Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

INFEKSI ALAT KANDUNGAN

Disusun Oleh :

1. Asna Atik Muayyadah (22632226)


2. Ayu Kristiana (22632135)
3. Henes Nurianto (22632231)
4. Krisna Mardhani (22632237)
5. Rani Putri Bestari (22632218)
6. Rony Dwi Cahyono (22632210)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO
2022
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah
mengenai Asuhan Keperawatan Infeksi Alat Kandungan.
Alat kandungan ialah organ atau bagian bagian dari tubuh yang mendukung untuk
terjadinya suatu konsepsi atau kehamilan sampai melahirkan. Tatkala terjadi infeksi maka
membutuhkan asuhan keperawatan yang mendukung penmulihan kondisi kesehatan dan daya
tubuh pasien yang mengalami masalah sakit ini.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah kami ini boleh selesai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Kami menyadari bahwa dalam menulis Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakannya. Semoga bermanfaat.
Terimakasih.

Ponorogo, 14 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................,.........2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................... ..........................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................4

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI ALAT KANDUNGAN PADA IBU HAMIL


2.1 Asuhan Keperawatan Infeksi Alat Kandungan Pada Ibu Hamil....................5

BAB III PENUTUP.........................................................................................................15


3.1 KESIMPULAN....................................................................................................15
3.2 SARAN.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisai ini, pengembangan dalam bidang pelayanan profesi
keperawatan merupakan sebuah keharusan yang merupakan akibat dari meningkatnya
tuntutan masyarakat akan pelayanan dalam bidang kesehatan di berbagai tingkatan.
Untuk itu pengembangan dan peningkatan dalam bidang keperawatan juga harus
dioptimalkan demi memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga untuk pengembangan
profesi keperawatan ke arah profesionalitas.
Insidensi dari infeksi alat kandungan ini belum diketahui secara pasti.
1.2 Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari Infeksi alat kandungan?
2. Bagaimana etiologinya?
3. Bagaimana manifestasi klinik dari Infeksi alat kandungan?
4. Bagaimana patofisiologi dari Infeksi alat kandungan?
5. Bagaimana pathwaynya?
6. Bagaimana asuhan keperawatan untuk ibu yang mengalami Infeksi alat
kandungan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Perawat dan juga petugas kesehatan lainnya dapat lebih memahami bagaimana
etiologi dan manifestasi klinik dari Infeksi alat kandungan pada ibu dan calon
buah hatinya;
2. Perawat dan juga petugas kesehatan lainnya dapat lebih memahami bagaimana
patofisiologi keadaan ibu yang mengalami Infeksi alat kandungan;
3. Perawat dan petugas kesehatan lainnya dapat memanfaatkan makalah ini dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang di indikasikan mengalami
Infeksi alat kandungan.

4
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI ALAT KANDUNGAN PADA IBU
HAMIL

2.1 Asuhan Keperawatan Infeksi Alat Kandungan Pada Ibu Hamil


2.1.1 Pengertian
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap
organisme inang, dan dapat bersifat membahayakan inang. Organisme
penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk
dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka
kronik, gangren, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respon dari
inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya
dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinya bisa lebih luas lagi, di antaranya
mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, virion, dan viroid. Jadi dapat
disimpulkan bahwa infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau
cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik dan
dapat menimbulkan gejala akut ataupun kronis.

Alat kandungan ialah organ atau bagian bagian dari tubuh yang mendukung
untuk terjadinya suatu konsepsi atau kehamilan sampai melahirkan. Alat
kandungan dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Alat kandungan luar adalah organ yang dapat terlihat dari luar
b. Alat kandungan dalam organ atau bagian yang berada di dalam

