Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

KONSEP TEORI

A. Pengertian

Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang

nyeri pada tulang dan sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan

kaki bagian tengah (Merkie, Carrie, 2015 ).

Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek

genetic pada metabolisme purin atau hiperuricemia (Brunner & Suddarth, 2011).

Arthritis pirai (gout ) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit Kristal asam

urat di daerah persendiaan yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.

B. Etiologi

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal

asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan

metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan

eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.

Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :

1. Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat

berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam urat atau keduanya.

2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal

yang kan menyebabkan :

a. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia

b. Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi asam urat seperti :

aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.

3. Pembentukan asam urat yang berlebih :

a. Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang bertambah.

b. Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebih karena penyakit

lain seperti leukemia.

c. Kurang asam urat melalui ginjal

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Ni Nyoman Wiani, S.Kep
2

d. Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat.

e. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal misalnya glomeronefritis

kronik atau gagal ginjal kronik.

95 % penderita gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita pada post

menopause usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki – laki usia pubertas dan atau usia

diatas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki,

sendi lutut dan pergelangan kaki.

C. Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam

urat tinggi dan system eksresi asam urat yang tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi

asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan

Kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Pennimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan

menimbulkan responinflamasi.

Hiperuricemia merupakan hasil :

1. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.

2. Menurunnya eksresi asam urat.

3. Kombinasi keduanya.

Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam

urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam – garam urat yang berakumulasi

atau menumuk di jaringan konectif diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya

Kristal memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak

hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang

telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan

gout akan berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan, sebagai berikut :

1. Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan bila konsentrasi dalam

plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, janringan para –

artikuler misalnya bursa, tendon dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Ni Nyoman Wiani, S.Kep
3

akan dibungkus ( coate ) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan

merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan Kristal.

2. Respon leukosit polimorfonukuler ( PMN ). Pembentukan Kristal menghasilkan faktor

kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi

fagositosis Kristal oleh leukosit.

D. Tanda dan gejala

Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak diobati, antara lain :

1. Hiperuricemia asimtomatik

2. Arthritis gout akut

3. Tahap interkritis

4. Gout kronik

5. Gout akut berupa :

a. Nyeri hebat

b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang

c. Sakit kepala

d. Demam

6. Gangguan kronik berupa :

a. Serangan akut

b. Hiperurisemia yang tidak diobati

c. Terdapat nyeri dan pegal

d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi ( penumpukan

monosodium asam urat dalam jaringan )

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah

serangan berulang dan pencegahan komplikasi.

 Medikasi

a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0 mg ( dalam

Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.

b. Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik)

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Ni Nyoman Wiani, S.Kep
4

c. Colchines (oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat

oleh netrofil sampai nyeri berkurang.

d. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi (NSAID ) untuk nyeri dan inflamasi.

e. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah

serangan.

f. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat akumulasi asam

urat.

g. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan probenezid

0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone (Anturane ) pada pasien yang tidak tahan terhadap

benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2x/hari.

 Perawatan

a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu

jeroan (jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan herring, kacang –

kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.

b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan: Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan

dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.

c. Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat

baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan

pengeluaran asam urat melalui urin.

d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak

e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.

f. Hindari penggunaan alkohol.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Ni Nyoman Wiani, S.Kep
5

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat

penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostic.

1. Anamnesis : Identitas (Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang

digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan

darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.

2. Riwayat penyakit sekarang : Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan

secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Enting

ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.

3. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang

mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,

hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien dirawat

dengan maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan

obat diuretic.

4. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang

mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipenagruhi oleh faktor

genetic. Ada produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui

penyebabnya.

5. Riwayat psikososial : Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan

peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon didapat meliputi adanya kecemasan

yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensanyi nyeri, hambatan mobilitas

fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis

penyakit dan peningkatan asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam

keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap

konsep diri yang maladaptif.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Ni Nyoman Wiani, S.Kep
6

6. Pemeriksaan diagnostic : Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang

berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanjut, terlihat

erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).

B. Diagnosis yang mungkin muncul

1. Nyeri akut b/d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang

rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.

2. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelamahan otot pada rentang

gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan dan

pembentukan panus.

3. Gangguan Bodi Image b/d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus.

4. Perubahan pola tidur b/d nyeri.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Nyeri Akut

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
psikologis), kerusakan jaringan  pain control, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
 comfort level presipitasi
DS: Setelah dilakukan tinfakan  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal keperawatan selama …. Pasien tidak  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
DO: mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri  Mampu mengontrol nyeri (tahu  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
- Tingkah laku berhati-hati penyebab nyeri, mampu suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak menggunakan tehnik  Kurangi faktor presipitasi nyeri
capek, sulit atau gerakan kacau, nonfarmakologi untuk mengurangi  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
menyeringai) nyeri, mencari bantuan)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
- Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa nyeri berkurang relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
- Fokus menyempit (penurunan dengan menggunakan manajemen  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
persepsi waktu, kerusakan proses nyeri  Tingkatkan istirahat
berpikir, penurunan interaksi dengan  Mampu mengenali nyeri (skala,  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
orang dan lingkungan) intensitas, frekuensi dan tanda berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- nyeri) ketidaknyamanan dari prosedur
jalan, menemui orang lain dan/atau  Menyatakan rasa nyaman setelah  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) nyeri berkurang analgesik pertama kali
- Respon autonom (seperti diaphoresis,  Tanda vital dalam rentang normal
perubahan tekanan darah, perubahan  Tidak mengalami gangguan tidur
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus
otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan
minum

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Ni Nyoman Wiani, S.Kep
7

2. Gangguan mobilitas fisik

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
- Gangguan metabolisme sel  Mobility Level  Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat
- Keterlembatan perkembangan  Self care : ADLs respon pasien saat latihan
- Pengobatan  Transfer performance  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
- Kurang support lingkungan Setelah dilakukan tindakan ambulasi sesuai dengan kebutuhan
- Keterbatasan ketahan kardiovaskuler keperawatan selama….gangguan  Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan
- Kehilangan integritas struktur tulang mobilitas fisik teratasi dengan kriteria dan cegah terhadap cedera
- Terapi pembatasan gerak hasil:  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang
- Kurang pengetahuan tentang  Klien meningkat dalam aktivitas teknik ambulasi
kegunaan pergerakan fisik fisik  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Indeks massa tubuh diatas 75 tahun  Mengerti tujuan dari peningkatan  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
percentil sesuai dengan usia mobilitas secara mandiri sesuai kemampuan
- Kerusakan persepsi sensori  Memverbalisasikan perasaan  Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
- Tidak nyaman, nyeri dalam meningkatkan kekuatan penuhi kebutuhan ADLs ps.
- Kerusakan muskuloskeletal dan dan kemampuan berpindah  Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
neuromuskuler  Memperagakan penggunaan  Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
- Intoleransi aktivitas/penurunan alat Bantu untuk mobilisasi bantuan jika diperlukan
kekuatan dan stamina (walker)
- Depresi mood atau cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot, kontrol dan
atau masa
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup yang menetap, tidak
digunakan, deconditioning
- Malnutrisi selektif atau umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan (penurunan untuk
berjalan, kecepatan, kesulitan memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas pendek atau
tremor
- Ketidak stabilan posisi selama
melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat dan tidak
terkoordinasi

3. Gangguan Bodi Image

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan body image berhubungan NOC: NIC :


dengan:  Body image Body image enhancement
Biofisika (penyakit kronis), kognitif/persepsi  Self esteem - Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien
(nyeri kronis), kultural/spiritual, penyakit, krisis Setelah dilakukan tindakan terhadap tubuhnya
situasional, trauma/injury, pengobatan keperawatan selama …. gangguan - Monitor frekuensi mengkritik dirinya
(pembedahan, kemoterapi, radiasi) body image - Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan
DS: pasien teratasi dengan kriteria dan prognosis penyakit
- Depersonalisasi bagian tubuh hasil: - Dorong klien mengungkapkan perasaannya
- Perasaan negatif tentang tubuh  Body image positif - Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat
- Secara verbal menyatakan perubahan  Mampu mengidentifikasi bantu
gaya hidup kekuatan personal - Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok
DO :  Mendiskripsikan secara kecil
- Perubahan aktual struktur dan fungsi faktual perubahan fungsi
tubuh tubuh
- Kehilangan bagian tubuh  Mempertahankan interaksi
- Bagian tubuh tidak berfungsi sosial

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Ni Nyoman Wiani, S.Kep
8

4. Gangguan Pola Tidur

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan pola tidur berhubungan dengan: NOC: NIC :


- Psikologis : usia tua, kecemasan, agen  Anxiety Control Sleep Enhancement
biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas,  Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
depresi, kelelahan, takut, kesendirian.  Pain Level - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
- Lingkungan : kelembaban, kurangnya  Rest : Extent and Pattern - Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
privacy/kontrol tidur, pencahayaan,  Sleep : Extent ang Pattern tidur (membaca)
medikasi (depresan, stimulan),kebisingan. Setelah dilakukan tindakan - Ciptakan lingkungan yang nyaman
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin. keperawatan selama …. gangguan - Kolaburasi pemberian obat tidur
DS: pola tidur pasien teratasi dengan
- Bangun lebih awal/lebih lambat kriteria hasil:
- Secara verbal menyatakan tidak fresh  Jumlah jam tidur dalam batas
sesudah tidur normal
DO :  Pola tidur,kualitas dalam
- Penurunan kemempuan fungsi batas normal
- Penurunan proporsi tidur REM  Perasaan fresh sesudah
- Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur/istirahat
tidur.  Mampu mengidentifikasi hal-
- Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur hal yang meningkatkan tidur
- Jumlah tidur kurang dari normal sesuai
usia

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Ni Nyoman Wiani, S.Kep
9

DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,


Jakarta:EGC, 2012.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC, 2010.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2012.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 2012.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI, 2012

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Ni Nyoman Wiani, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai