Anda di halaman 1dari 27

“VAGINOSIS BAKTERIALIS”

Ulfayanti Syahmar 1740312091


Annisa Damayanti 1210313041

Preseptor:
dr. Mutiara Islam, Sp.OG (K)

Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia, prevalensi
Vaginosis Bakterial vaginosis mencapai
(BV) merupakan 10%.Bakterial vaginosis
ditemukan pada 15-19%
penyebab flour albus pasien-pasien rawat inap
yang umum ditemukan bagian kandungan, 10-30%
pada wanita usia subur ibu hamil dan 24-40% pada
klinik kelamin

Tanda klinis :
1/3 - 3/4 perempuan produksi sekret vagina
yang terinfeksi adalah yang banyak
asimtomatik, serta
berwarna putih,
paling sering pada
homogen,
kelompok wanita yang
aktif melakukan berbau amis
seksual terdapat peningkatan
pH.
3/9
Batasan • Makalah ini membahas epidemiologi, faktor
risiko, patogenesis, gejala klinis, diagnosis,
diagnosis banding dan penatalaksanaan pada
Masalah vaginosis bakterialis.

Tujuan • Makalah ini bertujuan untuk mengetahui


epidemiologi, faktor risiko, patogenesis, gejala
klinis, diagnosis, diagnosis banding dan
Penulisan penatalaksanaan pada vaginosis bakterialis

Metode • Makalah ini ditulis berdasarkan tinjauan


kepustakaan yang merujuk berbagai literatur.
Penulisan 4/9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Vaginosis bakterial (BV) pada wanita usia subur (40% sampai 50%)

Pergantian dari laktobasillus yang memproduksi H2O2 divagina dengan


bakteri anaerob(Prevotella Sp,MobilincusSpecies,Gardnerella vaginalis
dan Mycoplasma hominis) yangmenyebabkan peningkatan pH
darinilaikurang 4,5 sampai7,0

. Berbagai penelitian dilakukan dan hasilnya disimpulkan bahwa Gardnerella


melakukan simbiosis dengan berbagai bakteri anaerob (Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum, dan Streptococcus viridans) sehingga menyebabkan
manifestasi klinis vaginitis,.

6/9
EPIDEMIOLOGI
Vaginosis bakterial (BV) pada wanita usia subur, (40 sampai 50 %)

Pergantian dari laktobasillus yang memproduksi H2O2 divagina dengan bakteri


anaerob(Prevotella Sp,MobilincusSpecies,Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis)
yangmenyebabkan peningkatan pH darinilaikurang 4,5 sampai7,0

Studi terbaru yang dilakukan pada wanita hamil, HIV-positif dan wanita dengan infertilitas juga
telah melaporkan prevalensi BV tinggi.

Dalam beberapa tahun terakhir, BV dalam kalangan wanita yang berhubungan seks dengan
wanita (WSW)

Di Indonesia, tidak ada data yang definitif mengenai BV, namun menurut penelitian yang telah
dilakukan di FKUI pada tahun 2010 melaporkan bahwa prevalensi BV dengan kriteria Nugent adalah
sebanyak 30,7%.

7/9
ETIOLOGI

Vaginosis Bakterial disebabkan oleh ketidakseimbangan flora alami bakteri


(bakteri yang biasa ditemukan dalam vagina wanita).

Pergantian dari laktobasillus yang memproduksi H2O2 divagina dengan


bakteri anaerob(Prevotella Sp,MobilincusSpecies,Gardnerella vaginalis
dan Mycoplasma hominis) yangmenyebabkan peningkatan pH
darinilaikurang 4,5 sampai7,0

Terdapat 4 jenis bakteri vagina yang berhubungan denganvaginosis


bakterialis yaitu:Gardnerellavaginalis, BacteroidesSpp,MobiluncusSpp,
Mycoplasmahominis .

8/9
ETIOLOGI: Gardnerellavaginalis
G.vaginalisdapat diisolasi pada sekitar 95% wanita dengan
vaginosis bakterialis dan 40-50% pada wanita tanpa gejala
vaginitis ataupada penyebabvaginitis lainnya.

Diperkirakan bahwa G.vaginalis berinteraksi melalui cara


tertentu dengan bakteri anaerob dan mycoplasma genital
menyebabkan vaginosis bakterialis.

Terdapat 4 jenis bakteri vagina yang berhubungan


denganvaginosis bakterialis yaitu:Gardnerellavaginalis,
BacteroidesSpp,MobiluncusSpp, Mycoplasmahominis .

9/9
Clue cell
Sel epitel ditutupi oleh bakteri Gardnerella
vaginalis yang melekat pada preparat basah.

10/9
ETIOLOGI: Mobilincus Spp dan
Bakteriodes Spp
BacteroidesSppdiisolasisebanyak76%danPeptostreptococcussebanyak 36%pada
wanitadenganvaginosis bakterialis..

Bakteri anaerob berinteraksi dengan G.vaginalis untuk menimbulkan vaginosis.

Mobiluncus Spp juga ditemukan pada vagina bersama sama dengan organisme lain
yang dihubungkan dengan vaginosis bakterialis.
Mobiluncus Spp tidak pernah ditemukan pada wanita normal, 85% wanita dengan
vaginosis bakterialis mengandung organisme ini.1
11/9
ETIOLOGI: Mycoplasmahominis

Organisme ini terdapat


dengan konsentrasi 100-
1000 kali lebih besar pada
wanita dengan vaginosis
bakterialis.

