonatal disebabkan proses broobliterasi
(Pratama, 2013).
Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik merupakan proses
inflamasiprogresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik
maupunekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran
tersebut.Isidensi atresia bilier berkisar antara 1 dalam 10.000 kelahiran hidup dan 1 dalam
25.000 kelahiran hidup. Tampaknya tidak terdapat predileksi rasial atau genetik kendati
ditemukan predominasi wanita sebesar 1,4:1 (McEvoy dan Suchy, 1996:Washington,
1996).
Malformasi yang menyertai meliputi polisplenia, atresia intestinal, dan malrotasi
usus. Jika tidak ditangani, biasanya atresia bilier berlanjut menjadi sirosis hepatis,
kegagalan hati, dan kematian anak dalam usia 2 tahun pertama (Wong, 2000).
D. Klasifikasi
Penyakit atresia bilier diklasifikasikan berdasarkan derajat dari obstruksi duktus
biliaris ekstrahepatik. Tipe 1 Atresia bilier (5%) ditandai dengan obstruksi duktus biliaris
pada level duktus biliaris komunis. Tipe 2 Atresia bilier (3%) ditandai dengan obstruksi
duktus biliaris pada level duktus hepatikus komunis. Sedangkan tipe 3 Atresia bilier

6
(>90%) ditandai dengan obstruksi dan fibrosis pada bagian paling proksimal duktus
biliaris ekstrahepatal yaitu portahepatica tanpa terlihat adanya sisa duktus hepatikus
secara makroskopis (Davenport M, Yamataka A, 2013).
E. Etiologi
1. Belum diketahui secara pasti
2. Kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine (Suriadi, 2001)
3. Proses inflamasi yang destruktif (Sodikin, 2011)
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinismenurut (Suriadi, 2001:19) dari penyakit Atresia Bilier adalah:
1. Warna tinja pucat
2. Distensi abdomen
3. Varises esophagus
4. Hepatomegaly
5. Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan
6. Lemah
7. Pruritus
8. Anoreksia
9. Letargi
G. Patofisiologi
Atresia bilierterjadikarena proses inflamasiberkepanjangan
yang menyebabkankerusakanprogresif padaduktus bilierekstrahepatiksehingga menyeba
bkanhambatanaliranempedu, dantidakadanyaataukecilnya lumen
padasebagianataukeseluruhantraktusbilierekstrahepatikjugamenyebabkanobstruksialirane
mpedu.
Obstruksisaluranbilierekstrahepatikakanmenimbulkanhiperbilirubinemiaterkonjugasi
yang disertaibilirubinuria. Obstruksisaluranbilierekstrahepatikdapat total
maupunparsial.Obstruksi total dapatdisertaitinja yang alkoholik.
Penyebabterseringobstruksibilierekstrahepatikadalah
:sumbatanbatuempedupadaujungbawahductuskoledokus, karsinoma kaput pancreas,
karsinomaampulavateri,
strikturapascaperadanganatauoperasi.Obstruksipadasaluranempeduekstrahepatikmenyeba

7
bkanobstruksialiran normal empedudarihatikekantongempedudanusus.Akhirnyater
bentuksumbatandanmenyebabkancairanempedubalikkehatiiniakanmenyebabkanperadang
an, edema, degenerasihati. Dan
apabilaasamempedutertumpukdapatmerusakhati.Bahkanhatimenjadi fibrosis dan
cirrhosis.Kemudianterjadipembesaranhati yang menekan vena portal
sehinggamengalamihipertensi portal yang
akanmengakibatkangagalhati.Jikacairanempedutersebarkedalamdarahdankulit,
akanmenyebabkan rasa gatal. Bilirubin yang tertahandalamhati
jugaakandikeluarkankedalamalirandarah, yang
dapatmewarnaikulitdanbagianputihmatasehinggaberwarnakuning. Degerasisecara gradual
padahatimenyebabkanjoundice,
ikterikdanhepatomegaly.Karenatidakadaaliranempedudarihatikedalamusus, lemakdan
vitamin larutlemaktidakdapatdiabsorbsi, kekurangan vitamin larutlemakyaitu vitamin A,
D,E,K dangagaltumbuh.Vitamin A, D, E, K larutdalamlemaksehinggamemerlukanlemak
agar dapatdiserapolehtubuh. Kelebihan vitamin-vitamin
tersebutakandisimpandalamhatidanlemakdidalamtubuh,
kemudiandigunakansaatdiperlukan. Tetapimengkonsumsiberlebihan vitamin yang
larutdalamlemakdapatmembuatandakeracunansehinggamenyebabkanefeksampingseperti
mual, muntah, danmasalahhatidanjantung(Suriadi, 2001).
H. Pemeriksaan penunjang
Dua jenis pemeriksaan yang lazim dilakukan untuk mendeteksi atresia bilieradalah serum
darah dan biopsi hepar. Pemeriksaan jenis lain dengan menggunakankartu warna feses
anak (infant stool card color), kartu ini memeliki kelebihan yaitumudah digunakan, harga
murah, dapat digunakan untuk metode skrining awaldiagnosis dan manajemen dari
atresia bilier (Chen, at.all,2006).
Pemeriksaan dari penyakit atresia bilier menurut Wong adalah:
1. Tes darah, yang meliputi hitung lengkap darah, kadar elektrolit, bilirubin,dan
enzim hati harus dilaksanakan.
2. Pemeriksaan analisi laboratorium : kadar alfa, -antitripsin, serologi hepatitis,alfa-
fetoproytein, sitomegalovirus dalam urine, tes keringat (sweat test) mungkin

8
diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lain yang menyebabkan kolestasis
sertaikterus yang persisten.
3. Pemeriksaan USG abdomen memungkinkan evaluasi terhadap hati dansistem
bilier.
4. Skintigrafi hepatobilier, untuk menentukan patensi saluran empedu.
5. Biopsi hati, untuk mengevaluasi patologi hepatik.
6. Prosedure Kasai ( partoenterostomi hepatik) dengan melakukan
anastomosissegmen usus pada porta hepatika yang direseksi untuk mengupayakan
drainasegetah empedu.
I. Penatalaksanaan
1. Terapimedikamentosa
Memperbaikialiranbahan-bahan yang dihasilkanolehhatiterutamaasamempedu
(asamlitokolat), denganmemberikan :
 Fenobarbital 5 mg/kgBB/haridibagi 2 dosis, per oral.
 Fenobarbitalakanmerangsangenzimglukuroniltransferase (untukmengubah
bilirubin indirekmenjadi bilirubin direk); enzimsitokrom P-450
(untukoksigenisasitoksin), enzim Na+ K+ ATPase
(menginduksialiranempedu). Kolestiramin 1 gram/kgBB/haridibagi 6
dosisatausesuaijadwalpemberiansusu.
Kolestiraminmemotongsiklusenterohepatikasamempedusekunder
2. Melindungihatidarizattoksik, denganmemberikan : Asamursodeoksikolat, 310
mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis, per oral.
Asamursodeoksikolatmempunyaidayaikatkompetitifterhadapasamlitokolat yang
hepatotoksik.
3. Terapinutrisi
Terapi yang
bertujuanuntukmemungkinkananak tumbuhdanberkembangseoptimalmungkin, yaitu
:
 Pemberianmakanan yang mengandung medium chain triglycerides (MCT)
untukmengatasimalabsorpsilemakdanmempercepatmetabolisme. Disampingitu,
metabolisme yang dipercepat akansecaraefisiensegeradikonversimenjadi energy

