PENDAHULUAN
Pendengaran merupakan salah satu indera khusus yang dimiliki oleh manusia.
telinga yang memberi respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang
berada di udara.1,2 Suara yang di dengar manusia dapat dibagi dalam (1) bunyi,
suara setiap detiknya yang dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz). Rentang
Tidak seperti bunyi, nada murni hanya terdiri dari satu frekuensi, misalnya
garputala dan piano. Sedangkan bising diartikan sebagai suara yang dapat
alat produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
1
2
bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
minimum. Batasan tersebut diukur dengan Nilai Ambang Batas (NAB) dalam
satuan desibel (dB). NAB adalah besarnya tingkat suara dimana sebagian besar
tenaga kerja masih berada dalam batas aman untuk bekerja selama 8 jam sehari
atau 40 jam seminggu atau sesuai dengan Permenker No. 51/11/1996 tentang
pabrik atau perusahaan adalah 85 dB(A). Jika NAB melebihi 85 dB(A) maka akan
intensitas di atas 85dB dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi
Di Amerika Serikat didapati sekitar 10 juta orang dewasa dan 5,2 juta
anak sudah menderita gangguan pendengaran akibat bising dan 30 juta lebih
lainnya terkena dampak bising yang berbahaya setiap harinya.13 Pada tahun 1992,
studi di Jerman menunjukkan bahwa terdapat 12% - 15% pekerja industri yang
terpapar kebisingan industri lebih dari 85dB setiap harinya. Setelah beberapa
kebisingan industri.6
Pada tahun 2014 terdapat juga penelitian pada Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel Bitung Sektor minahasa oleh Ratunuman SG, et al14, yang menunjukan
bahwa terdapat peningkatan ambang pendengaran pada para tenaga kerja yang
bekerja di ruang sentral. Presentase nilai ambang dengar untuk ambang dengar 0-
25 dB (tingkat ketulian normal) yaitu 56,4% pada telinga kanan dan kiri, ambang
dengar 26-40 dB (tingkat ketulian ringan) pada telinga kanan 41% dan pada
telinga kiri 38,5%, dan ambang dengar 41-60 dB (tingkat ketulian sedang pada
departemen metal forming dan heal treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero).
4
faktor-faktor seperti usia, kebisingan, lama kerja, dan penggunaan alat pelindung
Pada tahun 2015 dilakukan pula penelitian oleh Fithri P, et al10 di PLTD
tingkat kebisingan yang tinggi melebihi 85 dB. Sehingga dampak dari kebisingan
Kelurahan Pangkalan batang, Bengkalis pada tahun 2013 dan didapatkan tingkat
gangguan fisiologis berupa gangguan pendengaran sedang dan keluhan rasa sakit
memaparkan banyak hal mulai dari tingkat kebisingan pada daerah industri
sekitar, dapat dilihat bahwa belum ada uraian tentang penelitian serupa di kota
Ambon.
MFO 250 MW Ambon, ditemukan bahwa pernah terdapat keluhan dari pekerja
yang dapat didengar manusia di bagi dalam bunyi, nada murni dan kebisingan.
yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa baik para pekerja maupun
dengan intensitas kebisingan tinggi yakni pada PT.WIKA PLTD MFO 250 MW
Ambon.
6
membutuhkannya.
kepada:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
fungsional dapat dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.2
Telinga luar merupakan bagian yang terletak di sebelah luar dari membran
timpani. Terdiri dari daun telinga (pinna), saluran liang telinga (meatus acousticus
externus), dan membran timpani atau gendang telinga.2 Daun telinga memiliki
dilapisi kulit. Daun telinga dipertahankan pada tempatnya oleh otot dan
ligamentum. Lekukan yang ada pada daun telinga memiliki nama. Lekukan yang
telinga tengah yang juga terpajan tekanan atmosfer melalui tuba eustakhius
yang terisi oleh udara. Udara tersebut terbawa masuk melalui tuba auditorius yang
yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang-tulang tersebut melanjutkan getaran yang
diterima oleh membran timpani secara berantai melintasi kavum timpani dan
Telinga dalam terletak di pars petrosa pada tulang temporal. Telinga dalam
terdiri dari koklea, vestibulum, dan tiga buah kanalis semisirkularis.17 Koklea
merupakan bagian dari telinga dalam yang berukuran sebesar kacang polong dan
berbentuk mirip siput. Di sebagian besar panjangnya, koklea dibagi menjadi tiga
duktus koklearis yang buntu, yang juga disebut sebagai skala media.
10
Kompartemen atas, yaitu skala vestibuli yang mengikuti kontur dalam spiral, dan
skala timpani yang merupakan kompartemen bawah yang ,mengikuti kontur luar.
Skala media mengandung organ korti yang berperan penting dalam penerimaan
Gelombang suara tersebut bergerak melalui liang telinga luar menuju ke membran
11
dihantarkan ke otak.1,2,19
mekanik menjadi respon elektrokimia dalam waktu yang begitu cepat.2,20 Telinga
manusia terdiri dari 3 bagian yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah yang
berisi udara dan bagian dalam yang berisi cairan. Telinga bagian luar berfunsi
suara, kemudian getaran suara tersebut dialirkan ke liang telinga. Suara tersebut
kemudian memperkuat dan meningkatkan getaran suara sebesar 1,3 kali melalui
efek pengungkit rantai tulang pendengaran dan efek hidrolik membran timpani
sebesar 17 kali. Total penguatan bunyi yang terjadi sebesar 25 sampai 30 dB.
perilimfe. Getaran bunyi yang telah diperkuat tersebut menggerakan stapes yang
getaran langsung ke arah skala media dan menekan membran basilaris. Gerakan
yang kemudian menghasilkan listrik biologik dan reaksi biokimiawi pada sel
sensorik hingga timbul muatan listrik negatif pada dinding sel.2,21 Ujung saraf
menuju ganglion spinalis korti, saraf VIII, nukleus koklearis di medula oblongata,
temporalis serebri kemudian diterjemahkan menjadi suara yang kita kenal dan
pahami.2,21
Perubahan pada tingkat pendengaran ini sering dikenal sebagai tuli atau
Keadaan ini terjadi bila gelombang suara yang dihantarkan melalui bagian
luar dan tengah telinga tidak adekuat untuk menggetarkan cairan di telinga dalam.
saluran telinga oleh serumen, pecahnya gendang telinga, infeksi telinga yang
disertai penimbunan cairan, atau restriksi gerakan osikulus oleh karena adanya
Tuli jenis ini dapat terjadi karena gelombang suara yang ditransmisikan ke
diinterpretasikan oleh otak sebagai sensasi suara.2 Kelainan pada tuli jenis ini
yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan
oleh bising lingkungan kerja. Gangguan pendengaran ini memiliki sifat tuli
dikeluhkan pada kasus berat. Bahkan bila lebih berat lagi, percakapan yang
menimbulkan22:
tinggi. Keadaan ini dapat pulih kembali dalan beberapa menit atau jam.
4000 Hz, tetapi jika paparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang
tinggi intensitas dan lama waktu paparan, maka semakin besar pula
sementara ini pada gambaran audiometri akan tampak sebagai ”notch” yang
curam pada frekuensi 4000 Hz, yang disebut juga ”acoustic notch”.
pada berbagai struktur koklea, seperti kerusakan organ corti, sel-sel rambut,
rendah (2000-3000 Hz) maka akan timbul keluhan. Awalnya seseorang akan
sudah menyebar ke frekuensi yang lebih rendah maka akan terjadi kesulitan
pula untuk mendengar suara yang sangat lemah. Notch berawal pada
frekuensi 3000-6000 Hz, dan setelah beberapa waktu pada frekuensi yang
sembuh sesudah istirahat beberapa jam (1-2 jam). Bila terpapar bising dengan
intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama, maka dapat mengakibatkan
robeknya sel-sel rambut organ korti sampai organ korti mengalami destruksi total.
16
Terjadinya proses ini masih belum jelas, tetapi mungkin dikarenakan rangsangan
bunyi yang berlebihan dalam waktu lama yang dapat menyebabkan perubahan
sel-sel rambut organ korti. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kelihangan
3000-6000 Hz dan kerusakan alat korti untuk reseptor bunyi terberat terjadi pada
frekuensi 4000 Hz. Proses ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi,
sehingga tidak terdeteksi oleh para pekerja pada tahap awal dan memerlukan
waktu yang cukup lama dengan intensitas tinggi, akhirnya pengaruh penurunan
itu pekerja mulai tidak dapat mendengar percakapan sekitarnya dan merasakan
ketulian.22
Pemeriksaan dengan garpu tala merupakan tes kualitatif. Tes ini dapat
dilakukan dengan beberapa metode seperti metode tes weber, tes swabach dan tes
rinne.3,23
1. Tes Rinne
hantaran melalui tulang pada telinga orang yang diperiksa. Telinga normal
masih akan mendengar penala melalui hantaran udara, keadaan ini disebut
17
dengan ”Rinne Positif”. Hal ini terjadi terjadi karena hantaran udara lebih
besar daripada hantaran tulang. Namun apabila pasien tidak dapat mendengar
melalui hantaran udara setelah penala tidak lagi terdengar oleh hantaran
2. Tes Weber
Tes ini dilakukan dengan membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan
kanan pada orang yang diperiksa. Umumnya bunyi penala yang didengar oleh
pasien pada telinga dengan konduksi tulang yang lebih baik atau dengan
komponen konduktif yang lebih besar. Bila nada terdengar pada telinga yang
dilaporkan lebih buruk, maka pada telinga tersebut perlu dicurigai tuli
konduktif. Bila terdengar pada telinga yang lebih baik, maka pada telinga
3. Tes Swabach
normal. Tes ini dikatakan normal jika hantaran tulang pasien dan pemeriksa
hampir sama. Jika hantaran tulang pasien lebih lama dibandingkan pemeriksa,
maka dikatakan “Swabach memanjang”. Keadaan ini dapat terjadi pada kasus
“Swabach memendek”.
18
dengan audiogram. Dari audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal atau
tuli. Dapat dilihat juga jenis ketulian dan derajat ketulian. Pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruang kedap suara atau ruang dengan kebisingan kurang dari 40
dB. Derajat ketulian dihitung dengan indeks Fletcher yaitu rata-rata ambang
pendengaran pada frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz. Dengan membaca
sebagai berikut3,12:
antara 0 - 25 dB.
antara 26 – 40 dB.
antara 41 – 60 dB.
antara 61 – 90 dB.
5. Tuli sangat berat, jika ambang pendengaran pada pemeriksaan audiometri >
90 dB.
19
1. Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah kerja yang bising.
2. Secara berkala.
3. Pekerja yang terpajan kebisingan >85 dBA selama 8 jam sehari, pemeriksaan
2.4.1 Kebisingan
sebagai semua bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
bahaya.24
Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah 85 dBA dalam waktu paparan 8 jam
dnegan mengatur eaktu kerja sehubungan dengan tingkat paparan kebisingan yang
2 Jam 91
1 94
30 97
15 100
3,75 106
1,88 109
0,94 11
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Catatan: Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat
[sumber: Badan Standar Nasional. Nilai ambang batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran
tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu d tempat kerja. SNI 16-7063; 2004]
21
yaitu25:
1. Continuous Noise
frekuensinya konstan atau tetap. Kebisingan jenis ini dapat ditemui pada
kebisingan yang memapar pekerja dengan periode waktu 8 jam per hari atau
2. Intermittent Noise
3. Impact Noise
lingkungan kerja, bising dapat timbul dari mesin-mesin kerja, proses-proses kerja,
alat-alat pabrik, kendaraan, kegiatan manusia, suara pekerja sendiri, suara orang
yang berlalu-lalang, bahkan sampai suara yang berasal dari luar lingkungan
kerja.6,7,26
22
1. Gangguan Fisiologis
2. Gangguan Psikologis
seperti rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, rasa jengkel, khawatir, cemas,
3. Gangguan Komunikasi
kuantitas kerja dapt menurun. Untuk itu, pembicaraan harus diperkeras dan
harus dalam kata dan bahasa yang mudah dipahami agar pembicaraan dapat
dimengerti.15
4. Gangguan Pendengaran
gangguan yang paling umum terjadi berupa NIHL (Noise Induce Hearing
Kebisingan dapat diukur dengan Sound Level Meter. Alat ini digunakan
untuk mengukur intensitas kebisingan. Prinsip kerja alat ini yaitu ketika tekanan
bunyi menyentuh membran mikropon pada alat, maka sinyal bunyi diubah
menjadi sinyal listrik yang kemudian dilewatkan pada filter pembobotan, sinyal
lalu dikuatkan dengan ampifier dan kemudian diteruskan pada layar hingga
2.4.2 Usia
pada telinga. Seperti gendang telinga yang menjadi kurang fleksibel, tulang-tulang
pendengaran yang mulai menjadi lebih kaku, dan sel-sel rambut yang juga mulai
mengalami kerusakan. Selain itu ambang refleks akustik yang berfungsi memberi
perlindungan terhadap rangsang bising juga akan menurun. Sehingga, pada orang
dengan usia tua membutuhkan rangsangan bising yang lebih tinggi untuk
Perubahan yang terjadi pada koklea ialah atrofi dan degenerasi sel-sel pada organ
corti. Proses degenerasi ini diikuti dengan perubahan vaskuler pada stria
vaskularis. Terdapat juga perubahan berupa jumlah dan ukuran sel-sel ganglion
Masa kerja merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh tenaga
kerja yang berhubungan dengan paparan bising. Kebisingan yang tinggi dapat
berefek merugikan bagi tenaga kerja, khususnya pada bagian pendengaran. Organ
tertentu saja. Apabila batas tersebut dilampaui dan waktu paparan cukup lama,
Dalam jangka waktu yang lama secara perlahan-lahan dan tanpa disadari,
dikeluhkan pekerja setelah bekerja selama 5 tahun. Gangguan inipun baru disadari
setelah pihak lain seperti istri, anak dan teman bergaul mengatakan bahwa
upaya pengendalian kebisingan. Alat ini dapat mengurangi jumlah energi suara
pengurangan atau reduksi tingkat kebisingan yang masuk kedalam telinga, maka
kebisingan 8-30 dB. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB ),
sampai dengan 110 dB) dan Helmet (mengurangi kebisingan 40-50 dB).12
25
Obat-obatan dan zat kimia tertentu dapat mempengaruhi telinga dalam dan
mekanisme pendengaran. setiap obat atau zat kimia yang berefek toksik pada
dideteksi cukup dini dan pemberian obat dihentikan, sebagian ketulian dapat
reversibel jika obat dihentikan. Obat eritromisin hanya menyebabkan ketulian jika
diberi secara intravena dengan dosis tinggi dan dapat pulih jika obat dihentikan.