12/9
Faktor Risiko
• Oral seks
• Pemakaian pencuci vagina
• Kehamilan
• Merokok
• Berhubungan seksual pada saat menstruasi
• Pemasangan IUD (Intra Uterine Device)
• Berhubungan seksual pada usia dini
• Bergonta-ganti partner seksual
• Aktivitas seksual dengan wanita lain
• Sedangkan menurut distribusi data karakteristik terdapat faktor risiko
terjadinya vaginosis bakterialis pada ibu hamil yaitu usia,usia
kehamilan,kehamilan,riwayat keputihan,dan tingkatpendidikan.
Bakteri Penyebab
Patogenesis
Gejala klinis
• berbau busuk (“bau amis”)
• cairan homogen
• putih atau abu-abu keputihan yang dilaporkan lebih sering setelah
berhubungan seksual dan setelah selesai menstruasi
• labial dan / atau vulva bengkak
Tampak gambaran klasik dari vaginosis bakteri :
keputihan yang berwarna putih keabuan,
terdapat bau amis yang menyengat
17/9
Diagnosis
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang

• Riwayat keputihan • Sekret vagina yang • Pemeriksaan Clue


dengan bau yang berwarna putih atau cell
tidak sedap. abu-abu yang • Pemeriksaan (KOH)
• Iritasi daerah melekat pada Preparation dan Tes
vagina atau sekitar dinding vagina yang Whiff
vagina (berupa berbau amin. • Pemeriksaan pH
gatal dan rasa • Pewarnaan Gram
terbakar)
• Kultur cairan vagina
Sekret Vaginosis bakterial
Whiff test
Kriteria Amsel
Secara klinik menurut Amsel, dkk, diagnosis bakterial ditegakkan bila terdapat tiga
dari empat kriteria berikut, yaitu:
• adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik dari sediaan basah;
• adanya bau amis, setelah penetesaan KOH 10% pada cairan vagina,
• duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu;
• pH vagina > 4.5 yang diperiksa dengan kertas lakmus
Kriteria Sindroma
Diagnostik Normal Vaginosis Vaginosis Vulvovaginitis
Bakterial Trikomonas Kandida
pH Vagina 3,8-4,2 >4,5 >4,5 (biasanya)
>4,5

Cairan Vagina Putih, jernih, Tipis, homogrn, Kuning, hijau, Putih, seperti
halus putih, abu-abu, berbuih, keju, kadang-
lengket, sering lengket, tambah kadang
kali bertambah banyak bertambah
banyak banyak

Diagnosis Bau amis


(KOH) uji
Tidak ada Ada (amis) Mungkin ada
(amis)
Tidak ada

whiff

Banding Keluhan
Utama
Tidak ada Keputihan, bau
busuk (mungkin
Keputihan,
berbuih, bau
Gatal, panas.
Keputihan
tambah tidak busuk, pruritus
enak setelah vulva, disuria
senggama),
kemungkinan
gatal

Mikroskopik Laktobasili, sel- Sel-sel clue Trikomonas, Kuncup jamur,


sel epitel dengan bakteri leukosit >10 hife, pseudohife
kokoid yang lapangan (preparat basah
melekat, tidak pandangan kuat dengan KOH)
ada leukosit
Tatalaksana
Metronidazol Oral
– Dosis 400-500 mg, 2 x sehari selama 7 hari dilaporkan efektif dengan kesembuhan 84-96%.
Metronidazol Intravagina
– Metronidazol gel intravagina (0,75%) 5 gram, 1x sehari selama 5 hari
Klindamisin Oral
– . Klindamisin 300mg, 2 x sehari selama 7 hari sama efektifnya dengan metronidazol dengan
angka kesembuhan 94%
Klindamisin Intravagina
– Klindamisisn krim(2%) 5 gram, 1 x sehari selama 7 hari.
– Angka kesembuhan dalam 3-4 minggu terapi
BAB 3
KESIMPULAN
• Vaginosis Bakterial adalah suatu keadaan yang abnormal pada vagina yang
disebabkan oleh pertumbuhan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi yang
menggantikan flora normal vagina.

• Di seluruh dunia, Vaginosis Bakterial adalah umum di antara wanita usia


reproduksi.

• Penyebab Vaginosis Bakterial tetap sulit dipahami, namun faktor risikonya


termasuk aktivitas seksual, kebiasaan douching, merokok, stress, kekurangan
vitamin D dan pemakaian kontrasepsi.

• Diagnosis bakterial vaginosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan mikroskopis.
• Menurut Amsel, ditegakkan Vaginosis Bakterial jika tiga dari
empat gejala, yakni: sekret vagina yang homogen, putih, pH
vagina>4.5, tes amin positif dan adanya clue cell (20% dari
seluruh epitel).

• Pengobatan Vaginosis Bakterial menggunakan regimen sesuai


dengan pedoman yaitu, metronidazole 500 mg secara oral dua kali
sehari selama 7 hari.

• Pada penderita Vaginosis Bakterial dapat menimbulkan


komplikasi seperti kelahiran premature, ketuban pecah dini,
BBLR, dan endometritis post partum.

26/9
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai