Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OP SECTIO CAESAREA PADA STASE KEPERAWATAN


MATERNITAS DI RANAP RUANG 209
DI RS AQIDAH CILEDUG

Oleh :
IRFAN AMMAR MUSH’AB
NIM : 231030230626

Pembimbing :
Ns. Ni Bodro, S.Kep, M.Kep.

NIDN : 0410048406

PROGRAM PROFESI NERS STIKes WIDYA

DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Sectio Caesarea


A. Pengertian
Sectio Caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan
uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya
dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada
komplikasi-komplikasi kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti
kelahiran normal (Mitayani, 2012). Sectio Caesarea merupakan suatu
persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bobot
janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).

B. Istilah Dalam Sectio Caesarea


Menurut Mochtar (2012), ada beberapa istilah dalam sectio caesarea yaitu :
1. Sectio Caesarea Primer (elektif)
Sejak semula telah direncankan bahwa janin akan dilahirkan secara
sectio caesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya, pada
panggung sempit (CV kurang dari 8 cm).
2. Sectio Caesarea Sekunder
Dalam hal ini kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan). Jika tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan
gagal, baru dilakukan sectio caesarea.
3. Sectio Caesarea Ulang (Repeat Caesarean Sectio)
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani sectio caesarean dan pada
kehamilan selanjutnya juga dilakukan sectio caesarea ulang.
4. Sectio Caesarea Histerektomi (Caesarean Sectio Histerektomy)
Suatu operasi yang meliputi pelahiran janin dengan sectio caesarea
yang secara langsung diikuti histerektomi karena suatu indikasi.

5. Operasi Porro (Porro Operation)


Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri
(tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat. Sectio caesarea oleh
ahli kebidanan disebut obstetric panacea, yaitu obat atau terapi ampuh
bagi semua obstetri.

C. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas
indikasi sebagai berikut :
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo Pelvik
Disproportion (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan
panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, komplikasi kehamilan
yaitu pre eklampsia dan eklampsia berat, atas permitaan, kehamilan
yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan
(kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan
janin seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi
seperti sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan
kecil seperti prolapsus tali pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor
plasenta yaitu plasenta previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan
vasa previa. kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan
bayi kembar (multiple pregnancy).
D. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi
eksterna (organ bagian luar) dan organ reproduksi interna (organ
bagian dalam).

2. Organ Reproduksi Eksterna Wanita


a. Vulva atau pudenda, meliputi seluruh stuktur eksternal yang dapat
dilihat mulai dari pubis sampai pirenium, yaitu mons veneris, labia
mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah / hymen,
vestibulum, maura uretra, berbagai kelenjer dan struktur vaskular.
b. Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas
simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut
kemaluan. Pada perempuan umunnya batas rambut melintang
sampai pinggir atas simfisis, sedangakn ke bawah samapai ke
sekitar anus dan paha.
c. Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan kanan,
lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa
dengan yang ada di mons veneris.
d. Labia minora / bibir-bibir kecil / nymphae adalah suatu lipatan tipis
dan kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir kecil
mengandung banyak glandula sebasea / kelenjar-kelenjar lemak
dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat
sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banak pembuluh darah dan
beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat
mengembang.
e. Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium
klitoris dan terdiri dari glans klitoris, korpus klitoris, dan dua krura
yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoris terdiri
atas jaringan yang dapat mengambang, penuh dengan urat saraf
sehingga sangat sensitif.
f. Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan
ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh
ke dua bibir kecil dan di belakang oleh perineum.
g. Bulbus vestibuli sinitra et dekstra merupakan pengumpulan vena
terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat namus ossis
pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm.
Bulbus vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian
tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus kontriktor
vagina.
h. Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-
beda. Pada seorang Virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang
baru dapat dilihat jika bibir kecil ini dibuka. Introtus vagina
ditutupi oleh selaput dara / himen. Himen ini mempunyai bentuk
berbeda-beda, dan yang semilunar (bulan sabit) sampai yang
berlubang-lubang atau yang bersekat (septum).
i. Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4
cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diagfragma
pelvis dan diagfragma urogenitalis (Sagita, 2019).

3. Organ Reproduksi Interna Wanita


a. Vagina / Liang kemaluan, setelah melewati introtus vagina terdapat
liang kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung antara
introtus vagina dengan uterus. Dinding depan dan belakang vagina
berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnyan antara 6-7
cm dan 7-10 cm. Bentuk vangina sebelah dalam yang berlipat-lipat
disebut rugae.
b. Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang sedikit
gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga.Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar di atas
5,25 cm dan tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus
keadaan fifioligis adalah anteversiofleksio / serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan
membentuk sudut dengan serviks uteri.
c. Tuba falloppi terdiri atas :
1) Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus.
2) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya.
3) Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagian saluran
agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
4) Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah
abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya
bagi tuba untuk mengakap telur dan selanjutnya menyalurkan
ke dalam tuba. Bentuk infundibulum seperti anemon / sejenis
binatang laut.
d. Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai dua indung telut
kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian
belakang ligamentum latum di kiri dan kanan. Ovarium berukuran
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang 4 cm,
lebar dan tebal 1,5 cm.

4. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita Secara garis besar berfungsi


sebagai sistem reproduksi dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Genetalia eksterna fungsinya adalah dikhususkan untuk kopulasi
(koitus).
b. Genetalia interna
c. Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah
haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir
pada waktu persalinan.
d. Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin
tumbuh dan berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin.
e. Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi
kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran
rambut getar tersebut.
f. Ovarium berfungsi sebagai saluran telur, menangkap dan
membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur. Tempat
terjadinya pembuahan (Sagita, 2019).

E. Patofisiologi
kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal
dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia
lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban
pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, (Sari, 2016).

F. Pathway
Inufisiensi plasenta Sirkulasi utero Cemas pada janin
plasenta menurun

Kadar kortisol menurun


Tidak timbul HIS

Faktor Predisposisi Tidak ada perubahan


pada servick
- Ketidakseimbangan
splaoserviks
- Kehamilan kembar
- Presntasi janin
Kelahiran terhambat

Sectio Caesariea

Kelahiran tidak normal

Kurang pengetahuan Nifas Estogen meningkat

Ansietas (D0080) Penurunan Laktasi

Pembendungan Laktasi

Nyeri Gangguan Risiko infeksi


(D0077) Mobilitas Fisik (D0142)
(D0054)

G. Risiko Sectio Caesarea


Menurut Simkin yang dikutip dari Rozauna (2013) dibawah ini terdapat
beberapa risiko bedah caesarea adalah :
1. Masalah yang muncul akibat bius yang digunakan dalam pembedahan
dan obat-obatan penghilang nyeri sesudah bedah caesarea.
2. Peningkatan insidensi infeksi dan kebutuhan akan antibiotika.
3. Perdarahan yang lebih berat dan peningkatan risiko perdarahan yang
dapat menimbulkan anemia atau memerlukan tranfusi darah.
4. Rawat inap yang lebih lama, yang meningkatkan biaya persalinan.
5. Nyeri pasca bedah yang berlangsung berminggu-minggu atau
berbulanbulan dan membuat anda sulit merawat diri sendiri, merawat
bayi dan kakakkakaknya.
6. Risiko timbulnya masalah dari jaringan parut atau perlekatan di dalam
perut.
7. Kemungkinan cederanya organ-organ lain (usus besar atau kandung
kemih) dan risiko pembentukan bekuan darah dan kaki dan daerah
panggul.
8. Peningkatan risiko masalah pernafasan dan temperatur untuk bayi baru
lahir.
9. Tingkat kemandulan yang lebih tinggi dibanding pada wanita dengan
melahirkan lewat vagina.
10. Peningkatan risiko plasenta pervia atau plasenta yang tertahan pada
hamil yang berikutnya.
11. Peningkatan kemungkinan harus dilakukannya bedah caesarea pada
kehamilan berikutnya.

H. Jenis-jenis SC
Menurut Sofyan (2019), terdiri dari 4 jenis sectio caesarea, yaitu :
1. Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini :
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus
uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna
2. Sectio caesarea korporal / klasik
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan
apabila ada halangan untuk melakukan sectio caesarea
transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen uterus.
3. Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan
tehadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan.
Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uteri
berat.
4. Sectio caesarea hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat

I. Manifestasi Klinis
Menurut Sagita (2019), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :
1. Pusing
2. Mual muntah
3. Nyeri sekitar luka operasi
4. Peristaltic usus menurun

J. Indikasi Tindakan Sectio Caesarea


Indikasi sectio caesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan
yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana
merupakan indikasi absolut untuk sectio abdominal. Di antaranya adalah
kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat
jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana
tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sectio
caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak atau pun keduanya (Esta, 2017).
Dibawah ini adalah indikasi dilakukannya sectio caesarea :
1. Indikasi menurut Lockhart dan saputra (2014)
a. Postmaturitas (kehamilan lebih dari 42 minggu) yang dapat
menyebabkan insufisiensi plasenta atau gangguan janin.
b. Ketuban pecah dini yang dapat meningkatkan risiko infeksi
intrauteri
c. Hipertensi gestasional yang dapat bertambah parah
d. Isoimunisasi Rh yang dapat menyebabkan eritroblastosis fetalis
e. Diabetes maternal yang dapat menimbulkan kematian janin akibat
insufiensi plasenta
f. Koriomnionitis
g. Kematian janin
2. Indikasi menurut Manuaba (2012)
a. Plasenta previa sentralis/lateralis
b. Panggul sempit
c. Disproporsi sepalo pelvic
d. Ruptura Uteri mengancam
e. Partus lama
f. Distosia Serviks
g. Malpresentasi janin: letak lintang, letak bokong, presentasi ganda,
gamelli (anak pertama letak lintang), locking of the twins.
h. Distosia karena tumor
i. Gawat janin
j. Indikasi lainnya
3. Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar sectio caesarea
adalah :
a. Prolong labour sampai Neglected labour
b. Rupture uteri imminens
c. Fetal distress
d. Janin besar melebihi 4000 gram
e. Perdarahan ante partum
4. Indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio
caesarea adalah :
a. Tindakan sectio caesarea pada letak sungsang
b. Sectio caesarea berulang
c. Kehamilan prematuritas
d. Kehamilan dengan resiko tinggi
e. Pada kehamilan ganda
f. Kehamilan dengan pre-eklampsia dan eklampsia
g. Konsep well born baby dan well health mother dengan oerientasi
persalinan spontan, outlet forcep/vacum.

K. Kontra Indikasi Sectio Caesarea


Dalam praktek kebidanan modern, tidak ada kontra indikasi tegas terhadap
sectio caesarea, namun demikian sectio caesarea jarang dilakukan bila
keadaan-keadaan sebagai berikut (Esta, 2017) :
1. Janin mati
2. Terlalu prematur untuk bertahan hidup
3. Ada infeksi pada dinding abdomen
4. Anemia berat yang belum diatasi
5. Kelainan kongenital
6. Tidak ada / kurang sarana / fasilitas / kemampuan

L. Komplikasi
Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2012) komplikasi Sectio Caesarea
adalah sebagai berikut :
1. Infeksi Peurperal
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan
sebagainya.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-
cabang arteri ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan
Sectio Caesarea dua kali lipat dibanding lewat persalinan normal.
3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan
embolisme paru.
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak
ditemukan sesudah Sectio Caesarea Klasik. Persalinan Sectio Caesarea
juga dapat menimbulkan masalah keperawatan pada ibu diantaranya
nyeri bekas luka operasi, kelemahan, kerusakan integritas kulit,
hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi, gangguan pola tidur.

M. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak
yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
4. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah (Sagita, 2019).

N. Penatalaksanaan Post SC
Menurut (Hartanti, 2014), ibu post sectio caesarea perlu mendapatkan
perawatan sebagai berikut :
1. Ruang Pemulihan
Pasien dipantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan
dilakukan palpasi fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan kuat. Selain itu, pemberian cairan intravena juga
dibutuhkan karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan intravena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Wanita dengan berat badan rata-rata dengan
hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 dan volume darah serta
cairan ekstraseluler yang normal umumnya dapat mentoleransi
kehilangan darah sampai 2.000 ml.

2. Ruang Perawatan
a. Monitor tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi adalah tekanan darah,
nadi, suhu, pernafasan, jumlah urine, jumlah perdarahan, dan status
fundus uteri.
b. Pemberian obat-obatan
Analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk
menghilangkan nyeri seperti, Tramadol, Antrain, Ketorolak.
Pemberian antibiotik seperti Ceftriaxone, Cefotaxime, dan
sebagainya.
c. Terapi Cairan dan Diet
Pemberian cairan intravena, pada umumnya mendapatkan 3 liter
cairan memadai untuk 24 jam pertama setelah dilakukan tindakan,
namun apabila pengeluaran urine turun, dibawah 30 ml/jam, wanita
tersebut harus segera dinilai kembali. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 1%, garam fisiologi dan RL sevara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah dapat
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan. Pemberian cairan infus
biasanya dihentikan setelah penderita flatus, lalu dianjurkan untuk
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam
pasca operasi, berupa air putih.

d. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus.


Kateter umumnya dapat dilepas dalam waktu 12 jam pasca operasi
atau keesokan paginya setelah pembedahan dan pemberian
makanan padat bisa diberikan setelah 8 jam, bila tidak ada
komplikasi.
e. Ambulasi
Ambulasi dilakukan 6 jam pertama setelah operasi harus tirah
baring dan hanya bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan
ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
Setelah 6 jam pertama dapat dilakukan miring kanan dan kiri.
Latihan pernafasan dapat dilakukan sedini mungkin setelah ibu
sadar sambil tidur telentang. Hari kedua post operasi, pasien dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya. Pasien dapat diposisikan setengah duduk atau
semi fowler. Selanjutnya pasien dianjurkan untuk belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
f. Perawatan Luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit, bila balutan
basah dan berdarah harus segera dibuka dan diganti. Perawatan
luka juga harus rutin dilakukan dengan menggunakan prinsip steril
untuk mencegah luka terinfeksi.
g. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah diperlukan setiap pagi hari setelah pembedahan,
untuk mengukur Hematokrit apabila terdapat kehilangan darah
yang banyak pada saat pembedahan atau terjadi oliguria atau tanda-
tanda lain yang mengisyaratkan hipovolemia.
h. Menyusui
Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi Sectio Caesarea.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan
meliputi distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi,
dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk
menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada
post operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan
sakit pinggang.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang
keluar pervaginan secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya, panggul
sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain
dapat juga mempengaruhi penyakit sekarang.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, HT,
TBC, DM, penyakit kelamin, abortus yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut,
dan apakah ada benjolan.

2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sclera kuning.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
5) Mulut dan gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab.
b. Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid,
karna adanya proses penerangan yang salah.
c. Thorak
1) Payudara Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada
payudara, areola hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air
susu lancer dan banyak keluar.
2) Paru-paru
I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat
pembengkakan.
P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa
P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
d. Jantung
I : Ictus cordis teraba / tidak
P : Ictus cordis teraba / tidak
P : Redup / tympani
A : Bunyi jantung lup dup
e. Abdomen
I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie
gravidarum
P : Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus lembek / keras
P : Redup
A : Bising usus
f. Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk
anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
g. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
h. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. Diagnosa Yang Sering Muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan
tampak meringis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan
dengan merasa lemah.
4. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
dibuktikan dengan tidak mampu mandi/berpakaian secara mandiri.
5. Gangguan mobilitan fisik berhubungan dengan efek agen
farmakologis (anestesi) dibuktikan dengan fisik lemah.
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur
pembedahan dibuktikan dengan perdarahan.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai dengan analisis data
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
Kesehatan. Proses penegakan diagnosa (diagnostic process)
merupakan suatu proses yang sistemasis yang terdiri atas tiga tahap
yaitu analisa data, identifikasi masalah dan perumusan diagnosa.
Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu masalah
(problem) yang merupakan label diagnosis keperawatan yang
menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan,
dan indikator diagnostik. Indikator diagnostik terdiri atas penyebab,
tanda/gejala dan faktor risiko. Pada diagnosis aktual, indikator
diagnostik hanya terdiri atas penyebab dan tanda/gejala.
2. Merumuskan diagnosis aktual maupun risiko
Diagnosis aktual menggambarkan respons klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien
mengalami masalah kesehatan. Tanda/gejala mayor dan minor dapat
ditemukan dan divalidasi pada klien. Diagnosis risiko
menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko mengalami
masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan minor
pada klien, namun klien memiliki faktor risiko mengalami masalah
kesehatan.
3. Menentukan prioritas diagnosis keperawatan
Prioritas pemilihan diagnosa keperawatan adalah metode yang
digunakan perawat dan klien untuk secara mutualisme membuat
peringkat diagnosa dalam urutan kepentingan yang didasarkan pada
keinginan, kebutuhan dan keselamatan. Hirarki Maslow mengatur
tingkat kebutuhan dasar yang terdiri dari lima tingkat prioritas.
Tingkat yang paling mendasar atau pertama mencakup kebutuhan
seperti udara (oksigen), air dan makanan. Tingkat kedua mencakup
kebutuhan keselamatan dan kemananan. Tingkat ketiga mengandung
kebutuhan dicintai dan memiliki. Tingkat keempat mengandung
kebutuhan dihargai dan harga diri yang mencakup rasa percaya diri,
kebergunaan, pencapaian dan nilai diri. Tingkat paling akhir atau
kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri yakni keadaan
pencapaian secara menyeluruh tentang hal-hal yang diinginkan dan
mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengatasi
situasi kehidupan secara realistik. Hirarki tentang kebutuhan
merupakan cara yang sangat berguna bagi perawat untuk
merencanakan kebutuhan klien. Prioritas diagnosa keperawatan
diklasifikasikan menjadi tinggi, menengah atau rendah. Prioritas
bergantung pada urgensi dari masalah. Diagnosa keperawatan yang
jika tidak diatasi, dapat mengakibatkan ancaman bagi klien atau orang
lain mempunyai prioritas tertinggi. Prioritas diagnosa dapat terjadi
baik dalam dimensi psikologis maupun fisiologis.

D. Rencana Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa dilanjutkan dengan perencanaan dan
aktivitas keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan serta mencegah
masalah keperawatan klien. Intervensi keperawatan merupakan segala
treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
di harapkan (Tim Pokja SIKI PPNI, 2018).
1. Menentukan tujuan
a. Menjadi panduan atau acuan bagi perawat dalam Menyusun
intervensi keperawatan
b. Meningkatkan otonomi perawat dalam memberikan pelayanan
Kesehatan
c. Memudahkan komunikasi intraprofesional dan interprofessional
dengan penggunaan istilah intervensi keperawatan yang seragam
dan terstandarisasi
d. Meningkatkan mutu dan asuhan keperawatan
2. Menentukan tujuan jangka Panjang dan jangka pendek
Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang mengidentifikasi arah
keseluruhan atauhasil akhir perawatan. Tujuan ini tidak tercapai
sebelum pemulangan. Tujuan jangka panjang memerlukan perhatian
yang terus menerus dari pasien dan/atau orang lain. Tujuan yang
diharapkan dapat dicapai dalam waktu yang lama, biasanya lebih dari
satu minggu atau satu bulan. Kriteria hasil dalam tujuan jangka
panjang ditujukan pada unsur problem/masalah dalam diagnosa
keperawatan.
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang harus dicapai sebelum
pemulangan. Tujuan yang diharapkan bisa dicapai dalam waktu yang
singkat, biasanya kurang dari satu minggu. Tujuan jangka pendek
ditujukan pada unsur E/S (etiologi, tanda dan gejala) dalam diagnosa
keperawatan aktual/resiko.

3. Menetapkan kriteria pencapaian tujuan


Kriteria hasil untuk diagnosa keperawatan mewakili status kesehatan
klien yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui rencana
tindakan yang mandiri, sehingga dapat membedakan antara diagnosa
keperawatan dan masalah kolaburatif.
a. Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien
b. Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis
keperawatan
c. Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah
didapatkan
d. Perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan
4. Merencanakan intervensi keperawatan dan rasionalisasi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Rasional adalah
perencanaan yang dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.
5. Menetapkan tindakan – tindakan keperawatan yang tepat dalam
mengatasi masalah
Komponen ini merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan.
6. Menetapkan tindakan – tindakan keperawatan mencangkup: tindakan
observasi keperawatan, terapi keperawatan, pendidikan kesehatan dan
tindakan kolaborasi
a. Tindakan observasi
Tindakan yang ditunjukan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data status kesehatan pasien. Tindakan ini umumnya
menggunakan kata – kata ‘periksa’, ‘identifikasi’ atau ‘monitor’.
Dianjurkan menghindari penggunaan kata ‘kaji’ karena serupa
dengan tahap awal pada proses keperawatan dan agar tidak rancu
dengan tindakan keperawatan yang merupakan tahap
pascadiagnosis, sementara pengkajian merupakan tahap
prediagnosis.
b. Terapi keperawatan
Tindakan yang secara langsung dapat berefek memulihkan status
kesehatan pasien atau dapat mencegah perburuk masalah
kesehatan pasien. Tindakan ini umumnya menggunakan kata –
kata ‘berikan’, ‘lakukan’ dan kata – kata lainnya.
c. Pendidikan Kesehatan
Tindakan yang ditunjukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien merawat dirinya dengan membantu pasien memperoleh
perilaku baru yang dapat mengatasi masalah. Tindakan ini
umumnya menggunakan kata – kata ‘ajarkan’, ‘anjurkan’ dan
‘latih’.
d. Tindakan kolaborasi
Tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan perawat
lainnya maupun dengan profesi kesehatan lainnya. Tindakan ini
membutuhkan gabungan pengetahuan dan keterampilan dari
berbagai profesi Kesehatan. Tindakan ini hanya dilakukan jika
perawat memerlukan penanganan lebih lanjut. Tindakan ini
umumnya menggunakan kata – kata ‘kolaborasi’, ‘rujuk’ atau
‘konsultasikan’
7. Memberikan rasionalisasi dari setiap tindakan yang direncanakan
Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam
tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang ditetapkan.

E. Implementasi Tindakan Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus
yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI PPNI,
2018).
1. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai
dengan prosedur
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
perawat. Sebelum melakukan tindakan, perawat harus mengetahui
alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Implementasi
keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan
fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi rencana,
implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua
merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada
tujuan. Fase ketiga merupakan transmisi perawat dan pasien setelah
implementasi keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008).
2. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilaksanakan
Dokumentasi asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat yang dimulai dari proses pengkajian,
diagnosa, rencana tindakan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang
dicatat dengan baik berupa elektronik maupun manual serta
merupakan tanggung jawab dari perawat. Menurut Ali (2010),
dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu dokumen ataupun
catatan yang berisi data tentang keadaan pasien yang dilihat tidak saja
dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas dari
layanan yang telah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan klien.

F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam proses
keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi dapat berupa
evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif
yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan (Deswani,
2011).
1. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan (melakukan tindak
lanjut asuhan keperawatan dengan metode evaluasi SOAP)
Data Subjektif (S) dimana perawat menemui keluhan pasien yang
masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif)
adalah data yang berdasarkan hasilpengukuran atau observasi perawat
secara langsung pada pasien dan yangdirasakan pasien setelah
tindakan keperawatan, A (Assesment) yaitu interpretasi makna data
subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai. Dapat dikatakan
tujuan tercapai apabila pasien mampu menunjukkan perilaku sesuai
kondisi yang ditetapkan pada tujuan, sebagian tercapai apabila
perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai sesuai dengan tujuan,
sedangkan tidak tercapai apabila pasien tidak mampu menunjukkan
perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan yang terakhir
adalah planning (P) merupakan rencana tindakan berdasarkan analisis.
Jika tujuan telah dicapai, maka perawat akan menghentikan rencana
dan apabila belum tercapai, perawat akan melakukan modifikasi
rencana untuk melanjutkan rencana keperawatan pasien. Evaluasi ini
disebut juga evaluasi proses (Dinarti, 2013). Evaluasi yang diharapkan
sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah dibuat pada
perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi penting dilakukan
untuk menilai status kesehatan pasien setelah tindakan keperawatan.
Selain itu juga untuk menilai pencapaian tujuan, baik tujuan jangka
panjang maupun jangka pendek, dan mendapatkan informasi yang
tepat dan jelas untuk meneruskan, memodifikasi, atau menghentikan
asuhan keperawatan yang diberikan (Deswani, 2011).
2. Memodifikasi diagnosis keperawatan berdasarkan hasil evaluasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan
dengan modifikasi antara tim dan primer.
DAFTAR PUSTAKA
Esta. 2017. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Persalinan
Sectio Caesarea Di RSUD Rantauprapat Tahun 2017.

Hartanti S. (2014). Penatalaksanaan Post Op Sectio Caesarea pada ibu.


Published thesis for University Of Muhammadiyah Purwokerto.

Karina, 2015. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press.

Lockhart, A dan Saputra, L. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan Fisiologi


& Patologis. Tangerang Selatan: Binapura Aksara Publisher
Manuaba, I,G,D. 2012. Ilmu Kebidanan Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 2. Jakarta :
EGC.
Mochtar. R. 2012. Sinopsi Obstetri Jilid I Edisi 3. Jakarta: EGC
Putri. 2019. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post Partum Spontan Di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Rozauna, E. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Bersalin Dengan


Persalinan Caesarea Di RSUD Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2013.
Sagita. 2019. Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Dengan Post Operasi Sectio
Cesarea Diruang Rawat Inap Kebidanan Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi 2019.

Sari L. (2016). Patofisiologi Sectio Caesarea. Published thesis for University of


Muhammadiyah Purwokerto.

Sofyan. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Post Sectio Cesarea Di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA NY. T DENGAN POST OP SECTIO CAESAR
DI RUANG 209 RS AQIDAH CILEDUG

Oleh :
IRFAN AMMAR MUSH’AB
NIM : 231030230626

Pembimbing :
Ns. Ni Bodro, S.Kep, M.Kep.

NIDN : 0410048406

PROGRAM PROFESI NERS STIKes WIDYA

DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
FORMAT PENGKAJIAN

PADA KLIEN POST PARTUM (SC)

Nama Mahasiswa : IRFAN AMMAR MUSH’AB


NIM : 231030230626
Tanggal Pengkajian : 05 Desember 2023

I. Identitas Klien
 Nama : Ny. T
 Umur : 25 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pramugari
 Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Jln. pondok kacang maharta, ciledug
 Diagnosa Medis : G1P0A0 Post SC indikasi Aterm Hamil
31-32 minggu lintang

II. Identitas Penanggung Jawab


 Nama : Tn. H
 Umur : 30 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Toyota konsultan
 Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
 Pendidikan : S2 Marketing
 Hubungan dengan klien : Suami
 Alamat : Jln. pondok kacang maharta, cildug

III. Data Umum Kesehatan


 Status Obstetrikus : G1P0A0 Post SC indikasi Aterm Hamil
31-32 minggu lintang

No Tipe Persalinan BB Waktu Keadaan Bayi Umur


Lahir Waktu Lahir Sekarang
1. SC 2900 gr Normal 1 hari
 Keluhan Utama Saat Pengkajian : Nyeri pada luka operasi dan ASI
belum keluar
 Masalah prenatal : Tidak ada
 Riwayat persalinan sekarang :Persalinan SC dilaksanakan tanggal
05 Desember 2023 jam 08.00 - 09.30. Setelah post op SC jam 16.00
dilakukan pengkajian pada klien didapatkan data : klien mengeluh nyeri
pada luka operasi. Klien terbaring lemah dan ekspresi wajah meringis
tampak kesakitan pada saat bergerak menggeserkan tubuhnya, klien
terpasang cateter dan infus RL pada tangan kanan. Klien mengatakan ASI
belum keluar, ASI tidak keluar saat diperah. Klien tampak sesekali
memegangi luka post op SC menggunakan tangannya. TTV : TD : 120/70
mmHg, N : 79x/ menit, Rr : 20x/ menit, S : 36,6C
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu : Tidak ada
 Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada
 Riwayat KB :-
 Rencana KB : Suntik

IV. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Jenis aktivitas Di rumah Di rumah sakit


1. Pemenuhan nutrisi Makan 3x sehari 1 porsi Klien terpasang infus RL 500ml/ 12 jam,
Makan sehari 3x dengan makanan yang diberikan RS
Minum 6-8 gelas air putih perhari
2. Eliminasi BAB 1x sehari, Setelah operasi Ny. T belum BAB, klien terpasang DC
BAK ±5-6x sehari
3. Istirahat dan tidur 6-7 jam Ny. T tidur kira-kira 7 jam perhari, jarang tidur siang
4. Ambulansi Mandiri Dibantu oleh keluarga dan suami.
5. Kebersihan diri Baik Baik

V. Pemeriksan Fisik Post Natal


 Keadaan umum : Baik, Compos Mentis
 Tanda vital : TD : 120/70 mmHg Nadi : 79x/menit,
RR : 20x/menit Suhu : 36,60C
 Kepala
Inpeksi : Bersih, tidak ada luka
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada kelainan

 Muka
Inspeksi : Simetris tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada kelainan

 Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid
Palpasi : Tidak ada nyeri telan
 Dada (jantung, paru, payudara)
Inspeksi : Bentuk dada simetris, payudara simetris, putting susu menonjol
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada kelainan, ASI belum keluar,
pengembangan dada kanan kiri sama, payudara kenyal dan agak
keras, terdapat nyeri tekan pada payudara
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan

 Abdomen
Inspeksi : Ada luka operasi SC dibalut perban
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada daerah operasi sectio caesarea, uterus
(tinggi, posisi, kontraksi) : TFU teraba 2 jari dibawah pusat,
terdapat kontraksi
auskultasi : BU : 4x/menit

 Perineum
Inspeksi : Tidak ada oedema, tidak ada jahitan, kebersihan : Baik, lochea
jenis rubra, jumlah 30 cc, bau khas,konsistensi cair-gumpal

Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau


 Perdarahan pervagina 500 cc Merah Cair Ya Khas
 Fluor albus Tidak ada - - - -

 Lochea Rubra Merah Cair Tidak Khas

 Luka episiotomi Tidak ada - - - -


350 cc Kuning Cair Tidak Khas
 Pemasangan
bening
kateterisasi

 Hemoroid : Tidak ada


 Varises : Tidak ada
 Homan’s sign : Tidak tampak
 Ekstremitas atas : Hangat, tidak ada lesi, kekuatan otot kanan-kiri 5/5
 Ekstremitas bawah : Hangat, tidak ada lesi, kekuatan otot kanan-kiri 5/5

VI. Pemeriksaan Psikososial


 Konsep Diri : Klien mengatakan sangat menerima dan bahagia
kelahiran
anak pertama nya
 Peran Diri : Klien sebagai istri, ibu untuk anak-anaknya
 Identitas Diri : Klien adalah seorang istri Tn. A dan seorang ibu
 Harga Diri : Klien merasa bahagia menjadi orang tua
 Pengetahuan tentang perawatan diri/luka/penyakit : Klien mengatakan
belum mengetahui cara menyusui yang benar, anak
pertama menggunakan susu formula.
VII. Pemeriksaan Penunjang

Data Penunjang : 05/12/2023


Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hb 9,9 12,0 - 16,0 gr/dl
Leukosit 12,0 5,0 – 10,0 rb/ul
Eritrosit 3,5 4,20 – 5,40 jt/ul

HemaTokrit 31,3 36,0 – 47,0 %

Trombosit 147 150 – 500 rb/ul


Gula darah sewaktu 91 < 140 mg/dl

VIII. Terapi Obat

Tanggal Nama Obat Indikasi Rute


05 Desember 2023 Cefotaxime 2x1 gr Antibiotik IV
Asamefenamat 3x500 mg Analgesik IV
Vitaminin C Dukungan mikronutrien IV
06 Desember 2023 Cefotaxime 2x1 gr Antibiotik IV
Asamefenamat 3x500 mg Analgesik Oral
Viliron 1x1 gr Suplemen zat besi Oral
07 Desember 2023 Amoxicylin 3x500 mg Antibiotik Oral
Asamefenamat 3x500 mg Analgesik Oral
Viliron 1x1 gr Suplemen zat besi Oral

IX. Analisis data

No Analisa data Masalah Etiologi


.
1. DS : Nyeri akut Agen pencedera
 Klien mengatakan nyeri pada luka post op SC (D.0077) fisik
 Klien mengatakan nyeri muncul ketika (luka jahitan)
bergerak
 Klien mengatakan luka post op SC sangat
dirasakan saat berjalan
DO :
 Klien tampak berhati-hati ketika bergerak.
 Klien tampak menahan sakit.
 Klien tampak luka post op SC dibagian bawah
abdomen kurang lebih 10 cm
 Klien tampak lemah
 Klien tampak tanda vital TD : 120/70 mmHg,
Nadi : 79x/menit, RR 20x/menit, Suhu : 36,60C
 Klien tampak Manajemen nyeri
P : Nyeri terasa saat bergerak terutama saat
duduk dan berjalan
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Area luka jahitan operasi di bawah abdomen
S : Skala 4 - 6
T : Nyeri hilang timbul 10 menit
2. DS : Menyusui Tidak Payudara Bengkak.
Efektif
 Klien mengatakan ASI belum keluar
(D.0029)
DO :
 Klien tampak Payudara teraba keras
 Klien tampak ASI tidak keluar saat diperah
 Klien tampak ASI tidak menetes

3. DS: Resiko infeksi Kerusakan integritas


 Klien mengatakan nyeri muncul ketika bergerak (D.0142) kulit
DO:
 Klien tampak luka post op dibagian bawah
abdomen kurang lebih 10 cm yang masih ditutup
perban dan plester
 Klien tampak sesekali memegangi luka post op SC
menggunakan tangannya

X. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077) b/d Agen pencedera fisik (luka jahitan) d.d Nyeri pada luka
post op SC
2. Menyusui Tidak Efektif (D.0029) b/d Payudara Bengkak d.d ASI tidak keluar.
3. Resiko infeksi (D.0142) d.d Verban tampak kotor karena darah

XI. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
b/d Agen pencedera tindakan keperawatan Observasi
fisik (luka jahitan) d.d 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi karakteristik durasi
Nyeri pada luka post Tingkat nyeri frekuensi kualitas intensitas nyeri
op SC (L.08066) menurun, 2. Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri 4. Indentifikasi faktor yang memperberat
( 5 : menurun ) dan memperingaan nyeri
2. Meringis Terapeutik
( 5 : menurun ) 5. Berikan teknik non farmakologis untuk
3. Gelisah mengurangi rasa nyeri.
( 5 : menurun ) 6. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Tekanan darah Edukasi
( 5 : membaik ) 7. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu
Pemberian analgesik (I. 08243)
1. Identifikasi riwayat alergi obat
2. Identifikasi jenis analgesik dengan
tingkat keparahan nyeri
3. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesuah pemberian analgesik
4. Monitor efektifitas analgesik
5. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi

2 Menyusui Tidak Setelah dilakukan 11. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan
Efektif (D.0029) b/d bayi.
tindakan keperawatan
Payudara Bengkak d.d 12. Ajarkan 4 posisi menyusui yang benar.
ASI tidak keluar 3x24 jam diharapkan Konseling laktasi (I. 03093)
Status menyusui 1. Identifikasi permasalah yang ibu alami
selama proses menyusui
(L.03029) membaik,
2. Gunakan teknik mendengarkan aktif
dengan kriteria hasil : (dengarkan permasalahan ibu)
3. Beri pujian terhadap perilaku ibu yang
1. Tetesan/pancaran
benar
ASI 4. Ajarkan teknik menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu.
( 5 : meningkat )
2. Suplai ASI
adekuat
( 5 : meningkat )
3. Puting tidak lecet
setelah 2 minggu
melahirkan
( 5 : meningkat )
4. Hisapan bayi
( 5 : meningkat )
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Pecegahan infeksi (I. 14539)
(D.0142) b/d tindakan keperawatan Observasi
Kerusakan integritas 3x24 jam diharapkan 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan
kulit d.d Verban Tingkat infeksi sistemik
tampak kotor karena (L.14137) menurun, Terapeutik
darah dengan kriteria hasil : 2. Berikan perawatan luka pada area
1. Kebersihan tangan edema
( 5 : meningkat ) 3. Pertahankan tehnik aseptic pada pasien
2. Kebersihan badan Edukasi
( 5 : meningkat ) 4. Jelaskan tanda gejala infeksi
3. Nyeri 5. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
( 5 : menurun ) atau luka operasi
Perawatan luka (I. 14564)
1. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
4. Pasang balutan sesuai jenis luka
5. Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
6. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi pasien
7. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri

XII. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

No. Hari Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1. 05/12/2023 DX 1 1. Mengidentifikasi lokasi S:
16 : 00 karakteristik durasi frekuensi  Klien mengatakan masih
WIB kualitas intensitas nyeri merasa nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri  Klien mengatakan skala
3. Mengidentifikasi respon nyeri nyeri berkurang (skala 3)
non verbal
4. Mengindentifikasi faktor yang O:
memperberat dan  Klien masih tampak
memperingaan nyeri berhati-hati ketika bergerak.
5. Memberikan teknik non  Klien tampak
farmakologis untuk mempraktikan napas dalam
mengurangi rasa nyeri.  Klien tampak tanda vital
6. Memfasilitasi istirahat dan TD : 120/70 mmHg, Nadi :
tidur. 79x/menit, RR 20x/menit,
7. Mengajarkan teknik non Suhu : 36,60C
farmakologis untuk  Klien tampak Manajement
mengurangi rasa nyeri (Tarik P : Nyeri terasa saat bergerak
napas dalam)
8. Mengkolaborasi pemberian terutama saat duduk dan
analgetik jika perlu berjalan
(Asamefenamat 3x500 mg)
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
9. Mengidentifikasi riwayat
alergi obat R : Nyeri pada area luka
10. Mengidentifikasi jenis jahitan dibagian bawah
analgesik dengan tingkat
abdomen
keparahan nyeri
11. Memonitor tanda-tanda vital S : Skala nyeri 3
sebelum dan sesuah pemberian T : Nyeri hilang timbul 10 mnt
analgesik
12. Memonitor efektifitas A:
analgesik Masalah Nyeri Akut b/d Agen
13. Mengkolaborasi pemberian pencedera fisik (luka jahitan)
dosis dan jenis analgesik, teratasi sebagian.
sesuai indikasi
P:
Intervensi dilanjutkan
1,2,3,4,5,6,7,8, 9, 10
2 05/11/2023 DX 2 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S:
16 : 00 kemampuan menerima  Klien mengatakan ASI nya
WIB informasi. belum keluar.
2. Mengidentifikasi tujuan dan  Klien mengatakan
keinginan menyusui Payudaranya masih terasa
3. Menjadwalkan pendidikan nyeri dan keras.
kesehatan sesuai kesepakatan
4. Memantau pembengkakan  Klien mengatakan takut jika
payudara yang berhubungan ASI belum keluar dan bayi
dengan ketidaknyamanan atau tidak bisa minum ASI.
sakit O:
5. Melakukan pijat oksitosin  Klien tampak berkeringat
untuk memperlancar ASI  Klien tampak gelisah
6. Mengajarkan klien untuk  Klien tampak ASI belum
mengenai langkah-langkah keluar saat menyusui bayi
pijat oksitosin  Klien tampak payudara
7. Melibatkan keluarga untuk keras.
membantu dan memberikan
dukungan pada ibu A:
8. Mendukung ibu meningkatkan Masalah Menyusui Tidak
kepercayaan diri dalam Efektif b/d Payudara Bengkak
menyusui. belum teratasi.
9. Melibatkan system
pendukung : Suami, keluarga P:
atau tenaga medis lain. Intervensi dilanjutkan
10. Memberikan konseling 2,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 13,
menyusui 14,15,16
11. Menjelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan bayi.
12. Mengajarkan 4 posisi
menyusui yang benar.
13. Mengidentifikasi permasalah
yang ibu alami selama proses
menyusui
14. Menggunakan teknik
mendengarkan aktif
(dengarkan permasalahan ibu)
15. Memberi pujian terhadap
perilaku ibu yang benar
16. Mengajarkan teknik menyusui
yang tepat sesuai kebutuhan
ibu
3. 05/12/2023 DX 3 1. Memonitor tanda gejala infeksi S:
16 : 00 lokal dan sistemik  Klien mengatakan nyeri
WIB 2. Memberikan perawatan luka pada luka post op SC
pada area edema  Klien mengatakan perih
3. Mempertahankan tehnik diluka bekas jahitan.
aseptic pada pasien
4. Menjelaskan tanda gejala O:
infeksi  Masih terdapat luka jahitan
5. Mengajarkan cara memeriksa  Luka tampak tidak ada
kondisi luka atau luka operasi puss.
6. Memonitor tanda-tanda infeksi
7. Melepaskan balutan dan A:
plester secara perlahan Masalah Resiko infeksi b/d
8. Membersihkan dengan cairan Kerusakan integritas kulit
NaCl atau pembersih teratasi sebagian.
nontoksik, sesuai kebutuhan
9. Memasang balutan sesuai jenis P:
luka Intervensi dilanjukan
10. Mempertahankan teknik steril 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12
saat melakukan perawatan luka
11. Menjadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
12. Mengajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri
1. 06/12/2023 DX 1 1. Mengidentifikasi lokasi S:
15 : 00 karakteristik durasi frekuensi  Klien mengatakan masih
WIB kualitas intensitas nyeri merasa nyeri namun
2. Mengidentifikasi skala nyeri nyerinya terasa ringan
3. Mengidentifikasi respon nyeri O:
non verbal  Klien tampak meringis
4. Mengindentifikasi faktor yang menahan sakit jika bergerak
memperberat dan namun sedikit yang
memperingaan nyeri dirasakannya
5. Memberikan teknik non  Klien tampak tanda vital
farmakologis untuk TD : 125/83 mmHg, Nadi :
mengurangi rasa nyeri. 87x/menit, RR 20x/menit,
6. Memfasilitasi istirahat dan Suhu : 36,40C
tidur.  Klien tampak Manajement
7. Mengajarkan teknik non P : Nyeri terasa saat bergerak
farmakologis untuk
terutama saat duduk dan
mengurangi rasa nyeri (Tarik
napas dalam) berjalan
8. Mengkolaborasi pemberian Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
analgetik jika perlu
(Asamefenamat 3x500 mg) R : Nyeri pada area luka
9. Mengidentifikasi riwayat jahitan dibagian bawah
alergi obat abdomen
10. Mengidentifikasi jenis
analgesik dengan tingkat S : Skala nyeri 2
keparahan nyeri T : Nyeri hilang timbul 5 mnt
A:
Masalah Nyeri Akut b/d Agen
pencedera fisik (luka jahitan)
teratasi sebagian

P:
Intervensi dilanjutkan
1,2,3,4,5,6,7,8,10

2. 06/12/2023 DX 2 1. Mengidentifikasi tujuan dan S:


15 : 00 keinginan menyusui  Klien mengatakan ASI nya
WIB 2. Memantau pembengkakan yang keluat masih sedikit
payudara yang berhubungan  Klien mengatakan ASI nya
dengan ketidaknyamanan atau keluar hanya setetes-setetes
sakit O:
3. Melakukan pijat oksitosin  Payudara terasa keras
untuk memperlancar ASI  ASI yang dikeluarkan
4. Mengajarkan klien untuk tampak sedikit
mengenai langkah-langkah  Klien tampak gelisah
pijat oksitosin  Klien tampak mengompres
5. Melibatkan keluarga untuk dibagian payudaranya
membantu dan memberikan
dukungan pada ibu A:
6. Mendukung ibu meningkatkan Masalah Menyusui Tidak
kepercayaan diri dalam Efektif b/d Payudara Bengkak
menyusui. belum teratasi
7. Melibatkan system
pendukung : Suami, keluarga P:
atau tenaga medis lain. Intervensi dilanjutkan.
8. Memberikan konseling 1,2,3,4,5,6,7,8,10, 13, 14
menyusui
9. Menjelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan bayi.
10. Mengajarkan 4 posisi
menyusui yang benar.
11. Mengidentifikasi permasalah
yang ibu alami selama proses
menyusui
12. Menggunakan teknik
mendengarkan aktif
(dengarkan permasalahan ibu)
13. Memberi pujian terhadap
perilaku ibu yang benar
14. Mengajarkan teknik menyusui
yang tepat sesuai kebutuhan
ibu
3. 06/12/2023 DX 3 1. Memonitor tanda gejala infeksi S:
15 : 00 lokal dan sistemik  Klien mengatakan verban
WIB 2. Memberikan perawatan luka bekas luka post op SC
pada area edema sudah bersih
3. Mempertahankan tehnik O:
aseptic pada pasien  Luka post op SC sering
4. Menjelaskan tanda gejala dibersihkan dan digantikan
infeksi verbannya
5. Mengajarkan cara memeriksa  Klien tampak selalu
kondisi luka atau luka operasi memperhatikan kebersihan
6. Memonitor tanda-tanda infeksi di sekitar area luka post op
7. Melepaskan balutan dan A:
plester secara perlahan Masalah Resiko infeksi b/d
8. Membersihkan dengan cairan Kerusakan integritas kulit
NaCl atau pembersih teratasi sebagian
nontoksik, sesuai kebutuhan
9. Memasang balutan sesuai jenis P:
luka Intervensi dilanjutkan,
10. Mempertahankan teknik steril 1,2,3,5,7,8,9,10,11
saat melakukan perawatan luka
11. Menjadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
12. Mengajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri
1. 07/12/2023 DX 1 1. Mengidentifikasi lokasi S:
15 : 10 karakteristik durasi frekuensi  Klien mengatakan sudah
WIB kualitas intensitas nyeri tidak merasakan nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri  Klien mengatakan sudah
3. Mengidentifikasi respon nyeri bisa beraktivitas ke kamar
non verbal mandi tanpa bantuan
4. Mengindentifikasi faktor yang O:
memperberat dan  Klien tampak tenang dan
memperingaan nyeri sudah bisa bergerak dan
5. Memberikan teknik non tidak merasakan nyeri
farmakologis untuk  Klien tampak tanda vital
mengurangi rasa nyeri. TD : 123/77 mmHg, Nadi :
6. Memfasilitasi istirahat dan 75x/menit, RR 20x/menit,
tidur. Suhu : 36,10C
7. Mengajarkan teknik non  Klien tampak Manajement
farmakologis untuk P : Nyeri terasa saat bergerak
mengurangi rasa nyeri (Tarik terutama saat duduk dan
napas dalam) berjalan
8. Mengkolaborasi pemberian
analgetik jika perlu Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
(Asamefenamat 3x500 mg) R : Nyeri pada area luka
9. Mengidentifikasi jenis jahitan dibagian bawah
analgesik dengan tingkat
keparahan nyeri abdomen
S : Skala nyeri 1
T : Nyeri hilang timbul 2 mnt
A:
Masalah Nyeri Akut b/d Agen
pencedera fisik (luka jahitan)
teratasi

P : Intervensi dihentikan
2. 07/12/2023 DX 2 1. Memantau pembengkakan S:
15 : 10 payudara yang berhubungan  Klien mengatakan sudah
WIB dengan ketidaknyamanan atau menyusui anaknya
sakit  Klien mengatakan ASI nya
2. Melakukan pijat oksitosin sudah keluar namun tidak
untuk memperlancar ASI banyak
3. Mengajarkan klien untuk  Klien mengatakan
mengenai langkah-langkah menjadwalkan menyusui
pijat oksitosin anaknya 2-4 jam sekali
4. Melibatkan keluarga untuk O:
membantu dan memberikan  ASI yang dikeluarkan
dukungan pada ibu tampak belum banyak
5. Mendukung ibu meningkatkan  Klien tampak lebih tenang
kepercayaan diri dalam  Tidak ada pembengkakan
menyusui. pada payudara klien
6. Melibatkan system
 Klien tampak sudah
pendukung : Suami, keluarga
mengetahui posisi menyusui
atau tenaga medis lain.
yang benar
7. Memberikan konseling
A:
menyusui
Masalah Menyusui Tidak
8. Mengajarkan 4 posisi
Efektif b/d Payudara Bengkak
menyusui yang benar.
teratasi sebagian
9. Memberi pujian terhadap
perilaku ibu yang benar
P:
10. Mengajarkan teknik menyusui
Intervensi dilanjutkan
yang tepat sesuai kebutuhan
1,2,3,4,5,6,8,9,10
ibu
3. 07/12/2023 DX 3 1. Memonitor tanda gejala infeksi S:
15 : 10 lokal dan sistemik  Klien mengatakan verban
WIB 2. Memberikan perawatan luka bekas luka post op SC
pada area edema bersih tidak ada rembesan
3. Mempertahankan tehnik darah
aseptic pada pasien  Klien mengatakan luka
4. Mengajarkan cara memeriksa bekas post op sc sudah mau
kondisi luka atau luka operasi mulai kering
5. Melepaskan balutan dan  Klien mengatakan bekas
plester secara perlahan luka op nya tidak ada
6. Membersihkan dengan cairan tampak kemerahan
NaCl atau pembersih O:
nontoksik, sesuai kebutuhan  Luka post op SC
7. Memasang balutan sesuai jenis dibersihkan dan digantikan
luka verbannya
8. Mempertahankan teknik steril A:
saat melakukan perawatan luka Masalah Resiko infeksi b/d
9. Menjadwalkan perubahan Kerusakan integritas kulit
posisi setiap 2 jam atau sesuai teratasi
kondisi pasien
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai