Anda di halaman 1dari 34

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT I

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

FISIOLOGI PERSALINAN

Disusun oleh:
Farra Y. Pattipawae
2018-84-057

Pembimbing
dr. Novy Riyanti, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, referat dengan judul “Fisiologi Persalinan” dapat
penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. dr. Novy Riyanti, Sp.OG sebagai pembimbing yang dengan penuh
ketulusan hati telah membimbing penulis, sehingga dapat membuka
cakrawala berpikir dan menambah pengetahuan penulis menjadi lebih
baik.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril, maupun
materil.
3. Kepada seluruh teman-teman sejawat yang dengan tulus memberikan
semangat, khususnya kepada teman-teman sejawat dalam stase Obstetri
dan Ginekologi.
Penulis menyadari sungguh, referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran diharapkan untuk pengembangan referat ini
kedepannya.

Ambon, November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Persalinan didefinisikan sebagai proses dmana janin dikeluarkan dari


Rahim. Persalinan terjadi akibat adanya kontraksi yang teratur dan efektif
sehingga menyebabkan adanya pelebaran dan penipisan serviks. Persalinan
(partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.1 Proses persalinan normal ditentukan
oleh tiga faktor utama, yaitu Power (his dan tenaga mengejan), passanger (janin,
plasenta dan selaput ketuban) dan passage (jalan lahir). Ketiga faktor utama ini
sangat menetukan jalannya persalinan.2 Persalinan dianggap normal juga jika
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit.1
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktifitas otot polos myometrium
yang relative tenang dan memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterine hingga aterm. Persalinan dimulai (in partu) sejak otot polos uterus
mulai menunjukan aktifitas kontraksi secara terkoordinasi diselingi periode
relaksasi sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Seorang wanita belum
dikatakan inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada
serviks.3
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori yang
kompleks. Terdapat beberapa teori yang sering dibicarakan antara lain faktor-
faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh
saraf, dan factor nutrisi dimana faktor-faktor ini dapat menyebabkan persalinan
dimulai.3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA


Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ genitalia eksterna dan organ
genitalia interna. Organ genitalia eksterna berfungsi untuk senggama sedangkan
bagian organ genialia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel
telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin.3,4
1. Organ genital eksterna
a. Vulva atau pudenda
Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari
pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia
minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai
kelenjar dan struktur vascular.
b. Mons Veneris
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis
dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada
perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas
simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
c. Labia Mayora
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong
mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang
ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora
bertemu dan membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog
dengan skrotum pada pria.
d. Labia Minora
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam
bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris
membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk
frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan
membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi labia minora
mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.
e. Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis
dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan
yang dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat
sensitif.
f. Vestbulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke
belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir
kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette).
g. Bulbus Vestibuli
h. Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara.
i. Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan
diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan
otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma
urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah
segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis
meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra
dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya.
Gambar 1. Organ genitalia eksterna wanita
Sumber Tortora GJ, Derrickson B. Principle of anatomy and physiology. Ed. 14. Willwy. 2014. 4

2. Organ Genitalia Interna


a. Vagina
Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus.
Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain,
masingmasing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk
vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan rugae. Di tengah-
tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan
ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan
fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan
kelenjar bersekresi. Vagina dapat darah dari (1) arteri uterine, yang
melalui cabangnya ke serviks dan vagina memberikan darah ke vagina
bagian tengah 1/3 atas; (2) arteria vesikalis inferior, yang melalui
cabangnya memberikan darah ke vagina bagian 1/3 tengah; (3) arteria
hemoroidalis mediana dan arteria pedundus interna yang memberikan
darah ke bagian 1/3 bawah.
b. Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-
7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke
depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke
depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1)
fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3) serviks uteri.
c. Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat
di dinding uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang
sempit seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk
sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum,
yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunya
fimbria
d. Ovarium
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri.
Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum
kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan
dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
Gambar 2. Organ genitalia interna wanita
Sumber Tortora GJ, Derrickson B. Principle of anatomy and physiology. Ed. 14. Willwy. 2014. 4

2.2. FISIOLOGI PERSALINAN


Persalinan didefinisikan sebagai proses dimana janin dikeluarkan dari
Rahim. Persalinan terjadi akibat adanya kontraksi yang teratur dan efektif
sehingga menyebabkan adanya pelebaran dan penipisan serviks. Persalinan
(partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.1 Proses persalinan normal ditentukan
oleh tiga faktor utama, yaitu Power (his dan tenaga mengejan), passanger (janin,
plasenta dan selaput ketuban) dan passage (jalan lahir). Ketiga faktor utama ini
sangat menetukan jalannya persalinan.2 Persalinan dianggap normal juga jika
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit.1
Menjelang persalinan terjadi perubahan pada ibu hamil yang berperan
mendukung/menginduksi proses persalinan. Adapun perubahan-perubahan
tersebut meliputi perubahan pada sistem hormonal, struktur anatomi dan fisiologi
pada tubuh ibu, terutama pada sistem reproduksi.3,5,6
Karena persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang memang
diperlukan untuk mengeluarkan hasil konsepsi berupa janin, maka tubuh materna
mengalami perubahan-perubahan baik secara fisiologis, anatomis maupun
hormonal guna mempersiapkan diri menghadapi persalinan. Ada banyak teori
yang menerangkan bagaimana terjadinya/dimulainya persalinan pada gravida.
Adapun teori-teori yang menjadi penyebab persalinan antara lain:3,5
1. Perubahan Hormonal
Tidak banyak terjadi perubahan pada kadar hormon estrogen dan
progesteron menjelang partus. Meski didapat peningkatan kerja hormon
estrogen dan insufisiensi efek progesteron, hal ini lebih disebabkan perubahan
pada reseptor hormon. Menjelang partus, PRA (progesteron reseptor A) yang
bekerja menginhibisi efek progesteron, jumlahnya meningkat sedang PRB
(progesteron receptor B) yang kerjanya berkebalikan dengan PRA malah
menurun.
Hal inilah yang menyebabkan fungsi utama progesteron untuk menjaga
kehamilan jadi berkurang.3,6 Hal ini juga didukung dengan peningkatan
reseptor estrogen α (ERA). ERA selama kehamilan dihambat kerjanya oleh
progesteron, sehingga peningkatan jumlah reseptor ini akan membantu
peningkatan aktifitas estrogen. Dimana estrogen sangat berperan untuk
merangsang kontraksi uterus. Efek estrogen yang berperan menunjang
kontraksi adalah efeknya dalam aktivasi formasi gap-junction, meningkatkan
reseptor oxytocin dan COX-2 serta meningkatkan sintesis prostaglandin.6
Gambar 3. Persalinan normal
Sumber: Killpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies.. Chapt 13.
AJOG. 20072
Fisiologi inisiasi persalinan masih belum sepenuhnya diketahui, namun
beberapa mekanisme yang diusulkan, dimana proses persalinan ini terjadi
dalam 4 fase. Fase pertama persalinan dimulai dalam keadaan tenang (fase
tenang) dimana belum terjadi pe kemudian uterus akan memulai aktifitasnya
akbiat adanya pengaruh dari aktifasi progresteron, prostasiklin, relaksin, nitric
oksid, hormone tiroid, dan kemungkinan hormone lainnya. Selama fase aktif
estrogen mulai memfasilitasi reseptor miometri untuk prostaglanding dan
oksitosin, yang mengakibatkan ion channel teraktifasi dan meningkatkan gap-
junction. Keadaan ini memungkinkan terjadinya kontraksi. Fase aktif
mempersiapkan uterus untuk mencapai fase stimulasi, ketika uterotonika,
umum prostaglandin dan oksitosin, menstimulasi kontraksi. Pada pasa akhor,
uterus kembali ke bentuk semula, terjadi setelah persalinan dan hal ini
dimediasi oleh kadar oksitosin.
Persalinan juga dipercayai diinisiasi akibat aktifasi dari kerja aksis
hipotalamus-adrenal janin, dimana terjadi peningkatan produksi dari hormom
adrenokortikotropik dan cortisol. Kortisol janin meningkatkan produksi dari
estradiol dan penurunan produksi dari progesterone akibat proses metabolism
yang terjadi pada plasenta yang berhubungan dengan placental 17-
hidroxylase. Perubahan ini memicu plasenta untuk mengeluarkan oksitosin
dan p rostaglandin. Pada sisi lain, aktivasi uterin juga mempengaruhi produksi
dehydropiandrostenedion, yang pada plasenta dikonfersi menjadi estradiol dan
estriol. Estriol plasenta menstimulasi sensitifitas dari reseptor prostaglandin
dan oksitosin serta gap-junction.

Gambar 4. Inisiasi Persalinan


Sumber: Killpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies.. Chapt 13.
AJOG. 20072
Oksitosin digunakan secara umum untuk menginduksi persalinan dan
augmentasi. Oksitosin disintesis di hipotalamus dan dilepaskan melalui
hipofisis posterior secara pulsatile. Pada kehamilan aterm, oksitosin
merupakan komponen uterotonika kuat yang mampu menstimulasi kontraksi
uterus. Oksitosin sebagian besar tidak aktif di hati dan ginjal, dan selama
kehamilan ia akan didegradasi di plasenta. Studi mengenai perbedaan produksi
oksitosin hipofisi janin dan arterivenous umbilikalis memunjukan bahwa janin
mengeluarkan oksitosin yang mencapai ibu melalui plasenta.
Perbedan signifikan pada reseptor oksitosin di myometrium telah
dilaporkan, dimana ada banyak reseptor pada bagian fundus dibandingkan
bagian bawah dari uterus dan serviks. Reseptor oksitosin myometrium
meningkat seiring kehamilam dan mencapai maksimal saat siap lahir.
Peningkatan reseptor ini berhubungan dengan peningkatan sensitifitas uterus
terhadap oksitosin bebas di sirkulasi. Tingginya afinitas reseptor oksitosin
juga berhubungan dengan cairan amnion dan desidua parietal. Telah
dipercayai bahwa oksitosin memiliki peran ganda saat persalinan. Pertama,
melalui reseptornya, oksitosin secara langsung menstimulasi kontraksi uterus.
Kedua, oksitosin diduga secara tidak langsung mengaktifasi amnion dan
desidual untuk mensekresikan prostaglandin. Sebagaimana jika dilihat
walaupun kontraksi cukup adekuat, persalinan hanya dapat terjadi apabila ada
peningkatan produksi dari prostaglandin. Prostaglandin dan oxytocin juga
meningkat menjelang partus. Selain dipengaruhi peningkatan estrogen, sekresi
PG juga berasal langsung dari paru janin yang juga mensekresikan PAF.
Membran janin juga mensekresi PAF (platelets activating factors) yang
berperan menginisiasi kontraksi uterus.3,5,6
2. Perubahan Anatomi
Perubahan anatomi yang penting terjadi menjelang persalinan adalah
pada jalan lahir dan jaringan lunak rongga panggul. Dibawah pengaruh
estrogen jaringan otot dan ligamen berelaksasi sehingga memudahkan
akomodasi dari panggul ketika bayi melewati rongga panggul. Pada uterus,
miometrium membesar dan menjelang persalinan akan mulai muncul HIS
(kontraksi uterus). Setiap selesai kontraksi HIS, miometrium akan memendek.
Hal ini akan menyebabkan tarikan pada SBR (ismus) yang memiliki jaringan
otot yang lebih sedikit, dan selanjutnya akan menyebabkan tarikan pada
serviks sehingga serviks akan mulai menipis dan berdilatasi.3,5,6,7
3. Perubahan Fisiologis
Menjelang persalinan akan dimulai suatu kontraksi uterus yang disebut
HIS persalinan. Selain itu, karena pengaruh estrogen dan prostaglandin serviks
akan menjadi makin lunak hipermukus dan hipervaskularisasi. Hal ini akan
menyebabkan sekresi lendir oleh kelenjar yang nantinya akan memberikan
tampakan bloody show (mukus bercampur darah) yang merupakan salah satu
tanda in partu. Apabila pembukaan sudah lengkap, ibu akan mulai memiliki
refleks meneran yang nantinya dapat membantu kelahiran bayi. 3,5,6,7
Perubahan-perubahan diatas adalah perubahan yang terjadi pada ibu
dalam rangka persiapan diri untuk proses persalinan/kelahiran bayi. Adapun
dalam proses kelahiran/partus, ada beberapa aspek yang berpengaruh, yaitu
power, passage, passenger dan provider. Power adalah segala tenaga yang
mendorong bayi keluar melalui jalan lahir. Terdiri atas tegangan kontraksi HIS
dan tenaga meneran dari ibu. Passage adalah jalan lahir, termasuk didalamnya
perubahan anatomi pada jalan lahir menjelang persalinan. Passenger adalah
bayi itu sendiri. Sedang provider lebih terkait dalam manajemen persalinan.
a. Power
HIS adalah kontraksi uterus yang datang secara teratur menjelang
persalinan. Adapun HIS yang sempurna memiliki sifat kejang otot paling
tinggi terdapat di fundus uteri, dan puncak kontraksi terjadi simultan
disemua bagian uterus. Selain itu, diikuti relaksasi yang tidak sempurna.
Artinya, meskipun otot relaksasi, tapi tidak pernah kehilangan tonus
ototnya. Sehingga tegangan ruang amnion tetap dipertahankan sebesar 6-
12 mmHg. Pada tiap akhir kontraksi, akan terjadi retraksi fisiologis pada
otot-otot uterus. Retraksi ini menyebabkan tarikan pada serviks yang
menyebabkan serviks semakin menipis dan berdilatasi seiring pemendekan
otot-otot uterus.3,5
Gambar 5. Jalur Penyebaran HIS
Sumber Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 20083

Apa yang menyebabkan uterus mulai berkontraksi sampai saat ini


masih belum diketahui secara pasti. Diperkirakan adanya sinyal
biomolekular dari janin yang diterima dari otak ibu melalui kaskade
penurunan progesterone, estrogen dan peningkatan prostaglandin serta
oksitosin sehingga terjadilah tanda-tanda persalinan.3,5
Selain HIS, tenaga lain yang berperan dalam persalinan adalah
tenaga meneran ibu yang membantu memperkuat dorongan. Serta
tegangan dari cairan amnion. Tegangan cairan amnion tidak pernah
menjadi nol. Bahkan ketika relaksasi otot-otot uterus diantara kontraksi
HIS, tonus otot tetap dipertahankan rendah. Hal ini menyebabkan tegangan
cairan amnion tetap dipertahankan sebesar 6-12 mmHg. Seperti sifat
sebuah cairan, ia akan menekan kesegala arah. Demikian pula halnya
dengan cairan amnion. Karena dinding uterus tidak sama komposisi dan
ketebalannya, sehingga pada arah SBR dan serviks, tegangan cairan
amnion ini menyebabkan terdorongnya serviks dan membantu penipisan
dan dilatasi serviks serta penurunan bagian terbawah janin ke rongga
panggul.5
b. Passage
Passage terkait dengan anatomi jalan lahir. Terutama yang berperan
dalam menentukan dapat tidaknya kelahiran pervaginam adalah anatomi
dari pelvic minor. Yang perlu diperhatikan dalam anatomi pelvis adalah
bidang-bidang khusus yang membentuk struktur pelvic. Ukuran bidang
pelvis sangat mempengaruhi dapat tidaknya kelahiran pervaginam terkait
dengan ukuran pelvic dibanding ukuran bayi.3,5,6
Adapun bidang yang penting dalam anatomi pelvis adalah:
PAP (pelvic inlet)
PAP dibatasi oleh promontorium vertebra, alla sacrum, linea terminalis,
ramus horizontal os. Pubis dan simfisis pubis. Ukuran diameter bidang
PAP yang tidak sesuai/lebih kecil dari normal dapat menyebabkan tidak
dapat menyebabkan abnormalitas dalam presentasi janin. Adapun bidang
PAP memiliki beberapa diameter yaitu konjugata vera (true conjugate)
yang menghubungkan promontorium dengan bagian atas simfisis,
konjugata obstetrika (obstetric konjugate) yang menghubungkan
promontorium dengan bagian tengah simfisis, dan diameter transversal
yang menghubungkan dua sisi linea terminalis.3,5,6
Midpelvic
Midpelvic adalah ruang/bidang setinggi spina isciadika dan merupakan
bidang tersempit dari panggul. Hal ini dikarenakan adanya spina isciadika
yang menonjol kerongga panggul. Adapun ukuran diameter yang penting
adalah diameter AP, bispinosus dan posterior sagital.3,5,6
Pelvic outlet
Merupakan bidang terbawah rongga panggul yang dibatasi/ dibentuk oleh
ujung terbawah sacrum, sisi ligamentum sacrosciatic, dan ischial
3,5,6
tuberosities. Adapun secara umum, bentuk dari pelvic minor dibagi
atas empat tipe utama tiap tipe berbeda-beda dalam hal prognosisnya
dalam persalinan.
Gambar 6. Bentuk- bentuk pelvis
Sumber : Killpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies.. Chapt 13.
AJOG. 20072
Caldwell-Molloy mengklasifikasikan pelvis berdasarkan pada pengukuran
diameter transversal terbesar di pintu atas pelvis dan pembagiannya
menjadi segmen anterior dan posterior, sehingga pelvis diklasifikasikan
menjadi empat jenis, yaitu:
 Jenis ginekoid, bentuk pintu atas pelvis yang hampir bulat. Panjang
diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter transversa.
Jenis ginekoid merupakan jenis pelvis yang sering ditemukan pada
wanita.
 Jenis android, merupakan bentuk pintu atas pelvis yang hampir
menyerupai segi tiga. Panjang diameter antero-posterior hampir sama
dengan diameter transversa, akan tetapi jauh lebih mendekati sakrum.
 Jenis anthropoid, intu atas pelvis yang agak lonjong , seperti telur.
Panjang diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter
transversa.
 Jenis platipelloid Merupakan jenis ginekoid yang menyepit pada arah
muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran
muka belakang.3,5,6

c. Passenger
Passenger terkait dengan ukuran janin dimana berhubungan dengan ukuran
kepala berupa diameter kepala janin. Selain ukuran diameter kepala,
anatomi janin juga digambarkan dalam 5 kategori yaitu letak, posisi,
habitus, presentasi, dan variasi. 3,5,6
Adapun bagian dan ukuran kepala janin yang penting adalah diameter
suboksipito-bregmatikus (9,5 cm), sumento-bregmatikus (9,5), oksipito-
mentalis (13,5) dan oksipito-frontalis (11,5).

Gambar 7. Diameter kepala bayi


Sumber : illpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies.. Chapt 13.
AJOG. 20072

 Letak, menggambarkan axis janin terhadap axis ibu. Dapat


longitudinal, horizontal atau obliq. Letak normal ketika mulai
memasuki PAP adalah longitudinal
 Presentasi, menggambarkan bagian janin yang menempati posisi
terbawah (pertama masuk pelvis). Dapat presentasi kepala, bokong
atau melintang. Presentasi normal adalah pesentasi kepala
belakang/UUK.
 Habitus/sikap, berupa gerakan/ posisi tubuh janin dan letak/posisi
ekstremitas. Normal kepala janin fleksi, tangan terlipat kedada, kaki
fleksi pada lutut dan pangkal paha.
 Posisi, menggambarkan bagian tertentu dalam presentasi apakah
berada di dekstra atau sinistra. Normal UUK bisa berada dibagian
dekatra maupun sinistra
 Variasi, terkait dengan posisi dan presentasi janin. Ada beberapa
variasi dalam posisi, yaitu posisi kanan dapat posterior, anterior atau
transversal.

Semua hal diatas, power, passage dan passenger sangat penting artinya
dalam kelahiran pervaginam. Ketidaknormalan atau ketidaksesuaian salah
satu komponen dapat menyebabkan gangguan dan komplikasi dalam
persalinan. 2,3,5

Gambar 8. Letak janin pintu atas panggul


Sumber : Killpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies.. Chapt 13.
AJOG. 20072
2.3. MEKANISME PERSALINAN NORMAL
Beberapa jam terakhir sebelum kelahiran ditandai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar
melalui jalan lahir. Banyak energi yang dikeluarkan pada masa ini, sehingga
disebut dengan in labor (kerja keras). Disamping itu kontraksi myometrium pada
persalinan terasa nyeri sehingg istilah nyeri persalinan. 2,3
Mekanisme persalinan secara aktif terdiri dari 4 kala yang berbeda-beda
tandanya, yaitu Kala I (Kala pembukaan atau pendataran serviks), Kala II
(Pengeluaran Janin), Kala III (Kala pengeluaran plasenta) dan Kala IV (Kala
pengawasan).
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Pada kala pembukaan, his belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15
menit dan tidak seberapa mengganggu ibu, sehingga ibu seringkali masih
dapat berjalan. Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih
pendek, kontraksi juga menjadi lebih kuat dan lebih lama. Lender berdarah
bertambah banyak.7
Secara klinis dapat dikatakan partus dimulai apabila timbul his dan
wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show).
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis mulai
membuka atau mendatar. Proses membukanya serviks sebagai akibat his
dibagi dalam 2 fase :
 Fase laten : Fase laten adalah fase yang lambat yang ditandai dengan :
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan kurang dari 4 cm dan
biasanya memerlukan waktu selama 8 jam pada saat primipara.
 Fase aktif : Fase aktif adalah fase dimana ditandai dengan frekuensi dan
lama kontraksi uterus umumnya meningkat. Dibagi dalam 3 fase lagi
yakni:
o Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
o Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4cm hingga menjadi 9 cm
o Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi
terjadi lebih pendek.

Gambar 9. Pertambahan dilatasi serviks pada kala I


Sumber : Killpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies.. Chapt 13.
AJOG. 20072
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang
semula berupa sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang
saja dengan pinggir yang tipis. Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium
externum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa
millimeter, menjadi lubang yang dapat dilalui anak dengan diameter sekitar 10
cm. Pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah
rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu saluran.7 Mekanisme
membukanya serviks berbeda pada primigravida dan multigravida. Pada yang
pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka.
Gambar 10. Gambaram dilatasi dan pelebaran serviks pada primigravida dan multigravida
Sumber : Killpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies. Chapt 13.
AJOG. 20072
Sedangkan pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit
terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila pembukaan
serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12
jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. 2,3,7
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya
berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal dominan,
yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik otot bawah rahim
keatas sehinga akan menyebabkan pembukaan serviks dan dorongan janin ke
bawah secara alami.2,5,7
Selain HIS, tenaga lain yang berperan dalam persalinan adalah tenaga
meneran ibu yang membantu memperkuat dorongan. Serta tegangan dari
cairan amnion. Tegangan cairan amnion tidak pernah menjadi nol. Bahkan
ketika relaksasi otot-otot uterus diantara kontraksi HIS, tonus otot tetap
dipertahankan rendah. Hal ini menyebabkan tegangan cairan amnion tetap
dipertahankan sebesar 6-12 mmHg. Seperti sifat sebuah cairan, ia akan
menekan kesegala arah. Demikian pula halnya dengan cairan amnion. Karena
dinding uterus tidak sama komposisi dan ketebalannya, sehingga pada arah
SBR dan serviks, tegangan cairan amnion ini menyebabkan terdorongnya
serviks dan membantu penipisan dan dilatasi serviks serta penurunan bagian
terbawah janin ke rongga panggul.5

Gambar 11. Jalur Penyebaran HIS dan kerja hidrostatik ketuban


Sumber Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 20083
Ketuban dapat pecah secara spontan sewaktu-waktu pada masa
persalinan. Pecahnya ketuban secara khas tampak jelas sebagai semburan
cairan yang normalnya jernih atau sedikit keruh, hamper tidak berwarna
dengan jumlah yang berfariasi. Jika kebetulan selaput jetuban masih utuh
sampai proses pelahiran selesai, janin yang lahir diselubungi selaput ketuban,
dan bagian yang membungkus kepala bayi baru lahir disebut sebagai caul.
Sedangkan ketuban yang pecah sebelum adanya tanda persalinan disebut
sebagai ketuban pecah dini.3,5,7.
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Fase ini dimulai ketika dilatasi serviks lengkap dan berakhir dengan
pelahiran janin. Durasi sekira 50 menit untuk nulipara dan sekitar 20 menit
multipara, tetapi sangat bervariasi. 5,67 Pada kala II his menjadi lebih kuat dan
lebih cepat, kontraksi selama 50-100 detik, kira-kira tiap 2-3 menit. Karena
biasanya kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan
tekanan pada otot-otot dasar panggul, yaitu secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan. 2,5,7
Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan menyebabkan
pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perenium yang menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tak lama
kemudiaan kepala janin tampak pada vulva saat ada his. Dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di
bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat
sebentar, his mulai lagi untuk mengelurakan badan dan anggota bayi. 2,7
Mekanisme persalinan dikenal juga sebagai gerakan cardinal, merujuk
pada perubahan posisi kepala janin selama perjalanan melalui jalan lahir.
Dikarenakan dari bentuk kepala janun yang tidak simetris dengan tulang
panggul ibu, rotasi perlu dilakukan adar janin berhasil melewati jalan lahir.
Proses kelahiran bayi pada kala dua ini, terdiri dari 7 gerakan cardinal bayi,
yaitu : engagement, descent, flexion, internal rotation, extension, external
rotation or restitution, and expulsion.3,5,6
 Engagement
Fenomena ini terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan atau dalam
katalain proses ini tidak akan terjadi hingga setelah permulaan persalinan.
Turunnya kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala ke dalam pintu
atas panggul dan majunya kepala. Masuknya kepala melalui pintu atas
panggul dapat dalam keadaan sinklitimus dan ansinklitismus. Berikut
penjelasannya :
o Sinklitisme: keadaan dimana arah sumbu kepala janin tegak lurus
dengan bidang pintu atas panggul. Pada presentasi belakang kepala,
engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah melewati
pintu atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis
melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang
paling sering kita temukan.
Gambar 12. Engagemet (Sinklitisme)
Sumber : Killpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies.. Chapt 13.
AJOG. 20072
o Asinklitisme : merupakan suatu keadaan dimana sumbu kepala janin
miring dengan bidang pintu atas panggul. Dibagi menjadi ansklitisem
anterior dan ansiklitisme posterior. Asinklitisme anterior, menurut
Naegele ialah arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan
dengan pintu atas panggul. Dapat pula terjadi asinklitismus posterior
yang menurut Litzman ialah apabila keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior.3

a b
Gambar 13. Engagement. (a) Ansiklitisme anterior, (b) ansiklitisme posterior
Sumber Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 20083

 Descent (penurunan kepala)


Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi. Pada wanita multipara,
engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan desensus lebih
lanjut mungkin belum terjadi sampai dimulainya persalinan kala dua. Pada
wanita multipara, desensus biasanya mulai bersamaan dengan engagement.
Descens terjadi akibat satu atau lebih dari empat gaya7. Penurunan kepala
janin pada jalan lahir mengacu pada presentase bagian bawah janin pada
panggul. Penurunan kepala janin tidak bersifat kontinu, dimana penurunan
terbesar terjadi selama fase deselerasi kala I persalinan dan selama kala II
persalinan. Penurunan ini terjadi akibat dari adanya tekanan cairan
amnion, tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi, dan usaha
mengejan ibu yang menggunakan otot-otot abdomen 2,3,7
Dan ada juga yang disebut dengan bidang Hodge, yaitu bidang yang
digunakan untuk menentukan seberapa jauh bagian depan janin turun ke
dalam rongga pelvis. Bidang Hodge terdiri dari 4 bagian, yaitu:
o Hodge I, merupakan bidang datar yang melalui bagian atas simfisis
dan promontorium. Bidang ini sama dengan pintu atas pelvis.
o Hodge II, yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge I dan terletak
setinggi bagian bawah simpisis pubis.
o Hodge III , yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge II dan terletak
setinggi spina ischiadicae.
o Hodge IV, yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge III melalui ujung
os coccygeus.

Gambar 12. Derajat Hodge


Sumber Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 20083

 Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu
mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih
pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih panjang. Fleksi
kepala janin terjadi secara pasif ketika kepala turun karena bentuk tulang
panggul dan adanya tahanan pada dasar panggul. Meskipun fleksi kepala
janin ke dada sebagian besar dapat saja terjadi bahkan sebelum terjadi
proses persalian, fleksi lengkap biasanya terjadi hanya selama proses
persalinan. Akibat dari fleksi, diameter terkecil kepala menghadap jalan
lahir sehingga dapat dengan mudah melalui panggul.2.7
 Rotasi Interna ( Putaran Paksi Dalam)
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran bagian depan
kepala janin sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan, ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala,
bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah
yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis.
Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang tengah dan pintu
bawah panggul. Putaran paksi tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu
bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala
sampai ke Hodge III kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di
dasar panggul.2,7

Gambar 14. Putaran paksi dalam


Sumber Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 20083
 Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah
ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi,
kepala akan tertekan pada perineum dan menembusnya.
Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan
yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul yang menolaknya ke
atas. Resultannya ialah kekuatan ke arah depan atas6. Setelah suboksiput
tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang dapat maju karena kekuatan
tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan subocciput sehingga
pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi
hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput
yang menjadi pusat pemutaran disebut hipomoklion5.

Gambar 15. Proses ekstensi kepala bayi


Sumber: Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 20083

 Rotasi Eksterna (putaran paksi luar) 6


Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kearah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran
balasan : putaran paksi luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran
paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior pintu bawah panggul.

Gambar 16. Pergerakan cardinal bayi selama persalinan


Sumber: Killpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies.. Chapt 13.
AJOG. 20072

 Ekspulsi 6
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan
menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring.
Didalam rongga panggul bahu menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya, sehingga daaar panggul, apabila kepala telah dilahirkan,
bahu akan berada dalam posisi depan dan belakang.
3. Kala III (Kala Pengeluaran Plaseta)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat
beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta
dari dindingnya. Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat
pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan
dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan
mendorong plasenta keluar.
Otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding rahim, setelah
lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus atau kedalam vagina.
Terdapat tiga perubahan utama yang terjadi pada saat proses persalinan
kala III, yaitu :
 Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak dibwah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
berbentuk segetiga atau berbentuk menyerupai buah pir atau alpukat, dan
fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
 Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
Diakibatkan dari kontraksi uteru yang menyebabkan plasenta ikut
terdorong terlepas sehingga tali pusar akan terlihat memanjang.
 Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah
(retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan
permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka darah
akan tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
Perlu diperhatikan bahwa pelahiran plasenta sebaiknya tidak boleh dipaksa
sebelum pelepasan plasenta karena dapat menyebabkan inverse uterus.5,7
4. Kala IV (Kala Pengawasan) 8
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang paling kritis bagi
pasien dan bayinya. Tubuh pasien melakukan adaptasi yang luar biasa setelah
kelahiran bayinya agar kondisi tubuh kembali stabil, sedangkan bayi
melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan hidupnya di luar uterus.
Kematian ibu terbanyak terjadi pada kala ini, oleh karena itu bidan tidak boleh
meninggalkan pasien dan bayi sendirian.
 Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan akan berangusr kembali normal. Suhu pasien biasanya akan
mengalami sedikit peningkatan, tapi masih dibawah 380C, hal ini
disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik,
maka suhu akan berangsur normal kembali setelah dua jam. 7
 Gemetar
Kadang dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar, hal ini
normal sepanjang suhu kurang dari 38oC dan tidak dijumpai tanda-tanda
infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah
energi selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis terhadap
penurunan volume intrabdominal serta pergeseran hematologik. 7
 Sistem gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa mual
sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan
dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum ke saluran pernapasan
dengan setengah duduk atau duduk di tempat tidur. Perasaan haus pasti
dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi sangat penting diberikan untuk
mencegah dehidrasi. 7
 Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan
hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini
disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama
persalinan. Kondisi ini dapat minimalisir dengan selalu mengusahakan
kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus berubah
posisi dan terjadi atoni. Uterus yang berkontraksi dengan buruk
meningkatkan perdarahan dan nyeri. 7
 Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung
aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh
darah uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang
terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada
proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran
bayi. Pada persalinan per vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml
sedangkan pada persalinan SC pengeluaran dua kali lipat. Perubahan
terdiri dari volume darah dan kadar Hematokrit. Setelah persalinan, shunt
akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pasien relative akan
bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan
menimbulkan dekompensasio kaordis pada pasien dengan vitum kardio.
Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya
hemokonstrasi sehingga volume darah kembali seperti kondisi awal.
 Serviks
Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk serviks
agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus
yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk
semacam cincin. Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan
pembuluh darah. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau
perlukaan kecil. Karena robekan kecil terjadi selama berdilatasi, maka
serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10cm sewaktu persalinan akan
menututp secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir tangan bisa
masuk ke dalam rongga rahim, setelah dua jam hanya dapat dimasuki dua
atau tiga jari. 7
 Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelunya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. 7
 Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, seperti labia
menjadi lebih menonjol. 7
 Pengeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan Human Placenta
Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir prolactin dapat berfungsi
mebentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai
ductus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan
reflex yang dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis sehingga mioepitel
yang terdapat di sekitar alveoli dan ductus kelenjar ASI berkontraksi dan
mngelluarkan ASI ke dalam sinus yang disebut “let down reflex”. 7
BAB III
PENUTUP

Persalinan didefinisikan sebagai proses dimana janin dikeluarkan dari


Rahim. Persalinan terjadi akibat adanya kontraksi yang teratur dan efektif
sehingga menyebabkan adanya pelebaran dan penipisan serviks. Persalinan
(partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.1 Proses persalinan normal ditentukan
oleh tiga faktor utama, yaitu Power (his dan tenaga mengejan), passanger (janin,
plasenta dan selaput ketuban) dan passage (jalan lahir). Ketiga faktor utama ini
sangat menetukan jalannya persalinan.2
Beberapa jam terakhir sebelum kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar
melalui jalan lahir. Banyak energi yang dikeluarkan pada masa ini, sehingga
disebut dengan in labor (kerja keras). Disamping itu kontraksi myometrium pada
2,3
persalinan terasa nyeri sehingg istilah nyeri persalinan. Mekanisme persalinan
secara aktif terdiri dari 4 kala yang berbeda-beda tandanya, yaitu Kala I (Kala
pembukaan atau pendataran ostium), Kala II (Pengeluaran Janin), Kala III (Kala
pengeluaran plasenta) dan Kala IV (Kala pengawasan).3,5,6,7
Bila mekanisme fisiolohgis persalinan ini dipahami dengan secara sungguh-
sungguh, maka apabila terdapat hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan
koreksi secara manual jika memungkinkan, sehingga tindakan-tindakan operatif
tidak perlu dilakukan.3
DAFTAR PUSTAKA

1. Milton SH. Normal Labor and Delivery. Medscape. 2019.


2. Killpatrick S, Garrison E. Obstetric : Normal and problem pregnancies..
Chapt 13. AJOG. 2007.
3. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2008
4. Tortora GJ, Derrickson B. Principle of anatomy and physiology. Ed. 14.
Willwy. 2014.
5. Cunningham, F. Gary, et al. 2007. Williams Obstetrics 22nd Edition. The
McGraw-Hill Companies: New York.
6. Hacker et al. 2010. Essential of Obstetrics and Gynecology 5th edition.
Elseviers Saunders: Pennsylvania.
7. Wahidah NJ. Perubahan fisiologi dan psikologi ibu bersalin. FK UNS :
2017.

Anda mungkin juga menyukai