Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN ANAK I

“ Resume Askep Pada Pasien Pneumonia”

OLEH :
Siti Salsabila (183310826)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Delima, S.Kep, S.Pd.M.Kes

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
1. Skema WOC Pneumonia pada Anak

WOC PNEUMONIA

Proses peradangan di mana terdapat


konsolidasi yangdisebabkan pengisian rongga
alveoli oleh eksudat.

Streptococcus pneumoniae jenis pneumonia tanpa


Haemophilus penyulit,
Aspirasi basilStreptococcus
influenza, Mycoplasma
gram pneumoniae,
negatif, klebsiella, Virus patogen,
pseudomonas, enterobacter, esche
pneumonia dengan penyulit Staphylococcus
asam lambung.
aureus.

afasan masuk ke bronkiolus dan alveolus lalu menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang

Omset mendadak menggigil dingin dan Omset bertahan


demam ( 39 sampai 40 OC), Nyeri dada
sampai 3-5 hari, nyeri
pleuritis, Batuk produktif, sputum hijau,
purulen, dan mungkin mengandung kepala, nyeri
bercak darah, serta hidung kemerahan. tenggorokan dan batuk Anaerobik campuran mulanya onset
kering, Nyeri dada perlahan, Demam rendah dan batuk,
Produksi sputum atau busuk, Distres
respirasi mendadak, dispnea berat,
sianosis, 1, hipoksemia dan diikuti tanda
infeksi sekunder.

MK : Bersihan jalan napas tidak MK : Nyeri atipikal


akut MK : Gangguan pertukaran
Sindroma tipikal Sindroma
efektif berhubungan dengan berhubungan dengan gas berhubungan dengan
Aspirasi
kerusakan parenkim paru. peningkatan tekanan kapiler
peningkatan produksi sekret.
alveolus.
2. Pemecahan masalah dengan Metode 7 jump
Metode The Seven Jump adalah sebuah metode PBL (Programme Based
Learning) yang sangat tepat digunakan untuk pembelajaran untuk menganalisa
dan memecahkan sebuah kasus. Metode ini merupakan langkah yang dinamis
tetapi tetap memerlukan keseimbangan dan keserasian atau movement control
agar tujuan belajar dapat tercapai.

3. Scenario Resume Asuhan keperawatan

A. HASIL PENGKAJIAN (Data fokus)

Kasus :

Seorang Anak Laki-laki yang bernama “An. F” yang berusia 2 Tahun dirawat di Rumah
Sakit Bunda dengan keluhan Sesak Nafas sejak tiga hari yang lalu, Disertai dengan demam
tinggi.
Keluhan saat ini : Klien mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lau, Batuk berdahak,
beringus dan di sertai dengan demam tinggi.
Keadaan umum : Lemah. Setelah dilakukan Pemeriksaan Tanda-tanda Vital oleh Perawat
di peroleh : TD 110/80 mmHg, Denyut nadi 100x/menit, Frekuensi napas 40 x/menit dan
Suhu 38,5 0C.
Pada pemeriksaan fisik Ditemukan :

1. Data Antropometri :

a. Panjang badan : 75 cm.


b. Berat badan : 8 kg.
c. LILA : 10 cmLingkar kepala : 30 cm.
d. Lingkar dada : 35 cm.
e. Lingkar perut : 40 cm.

2. Sistem pernapasan
a. Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping hidung,
tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.
c. Dada : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara posterior
dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
d. Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.

3. Sistem Cardiovaskuler

a. Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis kuat,tekanan vena jugularis


tidak meninggi.
b. Suara jantung : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.
c. Tidak ada bising aorta & Mur-mur.
d. Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.

4. Sistem pencernaan

a. Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.


b. Abdomen : Hati tidak teraba, Lien & ginjal tidak teraba.
c. Peristaltik : 30 x/Menit.

5. Sistem indra

Mata :

a. Kelopak mata : Tidak edema.


b. Bulu mata : Menyebar.
c. Alis : Menyebar.
d. Mata : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada.

Hidung :

e. Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada trauma di hidung,
mimisan tidak ada.
f. Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman.

Telinga :

g. Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih,
serumen tidak ada.
h. Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah
suara tersebut.

6. Sistem Saraf

Fungsi Serebral : Orientasi,daya ingat,perhatian dan perhitungan tidak di identifikasi.

Kesadaran :

a. Eyes : 4.
b. Motorik : 6
c. Verbal : 5.
d. GCS : 15 (normal 13-15).

Fungsi Cranial :

e. Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi.


f. Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi.
g. Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata tidak
diidentifikasi.
h. Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.
i. Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.
j. Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat
diidentifikasi.
k. Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.
l. Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi.
m. Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak
dapat diidentifikasi.
n. Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi.

Fungsi motorik :

o. Massa otot : lemah.


p. Tonus otot : menurun.
q. Kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat
menahan berat dan Tekanan pemeriksa.
Fungsi sensorik : Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat Diiidentifikasi.

Fungsi Cerebellum : Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.

Refleks : Refleks bisep(+), Refleks trisep(+), dan Refleks babinski(+).

Iritasi Meningen : Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.

7. Sistem Muskuloskeletal

a. Kepala : Bentuk : Normal.


b. Vertebrae : Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis
c. Pelvis : Klien belum jalan,ortholan barlaw’s tidak dilakukan.
d. Lutut : Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif).
e. Kaki : Tidak bergerak.
f. Tangan : Tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse.

8. Sistem Integument

a. Rambut : Hitam,tidak mudah dicabut.


b. Kulit : Kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit menyebar, tidak ada
tahi lalat.
c. Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku pendek dan
agak bersih.

9. Sistem Endokrin

a. Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran.


b. Ekskresi urine berlebihan : Tidak ada.
c. Polidipsi dan Poliphagi : Tidak ada.
d. Keringat berlebihan : Tidak ada.
e. Riwayat air seni dikerumuni semut : Tidak ada.

10. Sistem Immune

a. Alergi cuaca tidak ada,alergi debu tidak ada.


b. Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu.
c. Bicara : Reseptive : Tidak diidentifikasi.
d. Ekspresive : Klien menangis jika merasakan sakit.

Pada pemeriksaan Laboratorium Diperoleh :


a) Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit = 450 103/µL.
b) LED = 7 mm/jm.
c) Kultur sputum : Terdapat virus sinnsial pernafasan.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA (SDKI) SLKI SIKI


1 Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan Latihan batuk efektif
berhubungan dengan peningkatan intervensi (hal : 142) :
produksi sekret. keperawatan 1 x 24 Observasi :
jam bersihan jalan - Identifikasi
Defenisi : ketidakmampuan napas pada pasien kemampuan
membersihkan sekret atau meningkat dengan batuk
obstruksi jalan napas untuk kriteria hasil - Monitor adanya
mempertahankan jalan napas tetap (bersihan jaln napas : retensi sputum
paten. 18 ) : - Monitor tanda
- Batuk efektif dan gejala infeksi
Gejala dan tanda mayor : meningkat saluran napas
Objektif - Produksi Terapeutik
- Batuk tidak efektif sputum
- Atur posisi
- Tidak mampu batuk menurun
semi-fowler atau
- Sputum berlebih - Mengi
fowler
- Mengi, whezing atau ronki menurun
- Pasang perlak
kering - Whezing
dan bengkok di
- Mekonium di jalan napas menurun
pangkuan pasien
- Dispnea
Gejala dan tanda minor : menurun - Buang sekret
- Ortopnea pada tempat
Subjektif
menurun sputum
- Dispnea - Sulit bicara Edukasi
- Sulit bicara menurun
- Jelaskan tujuan
- Ortopnea - Gelisah
dan prosedur
Objektif menurun
batuk efektif
- Frekuensi
- Gelisah - Anjurkan tarik
napas
- Sianosis napas dalam
membaik
- Bunyi napas menurun melalui hidung
- Pola napas
- Frekuensi napas berubah selama 4 detik,
membaik
- Pola napas berubah ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan)
- Anjurkan
mengulangi tarik
napas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke – 3
Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspetoran, jika
perlu
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan peningkatan intervensi (hal : 247) :
tekanan kapiler alveolus. keperawatan 1 x 24 Observasi
jam pertukaran gas - Monitor
Definisi : kelebihan atau pada pasien frekuensi, irama,
kekurangan oksigenasi dan atau meningkat dengan kedalaman dan
eliminasi karbondioksida pada kriteria hasil upaya napas
membran alveolus kapiler (pertukaran gas : 94) - Monitor pola
: napas
Gejala dan tanda mayor : - Tingkat - Monitor
Subjektif kesadaran kemampuan
- Dispnea meningkat batuk efektif
Objektif - Dispnea - Palpasi
menurun kesimetrian
- PCO2 meningkat atau
- Pusing ekspansi paru
menurun
menurun - Auskultasi bunyi
- PO2 menurun
- Bunyi napas napas
- Takikardia
tambahan - Monitor saturasi
- PH arteri meningkat atau
menurun oksigen
menurun
- Penglihatan Terapeutik
- Bunyi napas tambahan
kabur
Gejala dan tanda minor : - Atur intervensi
menurun
pemantauan
Subjektif - Diaforesis
respirasi sesuai
menurun
- Pusing kondisi pasien
- Gelisah
- Penglihatan kabur - Dokumentasikan
menurun
Objektif hasil pemantauan
- Napas cuping
Edukasi
- Sianosis hidung
- Diaforesis menurun - jelaskan tujuan
- Gelisah - PCO2 dan prosedur
- Napas cuping hidung membaik pemantauan
- Pola napas abnormal - PO2 - informasikan
- Warna kulit abnormal membaik hasil pemantauan
- Kesadaran menurun - Takikardia
membaik
- PH arteri
membaik
- Sianosis
membaik
- Pola napas
membaik
- Warna kulit
membaik

3 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen nyeri (hal :


kerusakan parenkim paru. intervensi 201) :
keperawatan 1 x 24 Observasi
Definisi : pengalaman sensorik jam nyeri pada - identifikasi
atau emosional yang berkaitan pasien menurun lokasi,
dengan kerusakan jaringan aktual dengan karakteristik,
atau fungsional, dengan onset kriteria hasil (tingkat durasi, frekuensi,
mendadak atau lambat dan nyeri:145) : kualitas dan
berintensitas ringan hingga berat - keluhan nyeri intensitas nyeri
yang berlangsung kurang 3 bulan. menurun - identifikasi skala
- meringis nyeri
Gejala dan tanda mayor : menurun - indentifikasi
Subjektif - gelisah respons nyeri
- mengeluh nyeri menurun non verbal
objektif - kesulitan - identifikasi
tidur pengaruh nyeri
- tampak meringis
menurun pada kualitas
- bersikap protektif
- diaforesis hidup
- gelisah
menurun Terapeutik
- frekuensi nadi meningkat
- frekuensi
- sulit tidur - berikan teknik
nadi
non farmakologis
membaik
- kontrol
- pola napas
Gejala dan tanda minor : membaik lingkungan yang
- tekanan darah memperberat
Objektif
membaik nyeri
- tekanan darah meningkat - nafsu makan - fasilitasi
- pola napas berubah membaik istirahat dan tidur
- nafsu makan berubah - pola tidur Edukasi
- proses berpikir terganggu membaik
- jelaskan
- menarik diri
penyebab,
- berfokus pada diri sendiri
periode, dan
- diaforesis
pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
- anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
- anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Kolaborasi

- kolaborasi
pemberian
analgetik

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN

1) Peningkatan produksi sekret tidak ada. S:


2) Peningkatan tekanan pada kapiler Ibu klien mengatakan anaknya tidak
alveolus tidak ada. batuk lagi. Dan anaknya sudah nafsu
3) Kerusakan parenkim pada paru membaik. makan dan mampu menghabiskan 1 porsi

penuh setiap kali makan (pagi, siang dan


malam).

O : Klien tidak tampak batuk lagi dan tidak


ada sputum. Klien tampak  mengabiskan
makanan dalam 1 porsi penuh setiap kali
makan.
-      Kulit klien sudah normal
-      Hb : 14 gr / dl
-      Protein total : 7,5 gr / dl
-      Albumin 3,4gr / dl 
-      BB : 62 kg
-      TTV:
-  TD : 120/80 mmhg
- N    : 80 x/i
- RR : 24x /i
-      Akral hangat
- Badan Klien tidak teraba panas (demam
lagi).

A : Masalah Teratasi.

P : Intervensi Keperawatan

Dihentikan.

Penyebab Pneumonia pada anak


Pneumonia pada anak dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, maupun jamur. Namun pada
kebanyakan kasus, infeksi yang terjadi disebabkan oleh virus. Pneumonia seringkali diawali dengan
munculnya gangguan pada saluran pernapasan atas, yaitu hidung dan tenggorokan. Gejala awal seperti
pilek dan sakit tenggorokan akan muncul dalam dua hingga tiga hari, setelah infeksi terjadi. Gangguan
tersebut kemudian menyebar ke saluran pernapasan bawah, yaitu paru-paru. Di paru-paru, kuman
penyebab pneumonia kemudian mengakibatkan penumpukan carian, sel darah putih, dan kotoran. Hal
tersebut membuat saluran napas menjadi tersumbat, sehingga paru-paru tidak dapat bekerja dengan baik.

Manifestasi klinis
Menurut corwin 2001, gejala-gejala plamonia serupa untuk semua jenis pneumonia tetapi
terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri gejala-gejala mencangkup:
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan.
2. Batuk yang sering produktif dan purulen.
3. Sputum berwarna merah karat ( untuk streptococus pneumoniae), merah muda ( untuk
Staphylococcus aureus ),atau kehijauan dengan bau untuk psidomonas auruginosa ).
4. krekel atau bunyi paru tambahan.
5. rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6. biasanya sering terjadi respon subjektif dispneu.Dipsneu Adalah perasaan sesak atau kesulitan
bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas gas.
7. Mungkin timbul tanda-tanda sianosis.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mukus yang dapat menyebabkan atelektasis
absorpsi.
9. Hemoptisis, batuk berdarah dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler atau akibat
reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.

DAFTAR PUSTAKA
Biddulph, Jonn, dkk. (1999). Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Crockett, Antony. 1997. Penanganan Asma dalam Perawatan Primer. Jakarta:
Hipokrates.
Dharmayanti, I., Hapsari, D., dan Azhar, K. 2015. Asma pada Anak di Indonesia.
Herdman, T.H dan Kamitsuru, S. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pengendalian Penyakit
Asma. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes
Republik Indonesia.
Leafant, Claude. 2001. Asthma and Respiratory Infections. United States of
America: Inc.Rights Reserved.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., dan Swanzon, E. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Elsevier.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta EGC.
Sidhartini, M. 2007. Peran Edukasi pada Penatalaksanaan Asma pada Anak. Semarang: ISBN.
Somantri, Firman.2007. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan. Jakarta:Salemba Medika.
Ward, Jeremy. 2007. Sistem Respirasi. Jakarta: Erlangga.
Widjaya, M. C. 2008. Mencegah dan Mengatasi Alergi dan Asma pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai