Anda di halaman 1dari 15

1

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

A. Konsep Teoritis
1. Definisi
KET atau Kehamilan Ektopik Terganggu adalah setiap implantasi yang
telah dibuahi diluar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi,
ovarium, serviks, dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang
terbanyak adalah dituba falopi. (Murria, 2018)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi
berimplamentasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.(Ilmu Kebidanan,
2016)
2. Anatomi Fisiologi

a. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka
belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya
terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25
cm dan tebal dinding 1,25 cm (6).
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.Uterus
terdiri dari fundus uteri, korpus dan serviks uteri.Fundus uteri adalah bagian

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
2

proksimal dari uterus, disini kedua tuba falopii masuk ke uterus.Korpus uteri
adalah bagian uterus yang terbesar, pada kehamilan bagian ini mempunyai
fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.Rongga yang terdapat di
korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis
servisis uteri dan pars supravaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat
pada serviks disebut kanalis servikalis. Secara histologis uterus terdiri atas
tiga lapisan:
a. Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam
b. Miometrium, lapisan tebal otot polos
c. Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar.
Endometrium terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan
dengan banyak pembuluh darah yang berkelok.
Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting
dalam siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi.Dalam masa
haid endometrium sebagian besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam
masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekretorik.Lapisan otot polos di
sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar berbentuk
longitudinal.Diantara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk
anyaman, lapisan ini paling penting pada persalinan karena sesudah plasenta
lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh darah.Uterus ini sebenarnya
mengapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang
menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik.
b. Tuba Falopii
Tuba falopii terdiri atas:
1) Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2) Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat
konsepsi terjadi.
4) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbrae.
c. Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian
disalurkan ke dalam tuba.Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
3

yang merupakan bagian dari ligamentum latum.Otot dinding tuba terdiri atas
(dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler.Lebih ke dalam lagi
didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan
bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke
arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut (4).
d. Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4
cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang
dalam perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf.

3. Etiologi
Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap gangguan
pada tuba yang disebabkan infeksi akan menimbulkan gangguan dalam
perjalanan hasil konsepsi menuju rahim. Sebagai gambaran penyebab kehamilan
ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Gangguan pada lumen tuba
1) Infeksi menimbulkan pelekatan endosalting sehingga menyempitkan
lumen
2) Hipoplasia tuba sehingga lumennya menyempit
3) Operasi plastik pada tuba(rekonstruksi) atau melepaskan perlekatan dan
tetap menyempitkan tuba.
b. Gangguan diluar tuba
1) Terdapat endometriosis tuba sehingga memperbesar kemungkinan
implantasi
2) Terdapat divertikel pada lumen tuba
3) Terdapat perlekatan sekitar tuba sehingga memperkecil lumen tuba
4) Kemungkinan migrasi eksternal, sehingga hasil konsepsi mencapai tuba
dalam keadaan blastula
Dengan terjadinya implantasi didalam lumen tuba dapat terjadi beberapa
kemungkinan:
a. Hasil konsepsi mati dini
1) Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh kembang
hasil konsepsi mati secara dini
2) Karena kecilnya kemungkinan diresorbsi

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
4

b. Terjadi abortus
1) Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi
mati dan tepat dalam lumen
2) Lepasnya hasil konsepsi menimbulkan pendarahan dalam lumen tuba atau
keluar lumen tuba serta membentuk timbulnya darah
3) Tuba tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi
c. Tuba falopi pecah
1) Karena tidak berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah
2) Jonjot villi menembus tuba, sehingga terjadi ruptura yang menimbulkan
timbunan darah kedalam ruangan abdomen
3) Ruptura tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan
kemungkinan untuk melakukan implantasi menjadi kehamilan abdominal
skunder
4) Kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar
4. Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar.
Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi
interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat
nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan
desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus
endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa
faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus
luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium
dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu;
sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya
ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi
menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
5

dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara


keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi
kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang
dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan
pelepasan desidua yang degeneratif. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu
pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat
pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janintumbuh secara utuh seperti
dalam uterus.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
6

5. Pathway Keperawatan

Faktor dalam Faktor dalam Faktor luar Faktor lain


Lumen tuba dinding tuba dinding tuba

Perjalanan
Lumen Implantasi Menghambat telur
tuba telur diperpanjang
perjalanan
menyempit dalam tuba telur ke uterus

Bernidasi secara kolumner interkolumner

Kurang vaskularisasi

Desidua tidak tumbuh dengan sempurna

Ovum mati Tropoblast dan Tropoblast dan


villi korialis villi korialis
menembus lapisan menembus lapisan
diresorbsi pseudokapsularis muskularis dan
peritonium

Pendarahan sedikit
Pembesaran tuba
(terlambat haid)
(hematosalping)

Kurang terpapar Perdarahan ke


informasi Mengalir ke rongga peritonium
rongga peritonium
Intoleran aktivitas
Kurang
Pengetahuan Berkumpul di cavum doglasi
Nyeri akut

Hematokele retrouterina

(Pengaruh hormon) Uterus


lembek, membesar

Pembetukan desidua

Janin mati

Perdarahan lebih banyak Perubahan perfusi jaringan

Defisit volume cairan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
7

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dengan kehmilan ektopik adalah sebagai berikut :
a. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya
ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri
sedikit diperut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada
pemeriksaan vaginal , uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin
besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual
b. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak
jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya.
c. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagan bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitas
yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan
masuk kedalam syok.
d. Perdarahan per vagina merupakan salah satu tanda penting yang kedua pada
kehamilan ektopik terganggu(KET). Hal ini menunjukkan kematian janin.
e. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenore tergantug pada kehidupan janin sehingga dapat bervariasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Walaupun diagnosanya agak sedikit sulit di lakukan, namun beberapa cara di
tegakan, antara lain dengan melihat:
a. Anamnesis dan gejala klinis
b. Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau
tidak ada perdarahan pervagina, ada nyeri perut kanan atau bawah kiri.Berat
dan ringannya nyeri terganggu pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.
c. Pemeriksaan fisik
1) Di dapatkan rahim yang juga membesar
2) Adanya tandanya syok hipovilemik, Yitu hipotensi, pucat dan ektermitas
dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah,
nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
3) Pemeriksaan ginekologis

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
8

d. Pemeriksaan dalam:serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeripada uteris kanan


dan kiri.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium :HB, leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah
24 jam dan jumlah sel darah merah meningkat.
2) USG
a) Tidak ada kantung kehamilan dalam kovum uteri
b) Adanya kantung kehamilan diluar kovum uteri
c) Adanya massa komplek di rongga panggul
f. Kuldosentesis :suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kovum
douglas ada darah.
g. Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan laparotomi.
h. Ultrasonografi berguna pada 5 -10% kasus bila di temukan kantong gestasi di
luar uterus.
8. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
yaitu sebagai berikut:
a. Kondisi ibu pada saat itu
b. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
c. Lokasi kehamilan ektopik
d. Kondisi anatomis organ pelvis
e. Kemampuan teknik bedah mikro dokter
f. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah
lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, ini merupakan
indikasi operasi.
b. Infeksi
c. Sterrilisasi
d. Pecahnya tuba palofi
e. Komplikasi juga terganggu dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
9

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnese
1) Identitas pasien
2) Keluhan
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau
tidak ada perdarahan pervagina, ada nyeri perut kanan atau bawah kiri.Berat
dan ringannya nyeri terganggu pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum.
3) Pemeriksaan fisik
a) Di dapatkan rahim yang juga membesar
b) Adanya tandanya syok hipovilemik, Yitu hipotensi, pucat dan ektermitas
dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
4) Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam:serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeripada uteris
kanan dan kiri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih
banyak pada uterus
c. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi
implantasi, perdarahan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen/kebutuhan, kelemahan.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungna dengan kurang informasi

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
10

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan Rasional
No Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC NIC Label: Pain Management
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, a. Pain Level, Label : Pain Management 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
psikologis), kerusakan jaringan b. pain control, 1. Kaji secara komprehensip terhadap pasien
DS: c. comfort level nyeri termasuk lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengetahui tingkat
Laporan secara verbal Setelah dilakukan tinfakan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas ketidaknyamanan dirasakan oleh
DO: keperawatan selama …. Pasien nyeri dan faktor presipitasi pasien
1. Posisi untuk menahan nyeri tidak mengalami nyeri, dengan 2. Observasi reaksi ketidaknyaman 3. Untuk mengalihkan perhatian
2. Tingkah laku berhati-hati kriteria hasil: secara nonverbal pasien dari rasa nyeri
3. Gangguan tidur (mata sayu, 1. Mampu mengontrol nyeri 3. Gunakan strategi komunikasi 4. Untuk mengetahui apakah nyeri
tampak capek, sulit atau gerakan (tahu penyebab nyeri, mampu terapeutik untuk mengungkapkan yang dirasakan klien berpengaruh
kacau, menyeringai) menggunakan tehnik pengalaman nyeri dan penerimaan terhadap yang lainnya
4. Terfokus pada diri sendiri nonfarmakologi untuk klien terhadap respon nyeri 5. Untuk mengurangi factor yang
5. Fokus menyempit (penurunan mengurangi nyeri, mencari 4. Tentukan pengaruh pengalaman nyeri dapat memperburuk nyeri yang
persepsi waktu, kerusakan proses bantuan) terhadap kualitas hidup( napsu makan, dirasakan klien
berpikir, penurunan interaksi 2. Melaporkan bahwa nyeri tidur, aktivitas,mood, hubungan sosial) 6. untuk mengetahui apakah terjadi
dengan orang dan lingkungan) berkurang dengan 5. Tentukan faktor yang dapat pengurangan rasa nyeri atau nyeri
6. Tingkah laku distraksi, contoh : menggunakan manajemen memperburuk nyeriLakukan evaluasi yang dirasakan klien bertambah.
jalan-jalan, menemui orang lain nyeri dengan klien dan tim kesehatan lain 7. Pemberian “health education”
dan/atau aktivitas, aktivitas 3. Mampu mengenali nyeri tentang ukuran pengontrolan nyeri dapat mengurangi tingkat
berulang-ulang) (skala, intensitas, frekuensi yang telah dilakukan kecemasan dan membantu klien
7. Respon autonom (seperti dan tanda nyeri) 6. Berikan informasi tentang nyeri dalam membentuk mekanisme
diaphoresis, perubahan tekanan 4. Menyatakan rasa nyaman termasuk penyebab nyeri, berapa lama koping terhadap rasa nyer
darah, perubahan nafas, nadi dan setelah nyeri berkurang nyeri akan hilang, antisipasi terhadap 8. Untuk mengurangi tingkat
dilatasi pupil) 5. Tanda vital dalam rentang ketidaknyamanan dari prosedur ketidaknyamanan yang dirasakan
8. Perubahan autonomic dalam tonus normal 7. Control lingkungan yang dapat klien.
otot (mungkin dalam rentang dari 6. Tidak mengalami gangguan mempengaruhi respon 9. Agar nyeri yang dirasakan klien
lemah ke kaku) tidur ketidaknyamanan klien (suhu ruangan, tidak bertambah.
9. Tingkah laku ekspresif (contoh : cahaya dan suara) 10. Agar klien mampu menggunakan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
11

gelisah, merintih, menangis, 8. Hilangkan faktor presipitasi yang teknik nonfarmakologi dalam
waspada, iritabel, nafas dapat meningkatkan pengalaman nyeri memanagement nyeri yang
panjang/berkeluh kesah) klien (ketakutan, kurang pengetahuan) dirasakan.
10. Perubahan dalam nafsu 9. Ajarkan cara penggunaan terapi non 11. Pemberian analgetik dapat
makan dan minum farmakologi (distraksi, guide mengurangi rasa nyeri pasien
imagery,relaksasi)
10.Kolaborasi pemberian analgesic
2. Perubahan perfusi jaringan Setelah diberikan asuhan 1. Awasi tanda vital, kaji pengisisn 1. Memberikan informasi tentang
berhubungan dengan perdarahan keperawatan selama…..x jam kapiler, warna kulit atau membran derajat/keadekuatan perfusi
yang lebih banyak pada uterus diharapkan pasien mampu mukosa dan dasar kuku jaringan dan membantu
mendemonstrasikan perfusi 2. Kaji respon verbal melambat, mudah menentukan kebutuhan intervensi
yang adekuat secara individual terangsang, agitasi, gangguan
2. Dapat mengindikasikan gangguan
dengan Kriteria hasil: memori, bingung funsi serebral karena hipoksia atau
1. Kulit hangat dan kering 3. Catan keluhan rasa dingin. defisiensi vitamin B12
2. Ada nadi perifer / kuat Pertahankan suhu lingkungan dan 3. Fase konstriksi (organ vital)
3. Tanda vital dalam batas tubuh hangat sesuai indikasi menurunkan sirkulasi perifer.
normal 4. Kolaborasi : Kenyamanan pasien atau
4. Pasien sadar/berorientasi a. Berikan SDM yang kebutuhan rasa hangat harus
5. Keseimbangan lengkap/packed, produk darah seimbang dengan kebutuhan
pemasukan/pengeluaran sesuai indikasi. Awasi ketat untuk untuk menghindari panas
6. Tak ada edema komplikasi tranfusi berlebihan pencetus fasodilatasi
b. Berikan oksigen tambahan sesuai (penurunan perfusi organ)
indikasi 4. Meningkatkan jumlah sel
pembawa oksigen ; memperbaiki
defisiensi untuk menurunkan
risiko perdarahan.Memaksimalkan
transfer oksigen ke jaringan.
3. Defisit Volume Cairan NOC: NIC : 1. Untuk mengetahui adanya tanda-
Berhubungan dengan: 1. Fluid balance tanda dehidrasi dan mencegah
1. Kehilangan volume cairan secara 2. Hydration 1. Pantau status hidrasi syok hipovolemik
aktif 3. Nutritional Status : Food and 2. Monitor intake cairan dan output 2. Untuk mengumpulkan dan
2. Kegagalan mekanisme pengaturan Fluid Intake 3. Berikan terapi IV, sesuai program menganalisis data pasien untuk
DS : Setelah dilakukan tindakan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan mengatur keseimbangan cairan.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
12

- Haus keperawatan selama….. defisit asupan oral 3. Untuk memberikan hidrasi cairan
DO: volume cairan teratasi dengan tubuh secara parenteral
1. Penurunan turgor kulit/lidah kriteria hasil: 4. Untuk mempertahankan cairan
2. Membran mukosa/kulit kering 1. Mempertahankan urine
3. Peningkatan denyut nadi, output sesuai dengan usia dan
penurunan tekanan darah, BB, BJ urine normal,
penurunan volume/tekanan nadi 2. Tekanan darah, nadi, suhu
4. Pengisian vena menurun tubuh dalam batas normal
5. Perubahan status mental 3. Tidak ada tanda tanda
6. Konsentrasi urine meningkat dehidrasi, Elastisitas turgor
7. Temperatur tubuh meningkat kulit baik, membran mukosa
8. Kehilangan berat badan secara lembab, tidak ada rasa haus
tiba-tiba yang berlebihan
9. Penurunan urine output 4. Orientasi terhadap waktu dan
10. HMT meningkat tempat baik
11. Kelemahan 5. Jumlah dan irama pernapasan
dalam batas normal
6. Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
7. pH urin dalam batas normal
8. Intake oral dan intravena
adekuat
4. Intoleransi aktivitas NOC : Ativity Therapy Activity Therapy
Berhubungan dengan : a. Self Care : ADLs 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 1. Mengkaji setiap aspek klien
1. Tirah Baring atau imobilisasi b. Toleransi aktivitas untuk merencanakan , monitoring terhadap terapi latihan yang
2. Kelemahan menyeluruh c. Konservasi eneergi program aktivitasi klien. dierencanakan.
3. Ketidakseimbangan antara suplei Setelah dilakukan tindakan 2. Bantu klien memilih aktivitas yang 2. Aktivitas yang teralau berat dan
oksigen dengan kebutuhan keperawatan selama …. Pasien sesuai dengan kondisi. tidak sesuai dengan kondisi klian
Gaya hidup yang dipertahankan. bertoleransi terhadap aktivitas 3. Bantu klien untuk melakukan dapat memperburuk toleransi
DS: dengan Kriteria Hasil : aktivitas/latihan fisik secara teratur. terhadap latihan.
1. Melaporkan secara verbal adanya 1. Berpartisipasi dalam aktivitas 4. Monitor status emosional, fisik dan 3. Melatih kekuatan dan irama
kelelahan atau kelemahan. fisik tanpa disertai social serta spiritual klien terhadap jantung selama aktivitas.
2. Adanya dyspneu atau peningkatan tekanan darah, latihan/aktivitas. 4. Mengetahui setiap perkembangan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
13

ketidaknyamanan saat nadi dan RR 5. Monitor hasil pemeriksaan EKG klien yang muncul segera setelah terapi
beraktivitas. 2. Mampu melakukan aktivitas saat istirahat dan aktivitas (bila aktivitas.
DO : sehari hari (ADLs) secara memungkinkan dengan tes toleransi 5. EKG memberikan gambaran yang
1. Respon abnormal dari tekanan mandiri latihan). akurat mengenai konduksi jantung
darah atau nadi terhadap aktifitas 3. Keseimbangan aktivitas dan 6. Kolaborasi pemberian obat selama istirahat maupun aktivitas.
2. Perubahan ECG : aritmia, iskemia istirahat antihipertensi, obat-obatan digitalis, 6. Pemberian obat antihipertensi
diuretic dan vasodilator. digunakan untuk mengembalikan
Energy Management TD klien dbn, obat digitalis untuk
1. Tentukan pembatasan aktivitas fisik mengkoreksi kegagalan kontraksi
pada klien jantung pada gambaran EKG,
2. Tentukan persepsi klien dan perawat diuretic dan vasodilator
mengenai kelelahan. digunakan untuk mengeluarkan
3. Tentukan penyebab kelelahan kelebihan cairan.
(perawatan, nyeri, pengobatan) Energy Management
4. Monitor efek dari pengobatan klien. 1. Mencegah penggunaan energy yang
5. Monitor intake nutrisi yang adekuat berlebihan karena dapat
sebagai sumber energy. menimbulkan kelelahan.
6. Anjurkan klien dan keluarga untuk 2. Memudahkan klien untuk
mengenali tanda dan gejala kelelahan mengenali kelelahan dan waktu
saat aktivitas. untuk istirahat.
7. Anjurkan klien untuk membatasi 3. Mengetahui sumber asupan energy
aktivitas yang cukup berat seperti klien.
berjalan jauh, berlari, mengangkat 4. Mengetahui etiologi kelelahan,
beban berat, dll. apakah mungkin efek samping obat
8. Monitor respon terapi oksigen klien. atau tidak.
9. Batasi stimuli lingkungan untuk 5. Mengidentifikasi pencetus klelahan.
relaksasi klien. 6. Menyamakan persepsi perawat-
10. Batasi jumlah pengunjung. klien mengenai tanda-tanda
kelelahan dan menentukan kapan
aktivitas klien dihentikan.
7. Mencegah timbulnya sesak akibat
aktivitas fisik yang terlalu berat.
8. Mengetahui efektifitas terapi O2

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
14

terhadap keluhan sesak selama


aktivitas.
9. Menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk klien beristirahat.
10. Menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk klien beristirahat.
11. Memfasilitasi waktu istirahat klien
untuk memperbaiki kondisi klien.
5. Defisiensi Pengetahuan NOC: NIC 1. Mempermudah dalam
Berhubungan dengan : keterbatasan a. Kowlwdge : disease process 1. Kaji pengetahuan klien tentang memberikan penjelasan pada klien
kognitif, interpretasi terhadap b. Kowledge : health Behavior penyakitnya 2. Meningkatan pengetahuan dan
informasi yang salah, kurangnya Setelah dilakukan tindakan 2. Jelaskan tentang proses penyakit mengurangi cemas
keinginan untuk mencari informasi, keperawatan selama …. pasien (tanda dan gejala), identifikasi 3. Mempermudah intervensi
tidak mengetahui sumber-sumber menunjukkan pengetahuan kemungkinan penyebab. Jelaskan 4. Mencegah keparahan penyakit
informasi. tentang proses penyakit dengan kondisi tentangklien 5. Memberi gambaran tentang
DS: Menyatakan secara verbal kriteria hasil: 3. Jelaskan tentang program pengobatan pilihan terapi yang bisa digunakan
adanya masalah 1. Pasien dan keluarga dan alternatif pengobantan 6. Kemampuan yang dimiliki
DO: ketidakakuratan mengikuti menyatakan pemahaman 4. Diskusikan perubahan gaya hidup menjadi motivasi dalam proses
instruksi, perilaku tidak sesuai tentang penyakit, kondisi, yang mungkin digunakan kemampuan psikologis
prognosis dan program untuk mencegah komplikasi 7. Kunjungan yang teratur dapat
pengobatan 5. Diskusikan tentang terapi dan membantu pemahaman klien
2. Pasien dan keluarga mampu pilihannya dalam proses terapi
melaksanakan prosedur yang 6. Eksplorasi kemungkinan sumber yang 8. Mereviw kemampuan
dijelaskan secara benar bisa digunakan/ mendukung pasien/keluarga
3. Pasien dan keluarga mampu 7. instruksikan kapan harus ke pelayanan
menjelaskan kembali apa 8. Tanyakan kembali pengetahuan klien
yang dijelaskan perawat/tim tentang penyakit, prosedur perawatan
kesehatan lainnya dan pengobatan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
15

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane, 2015, Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk


Brunerner dan Suddart, EGC, Jakarta

Corwin, Alizabeth, 2014, Buku Saku Patifiologi, EGC, Jakarta

Heather, Herdman, 2015, Nanda Internasional Inc, Diagnosis Keperawatan:


definisi & Klasifikasi2015-2017, EGC, Jakarta

Gray dkk, 2015, Lecture Notes Kardiologi, Erlangga, Jakarta

Johnson, M.,et all. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:


Media Aesculapius
Marya, Buku Ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit, Binarupa
Aksara, Tanggerang

Mc Closkey, C.J., Iet all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC)


Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Price, Silvia dan Wilson, Lorraine, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, EGC, Jakarta

Ruhyanudin, 2017, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan gangguan Sistem


kardiovaskuler, UPT. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

Udjianti, Wajan J. 2015. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai