Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI: IDIOPATIK TROMBOSITOPENI PURPURA (ITP)
DI RUANG PERAWATAN ANAK (DAHLIA)
RSU KMC LURAGUNG
2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu


Stase Keperawatan AnakProgram Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Dosen Pembimbing:
Ns. Nanang Saprudin, S.Kep, M.Kep
Ns. Neneng Aria N, S.Kep, M.Kep

Oleh:
ENOK CUCU SUCIANI
JNR0200016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
PURPURA TROMBOSITOPENI IDIOPATIK (ITP)

A. KONSEP DASAR IDIOPATIK TROMBOSITOPENI PURPURA (ITP)


1. Definisi
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic
berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup
memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang
banyak (berlebihan). Istilah ITP juga merupakan singkatan dari Immune
Thrombocytopenic Purpura.
Idiopatik thrombocytopenic purpura (ITP) adalah gangguan perdarahan di mana
sistem kekebalan tubuh menghancurkan trombosit asli. Fungsi utama trombosit berperan
dalam proses pembekuan darah, bila terdapat luka trombosit akan berkumpul ke tempat
luka kemudian memicu pembuluh darah untuk mengkerut atau agar tidak banyak darah
yang keluar. Dalam kondisi ini merupakan autoantibodi dihasilkan terhadap antigen
trombosit. ITP mempengaruhi perempuan lebih sering daripada pria dan lebih sering
terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa (Sheema, 2017).

2. Anatomi Fisiologi
a. Sel darah merah (eritrosit).
Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam
keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai
untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida,
yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
b. Sel darah putih (leukosit).
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk
setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja
sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk
menghasilkan antibody.

2
1) Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-
granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan
infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2
jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil
bersegmen (matur, matang).
2) Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan perlindungan
terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker)
dan limfosit B (membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau sel plasma).
3) Monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan
imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi.
4) Eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon
alergi.
5) Basofil juga berperan dalam respon alergi.
c. Platelet (trombosit).
Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada
sel darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan
darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang
mengalami perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan,
trombosit akan melekat satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan
yang membantu menutup pembuluh darah dan menghentikan perdarahan.
Pada saat yang sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu
mempermudah pembekuan. Sel darah merah cenderung untuk mengalir dengan
lancar dalam pembuluh darah, tetapi tidak demikian halnya dengan sel darah putih.
Banyak sel darah putih yang menempel pada dinding pembuluh darah atau bahkan
menembus dinding untuk masuk ke jaringan yang lain.
Jika sel darah putih sampai ke daerah yang mengalami infeksi atau masalah
lainnya, mereka melepaskan bahan-bahan yang akan lebih banyak menarik sel darah
putih. Fungsi sel darah putih adalah seperti tentara, menyebar di seluruh tubuh, tetapi
siap untuk dikumpulkan dan melawan berbagai organisme yang masuk ke dalam
tubuh.
Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang
disebut sel stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk

3
adalah sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang
membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah, akan
menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih atau
trombosit. Fungsinya adalah mencegah ke bocoran darah spontan pada pembuluh
darah kecil,membant proses pembekuan darah.

3. Etiologi

Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit
mati.(Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh
menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal,
antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk
kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel
keping darah tubuhnya sendiri. (Family Doctor, 2006). Meskipun pembentukan trombosit
sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh
sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang
masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri.
Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui. (ana
information center,2008). ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi
virus, intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas),
kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata
(KID), autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan
sekunder. Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama
dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan
(umunnya terjadi pada orang dewasa). (ana information center, 2008) Selain itu, ITP
juga terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman keras,
quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan Rombositopenia. Biasanya tanda-
tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti yang
berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama, pendarahan

4
dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit
virus yang terkini dan calar atau lebam.
ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan akibat dari:
a. Hipersplenisme,
b. Infeksi virus,
c. Intoksikasi makanan/obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon.
diamokkina, sedormid).
d. Bahan kimia,
e. Pengaruh fisi (radiasi, panas),
f. Kekurangan factor pematangan
(malnutrisi),
g. Koagulasi intra vascular diseminata CKID,
h. Autoimnue

4. Jenis ITP
a. Akut.
1) Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
2) Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi
spontan).
3) Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
b. Kronik
1) Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.
2) Awitan tersembunyi dan berbahaya.
3) Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
4) Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
c. Kambuhan
1) Mula-mula terjadi trombositopenia.
2) Relaps berulang.
3) Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.

5. Komplikasi ITP

5
Komplikasi ITP yang dapat terjadi adalah akibat perdarahan, baik di saluran
pencernaan maupun di organ tubuh lainnya. Perdarahan yang terjadi di otak dapat
membahayakan nyawa penderitanya, namun kondisi ini sangat jarang terjadi.
Penggunaan kortikosteroid cukup efektif dalam mengobati ITP. Meski begitu,
obat ini berpotensi menyebabkan efek samping jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Efek samping yang dapat muncul adalah:
a. Katarak
b. Osteoporosis
c. Diabetes
d. Hilangnya massa otot
Operasi pengangkatan organ limpa dapat meningkatkan risiko terkena infeksi
bakteri, karena limpa berperan dalam melawan infeksi.
Penderita ITP yang sedang hamil dapat menjalani masa kehamilan dan
persalinan secara normal. Namun, konsultasikan dengan dokter kandungan mengenai
hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dan dihindari, baik selama kehamilan maupun
persalinan.
Perlu diketahui, bayi yang lahir dari penderita ITP berpotensi memiliki jumlah
trombosit yang rendah. Jika hal ini terjadi, dokter anak akan melakukan pengawasan
intensif pada bayi selama beberapa hari.
Dalam kondisi normal, jumlah trombosit bayi akan menurun sebelum akhirnya
naik kembali. Namun jika jumlah trombosit bayi tidak juga meningkat selama beberapa
hari, dokter akan memberikan penanganan untuk mempercepat peningkatan trombosit.

6. Patofisiologi
Diatas telah di singgung bahwa trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan
antibodi yang diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa
emas) atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya
sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit
diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa gangguan –gangguan autoimun yang
bergantung pada antibodi manusia, palling sering menyerang unsur-unsur darah,
terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan penyakit ITP, yang
memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit hospes.

6
Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan
lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun,
trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah dihilangkan dan
dihancurkan oleh makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa
dan hati. Manifestasi utama dari ITP dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah
tumbuhnya petechiae. Petechiae ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang
ditemukan pada membran trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi
trombosit dan meningkatkan pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem
makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan
kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul
perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan
pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang menunjukkan
kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum
ITP. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
dengan ITP, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena
masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat juga timbul setelah infeksi, khususnya
pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan biasanya
mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.

7
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
a. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:
1) Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome
mycrosyter.
2) Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
3) Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal.
4) Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
b. Pemeriksaan darah tepi

8
Hematokrit normal atau sedikit berkurang
c. Aspirasi sumsum tulang
Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali
morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma
berfakuola dan sedikit atau tanpa granula).
Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi
merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena dengan
cara ini dapat ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-kadang
dapat ditentukan penyebabnya.

8. Penatalaksaan Medis
a. ITP Akut
1) Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
2) Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka
berikan kortikosteroid.
3) Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
4) Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun
1) Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
2) Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
a) Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
b) Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
3) Splenektomi.
a) Indikasi:
(1) Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 –
3 bulan.
(2) Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid
saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
(3) Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu
dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.

9
b) Kontra indikasi:
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat
diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus).