9
untuksecepatnyadipakaioleh organ danotot,
ketimbangdigunakansebagailemakdalamtubuh. Makanan yang mengandung MCT
antaralainsepertilemakmentega, minyakkelapa, danlainnya.
 Penatalaksanaandefisiensi vitamin yang larutdalamlemak. Seperti vitamin A, D,
E, K
4. Terapibedah
 Kasai Prosedur
Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan
empedu ke usus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan pada 5-10%
penderita. Untuk melompati atresia bilier dan langsung menghubungkan hati
dengan usus halus, dilakukan pembedahan yang disebut prosedur kasai. Biasanya
pembedahan ini hanya merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu
dilakukanpencangkokanhati.
 PencangkokanatauTransplantasi Hati
Transplantasihatimemilikitingkatkeberhasilan yang tinggiuntuk atresia
bilierdankemampuanhidupsetelahoperasimeningkatsecara dramatis
dalambeberapatahunterakhir.Karenahatiadalah organ satu-satunya yang
bisabergenerasisecaraalamitanpaperluobatdanfungsinyaakankembali normal
dalamwaktu 2 bulan. Anak-anakdengan atresia
biliersekarangdapathiduphinggadewasa,
beberapabahkantelahmempunyaianak.Kemajuandalamoperasitransplantasitelahjug
ameningkatkankemungkiananuntuk dilakukannyatransplantasipadaanak-
anakdengan atresia bilier. Di masalalu, hanyahatidarianakkecil yang
dapatdigunakanuntuktransplatasikarenaukuranhatiharuscocok. Baru-baruini,
telahdikembangkanuntukmenggunakanbagiandarihati orang dewasa, yang
disebut"reduced size" atau "split liver" transplantasi,
untuktransplantasipadaanakdengan atresia bilier.
J. Komplikasi
Menurut (Suriadi,2001:17), Komplikasi dari penyakit atresia bilier adalah:
1. Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran
normal empedu keluar hati dan kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk

10
sumbatan dan menyebabkan empedu balik ke hati ini akan menyebabkan
peradangan, edema, degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis.
Dan hipertensi portal sehingga akan mengakibatkan gagal hati.
2. Kolangitis
Komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatic ke usus, dengan aliran
empedu yang tidak baik, dapat menyebabkan ascending cholangitis. Hal ini terjadi
terutama dalam minggu-minggu pertama atau bulan setelah prosedur Kasai
sebanyak 30-60% kasus.Infeksi ini bisa berat dan kadang-kadang fulminan. Ada
tanda-tanda sepsis (demam, hipotermia,status hemodinamik terganggu), ikterus
yang berulang, feses acholic dan mungkin timbul sakitperut. Diagnosis dapat
dipastikan dengan kultur darah dan / atau biopsi hati.
3. Gagal tumbuh
Karena tidak ada empedu dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat
diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak dan gagal tumbuh.
4. Hipertensi portal
5. Varises esophagus
Pendarahan yang mengancam nyawa dari pembesaran vena yang lemah di
esofagus dan perut, dapat menyebabkan Varises Esophagus.
6. Asites
7. Enchephalopathy

11
BAB III

ASKEP TEORI

A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi identitas klien (nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, bahasa, status perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, dan
tanggal pengkajian diambil) serta identitas penanggung jawab (nama, umur,
pendidikan, agama, suku, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
2. Keluhan Utama
Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan. Mengeluh sesak.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Anak dengan atresia biliaris mengalami jaundice yang terjadi selama 2 minggu atau
2 bulan lebih, apabila anak buang air besar tinja atau feses berwarna pucat. Anak juga
mengalami distensi abdomen, hepatomegali, lemah, serta mengeluh adanya sensasi
gatal (pruritus). Anak tidak mau minum dan kadang anak mengeluh letargi
(kelemahan). Distensi abdomen. BB menurun.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi pada saat infeksi virus atau bakteri masalah dengan kekebalan
tubuh. Selain itu dapat juga terjadi obstruksi empedu ekstrahepatik yang akhirnya
menimbulkan masalah dan menjadi faktor penyebab.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki orang tua khususnya ibu pernah menderita penyakit dengan imunitas HIV-
AIDS, kanker, DM, dan infeksi virus rubella.
6. Fokus pengkajian
a. Sistem pencernaan : keluhan mual dan muntah, warna feses pucat sepert tanah
liat atau tanah lempung, perut buncit dengan hepatomegali, splenomegali,
varises esofagus, asites, anoreksia, nafus makan menurun, masalah makan
(seperti kelambatan dalam makan, kadang-kadang tidak tertarik pada makan),
status gizi buruk.

12
b. Sistem respirasi : terlihat penggunaan otot bantu nafas, peningkatan respirasi,
diafragma yang tertekan (takipnea)
c. Sistem saraf : ensefalopati
d. Sistem perkemihan : letargi, otot melemah
e. Sistem integumen : kulit teraba panas, ikterik
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif Inflamasi yang Pola nafas tidak
- Pasien mengeluh berkepanjangan efektif
sesak
Data Objektif Hepatomegali dan
- Terlihat penggunaan Splenomegali
otot bantu nafas
- Peningkatan Distensi abdomen
respirasi
- Diafragma yang Perut terasa penuh
tertekan (takipnea)
Diafragma tertekan

Sesak

Penggunaan otot bantu


pernafasan
2. Data Subjektif Faktor penyebab Ketidakseimbangan
- Keluhan mual dan nutrisi kurang dari
muntah Kerusakan progresif kebutuhan tubuh
- Anoreksia pada duktus bilier
- Keluhan nafsu ekstrahepatik
makan menurun
Data Objektif Obstruksi aliran dari
- Berat badan hati ke kantung empedu

13
menurun dan usus
- Kelambatan dalam
makan Ketidakmampuan
- Kadang-kadang mengabsorpsi nutrien
tidak tertarik pada
makan Penurunan berat badan
- Status gizi buruk
3. Data subjektif Inflamasi yang Kekurangan volume
- Anak mengeluh berkepanjangan cairan
letargi (kelemahan)
- Mual dan muntah Obstruksi aliran dari
Data Objektif hati ke kantung empedu
- BB menurun dan usus
- Anak tidak mau
minum Cairan empedu balik ke
hati

Akumulasi dari toksik

Hepatomegali dan
Splenomegali

Distensi abdomen

Perut terasa penuh

Mual muntah

14
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penggunaan otot bantu pernafasan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Ketidakefekti  Respiratory status : Ventilation Management
fan pola ventilation - Posisikan pasien untuk
nafas  Respiratory status : airway memaksimalkan ventilasi
berhubungan patency - Lakukan fisioterapi dada jika
dengan  Vital sign status perlu
penggunaan Setelah dilakukan tindakan - Keluarkan sekret dengan batuk
otot bantu keperawatan selama 3x24 jam atau suction
pernafasan pasien menunjukkan keefektifan - Auskultasi suara nafas,
pola nafas, dibuktikan dengan catat adanya suara
kriteria hasil : tambahan
- Suara nafas yang bersih, - Berikan bronkodilator
tidak ada sianosis dan - Atur intake untuk cairan
dispnea (mampu bernafas mengoptimalkan
dengan mudah) keseimbangan
- Menunjukkan jalan nafas Airway Patency
yang paten - Monitor respirasi dan status
- TTV dalam rentang O2
normal - Pertahankan jalan nafas
yang paten
- Observasi adanya tanda-
tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

15
Vital Sign Status
- Monitor vital sign
- Informasikan pada pasien
dan keluarga tentang teknik
relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas
- Ajarkan bagaimana batuk
efektif
- Monitor pola nafas
2. Ketidakseimb  Nutritional Status : food and Nutrition Management
angan nutrisi Fluid Intake - Kaji adanya alergi makanan
kurang dari Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan pasien untuk
kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam meningkatkan intake Fe
tubuh pasien menunjukkan - Anjurkan pasien untuk
berhubungan keseimbangan nutrisi terhadap meningkatkan protein dan
dengan kebutuhan tubuh, dibuktikan vitamin C
ketidakmamp dengan kriteria hasil : - Berikan substansi gula
uan - Adanya peningkatan - Yakinkan diet yang
mengabsorpsi berat badan sesuai dimakan mengandung
nutrien dengan tujuan tinggi serat untuk mencegah
- Berat badan ideal sesuai konstipasi
dengan tinggi badan - Berikan makanan yang
- Mampu mengidentifikasi terpilih (sudah
kebutuhan nutrisi dikonsultasikan dengan ahli
- Tidak ada tanda tanda gizi)
malnutrisi - Ajarkan pasien bagaimana
- Tidak terjadi penurunan membuat catatan makanan
berat badan yang berarti harian
- Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi tentang

16
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien

3. Kekurangan  Fluid Balance Fluid management


volume  Hydration - Timbang popok/pembalut
cairan  Nutritional status : Food and jika di perlukan
berhubungan Fluid Intake - Pertahankan catatan intake
dengan Setelah dilakukan tindakan dan output yang akurat
kehilangan keperawatan selama 3x24 jam - Monitor status hidrasi
cairan aktif defisit volume cairan teratasi (kelembaban membran
dengan kriteria hasil : mukosa, nadi adekuat,
- Mempertahankan urine tekanan darah ortostatik),
output sesuai dengan usia jika diperlukan
dan BB - Monitor vital sign
- TD, nadi, suhu tubuh - Monitor masukan makanan
dalam batas normal / cairan dan hitung intake
- Tidak ada tanda-tanda kalori harian
dehidrasi (elastisitas - Kolaborasikan pemberian
turgor kulit baik, cairan IV
membran mukosa - Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa - Berikan cairan IV pada
haus yang berlebih) suhu ruangan
- Orientasi terhadap waktu - Dorong masukan oral

17
dan tempat baik - Berikan penggantian
- Jumlah dan irama nesogatrik sesuai output
pernapasan dalam batas - Dorong keluarga untuk
normal membantu pasien makan
- PH urin dalam batas - Tawarkan snack (jus buah,
normal buah segar)
- Intake oral dan intravena - Kolaborasi dengan dokter
adekuat Hypovolemia Management
- Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk
menambah intake oral
- Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
- Monitor adanya tanda gagal
ginjal

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau
tidak berkembang secara normal. Atresia bilier merupakan suatu defek congenital yang
merupakan hasil dari tidak adanya atau obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada
ekstrahepatik.
Fungsi dari sistem empedu adalah membuang limbah metabolik dari hati dan
mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak didalam usus halus.
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu
didalam maupun diluar hati. Tetapi penyebabnya terjadi gangguan perkembangan saluran
empedu ini tidak diketahui secara pasti tetapi kemungkinan infeksi virus dalam
intrauterine.
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran
normal empedu ke luar hati dan ke dalam kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk
sumbatan dan menyebabkan empedu balik ke hati. Ini akan menyebabkan peradangan,
edema dan degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis dan hipertensi
portal sehingga akan mengakibatkan gagal hati.
Degerasi secara gradual pada hati menyebabkan jaundice, ikterik dan
hepatomegaly. Karena tidak ada empedu dalam usus, lemak dan gagal tumbuh.

19
DAFTAR PUSTAKA

Doengos, Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Gibson, John. 2002. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Edisi 2. Jakarta : EGC

Inayah, Iin. 2004. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan.Jakarta :
Salemba Medika

Sodikin. 2011. Asuhan keperawatan anak gangguan sistem gastrointestinal dan hepatobilier.
Jakarta : Salemba Medika

Suriadi dkk. 2001. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : PT Fajar Interpratama

Wong dkk. 2000. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC

Kyle, Teri. 2014. Buku ajar keperawatan Pediatri ed. 2. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit Ed.6. Jakarta :
EGC.

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem gastrointestinal dan
hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Wong, L. 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik ed. 6, Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith.M. 2016. Diagnosis Keperawatan NANDA I Intervensi Nic hasil Noc. Ed10,
Jakarta : EGC

http://digilib.unila.ac.id/2365/8/BAB%20II.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai