Dosen Pembimbing:
Ns. Yana Hendriana, S.Kep, M.Kep
Ns. Moch. Didik Nugraha, S.Kep
Oleh:
ENOK CUCU SUCIANI
JNR0200016
1. Definisi
Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat
cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
terjadi secara langsung karena perdarahan hebat atau tidak langsung karena
hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran
2. Etiologi
volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini dapat terjadi
tekanan darah sistolik, sedangkan defisit volume darah lebih dari 45%
umumnya fatal.
dan paru-paru dapat juga menyongkong masalah ini secara bermakna. Syok
akibat kehilangan cairan berlebih juga timbul pada pasien luka bakar yang
a. Perdarahan
1) Eksternal
2) Internal
c) Perdarahan gastrointestinal
d) Perlukaan berganda
b. Kehilangan Plasma
2) Pankreatitis
3) Deskuamasi kulit
4) Sindrom Dumping
5) DHF
6) Peritonitis
7) Obstruksi Ileus
1) Muntah (vomitus)
2) Dehidrasi
3) Diare
5) Diabetes Inspidius
6) Infusiensi Adrenal
3. Manifestasi Klinis
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi
pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
2006) adalah:
a. Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
jaringan.
dibawah 70 mmHg.
4. Patofisiologi
kondisi yang secara bermakna menguras volume darah normal, plasma, atau
air. Patologi dasar, tanpa memperhatikan tipe kehilangan cairan yang pasti,
berkurang diikuti dengan penurunan tekanan oksigen parsial (pO ). Pada saat
terjadi penurunan pO sampai pada titik kritis, maka fosforilasi oksidatif yang
berikut (Dewi, Rismala. 2013) : Curah jantung pada anak sangat tergantung
pada detak jantung (HR) dibandingkan dengan isi sekuncup (SV) karena
lebih dari 10% akan terlihat beberapa usaha tubuh untuk mengembalikan
kecurigaan yang cukup besar dari para klinisi serta pemeriksaan fisik yang
terarah agar dapat mendiagnosis syok pada fase awal (Dewi, Rismala.2013).
b. Muntah
e. Dehidrasi berat
f. Diuresis osmotik, seperti pada kasus ketoasidosis diabetik
Cardiac Filling
Menghasilkan Energy Tingkat Rendah Ulserasi Akibat Stress Lambung
(Bersifat Asam)
Cardiac Output
Defisit Nutrisi
TD Sel Membengkak
a. Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali
perdarahan.
polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau
subur. Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah
ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun
pernah dilaporkan.
e. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari
pada pasien yang stabil atau tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan
6. Penatalaksanaan
b. Pemberian Cairan
ke dalam paru.
dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
3) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada
intravaskuler.
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah
1. Pengkajian
a. Primary Survey
mengijinkan.
dari 95%.
memantau produksi urine. Darah pada uretra atau prostad pada letak
b. Sekundery Survey
1) Keluhan utama
somnolen.
diabetes mellitus?
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
b) Kesadaran
GCS yang terdiri dari penilaian Eye. Motorik dan Verbal. Pada
sopor, coma.
karena sesak berat, nadi teraba lemah dan suhu tubuh dingin.
(1) Kepala
(2) Mata
(3) Hidung
penciuman.
(4) Mulut
(5) Telinga
pendengaran.
(6) Leher
Kaji adakah pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid,
tekanan darah.
(8) Abdomen
(10) Anus
hemoroid eksterna.
(11) Ekstremitas
6) Pemeriksaan penunjang
sumber perdarahan.
perdarahan.
dilaporkan.
f) Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan
Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak
c. Tertiery Survey
Jenis cairan ini mengisi intravaskuler dalam wakti singkat dan juga
dingin
menurun, dll.
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 1. Agar keluarga mengerti proses
pemantauan pemantauan
2. Informasikan hasil 2. Agar keluarga mengetahui
pemantauan, jika perlu perkembangan klien
2 Perfusi perifer Perfusi perifer (L,02011) Perawatan Sirkulasi Perawatan Sirkulasi
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x8 jam Observasi Observasi
diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. 1. Mengetahui normal atau
meningkat dengan kriteria hasil: Nadi perifer, edema, pengisian tidaknya sirkulasi perifer
1. TTV membaik kalpiler, warna, suhu, angkle
brachial index) 2. Apabila mengeyahui faktor
2. Identifikasi faktor resiko risikonya, pasian akan
gangguan sirkulasi (mis. mendapatkan perawatan yang
Diabetes, perokok, orang tua, tepat
hipertensi dan kadar kolesterol
tinggi)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, 3. Mengetahui ada atau tidaknya
atau bengkak pada ekstremitas tanda-tanda infeksi
Terapeutik Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau 1. Mencegah kebocoran plasma
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan 2. Mencegah kebocoran plasma
darah pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan 3. Agar tidak terjadi perburukan
pemasangan torniquet pada area kondisi
yang cidera
4. Lakukan pencegahan infeksi 4. Mencegah infeksi
5. Lakukan hidrasi 5. Agar suplay darah ke jaringan
tetap baik
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok 1. Mencegah perburukan
2. Anjurkan berolahraga rutin 2. Agar tetap sehat
3. Anjurkan mengecek air 3. Mencegah terbakarnya kulit
mandi untuk menghindari kulit akibat panas
terbakar 4. Agar tekanan darah tetap stabil
4. Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan darah secara
teratur
3 Hipovolemia Status Cairan Manajemen Hipovolemia (I.03116) Manajemen Hipovolemia
Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengetahui tanda dan gejala
diharapkan status cairan membaik hipovolemia (mis. frekuensi nadi hipovolemia
dengan kriteria hasil: meningkat, nadi teraba lemah,
1. TTV membaik tekanan darah menurun, tekanan
2. Pendarahan berkurang nadi menyempit,turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, haus dan
lemah)
2. Monitor intake dan output cairan 2. mengetahui intake output cairan
Terapeutik Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan 1. Mengetahui kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified 2. Agar sirkulasi membaik
trendelenburg 3. Menambah cairan
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan 1. Agar kebutuhan cairan baik
cairan oral 2. Mencegah syok
2. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Menyeimbangkan keluaran
issotonis (mis. cairan NaCl, RL) cairan
2. Kolaborasi pemberian cairan IV 2. meyeimbangkan keluaran
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, cairan
NaCl 0,4%) 3. menyeimbangkan keluaran
3. Kolaborasi pemberian cairan cairan
koloid (mis. albumin, plasmanate) 4. menambah nilai Hb agar dalam
4. Kolaborasi pemberian produk batas normal
darah
4 D.00019 Status nutrisi Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Defisit Nutrisi (L. 03030) Observasi
Setelah dilakukan intervensi Observasi
Definisi: selama 1x8 jam, diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi yang
Asupan nutrisi status nutrisi membaik dengan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi dibutuhkan
tidak cukup untuk kriteria hasil : makanan 2. Untuk mengetahui adanya
memenuhi 1. BB meningkat 3. Identifikasi makanan yang alergi pada klien
kebutuhan 2. Pola makan membaik disukai 3. Untuk meningkatkan nafsu
metabolisme. 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan makan
jenis nutrient 4. Mengetahui asupan nutrisi
Penyebab: 5. Identifikasi perlunya penggunaan yang masuk kedalam tubuh
1. Ketidakmampu selang nasogastrik 5. Membantu klien memenuhi
an menelan 6. Monitor asupan makanan kebutuhan nutrisi
makanan 7. Monitor berat badan 6. Mengetahui asupan nutrisi
2. Ketidakmampu 8. Monitor hasil pemeriksaan yang masuk
an mencerna laboratorium 7. Mengetahui berubahan atau
makanan penurunan BB pada klien
3. Ketidakmampu 8. Mengetahui perkembangan
an Terapeutik penyakit
mengabsorbsi
nutrien 1. Lakukan oral hygiene sebelum Terapeutik
4. Peningkatan makan, jika perlu 1. Agar meningkatkan nafsu
kebutuhan 2. Fasilitasi menentukan pedoman makan
metabolisme diet (mis. Piramida makanan) 2. Agar kebutuhan nutrisi klien
5. Faktor 3. Sajikan makanan secara menarik terpenuhi
ekonomi (mis. dan suhu yang sesuai 3. Menambah nafsu makan klien
finansial tidak 4. Berikan makan tinggi serat untuk 4. Mencegah konstifasi
mencukupi) mencegah konstipasi 5. Kebutuhan nutrisi klien
6. Faktor 5. Berikan makanan tinggi kalori tercukupi dengan baik
psikologis dan tinggi protein 6. Untuk menambah nafsu makan
(mis. stres, 6. Berikan suplemen makanan, jika 7. Agar klien dapat makan secara
keengganan perlu normal
7. Hentikan pemberian makan
untuk makan) melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Agar tidak tersedak
mampu 2. Untuk pemenuhan kebutuhan
2. Ajarkan diet yang diprogramkan nutrisi klien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi 1. Untuk meningkatkan nafsu
sebelum makan (mis. Pereda makan klien
nyeri, antiemetik), jika perlu 2. Mengetahui asupan nutrisi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk yang masuk kedalam tubuh
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu.
5 Gangguan Eliminasi Urine (L.04034) Manajemen Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine
Eliminasi Urine Luaran Utama: (I.04152)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …x 24 jam Observasi: Observasi:
diharapkan elimnasi urine 1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Mengetahui tanda gejala
membaik dengan kriteria hasil: retensi atau inkontinensia urine inkontinensia urine
Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang 2. Mengetahui faktor
1. Sensasi berkemih meningkat menyebabkan retensi atau penyebabnya agar dilakukan
2. Desakan berkemih (urgensi) inkontinensia urine penanganan yang tepat
menurun 3. Monitor eliminasi urine (misal: 3. Dengan mengetahui frekuensi.
3. Distensi kandung kemih frekuensi, konsistensi, aroma, Konsistensi, aroma, volume
menurun volume dan warna) dan warna dapat
4. Berkemih tidak tuntas mengidentifikasi terapi yang
(hesitancy) menurun tepat.
5. Volume residu urine menurun
6. Urin menetes (dribbling) Terapeutik: Terapeutik:
menurun 1. Catat waktu – waktu dan haluaran 1. Sebagai bahan skrining
7. Nokturia menurun berkemih 2. Agar kerja ginjal tidak terlalu
8. Mengompol menurun 2. Batasi asupan cairan, jika perlu berat
9. Enuresis menurun 3. Ambil sample urine tengah 3. Mengetahui kelainan pada
10. Disuria menurun (midstream) atau kultur ginjal
11. Anuria menurun
12. Frekuensi BAK membaik Edukasi: Edukasi:
Karakteristik urine membaik 1. Ajarkan tanda dan gejala ISK 1. Agar klien dapat mengenal
tanda hejala ISK
2. Ajarkan mengukur asupan cairan 2. Agar klien dapat
dan haluaran urine memperkirakan dan
menghitung intake output
3. Ajarkan mengenali tanda 3. Agar klien dapat memahami
berkemih dan waktu yang tepat tanda dan waktu yang tepat
untuk berkemih untuk berkemih
4. Ajarkan terapi modalitas dan 4. Agar klien dapat mandiri
penguatan otot-otot perkemihan dalam pemulihannya
5. Anjurkan minum yang cukup, jika 5. Agar hemodinamika tetap
tidak ada kontraindikasi seimbang
6. Anjurkan mengurangi minum 6. Agar tidak mengompol saat
menjelang tidur tidur
Kolaborasi: Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat 1. Membantu berkemih
supositoria uretra, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8, Vol.3). EGC,
Jakarta.
UMS
Dewi, Rismala. 2013. Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat Pada Anak.
Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
http://www.pustakadokter.com/2016/11/12/syok- hipovolemik-pada-
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Com/med/.detail-pyk. Phd?id.