a. Alat kandungan luar


1. Mons veneris, merupakan bagian yang menonjol di atas simfisis dan
pada wanita dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan
2. Labia mayora, terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian kanan dan kiri.
Berbentuk lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang
serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang
kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior.
3. Labia minora, adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia
mayora. Ke depan, kedua bibir kecil bertemu dan membentuk di atas
klitoris yaitu preputium klitoridis, dan di bawah klitoris yaitu frenulum
5
klitoridis. Ke belakang, kedua labia minora juga bersatu dan membentuk
fossa naviculare
4. Klitoris, Klitoris kira-kira sebesar kacang hijau, tertutup oleh preputium
klitoridis, dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan 2 crura
yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas
jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan syaraf, hingga sangat
sensitif.
5. Vulva, berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke
belakang dan dibatasi di bagian depan oleh klitoris, sebelah kanan dan
kiri oleh kedua labia minora, dan di belakang oleh perineum.
Embriologiknya sesuai dengan sinus urogenitalis. Di vulva, 1-1,5 cm di
bawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum berbentuk
membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup
oleh lipatan-lipatan selaput vagina
6. Bulbus vestibule, terdiri dari 2 bagian yaitu Bulbus vestibuli dextra dan
sinistra terletak di bawah selaput lendir vulva, dekat ramus os pubis.
Ukuran panjangnya 3-4 cm, lebar 1-2 cm, dan tebalnya 0,51-1 cm.
mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh musculus
ischiocavernosus dan musculus constrictor vaginae. Embriologik sesuai
dengan corpus cavernosum penis
7. Introitus vagina, mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
Pada seorang virgo selalu dilindungi oleh labia minora. Jika labia minora
ini dibuka, maka barulah dapat dilihat, ditutupi selaput himen. Himen ini
mempunyai bentuk berbeda-beda, mulai dari semilunar (bulan sabit)
sampai yang berlubang-lubang, atau yang ada pemisahnya (septum).
Konsistensinya juga berbeda-beda, mulai dari yang kaku sampai yang
lunak sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang
seujung jari hingga yang mudah dilalui oleh dua jari
8. Perineum, terletak antara vulva dan anus, dengan panjang rata-rata 4 cm.

b. Alat kandungan dalam


1. Vagina, merupakan suatu penghubung antara introitus dan uterus.
Arahnya sejajar dengan arah dari pinggir atas simfisis ke promontorium.
Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae, di
tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras, disebut kolumna
6
rugarum. Lipatan-lipatan ini memungkinkan vagina pada persalinan
melebar, sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir. Di
vagina tidak didapatkan kelenjar-kelenjar bersekresi. Epitel vagina terdiri
dari epitel gepeng tidak bertanduk, di bawahnya terdapat jaringan ikat
yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada kehamilan terdapat
hipervaskularisasi lapisan jaringan tersebut, sehingga dinding vagina
terlihat kebiru-biruan, yang disebut livide. Di bawah jaringan ikat
terdapat otot-otot dengan susunan yang sesuai dengan susunan otot-otot
usus. Bagian dalamnya terdiri atas musculus circularis dan bagian
luarnya atas musculus longitudinalis
2. Uterus, berbentuk seperti buah apokat atau buah pir yang sedikit gepeng
ke arah muka belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding
1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio
(serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, begitu pula
korpus uteri ke depan membentuk sudut dengan serviks uteri).Uterus
terdiri atas fundus, korpus, dan serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian
uterus proksimal, dimana merupakan tempat kedua tuba Falopii masuk
ke uterus. Di dalam klinik penting untuk diketahui sampai dimana fundus
uteri berada oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan
perabaan pada fundus uteri. Korpus uteri adalah bagian uterus yang
terbesar. Pada kehamilan, bagian ini memiliki fungsi utama sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri
disebut cavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas pars
vaginalis services uteri yang disebut portio dan pars supravaginalis
services uteri adalah bagian serviks yang berada di atas vagina
3. Tuba Falopii, terdiri atas :
a. Pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding pars
uterus
b. Pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya
c. Pars ampullaris, bagian yang berbentuk sebagai saluran
agak lebar, tempat terjadinya konsepsi

7
d. Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah
abdomen dan mempunyai fimbriae
Fimbriae penting artinya bagi tuba untuk menangkap ovum untuk
kemudian menyalurkan ovum ke dalam tuba. Bentuk infundibulum
seperti anemon (binatang laut).
Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum visceral, yang merupakan
bagian dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar
dan dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi
didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel yang bersekresi dan
bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan ovum atau hasil
konsepsi ke arah cavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran
rambut getar tersebut
4. Ovarium, pada umumnya wanita mempunyai 2 ovarium kanan dan kiri,
yang dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum
latum, kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari
tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira
1,5 cm. Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium
tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut
syaraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya
menuju ke atas dan ke belakang, sedangkan permukaan depannya ke
bawah dan depan.Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi
daripada ujung yang dekat dengan uterus, dan tidak jarang diselubungi
oleh beberapa fimbriae dari infundibulum.

Setelah kita bahas masing- masing substansi yang ada pada permasalahan di
atas, dapat di simpulkan bahwa Infeksi alat kandungan adalah peradangan yang
terjadi pada organ yang menjadi bagian dari proses kehamilan dan persalinan.

2.1.2 Etiologi
Infeksi alat kandungan dapat disebabkan oleh kuman-kuman seperti :
trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan
anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan
stapilococus . kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng
dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami
trauma.
8
Beberapa jenis dari Infeksi alat kandungan, yaitu :
1. Pelviksitis, Peradangan pada organ-organ pelvis
2. Serviksitis, Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada
gonorea dan infeksi post baortus atau post partum yang disebabkan oleh
streptokokus, stapilokokus dan lain-lain
3. Salpingitis
4. Peradangan pada tuba fallopii
5. Vulvitis, Peradangan pada vulva (mons veneris, labia mayora, labia minora,
klitoris, vertibulum, efisium uretra externa, glandula bartholini dan
glandula para uretra)
6. Vaginitis (kolpitis), Vaginitis adalah peradangan pada vagina
7. Cervikalis, Radang dari selaput lendir canalis servikalis
8. Endometritis kronik, Endometritis kronik adalah radang pada endometrium
yang terjadi secara kronik
9. Miometritis atau metritis adalah radang miometrium. Biasanya tidak berdiri
sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, maka gejala-gejala dan terapinya
seperti endometritis
10. Salpingo-ooforitis atau adneksitis adalah radang tuba fallopi dan radang
ovarium terjadi bersamaan
11. Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum.
Radang ini biasanya unilatelar
12. Peritonitis pelvix ( Pelveoperitonitis / Perimetritis ) Ialah radang pada
peritoneum pelvix, biasanya terjadi bersamaan dengan radang salpingo
ovoritis ( adnexitis ), ovarium dan alat-alat sekitarnya dalam rongga pelvix

2.1.3 Manifestasi Klinik

a. Flour hebat, biasanya kental atau purulent dan biasanya berbau


b. Sering menimbulkan erusio ( erythroplaki ) pada portio yang tampak seperti
daerah merah menyala.
c. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent
keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka
harus diingat kemungkinan gonorhoe
d. Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis

9
e. Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput
lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulonobothi
dan akibat retensi kelenjer-kelenjer serviks karena saluran keluarnya tertutup
oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan.
f. Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni, nyeri punggung, dan gangguan
kemih
g. Perdarahan saat melakukan hubungan seks

2.1.4 Patofisiologi
Karena epitel selaput cervicitis hanya terdiri dari satu lapisan sel silinder maka
lebih mudah terkena infeksi dibanding dengan selaput vagina
Walupun begitu canalis servikalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir
yang kental merupakan barierre terhadap kuman-kuman yang ada dalam
vagina. Terjadinya cervicitis dipermudah olah adanya robekan serviks. Serviks
kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan infiltrasi
leukosit dalam stroma endoserviks. Servicitis ini menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran secret yang agak putih-kuning. Di sini ada portio uteri disekitar
ostium uteri eksternum, tampak daerah kemerah-merahan yang tidak
dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya, secret yang dikeluarkan
terdiri atas mucus bercampur nanah. Sobeknya pada serviks uteri disini lebih
luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Mukosa
dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina. Karena radang
menahun, serviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras, secret mukopurulent
bertambah banyak. Pada postbortum dan postpartum sering terdapat luka –
luka pada serviks Uteri, luka dinding uterus bekas tempat plasenta, yang
merupakan Porte d’entrée bagi kuman-kuman pathogen. Selain itu, alat-alat
yang Digunakan pada abortus dan partus tidak steril dapat membawa kuman ke
dalam uterus.
Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat
desidua dan villi korialis di tengah-tengah radang menahun.Pada partus dengan
sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi
dari jaringan tersebut disertai dengan gumpalan darah dan terbentuklah polip
plasenta.

10
2.1.5 Pathway

Hamil

11
2.1.6 Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
 Nyeri
 Luka
 Perubahan fungsi seksual
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang,
Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
b. Dahulu
Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan
reproduksi
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Bagian Luar Inspeksi :
 Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan
klien
 Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan
eksoria
 Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap
pemebengkakan ulkus, keluaran dan nodul
2. Pemeriksaan Bagian Dalam
Inspeksi
 Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan
warnanya
Palpasi
 Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula,
 Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri
tekan
 Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
 Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi
Kriteria hasil : Memperhatikan bahwa nyeri ini ada mengidentifikasi aktivitas

12
yang meningkatkan dan menurunkan nyeri dapat mengidentifikasi dan
menurunan sumber-sumber nyeri
Intervensi:
 Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal
 Meluruskan kesalahan konsep pada keluarga
 Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi klien
 Berikan privasi selama prosedur tindakan
2. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual
Kriteria hasil: Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual,
mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual. Melaporkan
keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual
Intervensi:
 Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan
seksual, masalah seksual
 Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual
 Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual
3. Resiko terhadap infeksi b/d kontak dengan mikroorganisme
Kriteria hasil: Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang benar,
bebas dari proses infeksi nasokomial selama perawatan dan memperlihatkan
pengetahuan tentang fakor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan
melakukan pencegahan yang tepat.
Intervensi:
 Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia
 Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi
 Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab, resiko-
resiko pada kekuatan penularan dari infeksi
 Terapi antimikroba sesuai order dokter
4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan pengobatan. Kriteria hasil: Menunjukan pemahaman akan
proses penyakit dan prognosis, mampu menunjukan prosedur yang diperlukan
dan menjelaskan rasional dari tindakan dan pasien ikut serta dalam program
pengobatan
Intervensi:
 Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan

13
 Berikan informasi mengenai terafi obat-obatan, interaksi, efek
samping dan pentingnya pada program
 Tinjau factor-faktor resiko individual dan bentuk penularan/tempat
masuk infeksi
 Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan.

14
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasar kondisi ibu hamil dan bersalin bisa muncul kondisi infeksi alat kandungan.
Infeksi ini harus ditatalaksana khususnya di bidang keperawatan dengan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan baik serta kmprehensif
berkolaborasi dengan Profesional Pemberi asuhan (PPA) yang lain demi
peningkatan derajad kesehatan pasien bersangkutan

3.2 Saran
Melihat banyaknya komplikasi pada ibu hamil,maka disarankan bagi para ibu-ibu
hamil untuk benar-benar menjaga kesehatannya, baik fisik maupun psikis,diet
makan yang sehat serta menghindari stress. Sehingga diharapkan pra ibu hamil
dapat melakukan persalinan dengan bayi yang sehat dan ibu selamat. Untuk
menghindari terjadinya infeksi, disarankan agar ibu hamil dapat menjaga
kelembaban genetalia externa maupun interna agar terhindar dari infeksi. Pada
proses melahirkan juga disarankan agar merujuk ke petugas kesehatan agar
mendapatkan tindakan yang tidak mengakibatkan terjadinya infeksi karena alat
yang digunakan pada proses kelahiran bayi.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Syafudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: ECG

2. MamasHealth.com.. http://www.mamashealth.com/women/salpingitis.asp .

3. Sindharti, GM.2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Reproduksi. Malang

4. Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1981. Ginekologi. Bandung: Fakultas Kedokteran


Universitas Padjajaran Bandung

5. F Gary Cunningham, dkk.2005. Obstetri Williams edisi 21. ECG:Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai