Anda di halaman 1dari 21

55

MODUL BENCANA DAN TINDAKAN KRISIS


MODUL
MATERI INTI 2
MATERI INTI 2
I. DESKRIPSI SINGKAT

Bencana merupakan peristiwa traumatis dan menimbulkan dampak yang


merugikan bagi manusia dan lingkungannya. Ada bencana yang terjadi akibat
alam maupun akibat ulah manusia. Manusia berada dalam situasi yang tidak akan
pernah bebas dari bencana. Akibat dari bencana dapat menimbulkan kehilangan
nyawa, harta benda dan menimbulkan masalah kesehatan jiwa. Oleh karena itu
perlu dipahami masalah kesehatan jiwa yang terjadi akibat bencana dan cara
penanggulangannya.

Modul bencana dan tindakan krisis ini disusun untuk perawat sebagai bagian dari
tenaga kesehatan yang turut serta dalam penanggulangan bencana. Perawat perlu
mempunyai keterampilan khusus untuk membantu individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat mengatasi krisis yang dialami. Modul ini menjelaskan tentang
bencana dan tindakan untuk mengatasi bencana.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami konsep
bencana dan tindakan krisis
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep bencana
a. Menjelaskan pengertian bencana
b. Menyebutkan penyebab bencana
c. Menjelaskan proses terjadinya bencana
d. Menjelaskan respons individu terhadap bencana
2. Menjelaskan tindakan krisis

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


56

a. Menguraikan langkah-langkah sistematis saat melakukan tindakan


krisis
b. Menjelaskan cara menilai keberhasilan tindakan krisis yang telah
dilakukan
c. Menjelaskan cara merujuk pasien yang memerlukan penanganan
lanjutan

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut
yaitu :

Pokok bahasan A. Konsep bencana


Pokok bahasan B. Tindakan krisis

IV. METODE

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah


A. CTJ
B. Brain storming
C. Diskusi
D. Latihan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

Media dan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah
A. Liquid Crystal Display (LCD) projector dan laptop
B. Laser pointer
C. Spidol
D. Slide presentasi
E. White board
F. Panduan latihan

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


57

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun
langkah-langkah sebagai berikut :
A. Langkah 1 : Penyiapan Proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelas
b. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan bencana dan tindakan krisis dengan metode brainstorming.
d. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang bencana dan tindakan krisis sebaiknya dengan menggunakan
bahan tayang
2. Kegiatan peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

B. Langkah 2:Penjelasan konsep bencana dan tindakan krisis


Penjelasan tentang konsep bencana dan tindakan krisis sebagai berikut :
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan pokok bahasan dan sub pokok bahasan: konsep
bencana dan tindakan krisis. Saat penyampaian materi, peserta juga
melakukan latihan tentang bencana dan tindakan krisis
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
d. Menyimpulkan materi bersama peserta
2. Kegiatan Peserta

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


58

a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap


penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

C. Langkah 3 : Praktik laboratorium di kelas


1. Kegiatan Fasilitator
a. Membagi peserta kedalam kelompok kecil (1 kelp : 6-7 orang)
b. Menjelaskan kepada peserta tentang latihan yang akan dilakukan
c. Memberikan penugasan kepada peserta untuk membaca latihan-
latihan yang ada di modul untuk didiskusikan dalam kelompok
kemudian di presentasikan
d. Meminta kelompok lain untuk menanggapi
e. Menyimpulkan hasil diskusi
2. Kegiatan peserta
a. Mendengar, mencatat penjelasan fasilitator
b. Mendiskusikan penugasan yang diberikan fasilitator bersama anggota
kelompok
c. Mmempresentasikan hasil diskusi
d. Menanggapi hasil presentasi yang disampaikan kelompok lain
e. Mencatat hal-hal penting

VII. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN A. KONSEP BENCANA

1. PENGERTIAN BENCANA
a. WHO: Bencana adalah kejadian-kejadian yang berakibat secara langsung
atau bertahap terhadap menurunnya status kesehatan masyarakat yang
tidak dapat diatasi secara adekuat..

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


59

b. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007: Bencana adalah peristiwa atau


rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh alam dan/atau non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.

c. Palang Merah Amerika mengartikan bencana sebagai kejadian yang


bersifat alamiah maupun buatan manusia dan mengakibatkan penderitaan
dan kesengsaraan sehingga penyintas (survivor) membutuhkan bantuan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Secara lebih sederhana
pengertian bencana adalah kejadian yang membutuhkan usaha ekstra keras
(luar biasa); lebih dari respons terhadap situasi kedaruratan biasa.

Bencana akan selalu menimbulkan kerugian, penderitaan, bahkan korban


nyawa serta mempengaruhi aspek-aspek kehidupan seseorang, keluarga,
kelompok maupun masyarakat secara umum sehingga diperlukan cara-cara
khusus untuk mencegah dan mengelolanya

Latihan 1

a. Ceritakan bencana apa saja yang pernah saudara alami atau saksikan?
b. Diskusikan dengan teman mengapa bencana dapat menimbulkan
kesengsaraan dan penderitaan bagi manusia.

2. PENYEBAB BENCANA
Berdasarkan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, Bencana dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu :
a. Bencana Alam
Bencana yang diakibatkan oleh Alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami,
gunung meletus, angin puting beliung dan tanah longsor.
b. Bencana Non Alam

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


60

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa Non Alam seperti gagal


teknologi, epidemi, wabah penyakit.
c. Bencana sosial
Bencana yang diakibatkan oleh manusia seperti konflik social dan terror
bom.
Latihan 2
a. Bersama teman kelompok identifikasi beberapa daerah di Indonesia yang
yang berpotensi terjadinya bencana alam, apa alasannya?
b. Sebutkan beberapa perbuatan manusia yang dapat menimbulkan bencana

3. PROSES TERJADINYA BENCANA


Kondisi alam sekitar kehidupan manusia selalu berada dalam empat kondisi
meliputi kondisi stabil, pra bencana, kondisi bencana, dan kondisi pasca
bencana yang masing-masing memiliki dampak yang berbeda terhadap
kondisi manusia. Kondisi tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:

Pra Bencana Bencana Pasca Bencana

Pencegahan, Mitigasi Tanggap Darurat: Trauma


Risiko Impact
dan Kesiapsiagaan
Rescue Rehabilita
Recovery
Krisis si

Diagram 1. Proses terjadinya bencana


krisis
a. Pra Bencana
Kondisi non bencana adalah kondisi tidak ada bencana pada lokasi rawan
bencana seperti daerah pantai atau pegunungan, daerah jalur gempa,
daerah pinggiran sungai, lokasi pemukiman padat, gedung-gedung tinggi
dan lain-lain. Di setiap tempat di dunia ini kondisi ini selalu ada. Upaya
yang dilakukan selama pra bencana adalah: pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan.

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


61

b. Bencana
Kondisi bencana adalah ketika bencana benar-benar sedang terjadi. Lama
waktu kondisi ini berbeda-beda. Gempa bumi biasanya singkat tetapi
dampak kerusakannya hebat. Banjir dan gunung meletus biasanya
durasinya cukup lama tetapi dampaknya tidak terlalu berat.

Segera setelah terjadinya bencana individu atau masyarakat pada area


yang terkena akan mengalami trauma dan berada pada situasi krisis akibat
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupannya. Perubahan
ini dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu
maupun masyarakat yang terkena. Beberapa kondisi yang biasanya
menyertai bencana antara lain adalah kematian, kerusakan dan kehilangan
harta benda, serta perpisahan dengan orang yang dicintai.

Tahapan sesaat setelah tejadi bencana atau tahapan tanggap darurat terdiri
dari tahapan impact, rescue dan recovery.
1) Tahapan impact adalah 0 - 48 jam setelah terjadi bencana
Tahap impact adalah tahap sebelum terjadinya bencana pada sebuah
daerah yang rawan bencana. Pada tahap ini dilakukan persiapan dan
peningkatan mekanisme koping dalam menghadapi bencana. Tahap
impact adalah tahap dari mulai terjadinya bencana sampai dengan 48
jam kemudian. Pada tahap ini dilakukan tindakan penyelamatan pada
para penyintas (survivor), komunikasi dan pertolongan pertama
psikologis.
2) Tahapan rescue adalah 0 - 1 minggu setelah terjadi bencana
Tahap rescue adalah tahap segera setelah terjadinya bencana. Pada
tahap ini dilakukan pelayanan intervensi krisis, memastikan keamanan
dan kebutuhan fisik seperti tempat tinggal, makanan dan pakaian
terpenuhi dan sesegera mungkin mempertemukan korban dengan
keluarga dan komunitasnya. Pada tahap ini juga dilakukan pemberian
informasi, kenyamanan, pelayanan kesehatan jiwa dan pertolongan
pertama psikologis

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


62

3) Tahapan recovery adalah 1 - 4 minggu setelah terjadi bencana.


Tahap Recovery adalah tahap 1 - 4 minggu setelah terjadinya bencana
di saat keadaaan sudah lebih stabil. Pada tahap ini dilakukan
penanganan gangguan-gangguan kejiwaan yang terjadi dan juga
intervensi psikososial lainnya. Pada tahap ini juga dilakukan pelatihan
bagi profesional lokal, tenaga sukarelawan dan komunitas bagaimana
penanganan terhadap penyintas (survivor). Pada tahap ini juga
diidentifikasi korban yang berisiko dan segera memulai penanganan
gangguan kejiwaan yang muncul.

c. Pasca Bencana
Pasca bencana dihitung mulai empat minggu setelah bencana sampai
dengan pemulihan telah terjadi. Individu yang mengalami bencana akan
mengalami trauma. Trauma yang terjadi bisa trauma fisik maupun
psikologis. Trauma fisik adalah cedera fisik yang disebabkan oleh
tindakan kekerasan, kerusakan atau masuknya zat racun kedalam tubuh.
Trauma psikologis berupa syok emosional yang berat akibat menjadi
korban atau menjadi saksi terjadinya bencana. Trauma psikologis sama
pentingnya dengan trauma fisik, bahkan dapat meninggalkan ”luka hati”
yang tak kunjung sembuh.

Kondisi trauma yang dialami penyintas (survivor) menyebabkan masalah


kesehatan jiwa sebagai reaksi terhadap kejadian, masalah atau trauma yang
sangat berat pada individu akibat ketidakmampuan untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan yang dialami. Perubahan yang terjadi secara
tiba-tiba akibat sesuatu kejadian akan menimbulkan ketidakseimbangan
emosi, pikiran dan perilaku yang dapat mengarah pada kesehatan jiwa.

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


63

4. RESPON INDIVIDU TERHADAP BENCANA


Dampak psikologis yang diakibatkan bencana sangat bervariasi. Faktor
keseimbangan yang mempengaruhi respons individu terhadap krisis adalah
persepsi terhadap kejadian, sistem pendukung yang dimiliki dan mekanisme
koping yang digunakan. Reaksi emosi dapat diobservasi dari individu yang
menjadi korban. Ada 3 tahapan reaksi emosi yang dapat terjadi setelah
bencana.

1. Reaksi individu segera (24 jam) setelah bencana adalah


a. Tegang, cemas, panik
b. Terpaku, linglung, syok, tidak percaya
c. Gembira atau eforia, tidak terlalu merasa menderita
d. Lelah, bingung
e. Gelisah, menangis, menarik diri
f. Merasa bersalah
Reaksi ini masih termasuk reaksi normal terhadap situasi yang
abnormal dan memerlukan upaya pencegahan primer.

2. Minggu pertama – ketiga setelah bencana


a.Ketakutan, waspada, sensitif, mudah marah, kesulitan tidur
b.Khawatir, sangat sedih
c.Mengulang-ulang kembali (flashback) kejadian
d.Bersedih
e.Reaksi positif yang masih dimiliki : berharap atau berpikir tentang masa
depan, terlibat dalam kegiatan menolong dan menyelamatkan
f. Menerima bencana sebagai takdir

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


64

Kondisi ini masih termasuk respons normal yang membutuhkan


tindakan psikososial minimal; terutama untuk respons yang mal adaptif

3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana


Reaksi yang diperlihatkan dapat menetap dan dimanifestasikan dengan:
a. Kelelahan
b. Merasa panik
c. Kesedihan terus berlanjut, pesimis dan berpikir tidak realistis
d. Tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri
e. Kecemasan; yang dimanifestasikan dengan : palpitasi, pusing, letih,
mual, sakit kepala, dll

Kondisi ini membutuhkan bantuan psikososial dari tenaga kesehatan


yang profesional

Pada sebagian korban bencana yang selamat dapat terjadi gangguan mental
akut yang timbul dari beberapa minggu hingga berbulan-bulan sesudah
bencana. Beberapa bentuk gangguan tersebut antara lain : reaksi akut
terhadap stres, berduka dan berkabung, gangguan mental yang terdiagnosis,
gangguan penyesuaian, gangguan mental yang kambuh kembali atau semakin
berat dan psikosomatis.

Latihan 3

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


65

a. Bahas bersama fasilitator anda mengapa bencana dapat


menyebabkan krisis pada individu.
b. Diskusikan dengan teman kelompok anda bagaimana perasaan
anda saat mengalami atau menyaksikan bencana.
c. Identifikasi kesesuaian respons yang anda alami sesuai dengan
tahapan respons terhadap bencana

POKOK BAHASAN B. TINDAKAN KRISIS

1. CARA MENGELOLA BENCANA

Setelah saudara mempelajari tahapan bencana dan berbagai respons individu


terhadap bencana maka tindakan keperawatan dalam mengelola bencana;
sesuai dengan proses terjadinya, terbagi dalam 3 tahapan:

a. Program antisipatif untuk


kondisi pra bencana

b. Tindakan segera untuk


kondisi segera setelah bencana

c. Pemulihan untuk kondisi


pasca bencana.

Pra Bencana/ Pasca


bencana emergenc bencana
y

antisipasi segera setelah bencana pemulihan

a. Program antisipatif terhadap bencana

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


66

Pada tahap ini lingkup tindakan ditujukan pada kesiapan individu dan
masyarakat untuk mengantisipasi bencana yang akan terjadi. Pada lokasi-
lokasi yang diperkirakan mengalami bencana perlu dilakukan tindakan
antisipasi agar masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat apabila
terjadi bencana.

Secara professional petugas kesehatan perlu mengetahui secara jelas


rencana penanganan bencana (protap) yang telah disusun dan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait; terutama Palang Merah
Indonesia. Masyarakat perlu diajarkan beberapa hal yang merupakan
tanda-tanda bencana, mengingatkan bencana yang pernah terjadi
sebelumnya, mengingatkan tindakan yang perlu dilakukan masyarakat,
mobilisasi dan evakuasi jika perlu. Beberapa contoh tindakan antisipatif
sebagai berikut :
Bila Terjadi Gempa ..... INGAT !!!
 Segera berlindung di bawah meja dan lindungi kepala anda saat berada
dalam ruangan
 Jika berada di bangunan bertingkat berlari ke lantai yang lebih tinggi.
 Selamatkan diri terlebih dulu sebelum menyelamatkan orang lain

Tanda-tanda Terjadi Tsunami :


 Bila terdengar suara gemuruh tetapi tidak disertai hujan
 Bila air laut di pantai surut mendadak
 Bau belerang/garam laut yang tercium dari jarak yang cukup jauh
 Bila terjadi gempa berkekuatan besar

b. Tindakan segera setelah bencana


Segera setelah bencana perilaku yang terlihat adalah masyarakat yang
saling membantu satu sama lain (karena bantuan dari luar belum ada).
Jenis bantuan yang perlu segera diberikan dari luar daerah bencana antara
lain berupa : bantuan kesehatan, perbaikan pada komunikasi dan
transportasi, deteksi terhadap penyakit menular dan gangguan mental dan
evakuasi korban selamat jika diperlukan.

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


67

Tindakan yang perlu saudara lakukan harus sesuai dengan area yang
mengalami bencana dan bantuan yang dibutuhkan.
1) Tingkat I
Bencana pada tingkat ini membutuhkan bantuan emergensi medik,
kepolisian, pemadam kebakaran, SAR dari lokal. Misalnya kebakaran
pada satu rumah, tenggelam, kecelakaan lalu lintas.
2) Tingkat II
Pada tingkat ini dibutuhkan bantuan dengan cakupan yang lebih luas;
biasanya melibatkan tim kesehatan, SAR, kepolisian satu propinsi
karena lokasi bencana yang lebih luas. Misalnya kecelakaan atau bom
di satu gedung atau area khusus.
3) Tingkat III
Pada tingkat ini penanganan bencana sudah membutuhkan bantuan dari
berbagai unsur di masyarakat yang melibatkan satu negara, seperti
gempa bumi, angin ribut, banjir bandang, air bah.

Penanganan pada kondisi tersebut di atas penanganan dilakukan di tempat


pasien berada; di RS, puskesmas atau pengungsian.
Bila saudara menemukan korban-korban dengan kondisi mental yang berat
(gangguan orientasi realita; halusinasi, waham, bicara kacau) segera rujuk
ke pelayanan kesehatan (puskesmas, RSU, RS) agar memperoleh
perawatan atau pengobatan yang lebih tepat oleh perawat kesehatan jiwa
masyarakat, psikolog dan psikiater.

Bentuk tindakan keperawatan lain yang dapat saudara lakukan adalah


melatih para korban untuk mengatasi rasa berdukanya atau penyuluhan
massal tentang manajemen stress.

Saat membantu korban gunakan pendekatan kelompok atau keluarga; bukan


individual, sehingga dapat menjangkau sebanyak mungkin korban seperti
membentuk kelompok-kelompok terapi.

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


68

Latihan 4

a. Saat saudara dikirim untuk membantu korban gempa 3 hari setelah


terjadinya bencana, apa tindakan yang akan saudara lakukan ? diskusikan
dalam kelompok.
b. Diskusikan masalah-masalah (bio-psiko-sosio-spiritual) akut yang dapat
dialami oleh korban bencana

c. Tindakan pemulihan

Tindakan pada tahap pemulihan (recovery dan rehabilitasi) adalah


keterlibatan seluruh pihak untuk bergerak bersama memperbaiki kondisi
ekonomi dan kehidupan masyarakat. Kondisi yang menunjukkan kondisi
perbaikan diantaranya adalah : adanya penanganan masalah-masalah
kesehatan oleh Depkes atau dinas kesehatan bersama LSM yang terkait,
pembangunan perumahan dan jalan-jalan oleh Departemen pekerjaan
umum dan lembaga terkait, keamanan oleh tentara atau polisi, air bersih
oleh PAM, makanan, minuman, pakaian oleh kementrian kesejahteraan
rakyat, dll.

Kondisi yang diperbaiki pada tahap ini meliputi seluruh aspek kebutuhan
dasar manusia : pangan, sandang, perumahan, transportasi, fasilitas-fasilitas
umum, keamanan, kesehatan

Tindakan yang dilakukan pada fase ini adalah perbaikan, penataan


kembali dan mitigasi.

Tindakan yang termasuk perbaikan meliputi pembangunan kembali


sarana fisik yang rusak, kembali sekolah dan bekerja serta melanjutkan
kehidupan sesuai dengan kondisi saat ini.

Pada pelayanan kesehatan prevensi primer ditujukan bagi masyarakat


yang tidak terganggu sedangkan pada masyarakat yang menunjukkan
masalah psikososial dan gangguan jiwa pemulihan dilaksanakan melalui
prevensi sekunder.

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


69

Fase penataan kembali dilakukan jika kehidupan masyarakat sudah lebih


normal. Penataan dilakukan terhadap infrastruktur yang rusak dan
membangun kembali sistem kehidupan bermasyarakat.

Pada fase mitigasi saudara dapat merencanakan aktivitas-aktivitas yang


berorientasi pada masa depan untuk mencegah bencana sekunder yang
dapat terjadi atau meminimalkan dampak bencana seperti menyiapkan
program-program pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan kerja,
melatih tenaga-tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesehatan dan lain-
lain.

Stress terbesar akan dialami tenaga kesehatan; karena selain mempunyai


tanggungjawab terhadap pasien mereka juga bisa menjadi korban. Konflik
akan timbul bila mereka harus mengurus keluarganya tetapi juga harus
merawat orang lain sesuai dengan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Maka petugas kesehatan atau relawan yang akan bekerja harus sedapat
mungkin sehat secara fisik dan

Latihan 5
a. Diskusikan bersama teman-teman anda, masalah
kesehatan apa saja yang belum teratasi pada fase emergensi
b. Susun rencana pencegahan primer, sekunder dan
tersier sesuai dengan masalah yang diidentifikasi
Lakukan bermain peran untuk melaksanakan salah satu rencana tindakan yang
disusun

2. TINDAKAN YANG DAPAT DILAKUKAN SAAT TERJADI


BENCANA

Bagian ini akan menguraikan tentang tindakan-tindakan yang dapat dilakukan


untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat mengatasi dampak
bencana (krisis yang dialami). Faktor penyeimbang yang membuat individu
dapat melalui krisis yang dialami adalah persepsi terhadap kejadian realistis,
mempunyai sistem pendukung dari lingkungan dan mempunyai mekanisme
koping adekuat. Prinsip tindakan untuk mengatasi krisis sesuai dengan tiga

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


70

faktor penyeimbang tersebut yaitu membina hubungan saling percaya yang


erat dengan pasien, menggali permasalahan yang dialami pasien dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah.
a. Segera (24 jam) setelah bencana
Nilai dengan cermat
1) kerusakan lingkungan yang terjadi,
2) jenis cedera yang dialami,
3) penderitaan yang dialami
4) kebutuhan dasar yang harus dipenuhi segera
Pada tahap ini yang perlu dilakukan segera adalah :
1) Pertolongan kedaruratan untuk masalah-masalah fisik
2) Memenuhi kebutuhan dasar
3) Untuk membantu individu melalui fase krisisnya maka perawat perlu
memfasilitasi kondisi yang dapat menyeimbangkan krisis seperti
menjadi sumber koping (support system) bagi klien

b. Minggu pertama – ketiga setelah bencana


1) Berikan informasi yang sederhana dan mudah diakses tentang lokasi
jenazah
2) Mendukung keluarga jika jenazah dimakamkan tanpa upacara tertentu
3) Bantu mencari anggota keluarga yang terpisah pada individu yang
beresiko seperti lansia, ibu hamil, anak, remaja.
4) Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan aktivitas kelompok yang
terorganisir seperti ibadah bersama,
5) Motivasi anggota tim lapangan untuk terlibat dalam proses berkabung,
misalnya tahlilan, takziah.
6) Lakukan aktifitas rekreasi bagi anak-anak
7) Informasikan pada korban tentang reaksi psikologis normal yang
terjadi setelah bencana. Yakinkan mereka bahwa hal tersebut normal
dan berlangsung sementara; akan hilang dengan sendirinya dan
dialami oleh semua orang

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


71

8) Informasikan tentang reaksi stres yang normal pada masyarakat secara


massal (libatkan ulama, guru dan pemimpin sosial lainnya). Bantu
melakukan manajemen stres secara individu, keluarga maupun
kelompok.
9) Motivasi para korban untuk bekerja bersama memenuhi kebutuhan
mereka seperti membersihkan lokasi bersama-sama, memasak
bersama.
10) Libatkan korban yang masih sehat dalam pelaksanaan bantuan
11) Motivasi pemimpin masyarakat dan tokoh kunci lainnya untuk terlibat
dalam diskusi kelompok dan dapat memotivasi klien untuk berbagi
perasaan
12) Pastikan informasi yang diterima akurat
13) Pastikan distribusi bantuan merata
14) Berikan pelayanan dengan empati “yang sehat” dan tidak memihak
pada salah satu bagian dari masyarakat (misalnya golongan minoritas)

c. Setelah minggu ketiga bencana


Pada fase ini tindakan yang dapat dilakukan adalah pemberian informasi,
konseling, bimbingan antisipasi
Setelah melalui fase akut tindakan yang dapat dilakukan adalah :
1) Tindakan psikososial secara umum
Tujuan melakukan tindakan ini adalah sebagian besar klien dan
keluarga mampu beradaptasi terhadap kondisi psikososial dengan
menggunakan mekanisme koping yang dimiliki walaupun dukungan
dari keluarga/orang lain di lingkungannya sangat minim atau tidak ada.
Tindakan yang saudara lakukan adalah pertolongan pertama pada
masalah psikososial sebagai berikut :
a) Identifikasi individu dengan koping yang tidak efektif yang
ditandai dengan gejala psikologis yang dilaporkan
b) Bina hubungan saling percaya
c) Penuhi kebutuhan fisik yang mendesak
d) Mobilisasi dukungan sosial (tapi jangan memaksa)

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


72

e) Cegah timbulnya bahaya yang lain (seperti berjangkitnya penyakit


menular)
f) Mulai berkomunikasi: mendengarkan masalah mereka, sampaikan
keprihatinan, berikan bantuan yang berkelanjutan (tapi tidak pernah
memaksa)
g) Sampaikan bahwa semua korban bencana merasakan perasaan yang
sama.
h) Tetap mensupervisi perawatan sampai reaksi berlalu.
2) Tindakan psikososial khusus
Tindakan yang dapat dilakukan pada fase ini antara lain : konseling
trauma, konseling berduka dan bimbingan antisipasi
a) Konseling terhadap trauma
 Dengarkan ungkapan perasaan pasien dengan penuh perhatian
 Tanyakan dan klarifikasi untuk menggali lagi pengalamannya tetapi
jangan memaksa bila pasien menolak
 Coba untuk memahami penderitaan yang dialami pasien dan keluarganya
 Sampaikan bahwa perawat akan selalu membantu dan perlihatkan bahwa
perawat memahami apa yang dirasakannya
 Sampaikan bahwa orang lainpun akan mengalami hal yang sama bila
mengalami kejadian seperti yang dialami pasien.
 Bicarakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasi

b) Konseling terhadap proses berduka


Perawat dapat membantu pasien dan keluarga dengan memberikan
konseling. Langkah-langkah yang dapat saudara lakukan adalah
 Lakukan pendekatan dengan cara yang lemah-lembut
 Tanyakan tentang kondisi keluarganya dan kemudian bicarakan tentang
korban yang meninggal
 Motivasi untuk berbagi informasi tentang anggota keluarga yang
meninggal (misalnya menunjukkan dan membicarakan foto anggota
keluarga).
 Fokuskan pembicaraan pada hubungan dengan orang-orang terdekat
sebelum bencana dan arti kehilangan secara pribadi

c) Bimbingan antisipasi
 Bantu pasien untuk menerima bahwa reaksi yang mereka perlihatkan
adalah normal sehingga dapat mengurangi rasa tidak berarti dan putus asa
 Berikan informasi tentang reaksi stress yang alamiah dan intensitas
perasaan dapat berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


73

 Lakukan pertemuan-pertemuan yang berisi informasi-informasi yang


perlu diketahui korban
 Jangan fokuskan perhatian hanya pada reaksi akibat stress secara
individu tetapi fokuskan pada kekuatan kelompok untuk menghadapi
krisis secara bersama-sama

d) Konseling krisis
 Bersama pasien mengidentifikasi masalah yang menyebabkan pasien
meminta pertolongan
 Bantu pasien untuk membuat daftar alternative dan strategi untuk
mengatasi masalahnya
 Bantu klien untuk menilai dukungan social yang tersedia untuknya
 Bantu klien untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya
 Bantu klien untuk melaksanakan keputusan yang sudah diambil
 Mendiskusikan persepsi klien tentang kemampuannya.

e) Konseling untuk menyelesaikan masalah


 Mengidentifikasi masalah
 Mengidentifikasi alternative pemecahan masalah melalui curah pendapat
 Bandingkan keuntungan dan kerugian dari tiap penyelesaian masalah
 Identifikasi solusi yang paling sesuai untuk pasien
 Implementasikan bentuk penyelesaian yang telah dipilih

3. EVALUASI RUJUKAN
Bila melalui beberapa konseling di atas ternyata tidak membuat kondisi
emosional pasien semakin baik maka dibutuhkan evaluasi dan penanganan
oleh tenaga kesehatan mental professional (perawat jiwa, psikiater atau
psikologis). Penting untuk mempelajari dan mengidentifikasi tanda dan gejala
gangguan mental sehingga dapat melakukan rujukan pada perawat kesehatan
jiwa masyarakat.

Beberapa masalah kesehatan jiwa pasca kejadian traumatis (bencana):


a. Reaksi stres akut
b. Berkabung
c. Depresi
d. Gangguan ansietas
e. PTSD

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


74

f. Psikosis, gangguan bipolar, dan skizofrenia


g. Gangguan penyesuaian
h. Eksaserbasi gangguan jiwa sebelumnya
i. Penyalahgunaan zat, gangguan makan, dan gangguan tidur

Kriteria kasus yang perlu dirujuk :


a. Kasus-kasus gangguan mental yang telah diketahui sebelumnya
b. Korban dengan gejala-gejala psikologis yang tidak memperlihatkan
perubahan setelah 3 minggu dilakukan tindakan oleh perawat
c. Korban yang mengalami disfungsi
d. Korban yang berniat bunuh diri
e. Penyalahgunaan alkohol / obat-obatan
f. Kekerasan fisik dalam keluarga
g. Kelompok resiko tinggi

Latihan 6
Tujuan : memberikan pengalaman melakukan intervensi krisis
Prosedur : a. Pilih 3 orang pemain; satu sebagai pasien dan dua sebagai
perawat
b. Lakukan role play sesuai cerita dibawah ini atau sesuai
dengan pengalaman krisis yang pernah dialami
c. Perlihatkan tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk
membantu Ny Ria melalui role play
Cerita : Ny. Ria, 27 thn tinggal di Huntara Bakoi bersama 2 orang anaknya.
Sehari-hari klien hanya mengasuh anaknya yang masih balita. Suami klien
meninggal akibat gempa 1 bulan lalu. Hingga saat ini Hingga saat ini pasien
masih suka menangis menyesali dirinya dan sering menolak saat diajak untuk
berkumpul dengan penghuni Huntara lainnya untuk sosialisasi dan mengikuti
kegiatan di Huntara

VIII. REFERENSI

Bledsoe, et al. (2004). Intermediate emergency care. New Jersey: Pearson


Prentice Hall

Departemen Kesehatan RI. (2007) Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis


Kesehatan Akibat Bencana. Jakarta.

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


75

Ehrenreich JH. (2001) . Coping With Bencanas, a Guidebook to Psychosocial


Intervention. New York.

Keliat, B.A.,dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN


(Basic Course). Jakarta: EGC.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 145 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana Bidang Kesehatan, tahun 2007

Stuart,G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition.


Missouri: Mosby

Modul Pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat

Anda mungkin juga menyukai