Oleh : Kelompok 15
Nindya Agustin Rahmawati 15700066
Komang Adinata 15700070
Yuyun Meiantari 15700072
Velinda Triolina 15700074
Moch. Irfan Mahalli 15700076
I.G.A Dwi Pradnya A. 15700078
Lia Triyuliani 15700080
PEMBIMBING:
DR. ANGGRAHENY SP.RAD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas anugerah yang diberikan-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah yang
sangat sederhana ini dengan tepat waktu. Kami berharap agar makalah ini dapat
Atas tersusunnya makalah ini kami tidak lupa untuk mengucapkan terima
kasih kepada:
Surabaya.
Dengan kerendahan hati, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi
semua pihak dan bisa menjadi referensi bagi tugas-tugas yang akan kami susun
selanjutnya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih dan apabila ada salah
Tim Penyusun
I. SKENARIO
PERUBAHAN KESADARAN
Helen, seorang gadis usia 19 tahun dibawa ke UGD sebuah rumah sakit oleh
ibunya dengan keluhan dalam beberapa bulan terakhir Helen menjadi sosok
pribadi yang sangat berubah. Lebih banyak berdiam diri, kehilangan pekerjaannya
sekitar 3 bulan lalu dan tidak mau bersosialisasi. Beberapa minggu terakhir tidak
mau keluar dari kamar selama beberapa jam, tidak mau makan makanan yang
disediakan oleh ibunya dan selalu mita dibelikan makanan dari luar. Minggu lalu
saat bibinya yang sangat dicintai dating, Helen tidak mau menemuinya. Sepanjang
sambal mendengarkan music rock. Helen sudah tidak mandi dan menggosok
giginya ataupun berdandan. Helen juga tidak berminat untuk mencari pekerjaan
lagi sehingga dianggap malas oleh orang tuanya. Semasa sekolah, Helen adalah
anak yang baik, mempunyai banyak teman, sering berkomunikasi lewat telefon
a. Wanita 32 tahun
b. Keputihan ±1 minggu
c. Benjolan di sekitar kemaluan
d. Sakit untuk berjalan
III. PROBLEM
A. BATASAN
.
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genetalia interna dan genetalia
eksterna. Organ genetalia interna yang meliputi : Uterus, Tuba Falopii, dan
Ovarium, sedangkan genetalia eksterna yang meliputi : Vulva, Mons Veneris,
Labia Mayora, Labia Minor, Klitoris, dan Orifisium Vagina.
Genitalia eksternal, secara gabungan disebut dengan vulva, memanjang
dari mons pubis di anterior ke perineum di posterior. Secara lateral, genitalia
eksternal memanjang sampai keluar labia mayora.
1. Vulva
Vulva atau pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat
mulai dari pubis sampai perineum, yaitu Mons pubis, labia mayora, labia
minora, klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai
kelenjar dan struktur vascular.
2. Mons Pubis
Mons pubis merupakan lapisan jaringan lemak yang terletak di atas
simfisis pubis pada panggul, yang di tutupi oleh kulit dan setelah pubertas
di tutupi oleh rambut. Mons pubis bukan merupakan struktur sistem
reproduksi tetapi fungsinya sebagai bantalan tulang panggul bawah.
Perineum adalah area dengan otot kuat yang menyongkong organ internal
rongga panggul.
3. Labia mayora
Labia mayora merupakan dua lipatan jaringan lemak yang tertutup kulit,
yang terbentang dari mons pubis di anterior bergabung dengan otot
perineum. Permukaan luar labia mayora di tutupi oleh rambut setelah
pubertas dan permukaan dalam lebih lembut dan mengandung kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat
4. Labia minora
Labia minora merupakan dua lipatan tipis kulit menutupi labia mayora.
Labia minora lembut, tidak di tutupi rambut, dan mengandung beberapa
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Di bagian anterior, labia minora
masing-masing di bagi menjadi dua lipatan kulit dan bersatu membentuk
prepusium di depan klitoris, dan frenulum di belakang klitoris. Di
posterior labia minora bertemu fourchette, lipatan kulit tebal dibelakang
orifisisum vagina.
5. Klitoris
Klitoris adalah penonjolan kecil jaringan erektil, dengan panjang kira-kira
2,5 cm, kaya akan suplai pembuluh darah dan serabut saraf sebagai respon
terhadap rangsangan, klitoris menjadi ereksi dan terisi dengan darah
dengan cara yang sama yang terjadi pada penis laki-laki.
6. Orifisium Vagina
Orifisium vagina, atau introitus, terletak anatara dua pasang labia yang
biasanya disebut dengan vestibulum. Orifisium vagina terletak di belakang
orifisium uretra bagian dari sistem perkemihan. Orifisium vagina di tutupi
oleh membran kulit yang di sebut himen, yang memberikan perlindungan
untuk vagina dan organ internal lainnya pada sistem reproduksi. Himen
ruptur saat kejadian koitus pertama kali, walaupun mungkin juga ruptur
sebelumnya karena aktifitas fisik (seperti menunggang kuda), atau
menggunakan tampon. Sisa himen biasanya dapat dilihat sebagai jaringan
kecil, yang di sebut carunculae myrtiformes.
Saat memasuki orifisium vagina, terdapat sepasang kelenjar duktus
bartholini. Kelenjar ini bermuara ke vagina dan menyekresi mucus untuk
melembabkan genetalia eksternal. Di vestibulum, disamping orisium
uretra, juga terdapat kelenjar lain, kelenjar Skene, yang juga menyekresi
mucus untuk melembabkan genetalia eksternal
B. PATOFISIOLOGI
1. Vaginosis bakterialis
2. Herpes Genitalis
HSV merupakan virus DNA untai ganda dari famili
Herpesviridae dan subfamili Alphaherpesvirinae dengan
kemampuan biologis berupa neurovirulensi, latensi, dan
reaktivasi.1,2 Neurovirulensi adalah kemampuan menginvasi dan
bereplikasi dalamsistemsaraf. Latensiadalahkemampuan
membentuk dan mempertahankan infeksi laten pada sel saraf
ganglia proksimal sampai ke lokasi infeksi. Infeksi orofasial paling
sering melibatkan ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital
akan melibatkan akar saraf ganglia sacral (S2-S5). Reaktivasi
adalah kemampuan HSV laten untuk aktif kembali dan bereplikasi
di daerah yang dipersarafi oleh ganglia tempat pembentukan
infeksi latennya. Berbagai stimulus, seperti demam, trauma, stres
emosional, sinar matahari, dan
Cara Penularan
HSV ditularkan melalui kontak personal erat. Infeksi
terjadi melalui inokulasi virus ke permukaan mukosa yang rentan
(misalnya orofaring, serviks, konjungtiva) atau melalui pori-pori
kulit.1-3 HSV-1 ditularkan terutama melalui kontak dengan saliva
terinfeksi, sedangkan HSV-2 ditularkan secara seksual atau dari
infeksi genital ibu ke bayinya.1,2
D. GEJALA KLINIS
1. Bakterial Vaginosis
-Bau vaginal terutama setelah berhubungan seksual. Adanya sifat
basa (alkali) ada semen sperma, yang melepaskan amin volatile ke
sekret vagina membuat bau seperti ikan (amis).
-Peningkatan sekret vagina ringan sampai sedang.
-Iritasi vulva
-Dysuria dan dyspareunia kadang muncul meskipun jarang terjadi.
2. Herpes Genitalia
1. Bakterial Vaginosis
- Pemeriksaan Vital Sign
- Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi : cairan vagina yang keluar meliputi, warna, konsistensi, jumlah
dan baunya
2. Herpes Genitalia
Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan
pemeriksaan genitalia (pada keadaan tertentu, kadang–kadang pasien harus
membuka seluruh pakaiannya secarabertahap).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Bakterial Vaginosis
Untuk menegakkan diagnosis BV harus dilakukan hapusan vagina
yang selanjutnya diperiksa mengenai :
1. Bau khas “fishy odor” pada preparat basah yang disebut sebagai
“whiff test” yang dilakukan dengan meneteskan potassium
hydroxide-KOH pada microscopic slide yang sudah ditetesi dengan
cairan keputihan.
2. Hilangnya keasaman vagina. Seperti diketahui, bahwa untuk
mengendalikan pertumbuhan bakteri, pH vagina berkisar antara 3.8
– 4.2. Pemeriksaan dengan kertas lakmus yang memperlihatkan
adanya pH > 5 memperlihatkan terjadinya BV.
3. Adanya clue cells . Cara pemeriksaan adalah dengan meneteskan
larutan NaCl pada microscop slide yang telah dibubuhi dengan
cairan keputihan. Clue cell adalah sel epitel yang dikelilingi oleh
bakteri
2. Herpes Genitalia
Pemeriksaan laboratorium
a. Tes virologi
Tes viral secara kultur dibuat dengan mengambil sampel cairan dari
lesi atau kultur sedini mungkin, idealnya dalam 3 hari pertama dari
penampakan lesi. Virus, jika ada, akan bereproduksi dalam sampel
cairan ini namun mungkin berlangsung selama 1 - 10 hari untuk
melakukannya. Jika infeksi parah, teknologi pengujian dapat
mempersingkat masa ini sampai 24 jam, tapi mempercepat jangka
waktu selama tes ini dapat membuat hasil kurang akurat. Kultur virus
sangat akurat jika lesi masih dalam tahap lecet jelas, tetapi mereka
tidak bekerja sebagai ulserasi yang lama baik untuk luka, lesi yang
kambuh, atau latensi. Pada tahap ini virus mungkin tidak cukup aktif
untuk mereproduksi cukup untuk menghasilkan sebuah kultur yang
terlihat
V. HIPOTESIS AWAL
Iritasi vulva
Dysuria dan
dyspareunia
o
Pemeriksaa
n pasien laki-laki
dapat dilakukan
sambil duduk/
berdiri.
Perhatikan
daerah penis, dari
pangkal sampai
ujung, serta daerah
skrotum
Perhatikan
adakah duh tubuh,
pembengkakan,
luka/lecet atau lesi
lain
• Lakukan
inspeksi dan
palpasi pada
daerah genitalia,
perineum, anus
dan sekitarnya.
• Jangan
lupa memeriksa
daerah inguinal
untuk mengetahui
pembesaran
kelenjar getah
bening setempat
(regional)
• Bilamana
tersedia fasilitas
laboratorium,
sekaligus
dilakukan
pengambilan
bahan
pemeriksaan.
• Pada
pasien pria dengan
gejala duh tubuh
genitalia
disarankan untuk
tidak berkemih
selama 1 jam (3
jam lebih baik),
sebelum
pemeriksaan.
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
C. Pencegahan
Belum ada cara yang di ketahui ampuh dan efektif dalam
pencegahan abses bartholini. Namun agar abses tidak lah mudah terjadi ,
penggunaan kondom saat berhubungan intim, melakukan hubungan
seksual yang aman dan menjaga kebersihan pun bakal menjadi pencegah
terbaik agar bakteri tidak sampai menyerang apalagi menyebabkan
terjadinya infeksi.
Pastikan untuk memeriksakan diri juga secara rutin karena pengecekan
kesehatan untuk mendeteksi apakah anda mengalami penyakit menular
seksual adalah hal yang penting.
Menjaga kesehatan saluran kemih juga cara pencegahan abses bartholini
yang bisa di lakukan.
Bila gejala tak cepat di tangani, ada berbagai resiko komplikasi yang harus
di waspadai karena beresiko tinggi untukterjadi. Ada kemungkinan infeksi
mampu menyebar hingga organ-organ lain di dalam tubuh dan
menyebabkan septikemia karena infeksi telah memasuki pembuluh darah,
dan terjadinya demam tinggi.
Bila ada gejala yang tak wajar timbul pada area kewanitaan anda , segera
periksakan agar tidak kemudian menjadi lebih serius yang mengancam
kesehatan tubuh anda secara menyeluruh.
Jika tidak di butuhkan , jangan menggunakan pantyliner. Perempuan
sering kali salah tangkap , mereka merasa nyaman jika pakaian dalam nya
bersih. Padahal penggunaan pantyliner dapat meningkatkan kelembapan
kulit di sekitar vagina.
Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman
yang merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang
banyak di perdagangkan sebetulnya tidak di perlukan, sebaliknya jika di
gunakan berlebihan bisa berbahaya.
Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan , karena
kuman juga bisa berasal dari pasangan anda. Peradangan berhubungan erat
dengan penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.
Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan.
Konsumsi makanan sehat dan bergizi.
Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum.
Biasakan membersihkan diri setelah buang air besar dengan gerakan
membasuh dari depan ke belakang.biasakan membersihkan alat kelamin
setelah berhubungan seksual
DAFTAR PUSTAKA
Karim Abdul dan Jusuf Barakbah, 2016, Studi Retrospektif: Vaginosis Bakterial,
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and
Venereology, Vol: 28, No: 3. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga