Anda di halaman 1dari 76

RESUME SKENARIO 1

DISKUSI TUTORIAL
BLOK 12
Disusun oleh:

1. Prilia Widiyana Putri (152010101010)


2. Agnellia Maulidya U (152010101012)
3. Desi Dwi Cahyani (152010101022)
4. Ardhita Meily Pramesti D (152010101030)
5. Muhammad Ahda A.R (152010101034)
6. Muhammad Fikri Udin (152010101035)
7. Gusfita Trisna Ayu (152010101038)
8. Ghani Silahuddin (152010101047)
9. Khansa Salsabila (152010101064)
10. Astri Mutia Saraswati (152010101087)
11. Habib Mustofa (152010101089)
12. Asyifa Hilda Hapsari (152010101119)
13. Nizar Fiska Bayu A (152010101118)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI
Skenario 1 ...................................................................................................... 3

Learning Objectives

1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita ............................................... 4


2. Histologi Sistem Reproduksi Wanita .............................................. 9
3. Fisiologi dan Endokrinologi
3.1 Menstruasi ....................................................................... 22
3.2 Kehamilan ........................................................................ 23
3.3 Nifas .................................................................................. 29
3.4 Laktasi .............................................................................. 34
3.5 Janin ................................................................................. 36
4. ANC (Antenatal Care) ...................................................................... 43
5. Asuhan Persalinan ............................................................................ 47
6. Managemen Bayi Baru Lahir
6.1 Normal .................................................................................... 54
6.2 Abnormal ............................................................................... 57
7. Pemberian ASI dan MPASI (Makanan Pendamping ASI) ........... 64
8. Aspek Sosial Budaya : Hamil Muda ................................................ 74
9. Hiperemis Gravidarum .................................................................... 75
Daftar Pustaka ............................................................................................... 76

2
SKENARIO 1

Ny. Ayu, usia 20 tahun, datang ke poli Hamil RSD dr. Soebandi dengan
keluhan terlambat menstruasi selama 4 bulan disertai mual muntah tiap pagi hari.
Dari anamnesis diketahui hari pertama haid terakhir tanggal 05 Desember 2017.
Hasil Plano test yang dilakukan pada akhir bulan Februari dinyatakan positif.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan palpasi Leopold, pemeriksaan
bimanual serta auskultasi untuk mengetahui adanya denyut jantung janin. Dokter
juga melakukan pemeriksaan USG, dimana hasilnya dikatakan janinnya normal,
letak plasenta serta jumlah cairan amnion yang normal.

Pada hari taksiran persalinannya, Ny. Ayu merasakan perutnya kenceng -


kenceng yang makin lama makin kuat dan sering, serta mengeluarkan lendir darah
dari jalan lahir. Ny. Ayu datang ke RS untuk memeriksakan kehamilannya.
Dokter melakukan pemeriksaan Vaginal Touche, untuk mengetahui pembukaan
serviks dan penurunan kepala bayi. Dari hasil pemeriksaan, diputuskan untuk
menyiapkan alat persalinan. Dua belas jam kemudian bayi lahir, dengan jenis
kelamin perempuan dengan APGAR Score 8 9, Dokter juga menyarankan agar
ibu memberikan ASI ekslusif serta menjaga kebersihan organ genitalnya selama
masa nifas.

3
1) ANATOMI SISTEM REPRODUKSI WANITA
1.1 Genitalia Eksterna
a. Mons Pubis atau Mons Veneris
Bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah
pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya
batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis,
sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus dan paha.
b. Labia Majora Pudendi
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,
terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons
veneris. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.
Vaskularisasi: A lab antA pud ext, A lab postA pud int
Inervasi: N lab antN ilioing, N lab postN pudendus
c. Labia Minira Pudendi
Suatu lipatan tipis dan kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang
meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea
(kelenjar-kelenjar lemak) dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya
mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang
menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
Vaskularisasi: A lab ant, A lab post
Inervasi: N lab ant, N lab post
d. Clioris
Tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis,
korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke
os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat
mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sensitif.
Vaskularisasi: A profunda clitCrura clit, A dors clitGlans
clit
Inervasi: N dors clit

4
e. Vestibulum Vaginae
Lonjong dengan ukuran panjang dan depan ke belakang dan
dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil
dan di belakang oleh perineum (fourchette).
f. Glandula Vestibulares Major (Kelenjar BARTHOLIN)
Vaskularisasi : A bulbus vestibulum dan A vaginalis
g. Glandula Vestibulares Minor

1.2 Genitalia Interna


a. Vagina
Setelah melewati introitus vagina, terdapat liang kemaluan (vagina)
yang merupakan suatu penghubung antara. introitus vagina dan
uterus. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama

5
lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10
cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae.
Vaskularisasi: A uterina, A vaginalis, A rect media, A bulbi
vestibulum, Pl vena vagPl vena ut et ves.
Inervasi: Pl nerv uterovag
b. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit
gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga.Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran
panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm,
dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis
adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut
dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk
sudut dengan serviks uteri). Uterus rnempunyai tiga fungsi yaitu
dalam siklus menstruasi sebagai peremajaan endometrium, dalam
kehamilan sebagai tempat tumbuh dan berkembang janin, dan
dalam persalinan berkontraksi sewaktu melahirkan dan sesudah
melahirkan.
Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri; dan (3) serviks
uteri. Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; di situ kedua
tuba Falloppii masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus
yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama
sebagai tempat janin berkembang, rongga yang terdapat di korpus
uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas
(1) pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio; (2) pars
supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di
atas vagina.
Vaskularisasi: A uterina, A ovarica, V ~ A
Inervasi: Pl nerv uterovag

6
c. Tuba Uterina atau Tuba Fallopi
Tuba Falloppi terdiri atas (1) pars irterstisialis, yaitu bagian yang
terdapat di dinding uterus; (2) pars ismika merupakan bagian
medial tuba yang sempit seluruhnya, (3) pars ampullaris, yaitu
bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi
terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka
ke arah abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting
artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya
menyalurkan telur ke dalam tuba. Bentuk infundibulum seperti
anemon (sejenis binatang laut).
Vaskularisasi: R. tub a.uterina, Rr. tub a.ovarica, vena sama
seperti arteri
Inervasi: Pl ovaricus et hypogastricus inf
Aliran limfe: Lnn lumbales
d. Ovarium
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan
kiri. Mesovarium menggantung ovanium di bagian belakang
ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih
sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar
dan tebal kira-kira 1,5 cm.
Vaskularisasi: A. Ovarica, R. ovarium a.uterina, Plexus vena
ovarium.
Aliran limfe: Lnn lumb
Inerv: Pl nerv ovaria

7
8
2) HISTOLOGI SISTEM REPRODUKSI
1. Ovarium
Ovarium adalah struktur lonjong yang rata berada jauh di dalam rongga
panggul. Ovarium terdiri dari:
a. Cortex Ovarium
Tunika albugenia : jaringan ikat padat, sabut-sabut retikuler, sel-sel
spindle shaped
Germinal epitelium : epitel selapis kubis
Folikel-folikel ovarium
- Folikel primordial
- Folikel primer
- Growing folikel
- Folikel de Graaft
- Folikel atretik
Corpus luteum
Corpus albicans
b. Medula Ovarium
Jaringan ikat kendor fibro-elastik, pembuluh darah, pembuluh limfe,
saraf, dan otot polos.

9
Folikel Ovarium
- Folikel primordial

Di tepi korteks, di bawah tunika albuginea.


Struktur paling kecil dan paling sederhana.
Oosit dilapisi 1 lapis sel folikular gepeng
- Folikel primer

Oosit dilapisi 1 lapis sel folikular kuboid/silindris


- Growing Folikel

10
Berkembang karena pengaruh FSH.
Oosit membesar, sel folikel bertambah banyak.
Membentuk membran: Zona Pellucida (bahan muko-protein).
Pertumbuhan asimetris, salah 1 sisi berkembang lebih cepat
sehingga pada sisi yang berkembang lebih pesat timbul ruang-
ruang kecil berisi liquor folikuli dan biasa disebut dengan Call-
Exner bodies
- Folikel de Graaft

Call-Exner bodies bergabung mjd 1 ruangan menjadi Antrum


Folliculi berisi liquor folliculi.
Sel-sel folikel yg mengelilingi oosit:
1. Corona radiata:
Merupakan 1 lapis sel folikel yg langsung mengelilingi oosit
dan melekat langsung pd zona pellucida.
2. Cumulus oophorus:
Merupakan kumpulan sel folikular diluar corona radiata yg
membentuk penonjolan ke anthrum folliculi.
3. Membrana granulosa:
Merupakan sel-sel folikel dan membentuk dinding anthrum
folliculi.
Theca folliculi berasal dari jaringan ikat ovarium.
1. Theca interna (inner vascular layer):
a. Sel-sel stroma yg membesar dan banyak kapiler.
b. Membentuk hormon estrogen.

11
2. Theca externa (outer fibrous layer):
a. Sabut kolagen padat.
Theca folliculi ini terpisah dgn lapisan sel-sel folikel oleh Glassy
membrane.
- Folikel atretik

Berasal dari folikel lain yang mengalami degenerasi sehingga


bentuknya bermacam-macam
Oosit mengalami degenerasi kemudian menghilang.
Sel-sel folikel mengalami degenerasi sehingga batas membrana
granulosa tak teratur karena sel-selnya berserakan lalu menghilang.
Glassy membrane mengalami penebalan sehingga tampak sebagai
struktur yang jelas atau disebut dengan Membrana Slaviansky.
Sel theca interna menjadi theca lutein cell.
Zona pellucida membengkak dan menghilang.
Corpus Luteum

Setelah ovulasi, dinding anthrum folikel melipat/kolaps corpus


luteum (pengaruh LH). Corpus luteum terdiri dari:

12
1. Granulosa Luthein Cell
Membran granulosa granulosa luthein cell.
Berada di bagian tengah
Sel-sel besar, inti pucat, mengandung lipids droplets dan pigmen
lipofuchsin
Menghasilkan hormon progesteron
2. Theca Luthein Cell
Theca interna theca lutein cell
Bearada di bagian tepi
Sel-sel kecil, inti gelap
Corpus Albikans

Corpus luteum yang mengalami degenerasi


Jaringan parut, pucat homogen, dan tidak mengandung sel-sel lagi

2. Tuba Fallopi

13
Menyalurkan oosit mencapai cavum uteri.
Tuba terdiri dari 4 bagian:
a. Infundibulum:
Paling distal, membuka ke rongga peritoneal.
Mempunyai mulut lebar spt cerobong & tepi bebasnya dilengkapi
lipatan lipatan mukosa fimbriae sehingga oosit lebih mudah
masuk ke tuba.
b. Ampulla:
Segmen terpanjang, 2/3 panjang tuba.
Dinding tipis dan lumen lebar.
c. Isthmus:
Diameter kecil, lumen sempit.
Dinding dgn lapisan otot yg cukup tebal.
d. Intramural:
Menembus dinding uterus, lumen sempit.
Tuba fallopi memiliki 3 lapisan:
a) Mucosa: epitel & lamina propria.
Epitel
Selapis silindrik yang terdiri dari 2 tipe:
Peg Cell : sel sekretorik & tidak bersilia.
Sel bersilia: silia motil & arah gerakannya menuju uterus.
terbanyak pd daerah infundibulum. paling sedikit
pada daerah isthmus.
Lamina propria
Jaringan ikat dengan sedikit sel fusiform.
b) Muscularis.
Lapisan ini t.a. 2 lapis otot polos:
a. dalam sirkular.
b. luar otot polos longitudinal.
Membantu gerakan ovum ke arah uterus
Tebal tidak sama, ke arah uterus makin tebal

14
c) Serosa.
Lapisan ini membentuk lipatan-lipatan longitudinal: tidak sama
pada setiap segmen tuba:
- Ampulla : percabangan sangat kompleks.
- Isthmus : lipatan2nya jarang bercabang.
- Intramural : lipatan2nya sangat rendah.
Jaringan ikat kendor dan permukaannya dilapisi mesothel.
3. UTERUS

Uterus t.a. 5 bagian:

Fundus: bag di atas corpus.

Corpus uteri.

Isthmus: daerah sempit peralihan corpus menjadi cervix.

Cervix uteri.

Portio vaginalis: penonjolan cervix ke dlm vagina.

Corpus Uteri
Perimetrium=serosa:
Lapisan terluar, jar. ikat tipis ditutup sel mesothel.

Bag. corpus di bawah VU tidak mempunyai lapisan serosa.

Myometrium:
Otot polos, saat kehamilan akan bertambah dgn mitosis maupun hipertrofi.

- Stratum supravasculare:

terluar langsung berhubungan dgn serosa, longitudinal.

- Stratum vasculare:

tengah, sirkuler.

15
paling tebal & banyak pembuluh darah.

Stratum subvasculare:
paling dalam, longitudinal.

Endometrium:

berhubungan erat dgn myometrium & mengalami perubahan siklik.

Endometrium

Epitel:
Epitel selapis silindrik dgn bbrp kelompok sel bersilia.

Dari epitel permukaan timbul lipatan masuk ke lamina propria membentuk


kelenjar uterin.

Lamina Propria:
Tepat di bawah epitel:

anyaman sabut2 retikuler, membentuk lamina basalis.

Jar. ikat, sel stellate shaped.

Fase Proliferatif
Dari berakhirnya menstruasi & terjadinya bersamaan dgn pertumbuhan
folikel dlm ovarium:

16
folikel primer folikel de Graaft.

Fase Pregestasional
Bersamaan dgn pembentukan corpus luteum & sekresi progesteron o/
corpus luteum.

Struktur Histologi:
Hipertrofi sel kelenjar & penambahan cairan antar sel (edema)
endometrium tebal.

bentuk kelenjar spt gergaji dgn lumen yg lebar, & mengeluarkan


sekret terus-menerus.

Coiled artery & vena semakin banyak & mendekati permukaan.

Akhir fase:

sel stroma membesar dgn sitoplasma yg mengandung glikogen.

Endometrium mjd sangat tebal 2 lapisan:


Lapisan fungsional:
terkelupas saat menstruasi/partus.

Lapisan kompakta

dekat permukaan, daerah sempit dgn kelenjar lurus2 (bag.

17
leher/neck).
Lapisan spongiosa

di bawah lapisan kompakta & merupakan lapisan yg tebal dgn kelenjar


berliku-liku & sangat oedematous.
Lapisan basal:
paling dalam yg tipis & melekat erat dgn myometrium.

tdp ujung2 buntu kelenjar & sedikit sekali terlibat dlm perubahan siklik.

tidak terkelupas pd saat menstruasi/partus.

Fase Iskemik
Penyempitan coiled
artery

gangguan
aliran darah
menuju
endometrium.

13 14 hr setelah
ovulasi.

Struktur histologi:
Penyempitan pd coiled artery lapisan fungsional pucat & berkerut.

Tampak infiltrasi lekosit pd lapisan stroma.

Fase Menstruasi
Struktur Histologi:
Lapisan fungsional mengalami nekrosis & terkelupas.

Coiled artery relaksasi dinding arteri di permukaan pecah

18
darah tersembur keluar bersama sekret kelenjar & jar. nekrotik.

Darah keluar dari vena2 jar. yg terkelupas.

External-menstrual discharge t.a.:

Darah arteri & vena

Sel epitel & stroma.

Sekret kelenjar.

Pada akhir fase menstruasi:


Lapisan fungsional endometrium hilang & tersisa lapisan basal saja.

CERVIX UTERI
Mukosa (lipatan2 yg bercabang):
Epitel:

Epitel selapis silindris tinggi, beberapa bersilia.

Dari epitel timbul kelenjar2 bercabang & masuk ke lamina propria

kelenjar cervix.
Cabang kelenjar kadang mengalami pembuntuan:
menjadi kista besar Ovula Nabothi.
Lamina Propria:

19
Jar. ikat.

Tidak ada coiled artery tidak pernah mengalami menstruasi.

Muskularis=Myometrium
otot polos tidak teratur, luar: longitudinal sangat tipis, melanjutkan ke
vagina.

Adventitia
Jar. ikat fibro-elastik.

VAGINA
Mukosa: lipatan rugae.

Epitel:
Epitel berlapis pipih tanpa tanduk.

Lamina propria:
Jar. ikat padat, banyak sabut elastis, pembuluh darah, ujung saraf
sensorik khusus, sabut saraf.

Tidak ada kelenjar.

Muskularis

Bagian dalam: tipis & sirkuler.


Bagian luar : cukup tebal & longitudinal.
menuju ke atas bergabung dgn myometrium cervix.

Introitus vaginae :
Musculus bulbospongiosus (sphincter otot bergaris).

20
Sphincter cunni (otot polos).

Adventitia

Jar. ikat,
ganglion
otonom,
banyak vena.

21
3) FISIOLOGI DAN ENDOKRINOLOGI
a. MENSTRUASI
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium), sedangkan siklus menstruasi adalah menstruasi
yang berulang setiap bulan yang merupakan suatu proses kompleks yang mencakup
reproduktif dan endokrin yang berangkai secara kompleks dan saling mempengaruhi.
Siklus menstruasi merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan
Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis.
Sedangkan ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron

Pada awal siklus menstruasi, konsentrasi dari FSH yang disekresikan oleh
hipofisis meningkat, hormon ini berperan dalam proses perkembangan dari folikel primer

22
menadi folikel sekunder. Selama fase folikel, folikel ovarium mengeluarkan estrogen di
bawah pengaruh FSH, LH dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang rendah tetapi
tetap terus meningkat tersebut pertama menghambat sekresi FSH (feedback negatif), yang
menurun selama bagian terakhir fase folikel. Pada saat pengeluaran estrogen mencapai
puncaknya, kadar estrogen yang tinggi itu akan memicu lonjakan sekresi LH pada
pertengahan siklus (feedback positif). Lonjakan LH ini menyebabkan ovulasi folikel yang
matang.
Selama fase luteal, sel-sel folikel lama diubah menjadi korpus luteum, yang
mengeluarkan progesteron serta estrogen. Progesteron akan menghambat FSH dan LH,
yang terus menurun selama fase luteal. Korpus luteum akan bergenerasi dalam waktu
sekitar dua minggu apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi atau tertanam di uterus.
Kadar progesteron dan estrogen menurun secara drastis pada saat korpus luteum
berdegenerasi, sehingga pengaruh inhibitorik pada sekresi FSH dan LH hilang. Kadar
kedua hormon hipofisis anterior ini kembali meningkat dan akan memulai fase folikuler
baru.

b. KEHAMILAN
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan
hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan
perubahan pada:
1. Rahim atau uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu
setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram
dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi
suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata
pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20
liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram.

23
Tanda piscasek : bagian uterus yang mengelilingi plasenta bertambah besar
lebuh cepat , uterus tidak rata
Tanda hegar : ismus uteri pada minggu pertama mengalami hipertrofi
lebih panjang dan lunak , ismus dan korpus seperti organ terpisah
2. Vagina (liang senggama)
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada
kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat
bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi
penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel
otot polos.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini
akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan
berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal.
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat
dilepaskan dari pengaru hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone,
dan somatromatropin.
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-
plasenter.
c) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu:
Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah

24
(hemodilusi), dengan puncaknya pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume
darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah
mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung
harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan
kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam
dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak
hari ketiga sampai kelima.
Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar
10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi
dan dapat mencapi 4 kali dari angka normal.
6. Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi
kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim
yang membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25% dari biasanya.
7. Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.
8. Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus
yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan
hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu panggul, keluhan itu akan
timbul kembali.
9. Perubahan pada kulit

25
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.
10. Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang
mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan pemberian ASI. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Sebagaian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang
disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan
hiperinsulinemia. Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat.

Diagnosis Kehamilan
Gejala Kehamilan Tidak Pasti :
Amenore
Nausea dan emesis dapat terjadi hiperemesis gravidarum
Mengidam
Konstipasi
Sering kencing
Pingsan pada usia kehamilan kurang dari 16 minggu
Mammae menjadi tegang dan besar karena peningkatan aktivitas
estrogen dan progesterone. Glandula Montgomery semakin
tampak.
Anoreksia pada trimester pertama
Pusing-pusing dan lemah setelah jam 12 siang
Poliuria terjadi pada triwulan I dan III

26
o Triwulan I uterus membesar dan masih di dalam rongga
pelvis vera, sehingga mendesak vesica urinaria yang
terletak anterior.
o Triwulan II uterus makin besar, namun keluar dari
rongga pelvis vera sehingga tidak mendesak vesica urinaria.
o Triwulan III uterus makin besar dan mulai turun, masuk
kembali ke rongga pelvis vera sehingga mendesak vesica
urinaria.
Tanda Kehamilan Tidak Pasti
Chloasma gravidarum
Pigmentasi pada usia kehamilan >12 minggu karena kortikosteroid
yang merangsang melanofor pada kulit. Pigmentasi terutama pada:
Pipi, hidung, dahi
Areola mammae
Leher
Linea alba pada abdomen linea grisea
Leukore secret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan
hormone progesterone.
Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi
Perubahan pada payudara.
Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh estrogen
dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli payudara.
Daerah areola menjadi lebih hitam karena deposit pigmen yang
berlebihan. Terdapat kolostrum bila kehamilan lebih dari 12 pekan.
Epulis hipertrofi gingival pada triwulan I
Perubahan abdomen.
o Pembesaran abdomen
o Striae Gravidarum
o Pigmentasi pada linea nigra
Tanda-tanda perubahan organ
o Tanda Hegars

27
Isthmus uteri hipertrofi sehigga membesar seperi corpus
uteri teraba panjang dan lunak
o Braxton hicks uterus mudah berkontraksi bila
dirangsang (khas pada uterus hamil)
o Tanda Piscaseck uterus membesar ke salah satu arah
o Tanda Goodell hipervaskularisasi serviks sehingga
serviks menjadi lunak dan tampal livide
o Tanda Chadwick vagina dan vulva hipervaskularisasi
sehingga tampak livide (merah agak biru)

Tanda Pasti Kehamilan


Subyektif
ibu merasakan gerakan janin
o Primigravida 20 minggu
o Multigravida 18 minggu
Palpasi
o dirasakan bagian janin
o Ballotement (lentingan janin dl uterus saat palpasi)
Auskultasi
o terdengar bunyi jantung (BJJ)
Dengan stetoskop Laennec 18-20 minggu
kehamilan.
Dengan alat Doppler 12 minggu kehamilan.
Dengan ultrasonografi (USG) dilihat gambaran janin, yakni:
o Ukuran kantong janin
o Panjang janin (crown-rump)
o Diameter biparietalis mencerminkan usia kehamilan
Dengan Rontgen tampak kerangka janin.

Tes Kehamilan
Imunologik Tes hCG (hormone Chorionic gonadotropin)

28
Dilakukan dengan mendeteksi hormone hCG dalam urin. Reaksi
kehamilan ini tergantung dari seberapa banyak hCG yang beredar.
Kadar terendah yang memberi hasil positif yaitu 0,5 hCg per ml
urin. Kadar tertingginya yaitu 500 SI hCG.
Reaksi Galli mainini (planotest)
o Menggunakan katak jantan Bufo melanostictus atau Bufo
vulgaris
o Katak yang semula urinnya tidak mengandung sperma,
disuntik 5 ml urine pagi wanita yang diduga hamil secara
subcutan ke dalam ruangan limfe di bawah kulit perut.
Apabila dalam 3 jam didapati sperma dalam urine, maka
hasilnya positif.
Reaksi Friedman
o Menggunakan kelinci betina yang telah 2 minggu
diasingkan dari kelinci jantan.
o Kelinci tersebut disuntik 5 ml urine pagi wanita (yang
diduga hamil) secara intravena pada vena telinga kelinci

selama 2 hari berturutturut..

o Setelah 2 hari, dilakukan laparotomi pada kelinci tersebut,


apabila ditemukan corpora rubra dan corpora lutea yang
menunjukkan adanya ovulasi, hasilnya positif.

c. NIFAS
1. Pengertian
Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan
berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa
yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan
puerperium.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini

29
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
2. Proses involusi uteri
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm
dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada
saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan
16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron
bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan
jumlah sel- sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada
masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan autolisis.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali
lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna
sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti
kehamilan.
b. Atofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estogen dalam jumlah besar,
kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-
otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endomaterium yang
baru.
c. Efek Oksitoksin ( Kontraksi )
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. Hormon oksitoksin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu
proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai

30
darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama
post partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena
itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa
ini.Suntikan oksitoksin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskuler
segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan
merangsang pelepasan oksitoksin karena isapan bayi pada payudara.
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus diantaranya :
a. Senam nifas
merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang menjalani masa
nifas.
Tujuan senam : mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan,
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas, memperkuat
otot perut, otot dasar panggul, dan mem memperlancar sirkulasi pembuluh
darah , membantu memperlancar terjadinya proses involusi uteri.
b. Mobilisasi dini ibu post partum
Merupakan suatu gerakan yang dilakukan bertujuan untuk merubah posisi
semula ibu dari berbaring ,miring-miring, duduk sampai berdiri sendiri setelah
beberapa jam melahirkan. Tujuan mem perlancar pengeluaran lochea (sisa
darah nifas ), mempercepat involusi, melancarkan fungsi organ gastrointestinal
dan organ perkemihan, memperlancar peredaran sirkulasi darah .
c. Menyusui dini
Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya Proses
involusi uteri karena dengan memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera
setelah melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi pada
otot polos uterus .
d. Gizi
Merupakan proses organisme dengan menggunakan makanan yang
dikonsumsi, secara normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan
metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

31
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ - organ, serta
menghasilkan energy.
e. Psikologis
Terjadi pada pasien post partum blues merupakan perubahan perasaan
yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.
Ditinjau dari faktor hormonal , kadar estrogen, progesteron, prolactin, estriol
yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kadar estrogen yang rendah pada
ibu post partum memberikan efek supresi pada aktifitas enzim
monoamineoksidase yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan baik nor
adrenalin maupun serotinin yang memberikan efek pada suasana hati dan
kejadian depresi pada ibu post partum.
f. Faktor usia
Elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun keatas berkurang.
g. Faktor paritas
Ukuran uterus primipara dan multipara juga mempengaruhi proses
berlangsungnya involusi uterus.
4. Bagian bekas implantasi plasenta
a. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12x5cm,
permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
b. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping
pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
c. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu kedua
sebesar 6 - 8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.
d. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis
bersama dengan lochea.
e. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasa l dari tepi luka dan lapisan basalis
endometrium.
f. Luka sembuh sempurna pada 6 - 8 minggu post partum.

32
5. Perubahan normal pada uterus selama post partum.

Involusi Tinggi Fundus Berat Diameter Palpasi


Uteri Uteri Uterus cervik
Uterus

Plasenta setinggi pusat 1000gr 12,5cm lembut/lunak


lahir

7 hari pertengahan 500gr 7,5cm 2cm


antara pusat dan
simphisis
14 hari tidak teraba 350gr 5cm 1cm
6 minggu normal 60gr 2,5cm menyempit

Tabel 1.1 Perubahan normal pada uterus selama post partum ( Sumber
:Pusdiknakes ,2003)

Gambar 2.1. Tinggi fundus uteri masa nifas ( Sumber : Pusdiknakes,2003 ).


Involusi dapat diamati dari luar dengan memeriksa fundus uteri sebagai
berikut : Segera setelah melahirkan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12
jam kemudian kembali 1cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1cm setiap hari.
Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1cm dibawah pusat. Pada
hari ke 3 - 4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5 - 7 tinggi fundus
uteri setengah pusat sampai simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak
teraba.

33
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi.
a. Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah
umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah abdomen atau bergeser
kesalah satu sisi.
b. Penentuan ukuran uterus
Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan
jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah .
c. Penentuan konsistensi uterus
Ada dua ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu dan uterus
lunak dapat dilekukkan , terasa mengeras dibawah jari-jari ketika tangan
melakukan masase pada uterus

d. LAKTASI
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar
estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga
pasca persalinan, sehingga pengaruh prolaktin lebih
dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih
dini, terjadi perangsangan pada puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,
sehingga sekresi ASI makin lancar. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1. Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih
tinggi. Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya
fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara,
karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor

34
mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang
hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu
menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis,
anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.
2. Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar
hifofisis depan tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang
mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi
otot polos yang ada di dindng alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI
dipompa keluar. makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan
saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan ASI
makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran ASI yang mengalami
bendungan tidak hanya mengganggu proses menyusui tetapi juga mudah
terkena infeksi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui
bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

35
e. JANIN

1. Masa Embrional
Meliputi masa pertumbuhan intrauterin sampai dengan usia kehamilan 8
minggu, di mana ovum yang dibuahi (zygote) mengadakan pembelahan dan
diferensiasi sel-sel menjadi organ-organ yang hampir lengkap sampai terbentuk
struktur yang akan berkembang menjadi bentuk manusia. Proses pembentukan
organ "dari tidak ada menjadi ada" ini (organogenesis) pada beberapa sistem
organ, misalnya sistem sirkulasi, berlanjut terus sampai minggu ke-12, sehingga
beberapa sumber mengklasifikasikan pertumbuhan masa embrional sampai
dengan minggu ke-12 (trimester pertama kehamilan).
2. Masa Fetal
Meliputi masa pertumbuhan intrauterin antara usia kehamilan minggu ke
8-12 sampai dengan sekitar minggu ke-40 (pada kehamilan normal / aterm), di
mana organisme yang telah memiliki struktur lengkap tersebut melanjutkan
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai pada keadaan yang
memungkinkan untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (ekstrauterin).

Peristiwa Penting dalam Pertumbuhan Fisik


Pembagian periode : Trimester pertama - kedua - ketiga

TRIMESTER PERTAMA
Minggu pertama
Disebut sebagai masa germinal. Karakteristik utama masa germinal ini adalah
pembelahan sel. Sejak pembuahan / fertilisasi ovum oleh sperma, zigot yang
terbentuk membelah diri sampai fase morula - blastula. Menjelang akhir minggu
pertama terjadi implantasi di endometrium kavum uteri.

Minggu kedua
Terjadi diferensiasi massa selular embrio menjadi dua lapis (stadium bilaminer).
Kedua lapisan itu ialah lempeng epiblas (akan menjadi ektoderm) dan hipoblas

36
(akan menjadi endoderm). Akhir stadium bilaminer ditandai munculnya alur
primitif / alur sederhana (primitive streak).

Minggu ketiga
Terjadi pembentukan tiga lapis / lempeng yaitu ektoderm dan endoderm dengan
penyusupan lapisan mesoderm di antaranya, diawali dari daerah primitive streak.
Embrio disebut berada dalam stadium tiga lapis (stadium trilaminer). Dari
perkembangan primitive streak terbentuk lempeng saraf (neural plate) dan
menjadi lipatan saraf (neural fold) di bagian kranial. Struktur ini kemudian
berkembang menjadi alur saraf (neural groove) dan nantinya akan menjadi tabung
saraf (neural tube).

Minggu keempat
Pada akhir minggu ke-3 / awal minggu ke-4, mulai terbentuk ruas-ruas badan
(somit) sebagai karakteristik pertumbuhan periode ini.

Sampai minggu ke-8 -12 (akhir trimester pertama)


Pertumbuhan dan diferensiasi somit terjadi begitu cepat, sampai dengan akhir
minggu ke-8 terbentuk 30-35 somit, disertai dengan perkembangan berbagai
karakteristik fisik lainnya. Beberapa sistem organ melanjutkan pembentukan
awalnya sampai dengan akhir minggu ke-12 (trimester pertama).

TRIMESTER KEDUA
Minggu ke-12 sampai minggu ke-28
Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada trimester kedua adalah
penyempurnaan struktur organ umum dan mulai berfungsinya berbagai sistem
organ.
Sistem sirkulasi
Janin mulai menunjukkan adanya aktifitas denyut jantung dan aliran darah.
Dengan alat fetal ekokardiografi, denyut jantung dapat ditemukan sejak minggu

37
ke-12. Dengan stetoskop Laennec denyut jantung baru dapat terdengar setelah
kehamilan 20 minggu.
Ada beberapa struktur anatomik yang terdapat pada masa janin kemudian
tertutup / mengalami regresi sesudah lahir sampai dewasa, yaitu : foramen ovale,
duktus arteriosus Botalli, arteria dan vena umbilikalis, dan duktus venosus
Arantii.
Sel darah janin terutama mengandung hemoglobin jenis fetal (HbF), yang
memiliki daya ikat oksigen jauh lebih tinggi dibandingkan daripada hemoglobin
manusia dewasa (HbA) pada suhu dan pH yang sama. Hemoglobin A sendiri baru
diproduksi pada akhir masa fetal, dan pada saat lahir, jumlahnya mencapai hanya
sekitar 30% dari seluruh hemoglobin yang terkandung dalam neonatus. Pada
kehidupan ekstrauterin, berangsur-angsur produksi HbF berkurang sampai
akhirnya normal tidak terdapat lagi dalam tubuh individu.

Sistem respirasi
Janin mulai menunjukkan gerak pernapasan sejak usia sekitar 18 minggu.
Perkembangan struktur alveoli paru sendiri baru sempurna pada usia 24-26
minggu. Surfaktan mulai diproduksi sejak minggu ke-20, tetapi jumlah dan
konsistensinya sangat minimal dan baru adekuat untuk survival ekstrauterin pada
akhir trimester ketiga.
Aliran keluar-masuk yang terjadi pada pernapasan janin intrauterin bukanlah
aliran udara, tetapi aliran cairan amnion. Seluruh struktur saluran napas janin
sampai alveolus terendam dalam cairan amnion tersebut.

Sistem gastrointestinal
Janin mulai menunjukkan aktifitas gerakan menelan sejak usia gestasi 14
minggu. Gerakan menghisap aktif tampak pada 26-28 minggu. Cairan empedu
mulai diproduksi sejak akhir trimester pertama, diikuti dengan seluruh enzim-
enzim pencernaan lainnya.
Mekonium, isi yang terutama pada saluran pencernaan janin, tampak mulai
usia 16 minggu. Mekonium berasal dari : 1) sel-sel mukosa dinding saluran cerna

38
yang mengalami deskuamasi dan rontok, 2) cairan / enzim yang disekresi
sepanjang saluran cerna, mulai dari saliva sampai enzim-enzim pencernaan, dan
3) cairan amnion yang "diminum" oleh janin, yang kadang-kadang mengandung
juga lanugo (rambut-rambut halus dari kulit janin yang rontok) dan sel-sel dari
kulit janin / membran amnion yang rontok.
Oksigenasi janin terutama tetap berasal dari sirkulasi maternal-fetal,
melalui plasenta dan tali pusat. (lihat kuliah plasenta dan tali pusat)

Sistem saraf dan neuromuskular


Ini merupakan sistem yang paling awal mulai menunjukkan aktifitasnya,
yaitu sejak usia 8-12 minggu (akhir trimester pertama), berupa kontraksi otot yang
timbul jika terjadi stimulasi lokal. Sejak usia 9 minggu, janin mampu mengadakan
fleksi alat-alat gerak, dengan refleks-refleks dasar yang sangat sederhana (fleksi
satu sisi diikuti juga fleksi sisi lainnya). Terjadi juga berbagai gerakan spontan
(spontaneous movement). Namun ukuran janin pada akhir trimester pertama ini
masih kecil, sehingga gerakan-gerakan janin belum dapat dirasakan oleh ibunya.
Sejak usia 13-14 minggu (awal trimester kedua), gerakan-gerakan janin
baru mulai dapat dirasakan ibunya. Terdapat HUBUNGAN antara keadaan
emosional ibu dengan tingkat aktifitas janin (misalnya, pada keadaan ibu marah
atau gembira, gerak janin lebih sering dan kuat, sebaliknya waktu ibu sedih atau
depresi atau ketakutan, gerak janin lebih sedikit dan lemah). Hal ini disebabkan
oleh pengaruh variasi kadar hormon adrenalin ibu yang juga ditransfer ke janin
melalui sirkulasi plasenta.

Sistem saraf sensorik khusus / indera


Mata yang terdiri dari lengkung bakal lensa (lens placode) dan bakal bola
mata / mangkuk optik (optic cup) pada awalnya menghadap ke lateral, kemudian
berubah letaknya ke permukaan ventral wajah. Saraf penglihatan / nervus optikus
merupakan derivat ektoderm, memasuki bola mata dari bagian posterior.
Telinga yang berasal dari vesikel otik (otic vesicles) bergeser ke sisi lateral
kepala, menempati tempatnya yang tetap. Telinga luar memperoleh inervasi

39
sensorik dari nervus facialis, telinga dalam (organ pendengaran dan
keseimbangan) memperoleh inervasi dari derivat ektoderm nervus
vestibulokoklearis.
Hidung yang berasal dari bakal olfaktorik (olfactory placode) merupakan
penebalan ektoderm permukaan di daerah wajah, memperoleh inervasi sensorik
dari nervus olfaktorius.
Lidah berasal dari lengkung faring dari endoderm, kemudian memperoleh inervasi
sensorik dari cabang nervus trigeminus dan nervus facialis, serta inervasi motorik
dari nervus hipoglosus dan nervus laryngeus superior.

Sistem urinarius
Glomerulus ginjal mulai terbentuk sejak umur 8 minggu. Pada kehamilan
20 minggu jumlah glomerulus diperkirakan mencapai 300-400 ribu. Ginjal mulai
berfungsi sejak awal trimester kedua, dan di dalam vesica urinaria dapat
ditemukan urine janin, yang keluar melalui uretra dan bercampur dengan cairan
amnion. Produksi urine kira-kira 0.05-0.10 cc/menit. Ginjal belum sepenuhnya
berfungsi, baik fungsi filtrasi maupun ekskresi, karena vaskularisasi juga relatif
masih sedikit.

Sistem endokrin
Kortikotropin dan tirotropin mulai diproduksi di hipofisis janin sejak usia
10 minggu, mulai berfungsi untuk merangsang perkembangan kelenjar suprarenal
dan kelenjar tiroid.
Setelah kelenjar-kelenjar tersebut berkembang, produksi dan sekresi hormon-
hormonnya juga mulai berlangsung.
Hormon-hormon maternal maupun hormon-hormon plasenta juga
didistribusikan dalam jumlah besar ke dalam sirkulasi janin, dan aktifitasnya juga
mempengaruhi pertumbuhan janin, lebih daripada hormon yang diproduksi janin
itu sendiri (contoh kasus : pada janin anensefalus, pertumbuhan badan tetap
berlangsung dengan baik, padahal jaringan hipofisis bayi tersebut sangat kecil dan
pembentukannya sendiri terganggu).

40
Kelenjar-kelenjar reproduksi pria (testis) juga menghasilkan testosteron dan
androstenedion, namun pada wanita (ovarium) tidak ditemukan sekresi estrogen
dan progesteron, kemungkinan karena belum terjadi pematangan teka dan
granulosa folikel lebih lanjut.

Perubahan setiap bulan


1. Bulan ketiga : wajah terbentuk makin sempurna, letak organ-organ wajah sesuai
tempatnya. Alat kelamin luar berkembang. Lengkung usus yang terdesak ke arah
tali pusat kembali tercakup dalam rongga abdomen. Mulai terdeteksi gerakan otot
/ refleks gerak sederhana, tetapi belum sampai menimbulkan sensasi pada ibu.
Pada akhir minggu ke-12, jenis kelamin fetus umumnya sudah dapat diidentifikasi
melalui pemeriksaan ultrasonografi.
2. Bulan keempat-kelima : tubuh janin memanjang dengan cepat, pertambahan
berat mencapai 500 g. Tumbuh rambut-rambut halus (lanugo), rambut kepala, alis
dan bulu mata. Gerakan janin mulai dapat dirasakan oleh ibu.
3. Bulan keenam-ketujuh : berat badan bertambah banyak, sampai dengan separuh
berat janin pada kehamilan aterm. Kulit kemerahan dan keriput karena belum
terbentuknya jaringan ikat subkutis. Susunan saraf pusat, kardiovaskular dan
pernapasan belum berfungsi sempurna dan diantara ketiganya belum dapat
berkoordinasi baik, sehingga jika janin lahir pada periode ini tidak akan dapat
bertahan hidup.

TRIMESTER KETIGA
Minggu ke-28 sampai dengan minggu ke 38-42
Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada trimester ketiga adalah
penyempurnaan struktur organ khusus / detail dan penyempurnaan fungsi berbagai
sistem organ.
Satu karakteristik perkembangan akhir masa janin adalah perlambatan
pertumbuhan kepala relatif terhadap perumbuhan badan.
Pada awal bulan ke-3, ukuran kepala merupakan separuh ukuran kepala-bokong
(crown-rump length / CRL), tetapi sejak awal bulan ke-5, ukuran kepala relatif

41
berkurang menjadi sepertiga dari CRL, sampai pada saat lahir ukuran kepala
hanya seperempat dari CRL.
Hal ini disebabkan peningkatan pertumbuhan badan dan ekstremitas, bersama
dengan penurunan pertumbuhan kepala.

Perubahan setiap bulan


1. Bulan ketujuh-kedelapan : endapan lemak subkutis meningkat, sehingga janin
memperoleh bentuk membulat / menggemuk. Produksi kelenjar lemak kulit juga
menghasilkan lapisan vernix caseosa yang melapisi kulit janin. Sejak usia 28
minggu lengkap, telah terbentuk koordinasi antara sistem saraf pusat, pernapasan
dan kardiovaskular, meskipun masih sangat minimal. Janin yang lahir pada masa
ini dapat bertahan hidup, namun diperlukan tunjangan hidup berupa perawatan
intensif yang sangat baik untuk mencapai hasil optimal.
2. Bulan kesembilan : pertumbuhan kepala maksimal, lingkar kepala menjadi
lingkar terbesar daripada seluruh bagian tubuh. Pada bayi laki-laki, testis mulai
turun ke tempatnya di dalam skrotum.
3. Saat lahir : terjadi mekanisme adaptasi berbagai struktur janin. Di antaranya,
paru yang semula kolaps karena belum terisi udara, sejak lahir menjadi
mengembang karena terisi udara pernapasan. Berbagai struktur dalam sistem
kardiovaskular menutup. Sejak tali pusat diputuskan, sirkulasi feto-maternal
melalui plasenta dan pembuluh umbilikalis terputus, dan bayi terpisah dari
sirkulasi ibunya.

42
4) ANC (ANTENATAL CARE)
Upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi
luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan
rutin selama kehamilan.

Pemeriksaan ANC pertama


- Anamnesis :
Identitas
Keluhan saat ini
Riwayat Haid
Riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu
Riwayat kehamilan saat ini
Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat penyakit dan operasi
Riwayat KB
Riwayat Imunisasi
- Pemeriksaan Fisik :
Vital sign
TB dan BB
Status General
Status Obstetri :
Abdomen : Tfu, Leopord, DJJ
Leopold

Vagina
- Tumor/massa vagina

43
- Pembukaan portio
- Efficement
- Selaput Ketuban
- Presentasi
- Denominator
- Penurunan (Hodge)
- Bagian kecil / tali pusat
- Evaluasi panggul

- Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
USG

44
Edukasi Saat ANC
1. Nutrisi yang adekuat
Kalori
- Dibutuhkan 2500 kalori per hari
- Kalori berlebih obesitas resiko preeklampsia
- Penjumlahan BB ibu hamil disarankan tidak lebih dari 10-12 kg
selama hamil
Protein
- Dibutuhkan 85 gr/hari
- Defisiensi : kelahiran prematur dan anemia
Kalsium
- 1,5 gr/hari untuk pertumbuhan otot dan rangka
- Defisiensi : riketsia bayi, osteomalasia ibu
Zat besi
- Untuk menjaga Hb normal.
- Defisiensi : anemia
Asam folat
- Untuk pematangan sel dan untuk sel darah
- Dibutuhkan 400 mikogram/hari
- Defisiensi : anemia megaloblastik
2. Perawatan payudara
- Membasuh lembut tiap hari pada aerola dan pting susu untuk
mengurangi retak dal lecet
- Untuk sekresi mengering pada puting susu bisa dibersihkan dengan
campuran glisin dan alkohol
- Gunakan bra sesuai
3. Perawatan gigi
Minmal dillakukan 2 kali :
- 1 kali saat trimester pertama terkait hiperemesis dan ptilisme (
pengeluaran air liur berlebihan)

45
- 1 kali saat trimester ketiga terkait adanya kebutuhan kalsium untuk
pertumbuhan janin apa ada pengaruh merugikan pada ibu
- Gosok gigi setiap selesei makan karena rentan caries dan gingivitis
4. Kebersihan tubuh dan pakaian
- Mandi dengan air mengalir
- Menggunakan pakain longgar
- Hindari pemakain high heels dan alas kaki ang keras
- Hindari melakukan pekerjaan rumah atau fisik yang berat
- Istirahat cukup. Malam minimal 8 jam dan siang 2 jam.
- Dilarang merokok

46
5) PERSALINAN
Sebab terjadinya partus :
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar esterogen dan progesteron yang
menurun
2. Tekanan pada ganglion frakehauser
3. Beban stress pada maternal dan fetal

Persalinan normal adalah proses dimana bayi ,plasenta dan selaput ketuban
keluar dalam rahim pada kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya
penyulit
3 faktor utama persalinan :
3 P utama
-Power : his, kekuatan
- Passenger : keadaan janin
- Passage : keadaan jalan lahir
3 P lainnya
- Physicology
- Position
- Fisik

His dan tenaga dalam persalinan


syarat his yang sempurna dan efektif
- Kontraksi simetris
- Dominasi di fundus
- Amplitudo 40-60mmhg dengan durasi 60-90 detik
- Rentang waktu kontraksi 2-4 menit
- Terjadi relaksasi tonus otot berkurang <12 mmhg

Frekuaensi : jumlah his dalam waktu tertentu (10menit)


Amplitudo : intensitas his :tekanan pada setiap kontraksi melalui cardio
tokografi
Nilai adekuat untuk persalinan : 140-250 montevideo

47
Tanda dimulainya persalinan :
- bloody show
- his ritmik ,teratur dan adekuat
- effacement
- dilatation
Kala 1 Kala 2 Kala 3 Kala 4

Dimulai Serviks Pembukaan Bayi lahir Setelah


membuka serviks lengkap lahirnya
lengkap plasenta

Berakhir Pembukaan Bayi lahir lahirnya 2 jam


serviks lengkap plasenta setelahnya
lengkap
Lama

Nuli : Laten : <20 <2 jam


<30 menit
jam
Aktif : 5-8
jam
Multi
<1 jam
Laten : <14 < 30
jam mmenit
Aktif 2-5 jam
Kala 1
Peristiwa penting :
- bloody show
- Ostium uteri terbuka
- Selaput ketuban pecah spontan diatas pembukaaan 4
Effacement dan dilatasi

48
Primigravida Multigravida

Penipisan dahulu lalu pembukaan Penipisan dan pembukaan bersamaan

Ostium internum terbuka lebih dahulu Ostium internum dan externum terbuka
bersamaan

Lebih lama (20jam) Lebih cepat (14jam )

Bishop score : mengukur tingkat kematangan serviks


<5 : belum matang
6-8 : pematangan serviks cukup
9-13 : keberhasilan pervaginam tinggi

Kala 2
Peristiwa penting
- Bagian terbawah janin turun sampai dasar panggul
- Ibu merasa ingin mengejan lebih kuat
- Perineum meregang dan menonjol
- Vulva dan sfingter terbuka
- Peningkatan bloody show

49
Kala 3
Tanda lepasnya plasenta
- Perubahan ukuran dan bentuk
- Tali pusat memanjang
- Semburan darah tiba tiba
- Maksimal 30 m3nit

Jenis pelepasan plasenta


- Sentral schultze , + pendarahan baru
- Tepi : mathew dunchan , - perdarahan baru

Kala 4
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum, baru saja
mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah
250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal.

Mekanisme Persalinan Normal (7 cardinal movements of labor)

Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati


panggul (seven cardinal movements of labor) yang terdiri dari :

1. Engagement: Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin


(biasanya kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement telah
terjadi ketika bagian terendah janin telah memasuki station nol atau lebih
rendah. Pada nulipara, engagement sering terjadi sebelum awal persalinan.
Namun, pada multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi
sampai setelah persalinan dimulai (Cunningham et. al, 2013; McKinney,
2013).

2. Descent: Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati


panggul. Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan
dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan

50
kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan,
dengan sumbu jalan lahir:

Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir
Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium
sehingga os parietalis lebih rendah.
Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan
tertahan oleh simfisis pubis (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

Proses Descent (Sinklitismus, Asinklitismus anterior, dan Asinklitismus


posterior), Sumber: Cunningham et. al. William Obstetrics 23rd Edition

3. Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan
oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal
fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini
disebabkan oleh:

Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke


dada.
Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang sehingga
kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.
Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu
lebih menempel pada tulang dada janin .
Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan
sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi
untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir (Cunningham
dkk, 2013; McKinney, 2013).

4. Putaran paksi dalam (internal rotation): Putaran paksi dalam dimulai pada
bidang setinggi spina ischiadika. Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin
diarahkan ke bawah lengkung pubis dan kepala berputar saat mencapai otot
panggul (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

51
5. Ekstensi (extension): Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan
defleksi ke arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati
permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti
sumbu jalan lahir akibat ekstensi.

6. Putaran paksi luar (external rotation): Putaran paksi luar terjadi ketika
kepala lahir dengan oksiput anterior, bahu harus memutar secara internal
sehingga sejajar dengan diameter anteroposterior panggul. Rotasi eksternal
kepala menyertai rotasi internal bahu bayi.

7. Ekspulsi: Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang
pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah
simfisis pubis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama persalinan

Kala 1: Fase aktif (ketika dilatasi serviks mencapai 4cm atau lebih)
Memonitor detak jantung fetus dan frekuensi, intensitas, durasi dari kontraksi
uterus ibu setiap 1 jam
Memonitor diltasi serviks, TTV ibu setiap 4 jam
Tidak dianjurkan melakukan vaginal examination lebih dari 4 jam sekali jika tidak

52
ada indikasi.

Kala 2
Kala 2 yang terjadi lebih dari 2 jam dikategorikan sebagai prolonged second stage
of labour dan ibu harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Kala 3
Dalam proses pengeluaran plasenta ibu dapat diberikan oksitosin 10 IU secara IM.
Jika setelah 1 jam pemberian oksitosin plasenta belum dilahirkan maka harus
dirujuk ke rumah sakit dengan segera.
Dilarang menekan atau memeras uterus untuk mengeluarkan plasenta.

53
6) MANAGEMEN BAYI BARU LAHIR
a. NORMAL
Prinsip : Inisiasi bernapas
Cegah hipotermia
Inisiasi Menyusu Dini
Cegah infeksi
Identifikasi bayi berisiko

1. Inisiasi bernapas dan resusitasi neonatus


a. Identifikasi risiko asfiksia dan penanganannya, melalui APGAR
score (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration).
b. Napas spontan (> 30 nafas/menit) pada sebagian besar neonates >
Gentle stimulation
c. Tidak perlu terlalu dalam karena dapat menimbulkan cardiac
arrhythmia
d. Jika terdapat lender di jalan napas disarankan menggunakan bulb
section untuk mengambilnya.
2. Cegah hipotermi
a. Fisiologis temperature bayi lC diatas ibu : 36,5-37,5
b. Periode stabilisasi : 6-12 jam pertama setelah lahir
c. Ruang persalinan hangat (24-25) dan bebaskan dari aliran udara
d. Keringkan bayi segera setelah lahir namun disarankan tidak
membersihkan verniks caseosa karena verniks caseosa berperan
sebagai pencegah kehilangan panas pada bayi.
e. Tutup bayi dengan pakaian yang kering dan hangat
f. Berikan segera ke ibu setelah dilahirkan : skin-to-skin contact
(inisiasi menyusu dini)
g. Cek suhu bayi setiap 15 menit (memegang kaki bayi)
h. Mandikan setelah 6 jam jika temperature bayi stabil.

54
3. Inisiasi Menyusu Dini
Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau di perut atas ibu
selama paling sedikitnya satu jam untuk member kesempatan pada
bayi untuk mencari dan menemukan putting susu ibunya.
Manfaat IMD pada bayi: membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan incubator,
menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi, mencegah infeksi
nosokomial, kadar bilirubin bayi lebih cepat normal, pola tidur bayi
semakin baik dan berat badan bayi cepat meningkat.
Manfaat IMD pada ibu : mengoptimalkan pengeluaran hormone
oksitoksin, prolaktin dan secara psikologis menguatkan ikatan batin
antara ibu dan bayi.

4. Cegah infeksi
Pencegahan infeksi pertama kali dilakukan dalam hal pengikatan,
pemotongan dan perawatan tali pusat.
Tali pusat berfungsi sebagai transfuse fetomaternal. Transfuse ini
berlangsung paling cepat dalam menit pertama. Pada bayi premature,
penundaan pengikatan tali pusat memiliki manfaat yang lebih besar
selain mencegah anemia, yaitu mengurangi risiko perdarahan
intraventikular dan mengurangi kebutuhan transfuse darah.
Penanganan tali pusat di kamar bersalin harus dilakukan secara
asepsis.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum mengikat dan
memotong tali pusat
Tali pusat diikatkan pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan
menggunakan klem yang terbuat dari plastic atau menggunakan tali
yang bersih yang panjangnya cukup untuk membuat ikatan yang
cukup kuat (15 cm)

55
Tali pusat dipotong pada kurang lebih 1 cm di distal tempat tali
pusat diikat menggunakan instrument steril yang tajam.

Perawatan tali pusat juga dilakukan secara asepsis


Prinsipnya adalah menjaga tali pusat tetap kering dan bersih
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali
pusat
Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas
basah
Bungkus dengan longgar menggunakan kasa steril
Popok atau celana bayi diikat di bawah tali pusat dan tidak
menutupi tali pusat
Untuk pencegahan kolonisasi kuman dari kamar bersalin dapat
digunakan antimikroba topical seperti basitrasin, nitrofurazone,
silver sulphadiazine dan triple dye. Bukan alcohol atau betadin
(povidone-iodine)

Perawatan mata dilakukan pertama kali dengan segera membersihkan


mata menggunakan NaCl atau salep antimikroba untuk mencegah dan
mengatasi opthalmica neonatarum. Konjungtivitis pada bayi baru lahir
dari ibu yang menderita gonorrhea atau klamidiasis diberikan tetes
mata silver nitrar 1%, salep mata eritromisin, dan salep mata
tetrasiklin.

Pemberian vitamin K1 1mg im ditujukan untuk mencegah terjadinya


perdarahan akibat defisiensi vitamin k.

Selanjutnya diberikan imunisasi pada bayi:


Hepatitis B virus diberikan dalam 12 jam pertama (1 jam setelah
vit K1)
Oral poliovirus vaccine (OPV) diberikan saat pulang dari RS

56
BCG diberikan pada usia 2-3 bulan

5. Identifikasi bayi berisiko


Cari tanda-tanda malformasi dengan melakukan skrining bagian tubuh
dari atas-bawah dan bagian tengah. Lakukan pemeriksaan disetiap
orifisium.
Amati tidak ada tanda-tanda Danger Sign: lethargy, hipotermi,
respiratori distress, sianosis, konvulsi, distensi abdomen, perdarahan,
ikterus, penurunan berat badan atau berat badan lahir rendah, muntah
dan diare.

b. ABNORMAL (RESUSITASI NEONATUS)

57
Diperkirakan 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada
saat lahir dan 1% saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian
awal saat lahir harus dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal itu ialah: apakah
bayi cukup bulan, apakah bayi menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot
bayi baik. Jika bayi lahir cukup bulan, menangis, dan tonus ototnya baik, bayi
dikeringkan dan Dipertahankan tetap hangat. Hal ini dilakukan dengan bayi
berbaring di dada ibunya dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi yang tidak
memenuhi kriteria tersebut, dinilai untuk dilakukan satu atau lebih tindakan secara
berurutan di bawah ini:

A. Langkah awal stabilisasi (memberikan kehangatan, membersihkan jalan


napas jika diperlukan, mengeringkan, merangsang)
B. Ventilasi
C. Kompresi dada
D. Pemberian epinefrin dan/atau cairan penambah volume

Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi


langkah awal, menilai kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan
ke langkah berikut didasarkan pada penilaian simultan dua tanda vital yaitu
pernapasan dan frekuensi denyut jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP)
atau setelah pemberian oksigen tambahan, penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu
frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan status oksigenasi.

Setelah publikasi tahun 2005, telah diidentifikasi beberapa kontroversi dan pada
tahun 2010 dibuat kesepakatan. Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk
resusitasi neonatus:

Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan dua


tanda vital yaitu frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Oksimeter
digunakan untuk menilai oksigenasi karena penilaian warna kulit tidak
dapat diandalkan.

58
Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan dengan
udara dibanding dengan oksigen 100%.
Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara
(blended oxygen) , dan pangaturan konsentrasi dipandu berdasarkan
oksimetri.
Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya
pengisapan trakea secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur
mekonium, bahkan pada bayi dalam keadaan depresi (lihat keterangan
pada Langkah Awal).
Rasio kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali jika
diketahui adanya penyebab jantung. Pada kasus ini rasio lebih besar dapat
dipertimbangkan.
Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau
mendekati cukup bulan dengan perkembangan kearah terjadinya
ensefalopati hipoksik iskemik sedang atau berat, dengan protokol dan
tindak lanjut sesuai panduan.
Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung
selama 10 menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan
melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.
Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit untuk bayi
yang tidak membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup untuk
merekomendasikan lama waktu untuk penjepitan talipusat pada bayi yang
memerlukan resusitasi.

Langkah Awal

Langkah awal resusitasi ialah memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di


bawah pemancar panas, memposisikan bayi pada posisi menghidu/sedikit
tengadah untuk membuka jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu,
mengeringkan bayi, dan stimulasi napas.

Membersihkan jalan napas:

59
a. Jika cairan amnion jernih.

Pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan secara rutin,


tetapi hanya dilakukan bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan
yang memerlukan VTP.

b. Jika terdapat mekonium.

Bukti yang ada tidak mendukung atau tidak menolak dilakukannya


pengisapan rutin pada bayi dengan ketuban bercampur mekonium dan bayi
tidak bugar atau depresi. Tanpa penelitian (RCT), saat ini tidak cukup data
untuk merekomendasikan perubahan praktek yang saat ini dilakukan.
Praktek yang dilakukan ialah melakukan pengisapan endotrakeal pada bayi
dengan pewarnaan mekonium yang tidak bugar. Namun, jika usaha
intubasi perlu waktu lama dan/atau tidak berhasil, ventilasi dengan balon
dan sungkup dilakukan terutama jika terdapat bradikardia persisten.

Menilai kebutuhan oksigen dan pemberian oksigen

Tatalaksana oksigen yang optimal pada resusitasi neonatus menjadi penting


karena adanya bukti bahwa baik kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat
merusak bayi. Persentil oksigen berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar
algoritma.

Penggunaan oksimetri nadi (pulse oximetry) direkomendasikan jika:

Resusitasi diantisipasi
VTP diperlukan lebih dari beberapa kali napas
Sianosis menetap
Oksigen tambahan diberikan.

60
Pemberian oksigen tambahan

Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai resusitasi dengan udara
atau oksigen campuran (blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen
untuk mencapai SpO2 sesuai target. Jika oksigen campuran tidak tersedia,
resusitasi dimulai dengan udara kamar. Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per
menit) setelah 90 detik resusitasi dengan oksigen konsentrasi rendah, konsentrasi
oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga didapatkan frekuensi denyut jantung
normal.

Ventilasi Tekanan Positif (VTP)

Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika frekuensi denyut jantung kurang
dari 100 per menit setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai.

Pernapasan awal dan bantuan ventilasi

Bantuan ventilasi harus diberikan dengan frekuensi napas 40 60 kali per menit
untuk mencapai dan mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 per
menit. Penilaian ventilasi awal yang adekuat ialah perbaikan cepat dari frekuensi
denyut jantung.

Tekanan akhir ekspirasi

Banyak ahli merekomendasikan pemberian continuous positive airway pressure


(CPAP) pada bayi yang bernapas spontan tetapi mengalami kesulitan setelah lahir.
Penggunaan CPAP ini baru diteliti pada bayi prematur. Untuk bayi cukup bulan
dengan gawat napas, tidak ada cukup bukti untuk mendukung atau tidak
mendukung penggunaan CPAP di ruang bersalin.

Alat untuk ventilasi

Alat untuk melakukan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon Tidak
Mengembang Sendiri (balon anestesi), Balon Mengembang Sendiri, atau T-piece

61
resuscitator. Laryngeal Mask Airway (LMA; sungkup larings) disebutkan dapat
digunakan dan efektif untuk bayi >2000 gram atau 34 minggu. LMA
dipertimbangkan jika ventilasi dengan balon sungkup tidak berhasil dan intubasi
endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin. LMA belum diteliti untuk
digunakan pada kasus air ketuban bercampur mekonium, pada kompresi dada,
atau untuk pemberian obat melalui trakea.

Pemasangan intubasi endotrakeal

Indikasi intubasi endotrakeal pada resusitasi neonatus ialah:

Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.
Jika ventilsi dengan balon-sungkup tidak efektif atau memerlukan waktu
lama.
Jika dilakukan kompresi dada.
Untuk situasi khusus seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi
berat lahir amat sangat rendah.

Kompresi dada

Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per
menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik. Untuk neonatus,
rasio kompresi:ventilasi tetap 3:1. Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan
oksigenasi harus dinilai secara periodik dan kompresi ventilasi tetap dilakukan
sampai frekuensi denyut jantung sama atau lebih dari 60 per menit.

Medikasi

Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun, jika
frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit walaupun telah diberikan
ventilasi adekuat dengan oksigen 100% dan kompresi dada, pemberian epinefrin
atau pengembang volume atau ke duanya dapat dilakukan.

62
Epinefrin

Epinefrin direkomendasikan untuk diberikan secara intravena dengan dosis


intrvena 0,01 0,03 mg/kg. Dosis endotrakeal 0,05 1,0 mg/kg dapat
dipertimbangkan sambil menunggu akses vena didapat, tetapi efektifitas cara ini
belum dievaluasi. Konsentrasi epinefrin yang digunakan untuk neonatus ialah
1:10.000 (0,1 mg/mL).

Pengembang volume

Pengembang volume dipertimbangkan jika diketahui atau diduga kehilangan


darah dan frekuensi denyut jantung bayi tidak menunjukkan respon adekuat
terhadap upaya resusitasi lain. Kristaloid isotonik atau darah dapat diberikan di
ruang bersalin. Dosis 10 mL/kg, dapat diulangi.

Perawatan pasca resusitasi

Bayi setelah resusitasi dan sudah menunjukkan tanda-tanda vital normal,


mempunyai risiko untuk perburukan kembali. Oleh karena itu setelah ventilasi dan
sirkulasi adekuat tercapai, bayi harus diawasi ketat dan antisipasi jika terjadi
gangguan.

Nalokson

Nalokson tidak diindikasikan sebagai bagian dari usaha resusitasi awal di ruang
bersalin untuk bayi dengan depresi napas.

Glukosa

Bayi baru lahir dengan kadar glukosa rendah mempunyai risiko yang meningkat
untuk terjadinya perlukaan (injury) otak dan akibat buruk setelah kejadian
hipoksik iskemik. Pemberian glukosa intravena harus dipertimbangkan segera
setelah resusitasi dengan tujuan menghindari hipoglikemia.

63
Hipotermia untuk terapi

Beberapa penelitian melakukan terapi hipotermia pada bayi dengan umur


kehamilan 36 minggu atau lebih, dengan ensefalopatia hipoksik iskemik sedang
dan berat. Hasil penelitian ini menunjukkan mortalitas dan gangguan
perkembangan neurologik yang lebih rendah pada bayi yang diberi terapi
hipotermia dibanding bayi yang tidak diberi terapi hipotermia. Penggunaan cara
ini harus menuruti panduan yang ketat dan dilakukan di fasilitas yang memadai.

Penghentian resusitasi

Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama


10 menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi
setelah 10 menit.

7) PEMBERIAN ASI DAN MPASI (MAKANAN


PENDAMPING ASI)
a. ASI

1. Definisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktose (gula) dan garam organik yang diproduksi karena pengaruh hormon
prolaktin dan oksitosin yang didapat setelah kelahiran bayi pada buah dada atau
mamae ibu.
Menurut Maritalia (2012) ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
1) Kolostrum Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar payudara, dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat setelah persalinan. Kolostrum merupakan cairan yang
agak kental, lengket dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum
mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen,

64
sel darah putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur, yang
berfungsi :
a. Sebagai pembersih selaput usus Bayi Baru Lahir (BBL)
sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima
makanan.
b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama globulin
sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap
infeksi.
c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi
tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka
waktu sampai dengan enam bulan.
2) ASI transisi / peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI
yang matur, disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa
laktasi. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak
dan berubah warna serta komposisinya. Kadar immunoglobulin
dan protein menurun, sedangkan kadar lemak dan laktosa
meningkat.
3) ASI matur
Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh dan
seterusnya, komposisinya relatif konstan. ASI ini merupakan
makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi
sampai umur 6 bulan. Susu ini lebih cair dan lebih encer dari pada
susu transisi tetapi dikeluarkan dalam kuantitas yang meningkat
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap
waktu menyusui dengan jumlah berkisar antara 450 -1200 ml dengan rerata antara
750-850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang mempunyai
status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah hanya 100-200 ml per hari. (IDAI,
2013)

65
2. Komposisi ASI

Perbedaan kandungan ASI, susu Sapi, susu formula

66
3. Manajemen Laktasi
Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan
pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara
eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain :
a. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam
1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan
tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur.
Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat
itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat melakukan hal
ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi
umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan
bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit kulit. Bayi akan
mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak
kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin
(bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi.
b. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi
anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula)
yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui.
Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI,
menciptakan bingung puting, serta meningkatkan risiko infeksi
c. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan
melepaskan puting dengan sendirinya.
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke
bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui
dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.
Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau
duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik.
Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi
mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat
menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.

67
Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap
payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan
badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi
dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan
bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala
bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara
menyusuri langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut
bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola
bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara
dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi.
Menilai kecukupan ASI
a. Asi akan cukup bila posisi dan perlekatan benar
b. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang tidak
pekat dan bau tidak menyengat
c. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi
berat lahir pada usia 2 minggu
d. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari
payudara ibu

4. Panduan Menyimpan ASI Perah untuk Bayi Sehat yang Lahir Aterm

(Sumber: IDAI, 2014)


Beberapa tips dalam menghangatkan ASI perah yang telah dibekukan:

68
a) Cek tanggal pada label wadah ASI. Gunakan ASI yang paling dulu
disimpan
b) ASI tidak harus dihangatkan. Beberapa ibu memberikannya dalam
keadaan dingin
c) Untuk ASI beku: pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam atau ke
dalam bak berisi air dingin. Naikkan suhu air perlahan-lahan hingga
mencapai suhu pemberian ASI
d) Untuk ASI dalam lemari es: Hangatkan wadah ASI dalam bak berisi air
hangat atau air dalam panci yang telah dipanaskan selama beberapa menit.
Jangan menghangatkan ASI dengan api kompor secara langsung.
e) Jangan menaruh wadah dalam microwave. Microwave tidak dapat
memanaskan ASI secara merata dan justru dapat merusak komponen ASI
dan membentuk bagian panas yang melukai bayi. Botol juga dapat pecah
bila dimasukkan ke dalam microwave dalam waktu lama.
f) Goyangkan botol ASI dan teteskan pada pergelangan tangan terlebih
dahulu untuk mengecek apakah suhu sudah hangat.
g) Berikan ASI yang dihangatkan dalam waktu 24 jam. Jangan membekukan
ulang ASI yang sudah dihangatkan.
Perlu diketahui bahwa ASI yang telah dihangatkan kadang terasa seperti
sabun karena hancurnya komponen lemak. ASI dalam kondisi ini masih aman
untuk dikonsumsi. Apabila ASI berbau anyir karena kandungan lipase (enzim
pemecah lemak) tinggi, setelah diperah, hangatkan ASI hingga muncul gelembung
pada bagian tepi (jangan mendidih) lalu segera didinginkan dan dibekukan. Hal
ini dapat menghentikan aktivitas lipase pada ASI. Dalam kondisi inipun kualitas
ASI masih lebih baik dibandingkan dengan susu formula. (IDAI, 2014)

5. Kontraindikasi Pemberian ASI


a. Bayi yang menderita galaktosemia.
Dalam hal ini bayi tidak memiliki enzim galaktase sehingga galaktosa
tidak dapat dipecah. Dan juga tidak boleh minum susu formula.

69
b. Ibu dengan HIV/AIDS yang dapat memberikan PASI yang memenuhi
syarat AFASS
c. Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal
jantung
d. Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obatan tertentu (antikanker).
e. Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif perlu
menghentikan pemberian ASI kepada bayinya selama 5x waltu paruh obat.
Setelah itu, bayi boleh menyusu lagi. Sementara itu, ASI tetap diperah dan
dibuang agar tidak mengurangi produksi. (Sarwono, 2014)

b. MPASI

1. Definisi
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). MP-ASI adalah
makanan bergizi yang diberikan mendampingi ASI kepada bayi berusia 6 bulan ke
atas atau berdasarkam indikasi medis, sampai anak berusia 24 bulan untuk
mencapai kecukupan gizinya (WHO, 2003). Zat gizi pada ASI hanya memenuhi
kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan, untuk itu ketika bayi berusia 6 bulan
perlu diberi makanan pendamping ASI dan ASI tetap diberikan sampai usia 24
bulan atau lebih.

2. Syarat MP ASI
Makanan yang diberikan pada bayi dan anak balita harus memenuhi syarat- syarat
berikut (Asad, 2002) yaitu memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai
usia, macam makanan yang diberikan disesuaikan dengan pola menu seimbang,
bahan makanan yang digunakan tersedia di daerah setempat. Kebiasaan makan,
bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan
faali anak, dengan selalu memperhatikan higienitas makanan maupun lingkungan.
MP ASI untuk bayi sebaiknya mempunyai nilai energi, kandungan protein,

70
vitamin dan mineral yang sesuai kebutuhan (Muchtadi, 2004). Rata rata angka
kecukupan gizi setiap hari untuk anak usia 0 36 bulan dapat dilihat pada table
dibawah ini.

Berdasar petunjuk WHO, kebutuhan energi dari makanan pelengkap untuk


bayi dengan rata-rata asupan ASI di negara berkembang adalah sekitar 200 kkal /
hari pada usia 6 - 8 bulan, 300 kkal / hari pada usia 9 - 11 bulan, dan 550 kkal /
hari pada usia 12 - 23 bulan (WHO, 2003).

3. Prinsip Pemberian MP ASI

71
Anak yang tidak mendapatkan ASI, bisa diberikan tambahan susu formula
1 2 gelas / hari dan 1 2 makanan camilan / hari ( WHO, 2005)

4. Cara Pemberian MP ASI


Pemberian MP ASI diberikan pada anak yang berusia 6 sampai 24 bulan
secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan mengunyah
dan menelan serta menerima macam-macam makanan dengan berbagai
tekstur dan rasa.

72
Pemberian MP ASI harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur
cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat,
makanan lembik dan akhirnya makanan padat .

MP ASI sebaiknya diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam


bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental sampai
padat.
Minuman bersoda, minuman buah yang manis, permen, biskuit manis
adalah makanan selingan yang tidak baik diberikan kepada anak karena
banyak mengandung gula tetapi kurang zat gizi lainnya.

Contoh menu sehari-hari:

(Brosur Makanan Sehat untuk Bayi, Kemenkes, 2011)

73
8) ASPEK SOSIAL BUDAYA : HAMIL MUDA
Seseorang dikatakan nikah secara dini apabila ditinjau dari usia dan
kematangan mentalnya belum cukup untuk memasuki dunia rumahtangga. Secara
biologis, wanita siap untuk bereproduksi pada usia 20 tahun, sedangkan untuk pria
25 tahun (DepKes RI, 1995). Pada usia itulah organ-organ reproduksi siap untuk
berfungsi secara optimal, artinya sel telur siap untuk dibuahi dan sel sperma baik
untuk pembuahan. Selain itu, pada usia 20 tahun wanita secara psikologis telah
siap untuk mengurus rumahtangga, dan pada usia 25 tahun pria juga telah siap
menjadi kepala keluarga. Dengan demikian bila mereka berkeluarga diharapkan
dapat membina keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Pada saat sekarang ini, terjadinya pernikahan dini dapat disebabkan oleh
beberapa alasan. Beberapa diantaranya : karena kecelakaan (MBA), kemauan
orangtua, kemauan anak, putus sekolah, tertangkap masyarakat, dan lain-lain.

Dampak Pernikahan Dini Ditinjau Dari Aspek Biologis


Dilihat dari faktor usia, yaitu untuk wanita minimal 20 tahun dan pria
minimal 25 tahun. Diperkirakan pada usia itulah sel telur sudah siap untuk dibuahi
dan sel sperma baik untuk pembuahan. Pertimbangan lainnya adalah pada saat
seseorang melangkah dalam jenjang pernikahan berarti secara langsung harus siap
menjadi ibu (siap hamil dan melahirkan). Jika pernikahan dilangsungkan pada
usia dini dikhawatirkan si ibu (terutama) belum siap untuk menghadapi
permasalahan seluk beluk kehamilan, kelahiran, dan pengasuhan bayi. Hal ini
dapat berakibat pada kesalahan penanganan kesehatan, baik pada ibu maupun
bayi. Dengan demikian memang diharapkan mereka lebih banyak belajar dan
menimba pengalaman dari orangtua, tetangga, maupun mencari informasi dari
berbagai media. Semua itu diperlukan, karena mereka yang menikah dini masih
sangat minim dengan pengalaman.

74
9) HIPEREMIS GRAVIDARUM

Menurut The International Statistical Classification of Diseases and Related


Health Problems, Tenth Revision, hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai
muntah yang berlebihan dan terus-menerus yang terjadi sebelum minggu ke-22
kehamilan dan dibagi mulai dari kondisi yang ringan hingga berat.

Karakteristik hiperemesis gravidarum yaitu muntah dan mual yang hebat dan
terus-menerus, dehidrasi, ketonuria dan hilangnya massa tubuh sebanyak lebih
dari 5%.

Sebuah studi observasional menunjukkan bahwa wanita dengan hiperemesis


gravidarum cenderung memiliki kadar hormon hCG yang lebih tinggi pada
trimester awal.

Hiperemesis gravidarum terjadi pada 0.3-2.0% kehamilan dan menyebabkan


terjadinya dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit pada ibu hamil
meningkatkan resiko kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah.

Tatalaksana hiperemesis gravidarum

1. Pemberian cairan IV untuk mengatasi dehidrasi


2. Pemberian antiemetik, menurut American College of Obstetricians and
Gynecologist (2004), lini pertama antiemetik yang dapat digunakan pada
kondisi hiperemesis gravidarum adalah dimenhydrinate, metoclorpamide
dan promethazine secara IV.
3. Akar jahe mampu mengurangi muntah pada hipermesis gravidarum,
karena akar jahe dapat meningkatkan motilitas GI track dan menurunkan
stimulus kemoreseptor di pusat muntah.

75
DAFTAR PUSTAKA

Fergus PM, Jennifer EL, Richard AG. Hyperemesis gravidarum: current


perspectives. Int J Womens Health. 2014; 6: 719-725

Lindsey JW, John TR, Serdal HU. Treatment of Hyperemesis Gravidarum. Rev
Obstet Gynecol. 2012; 5(2): 78-84

Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Organ-Organ Dalam,
Edisi 23. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC

Prawirohardjo,S., 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

World Health Organization. Pregnancy, Childbirth, Postpartum and Newborn


Care: A guide for essential practice. 3rd Edition. WHO; 2015

World Health Organization. International Statistical Classification of Diseases and


Related Health Problems. 10th Rev. WHO; 2007

76

Anda mungkin juga menyukai