10
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN IDIOPATIK
TROMBOSITOPENI PURPURA (ITP)
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama :
TTL :
Usia : ITP kronik umumnya terdapat pada orang dewasa
dengan usia rata-rata 40-45 tahun.
Jenis Kelamin : Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada
pasien ITP akut sedangkan pada ITP kronik adalah 2-
3:1.
Pendidikan :
Alamat :
Nama Ayah/ Ibu :
Pekerjaan Ayah/ Ibu :
Agama :
Suku/ Bangsa :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
b. Keluhan Utama
1) Ptekie
Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan dibawah kulit, keluarnya
darah dari pembuluh darah ke dermis, dan ruam tidak memucat bila ditekan.
Nilai ptekie kurang dari 5 mm apabila memucat ketika ditekan. Sedangkan lebih
dari 5 mm disebut purpura. Petekie ditemukan bila jumlah trombosit <
30.000/mm3.
2) Ekimosis
Darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit dan gejala ini terjadi mendadak
pada penderita ITP. Ekimosis yang bertambah dan perdarahan yang lama akibat
trauma ringan ditemukan pada jumlah < 50.000/mm3.

11
3) Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik
Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm. Sedangkan
bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang berisi cairan serosa di
atas dermis.
4) Perdarahan dibawah membran mukosa (saluran GI, kemih, genital, respirasi)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Epitaksis
Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan dari hidung yang
keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan lokal pada rongga hidung
ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh.
2) Menoragia
Periode inilah yang menyebabkan kehilangan banyak darah dan dapat juga
disertai kram.
3) Malaise
Keluhan utama dapat disertai malaise yaitu anoreksia, nafsu makan menurun
dan kelelahan, dan kelemahan. Kelemahan dapat terjadi dengan atau tanpa
disertai saat pendarahan terjadi akibat kekurangan suplai darah tidak seimbang
dengan kebutuhan.
4) Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia merupakan
perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan satu atau
beberapa obat penyebab trombositopenia (heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik yang
mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam emas, rifampin).
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester,apakah ibu pernah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan pervagina
sewaktu hamil,penggunaan obat- obatan maupun jamu selama hamil.Riwayat
persalinan ditanyakan apakah sukar,spontan atau dengan tindakan,perdarahan ante
partum,asfiksia dan lain lain.Keadaan selama neonatal apakah bayi panas,diare
muntah,tidak mau menetekdan kejang-kejang.

12
f. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta
umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.
g. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi:
a) Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) :berhubungan dengan
kemampuan mandiri,bersosialisasi,dan berinteraksidengan lingkungannya.
b) Gerakan motorik halus:berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu,melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi yang cermat
misalnya menggambar, memegang suatu benda.
c) Gerakan motorik kasar:berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
d) Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara,mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
ITP juga memiliki kecenderungan genetik pada kembar monozigot dan pada
beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan menghasilkan
autoantibodi pada anggota keluarga yang sama.
i. Riwayat Sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji
siapakah yang mengasuh anak. Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga
dan teman sebayanya.
j. Pola kesehatan dan fungsi kesehatan
1) Pola persepsi terhadap kesehatan
a) Terjadi perubahan karena defisit perawatan diri akibat kelemahan,
b) sehingga menimbulkan masalah kesehatan lain yang juga
c) memerlukan perawatan yang serius akibat infeksi.
2) Pola nutrisi metabolisme
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, dan sering terjadi
pendarahan pada saluran pencernaan.

13
3) Pola eliminasi
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi akut karena asupan nutrisi
yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal. Terjadi
melena dan hematuria adalah hal yang sering dihadapi klien.
4) Pola istirahat-tidur.
Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi.
5) Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan otot, kelelahan, nyeri akan
mempengaruhi aktifitas pada penderita ITP.
6) Pola persepsi diri
Adanya kecemasan, menyangkal dari kondisi, ketakutan dan mudah terangsang,
perasaan tidak berdaya dan tidak punya harapan untuk sembuh.
7) Pola kognitif perseptual
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra
penglihatan dan pendengaran akibat dari efek samping obat pada saat dalam
tahap penyembuhan.
8) Pola toleransi koping stress
Adanya ketidakefektifan dalam mengatasi masalah individu dan keluarga pada
klien.
9) Pola reproduksi seksual
Pada umumnya terjadi penurunan fungsi seksualitas pada penderita ITP.
10) Pola hubungan peran
Terjadi keadaan yang sangat menggangu hubungan interpersonal karena klien
dengan ITP dikenal sebagai penyakit yang menakutkan.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan yang hebat
atau penderita tampak kurang sehat.

k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a) Penderita dalam kelemahan, composmentis, apatis, stupor, somnolen,
b) Soporo coma dan coma. Penilaian GCS sangat penting untuk diperhatikan.

14
c) Tanda vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan darah
sistolik meningkat dengan diastolik normal.
2) Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
a) Breathing (B1)
Inspeksi : Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung darah,
terjadipendarahan spontan pada hidung
Palpasi : Kemungkinan vokal vremitus menurun akibat kualitas
pernapasan buruk karena pendarahan pada saluran
respirasi
Perkusi : Suara paru sonor atau pekak
Auskultasi : Adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi yang
muncul akibat dari komplikasi gejala lain.
b) Blood (B2)
Inspeksi : Adanya hipertensi, hemoraghi subkutan, hematoma dan
Sianosis akral. Adanya ptekie atau ekimosis pada kulit,
purpura.
Palpasi : Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama dan
kualitas denyut nadi, denyut nadi perifer melemah, hampir
tidak teraba. Takikardi, adanya petekie pada permukaan
kulit. Palpitasi (sebagai bentuk takikardia kompensasi).
Perkusi : Kemungkinan adanya pergeseran batas jantung
Auskultasi : Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi peningkatan
sistolik, namun normal pada diastolik.
c) Brain (B3)
Inspeksi : Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala,
perubahan tingkat kesadaran, gelisah dan ketidakstabilan
vaso
motor.
d) Bladder (B4)
Inspeksi : Adanya hematuria (kondisi di mana urin mengandung darah
atau sel-sel darah merah. Keberadaan darah dalam urin
biasanya akibat perdarahan di suatu tempat di sepanjang

15
saluran kemih.
Palpasi : kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih karena
distensi sebagai bentuk komplikasi
e) Bowel (B5)
Inspeksi : klien biasanya mengalami mual muntah penurunan nafsu
makan, dan peningkatan lingkar abdomen akibat
pembesaran limpa. Adanya hematemesis dan melena.
Palpasi : adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan
pada saluran cerna
Perkusi : Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah
dalam abdomen
Auskultasi : Terdengar bising usus menurun (normal 5-12x/menit).
f) Bone (B6)
Inspeksi : Kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan punggung,
aktivitas mandiri terhambat, atau mobilitas dibantu sebagian
akibat kelemahan. Toleransi terhadap aktivitas sangat
rendah.
Palpasi : adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan
pada saluran cerna
Perkusi : Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah
dalam abdomen
Auskultasi : Terdengar bising usus menurun (normal 5-12x/menit).

l. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada pasien ITP menurut Wiwik dan Sulistyo,
(2008 : 133) adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan DL :
2) Jumlah trombosit rendah hingga mencapai 100.000/ mm3 (normal 150.000-
350.000 / mm3 )
3) Penurunan hemoglobin
4) Kadar trombopoietin tidak meningkat
5) Masa koagulasi untuk PT dan PTT memanjang

16
6) Foto toraks dan uji fungsi paru
7) Tes kerapuhan kapiler meningkat
8) Skrining antibodi
9) Aspirasi sumsum tulang, menunjukkan peningkatan jumlah megakariosit
10) Tes sensitif menunjukkan IgG antitrombosit pada permukaan trombosit atau
dalam serum
2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No Data Fokus Penyebab Masalah
1 DS: PAIgG menurun Hipovole
o Klien mengeluh haus  mi
o Klien merasa lemah Agregasi pada trombosit yang
tertempel di IgG
DO : 
o Frekuensi nadi Dihancurkan oleh makrofag di
meningkat RES
o Nadi terasa lemah 
o Tekanan nadi menurun Trombositopenia, nilai lab
o Turgor kulit menurun trombosir menurun
o Membran mukosa kering 
o Hematokrit meningkat Proses pembekuan darah lama

Terjadi perdarahan

Hipovolemi
2 DS: PAIgG menurun Perfusi
o Klien mnegatakan nyeri  perifer
pada ekstremitas Agregasi pada trombosit yang tidak
tertempel di IgG efektif
DO : 
o CRT>3 detik Dihancurkan oleh makrofag di
o Warna kulit pucat RES
o Turgor kulit menurun 
o Akral teraba dingin Trombositopenia, nilai lab
o Nadi perifer menurun trombosir menurun
atau tidak teraba 
Proses pembekuan darah lama

Terjadi perdarahan

Suplai O2 menurun

Perifer

17

CRT >3 detik

Perfusi perifer tidak efektif
3 DS: PAIgG menurun Defisit
o Klien mengatakan nafsu  Nutrisi
makan berkurang Agregasi pada trombosit yang
o Klien mengatakan mual tertempel di IgG

DO : Dihancurkan oleh makrofag di
o Berat badan klien RES
mengalami penurunan 
o Membran mukosa klien Trombositopenia, nilai lab
pucat trombosir menurun
o Klien tanpak menghindari 
makanan Proses pembekuan darah lama

Terjadi perdarahan

Suplai O2 menurun

O2 menurun : metabolisme tubuh
menurun

Anorexia

Defisit Nutrisi
4 DS: PAIgG menurun Intoleransi
o Klien mengatakan lemas  aktivitas
Agregasi pada trombosit yang
DO: tertempel di IgG
o Mobilitas dibantu 
o Kekuatan otot lemah Dihancurkan oleh makrofag di
RES

Trombositopenia, nilai lab
trombosir menurun

Proses pembekuan darah lama

Terjadi perdarahan

Suplai O2 menurun

O2 menurun : metabolisme tubuh
menurun

18
Energi menurun, lemah

Intoleransi aktivitas

b. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1) Hipovolemi berhubungan dengan perdarahan dibuktikan dengan:
DS : o Klien mengeluh haus
o Klien merasa lemah
DO : o Frekuensi nadi meningkat
o Nadi terasa lemah
o Tekanan nadi menurun
o Turgor kulit menurun
o Membran mukosa kering
o Hematokrit meningkat
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan suplai darah menurun ditandai
dengan:
DS : o Klien mnegatakan nyeri pada ekstremitas
DO : o CRT>3 detik
o Warna kulit pucat
o Turgor kulit menurun
o Akral teraba dingin
o Nadi perifer menurun atau tidak teraba
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia dibuktikan dengan
DS : DS:
o Klien mengatakan nafsu makan berkurang
o Klien mengatakan mual
DO : o Berat badan klien mengalami penurunan
o Membran mukosa klien pucat
o Klien tanpak menghindari makanan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan energi menurun dibuktikan dengan
DS : o Klien mengatakan lemas
DO : o Mobilitas dibantu
o Kekuatan otot lemah

19
3. Intervensi Keperawatan
Tabel Intervensi Keperawatan pada Klien dengan ITP
NO DIAGNOSA (SDKI) TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
1 Hipovolemi Setelah tilakukan tindakan Manajemen Hipovolemi
keperawatan selama .... x 24 o Periksa tanda dan gejala hipovolemi
jam diharapkan: o Monitor intake dan output cairan
1. Statusa cairan membaik o Anjurkan mmeperbanyak asupan cairan oral
dengan kriteria hasil: o Kolaborasi pemberian cairan IV
frekuensi nadi meningkat. o Kolaborasi pemberian produk darah
Turgor kulit membaik
2. Tingkat perdarahan Pencegahan Perdarahan
menurun dengan kriteria 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
hasil TTV membaik 2. Monitor nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah kehilangan cairan
3. Monitor TTV
4. Pertahankan bedrest selama perdarahan
5. Anjurkan meningkatkan kebutuhan cairan untuk menghindari konstipasi
6. Anjurkan meningkatkan asupan makan dan vitamin K
7. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
2 Perfusi perifer Setelah tilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif keperawatan selama .... x 24 1. Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, warna kulit, CRT dan lain lain)
jam diharapkan: 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas
1. Perfusi perifer membaik 3. Monitor tanda tanda vital
dengan kriteria hasil:
denyut nadi perifer
meningkat
2. Status sirkulasi membaik
dengan kriteria hasil CRT
membaik
3 D.00019 Setelah tilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Defisit Nutrisi keperawatan selama 3 x 24

20
jam diharapkan: Observasi
Definisi: Asupan L. 03030 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi tidak cukup Status Nutrisi Membaik, 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
untuk memenuhi dengan kriteria hasil:napsu 3. Identifikasi makanan yang disukai
kebutuhan makan meningkat frekuensi 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
metabolisme. makan meningkat. 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
Penyebab; 7. Monitor berat badan
1. Ketidakmampu 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
an menelan Terapeutik
makanan 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Ketidakmampu 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
an mencerna 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
makanan 4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Ketidakmampu 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
an 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
mengabsorbsi 7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat
nutrien ditoleransi
4. Peningkatan Edukasi
kebutuhan 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
metabolisme 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
5. Faktor ekonomi Kolaborasi
(mis. Finansial 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
tidak antiemetik), jika perlu
mencukupi) 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
6. Faktor nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
psikologis (mis.
Stres,
keengganan
untuk makan)

21
4 D.0056 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I. 05178)
Intoleransi keperawatan selama .....x24 Observasi
Aktivitas jam diharapkan: Toleransi 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Aktivitas Meningkat (L.05047) 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Definisi: 3. Monitor pola dan jam tidur
Ketidakcukupan 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
energi untuk Terapeutik
melakukan aktivitas 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
sehari-hari. kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Penyebab 3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
1. Ketidak 4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
seimbangan Edukasi
antara suplai 1. Anjurkan tirah baring
dan kebutuhan 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
oksigen 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
2. Tirah baring berkurang
3. Kelemahan 4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Imobilitas Kolaborasi
5. Gaya hidup 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
monoton
Terapi Aktivitas (I.05186)
Observasi
1. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
4. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. Bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi danrentang aktivitas

22
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
3.
sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energy,
atau gerak
10. Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
12. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan emosional (mis.
Kegitan keagamaan khusu) untuk pasien dimensia, jika sesaui
14. Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan
aktif
15. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan ( mis. Vocal group, bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permaianan sederhana, tugas rutin, tugas
rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kart)
16. Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
17. Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
19. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
20. Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam

23
menjaga fungsi dan kesehatan
Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
4.
Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam
5.
aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika sesuai
1. Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu

24
25
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Ada 3 tahap implementasi:
a. Fase Orientasi
Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya bertemu
dengan perawat untuk melakukan validasi data diri.
b. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu perawat
diharapakan mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang klien dan masalah
kesehatanya.
c. Fase Terminasi
Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat meninggalkan
pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan, ketika dievaluasi nantinya klien
sudah mampu mengikuti saran perawat yang diberikan, maka dikatakan berhasil dengan
baik komunikasi terapeutik perawat-klien apabila ada umpan balik dari seorang klien yang
telah diberikan tindakan atau asuhan keperawatan yang sudah direncanakan.

5. Evaluasi/ Catatan Perkembangan


Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah diberikan dengan
menggunakan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan perencanaan). Evaluasi dibagi
menjadi 2 jenis yaitu:
a. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluaasi jelas ini dikerjakan dalam bentuk pengsisihan format catatan
perkembngan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. Format
yng dipakai adalah format SOAP.
b. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi akhir dikerjakan dengan cara membandingkan antar tujuan yang akan
dicapai. Bila terdapat kesenjangan antara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses

26
keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah, atau rencana yang
perlu dimodifikasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta

D o r l a n d , W . A N e w m a . 2 0 0 6 . Kamus Kedokteran Dorland, E d i s i 2 9 . Jakarta:

EGC.

Guyton. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC: Jakarta

Pudjiaji, A H. (2010). Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta. IDAI.

Riyadi & Sukarmin. (2009). Asuhan Keprawatan Pada Anak. Yogyakarta. Graha Ilmu,

Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta

——–. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,

Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta,

Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,

Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wong, Donna. L. (2009). Pedoman Kritis Keperawatan Pediatrik. Kedokteran. Jakarta EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai