Modul bencana dan tindakan krisis ini disusun untuk perawat sebagai bagian dari
tenaga kesehatan yang turut serta dalam penanggulangan bencana. Perawat perlu
mempunyai keterampilan khusus untuk membantu individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat mengatasi krisis yang dialami. Modul ini menjelaskan tentang
bencana dan tindakan untuk mengatasi bencana.
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut
yaitu :
IV. METODE
Media dan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah
A. Liquid Crystal Display (LCD) projector dan laptop
B. Laser pointer
C. Spidol
D. Slide presentasi
E. White board
F. Panduan latihan
Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun
langkah-langkah sebagai berikut :
A. Langkah 1 : Penyiapan Proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelas
b. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan bencana dan tindakan krisis dengan metode brainstorming.
d. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang bencana dan tindakan krisis sebaiknya dengan menggunakan
bahan tayang
2. Kegiatan peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
1. PENGERTIAN BENCANA
a. WHO: Bencana adalah kejadian-kejadian yang berakibat secara langsung
atau bertahap terhadap menurunnya status kesehatan masyarakat yang
tidak dapat diatasi secara adekuat..
Latihan 1
a. Ceritakan bencana apa saja yang pernah saudara alami atau saksikan?
b. Diskusikan dengan teman mengapa bencana dapat menimbulkan
kesengsaraan dan penderitaan bagi manusia.
2. PENYEBAB BENCANA
Berdasarkan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, Bencana dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu :
a. Bencana Alam
Bencana yang diakibatkan oleh Alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami,
gunung meletus, angin puting beliung dan tanah longsor.
b. Bencana Non Alam
b. Bencana
Kondisi bencana adalah ketika bencana benar-benar sedang terjadi. Lama
waktu kondisi ini berbeda-beda. Gempa bumi biasanya singkat tetapi
dampak kerusakannya hebat. Banjir dan gunung meletus biasanya
durasinya cukup lama tetapi dampaknya tidak terlalu berat.
Tahapan sesaat setelah tejadi bencana atau tahapan tanggap darurat terdiri
dari tahapan impact, rescue dan recovery.
1) Tahapan impact adalah 0 - 48 jam setelah terjadi bencana
Tahap impact adalah tahap sebelum terjadinya bencana pada sebuah
daerah yang rawan bencana. Pada tahap ini dilakukan persiapan dan
peningkatan mekanisme koping dalam menghadapi bencana. Tahap
impact adalah tahap dari mulai terjadinya bencana sampai dengan 48
jam kemudian. Pada tahap ini dilakukan tindakan penyelamatan pada
para penyintas (survivor), komunikasi dan pertolongan pertama
psikologis.
2) Tahapan rescue adalah 0 - 1 minggu setelah terjadi bencana
Tahap rescue adalah tahap segera setelah terjadinya bencana. Pada
tahap ini dilakukan pelayanan intervensi krisis, memastikan keamanan
dan kebutuhan fisik seperti tempat tinggal, makanan dan pakaian
terpenuhi dan sesegera mungkin mempertemukan korban dengan
keluarga dan komunitasnya. Pada tahap ini juga dilakukan pemberian
informasi, kenyamanan, pelayanan kesehatan jiwa dan pertolongan
pertama psikologis
c. Pasca Bencana
Pasca bencana dihitung mulai empat minggu setelah bencana sampai
dengan pemulihan telah terjadi. Individu yang mengalami bencana akan
mengalami trauma. Trauma yang terjadi bisa trauma fisik maupun
psikologis. Trauma fisik adalah cedera fisik yang disebabkan oleh
tindakan kekerasan, kerusakan atau masuknya zat racun kedalam tubuh.
Trauma psikologis berupa syok emosional yang berat akibat menjadi
korban atau menjadi saksi terjadinya bencana. Trauma psikologis sama
pentingnya dengan trauma fisik, bahkan dapat meninggalkan ”luka hati”
yang tak kunjung sembuh.
Pada sebagian korban bencana yang selamat dapat terjadi gangguan mental
akut yang timbul dari beberapa minggu hingga berbulan-bulan sesudah
bencana. Beberapa bentuk gangguan tersebut antara lain : reaksi akut
terhadap stres, berduka dan berkabung, gangguan mental yang terdiagnosis,
gangguan penyesuaian, gangguan mental yang kambuh kembali atau semakin
berat dan psikosomatis.
Latihan 3
Pada tahap ini lingkup tindakan ditujukan pada kesiapan individu dan
masyarakat untuk mengantisipasi bencana yang akan terjadi. Pada lokasi-
lokasi yang diperkirakan mengalami bencana perlu dilakukan tindakan
antisipasi agar masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat apabila
terjadi bencana.
Tindakan yang perlu saudara lakukan harus sesuai dengan area yang
mengalami bencana dan bantuan yang dibutuhkan.
1) Tingkat I
Bencana pada tingkat ini membutuhkan bantuan emergensi medik,
kepolisian, pemadam kebakaran, SAR dari lokal. Misalnya kebakaran
pada satu rumah, tenggelam, kecelakaan lalu lintas.
2) Tingkat II
Pada tingkat ini dibutuhkan bantuan dengan cakupan yang lebih luas;
biasanya melibatkan tim kesehatan, SAR, kepolisian satu propinsi
karena lokasi bencana yang lebih luas. Misalnya kecelakaan atau bom
di satu gedung atau area khusus.
3) Tingkat III
Pada tingkat ini penanganan bencana sudah membutuhkan bantuan dari
berbagai unsur di masyarakat yang melibatkan satu negara, seperti
gempa bumi, angin ribut, banjir bandang, air bah.
Latihan 4
c. Tindakan pemulihan
Kondisi yang diperbaiki pada tahap ini meliputi seluruh aspek kebutuhan
dasar manusia : pangan, sandang, perumahan, transportasi, fasilitas-fasilitas
umum, keamanan, kesehatan
Latihan 5
a. Diskusikan bersama teman-teman anda, masalah
kesehatan apa saja yang belum teratasi pada fase emergensi
b. Susun rencana pencegahan primer, sekunder dan
tersier sesuai dengan masalah yang diidentifikasi
Lakukan bermain peran untuk melaksanakan salah satu rencana tindakan yang
disusun
c) Bimbingan antisipasi
Bantu pasien untuk menerima bahwa reaksi yang mereka perlihatkan
adalah normal sehingga dapat mengurangi rasa tidak berarti dan putus asa
Berikan informasi tentang reaksi stress yang alamiah dan intensitas
perasaan dapat berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
d) Konseling krisis
Bersama pasien mengidentifikasi masalah yang menyebabkan pasien
meminta pertolongan
Bantu pasien untuk membuat daftar alternative dan strategi untuk
mengatasi masalahnya
Bantu klien untuk menilai dukungan social yang tersedia untuknya
Bantu klien untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya
Bantu klien untuk melaksanakan keputusan yang sudah diambil
Mendiskusikan persepsi klien tentang kemampuannya.
3. EVALUASI RUJUKAN
Bila melalui beberapa konseling di atas ternyata tidak membuat kondisi
emosional pasien semakin baik maka dibutuhkan evaluasi dan penanganan
oleh tenaga kesehatan mental professional (perawat jiwa, psikiater atau
psikologis). Penting untuk mempelajari dan mengidentifikasi tanda dan gejala
gangguan mental sehingga dapat melakukan rujukan pada perawat kesehatan
jiwa masyarakat.
Latihan 6
Tujuan : memberikan pengalaman melakukan intervensi krisis
Prosedur : a. Pilih 3 orang pemain; satu sebagai pasien dan dua sebagai
perawat
b. Lakukan role play sesuai cerita dibawah ini atau sesuai
dengan pengalaman krisis yang pernah dialami
c. Perlihatkan tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk
membantu Ny Ria melalui role play
Cerita : Ny. Ria, 27 thn tinggal di Huntara Bakoi bersama 2 orang anaknya.
Sehari-hari klien hanya mengasuh anaknya yang masih balita. Suami klien
meninggal akibat gempa 1 bulan lalu. Hingga saat ini Hingga saat ini pasien
masih suka menangis menyesali dirinya dan sering menolak saat diajak untuk
berkumpul dengan penghuni Huntara lainnya untuk sosialisasi dan mengikuti
kegiatan di Huntara
VIII. REFERENSI