Anatomi Fisiologi
Organ Pendengaran
Pendengaran Manusia
Pendengaran
manusia
Pemeriksaan Gangguan
Pendengaran pendengaran
Pemeriksaan
garpu tala
Usia Pengukuran
Bising
Gangguan
fisiologis
Masa Kerja
Dampak Bising
Gangguan
Penggunaan Psikologis
APT
Gangguan
Penggunaan komunikasi
obat ototoksik
Gangguan
pendengaran
BAB III
METODE PENELITIAN
fenomena yang ditemukan, hasil pengukuran yang disajikan apa adanya dan tidak
hipotesis.31
Pada pendekatan ini dilakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat
tertentu. Hal ini berarti, tiap subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja di ruang
(Z ∝)²𝑥 𝑃 𝑥 𝑄
𝑛=
d²
Keterangan
Q = 1-P
Walaupun demikian, dalam penelitian ini akan dilakukan total sampling dengan
Yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pekerja mesin PT.WIKA PLTD MFO 250
MW Ambon.
Yang memenuhi kriteria eksklusi yaitu subjek yang menolak berpartisipasi dalam
penelitian.
Karakteristik pendengaran
1. Usia
2. Lama kerja
Lama kerja
Karakteristik
pendengaran
Usia
otoskop untuk memeriksa keadaan liang telinga dan audiometri untuk mengukur
panel kontrol ataupun pemeriksa. Sebagian pemeriksa lebih suka bila melihat
profil responden.
menekan pinna dan tragus. Pada penyempitan liang telinga dapat dilihat
perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang sebesar 15-30dB. Masalah ini
sirkumaural atau dengan cara lain yakni dengan memasukkan suatu cetakan
timpani.
3. Instruksi yang diberikan harus tepat dan jelas. Responden perlu mengetahui
apa yang harus didengar dan apa yang diharapkan sebagai jawabannya.
rangsangan namun juga lamanya sinyal diberikan. Hal ini khususnya penting bila
pemeriksaan:
frekuensi berikut: 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz (diulang), 500 Hz,
yang sama dapat digunakan untuk telinga satunya. Bila terdapat perbedaan
ambang sebesar 15 dB atau lebih untuk interval oktaf berapapun, maka harus
3. Nada harus ditingkatkan 5 dB dan bila pasien memberi jawaban, maka nada
terdengar.
Dimulai dengan nada pada tingkat yang lebih rendah 15-20 dB dari ambang
intensitas 30 atau 35 dB
34
1. Editing
Pada tahap ini, dilakukan pengkajian terhadap data yang telah terkumpul.
Dilihat apakah data tersebut sudah baik dan yang kemudian dapat
2. Coding
Data yang telah diedit kemudian dilakukan pangkodean pada tahap ini.
3. Data entry
Pada tahap ini, hasil yang telah diperoleh dari masing-masing responden yang
Excel. Kemudian hasil dapat disajikan dalam bentuk baik tabel, grafik maupun
Dalam penelitian ini secara garis besar terdapat empat aspek etik
penelitian yaitu:
subjek.
37
Pengolahan data
Analisis data
4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pembuatan Proposal
2. Seminar Proposal
Perbaikan
4. Proposal
3. Pengumpulan Data
4. Analisis data
5. Penyusunan Skripsi
39
DAFTAR PUSTAKA
Brooks/Cole; 2010
296
40
10. Fithri P, Annisa IQ. Analisis intensitas kebisingan lingkungan kerja pada
Repository; 2007
13. Timang RPI, Danes VR, Lintong F. Hubungan kebisingan terhadap fungsi
kebisingan dan nilai ambang dengar tenaga kerja ruang sentral PT.PLN
16. Putz R, Pabst R. Sobotta Atlas of Human Anatomy One volume edition. Ed
17. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta:
EGC; 2006
http://www.nidcd.gov/health/hearing/pages/noise.aspx.
21. Rani S. Gambaran dosis pajanan bising harian dan keluhan pendengaran
2008
Utara. 2003
23. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Buku ajar penyakit THT (Boies
ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja. Jakarta:
PLTU Unit 1-44 PT. Indonesia Power UPB Suralaya Tahun 2011. UIN