OLEH :
Siti Salsabila (183310826)
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Delima, S.Kep, S.Pd.M.Kes
WOC PNEUMONIA
afasan masuk ke bronkiolus dan alveolus lalu menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang
Kasus :
Seorang Anak Laki-laki yang bernama “An. F” yang berusia 2 Tahun dirawat di Rumah
Sakit Bunda dengan keluhan Sesak Nafas sejak tiga hari yang lalu, Disertai dengan demam
tinggi.
Keluhan saat ini : Klien mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lau, Batuk berdahak,
beringus dan di sertai dengan demam tinggi.
Keadaan umum : Lemah. Setelah dilakukan Pemeriksaan Tanda-tanda Vital oleh Perawat
di peroleh : TD 110/80 mmHg, Denyut nadi 100x/menit, Frekuensi napas 40 x/menit dan
Suhu 38,5 0C.
Pada pemeriksaan fisik Ditemukan :
1. Data Antropometri :
2. Sistem pernapasan
a. Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping hidung,
tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.
c. Dada : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara posterior
dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
d. Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.
3. Sistem Cardiovaskuler
4. Sistem pencernaan
5. Sistem indra
Mata :
Hidung :
e. Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada trauma di hidung,
mimisan tidak ada.
f. Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman.
Telinga :
g. Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih,
serumen tidak ada.
h. Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah
suara tersebut.
6. Sistem Saraf
Kesadaran :
a. Eyes : 4.
b. Motorik : 6
c. Verbal : 5.
d. GCS : 15 (normal 13-15).
Fungsi Cranial :
Fungsi motorik :
7. Sistem Muskuloskeletal
8. Sistem Integument
9. Sistem Endokrin
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspetoran, jika
perlu
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan peningkatan intervensi (hal : 247) :
tekanan kapiler alveolus. keperawatan 1 x 24 Observasi
jam pertukaran gas - Monitor
Definisi : kelebihan atau pada pasien frekuensi, irama,
kekurangan oksigenasi dan atau meningkat dengan kedalaman dan
eliminasi karbondioksida pada kriteria hasil upaya napas
membran alveolus kapiler (pertukaran gas : 94) - Monitor pola
: napas
Gejala dan tanda mayor : - Tingkat - Monitor
Subjektif kesadaran kemampuan
- Dispnea meningkat batuk efektif
Objektif - Dispnea - Palpasi
menurun kesimetrian
- PCO2 meningkat atau
- Pusing ekspansi paru
menurun
menurun - Auskultasi bunyi
- PO2 menurun
- Bunyi napas napas
- Takikardia
tambahan - Monitor saturasi
- PH arteri meningkat atau
menurun oksigen
menurun
- Penglihatan Terapeutik
- Bunyi napas tambahan
kabur
Gejala dan tanda minor : - Atur intervensi
menurun
pemantauan
Subjektif - Diaforesis
respirasi sesuai
menurun
- Pusing kondisi pasien
- Gelisah
- Penglihatan kabur - Dokumentasikan
menurun
Objektif hasil pemantauan
- Napas cuping
Edukasi
- Sianosis hidung
- Diaforesis menurun - jelaskan tujuan
- Gelisah - PCO2 dan prosedur
- Napas cuping hidung membaik pemantauan
- Pola napas abnormal - PO2 - informasikan
- Warna kulit abnormal membaik hasil pemantauan
- Kesadaran menurun - Takikardia
membaik
- PH arteri
membaik
- Sianosis
membaik
- Pola napas
membaik
- Warna kulit
membaik
- kolaborasi
pemberian
analgetik
A : Masalah Teratasi.
P : Intervensi Keperawatan
Dihentikan.
Manifestasi klinis
Menurut corwin 2001, gejala-gejala plamonia serupa untuk semua jenis pneumonia tetapi
terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri gejala-gejala mencangkup:
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan.
2. Batuk yang sering produktif dan purulen.
3. Sputum berwarna merah karat ( untuk streptococus pneumoniae), merah muda ( untuk
Staphylococcus aureus ),atau kehijauan dengan bau untuk psidomonas auruginosa ).
4. krekel atau bunyi paru tambahan.
5. rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6. biasanya sering terjadi respon subjektif dispneu.Dipsneu Adalah perasaan sesak atau kesulitan
bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas gas.
7. Mungkin timbul tanda-tanda sianosis.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mukus yang dapat menyebabkan atelektasis
absorpsi.
9. Hemoptisis, batuk berdarah dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler atau akibat
reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.
DAFTAR PUSTAKA
Biddulph, Jonn, dkk. (1999). Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Crockett, Antony. 1997. Penanganan Asma dalam Perawatan Primer. Jakarta:
Hipokrates.
Dharmayanti, I., Hapsari, D., dan Azhar, K. 2015. Asma pada Anak di Indonesia.
Herdman, T.H dan Kamitsuru, S. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pengendalian Penyakit
Asma. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes
Republik Indonesia.
Leafant, Claude. 2001. Asthma and Respiratory Infections. United States of
America: Inc.Rights Reserved.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., dan Swanzon, E. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Elsevier.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta EGC.
Sidhartini, M. 2007. Peran Edukasi pada Penatalaksanaan Asma pada Anak. Semarang: ISBN.
Somantri, Firman.2007. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan. Jakarta:Salemba Medika.
Ward, Jeremy. 2007. Sistem Respirasi. Jakarta: Erlangga.
Widjaya, M. C. 2008. Mencegah dan Mengatasi Alergi dan Asma pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka.