Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
KONSEP TEORI

1. Definisi
Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi
yang meningkat dari trakhea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang
manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh
dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajad penyempitannya
dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat-obatan.
Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan status imunologis si penderita.
(United States Nasional Tuberculosis Assosiation 2014).

2. Klasifikasi
Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe:
a) Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan (exposure)
terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul setelah dewasa, pada
keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit infeksi sering menimbulkan
serangan, ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik, rangsangan psikis
mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma, perubahan-
perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan keadaan peka
bagi penderita.
b) Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik).
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap alergen
lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji
kulit atau provokasi bronkial.
Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat: timbul sejak kanak-kanak, pada famili ada
yang menderita asma, adanya eksim pada waktu bayi, sering menderita rinitis.
Di Inggris jelas penyebabya House Dust Mite, di USA tepungsari bunga rumput.
c) Asma bronkial campuran (Mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun
ekstrinsik.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
2

3. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma yaitu
inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor
(panas karena vasodilatasi, tumor (esudasi plasma dan edema, dolor (rasa sakit karena
rangsangan sensori), dan function laesa (fungsi yang terganggu). Sebagai pemicu
timbulnya serangan dapat berupa infeksi (virus RSV), iklim (perubahan mendadak
suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap
cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat), obat
(aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak), dan
emosi.

4. Beberapa faktor yang sering menjadi pencetus serangan asma ialah:


a. Alergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari,
bulu binatang, bulu kapas, debu kopi/teh, maupun yang berupa makanan
seperti udang, kepiting, zat pengawet, zat pewarna dsb.
b. Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti Respiratory syncitial,
parainfluensa, dsb.
c. Ketegangan atau tekanan jiwa.
d. Olahraga/kegiatan jasmani, terutama lari.
e. Obat-obatan seperti penyekat beta, salisilat, kodein, dsb.
f. Polusi udara atau bau yang merangsang seperti asap rokok, semprot nyamuk,
parfum, asap industri, dsb.

5. Penatalaksanaan:
a) Waktu serangan.
a Bronkodilator
a. Golongan adrenergik:
Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3 cc ditunggu selama 15 menit,
apabila belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum reda, dapat diulang
sekali lagi 15 menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan dosis lebih
kecil 0,1 – 0,2 cc.
b. Golongan methylxanthine:
Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg. Diberikan secara
intravena, pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc. Aminophilin
dapat diberikan apabila sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin
tidak memberi hasil.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
3

c. Golongan antikolinergik:
Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek antikolinergik adalah
menghambat enzym Guanylcyclase.
b Antihistamin.
Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat. Ada yang
setuju tetapi juga ada yang tidak setuju.
c Kortikosteroid.
Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta Adrenergik.
Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.
d Antibiotika.
Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai profilaksis
infeksi, ada infeksi sekunder.
e Ekspektoransia.
Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. Beberapa ekspektoran
adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril guaiacolat (ekspektorans)
b) Diluar serangan
Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran dari
cell mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell mast,
mencegah pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting Substance of
anaphylaksis, mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor).

Pengobatan Non Medikamentosa:


1. Waktu serangan:
Pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala klinik
maupun hasil analisa gas darah.
Pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang berlangsung
lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani dehidrasi, viskositas
mukus juga berkurang dan dengan demikian memudahkan ekspektorasi.
Drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran dahak agar
supaya tidak timbul penyumbatan.
Menghindari paparan alergen.

2. Diluar serangan
a. Pendidikan/penyuluhan.
Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa pengobatannya,
apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat menghindari timbulnya
serangan. Menghindari paparan alergen. Imti dari prevensi adalah menghindari

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
4

paparan terhadap alergen.


b. Imunoterapi/desensitisasi.
Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi bronkial.
Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.
c. Relaksasi/kontrol emosi.
Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu
dengan latihan napas.
d. Pola hidup sehat
 Meningkatkan kebugaran fisik
Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum, senam asma adalah
salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan
otot-otot pernafasan khususnya.
 Berhenti atau tidak pernah merokok
 Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asma.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
 Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya infeksi
 Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun dengan
pemberian kortikosteroid.
b. Analisa gas darah:
Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau status
asmatikus. Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis
respiratorik. Pada asma ringan sampai sedang PaO2 normal sampai sedikit menurun,
PaCO2 menurun dan terjadi alkalosis respiratorik. Pada asma yang berat PaO2 jelas
menurun, PaCO2 normal atau meningkat dan terjadi asidosis respiratorik.
c. Radiologi:
Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak
menunjukkan adanya kelainan. Beberapa tanda yang menunjukkan yang khas untuk
asma adanya hiperinflasi, penebalan dinding bronkus, vaskulasrisasi paru.
d. Faal paru:
Menurunnya FEV1
e. Uji kulit:
Untuk menunjukkan adanya alergi
f. Uji provokasi bronkus:
Dengan inhalasi histamin, asetilkolin, alergen. Penurunan FEV 1 sebesar 20%
atau lebih setelah tes provokasi merupakan petanda adanya hiperreaktivitas bronkus.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
5

Patways

Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap
pada permukaan sel mast atau basofil

Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil

Kontraksi otot polos

Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus kecil


pada tahap inspirasi dan ekspirasi

Edema mukosa bronkus

Keluarnya sekrit ke dalam lumen bronkus

Sesak napas

Tekanan partial oksigen di alveoli menurun

Oksigen pada peredaran darah menurun

Hipoksemia CO2 mengalami retensi pada alveoli

Kadar CO2 dalam darah meningkat yang


memberi rangsangan pada pusat pernapasan

Hiperventilas

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
6

BAB II
KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Anamnesis.
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri
individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai
kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan
gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi,
Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan
spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.

B. Pemeriksaan Fisik.
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis
asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma
 Sistim Pernapasan:
 Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
 Frekuensi pernapasan meningkat
 Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
 Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
 Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-
otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak
retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
7

cuping hidung.
 Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
 Sistem Kardiovaskuler:
 Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
- Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih
daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau
lebih.
 Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
 Sistem persarafan:
 Komposmentis
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- cemas/gelisah/panik
- sukar tidur, banyak berkeringat dan susah berbicara
 Pada keadaan yang lebih berat kesadaran menurun, dari disorientasi dan apati
sampai koma. Pada pemeriksaan mata mungkin ditemukan miosis dan edema
papil.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
 Knowledge : Infection control
Faktor-faktor risiko :
 Risk control
 Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif Setelah dilakukan tindakan  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Kerusakan jaringan dan peningkatan keperawatan
keperawatan selama…… pasien tidak
paparan lingkungan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Malnutrisi mengalami infeksi dengan kriteria
- Peningkatan paparan lingkungan
 Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
hasil: petunjuk umum
patogen
- Imonusupresi  Klien bebas dari tanda dan gejala  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder infeksi kandung kencing
(penurunan Hb, Leukopenia,  Menunjukkan kemampuan untuk  Tingkatkan intake nutrisi
penekanan respon inflamasi) mencegah timbulnya infeksi  Berikan terapi antibiotik:.................................
- Penyakit kronik  Jumlah leukosit dalam batas
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Imunosupresi normal
 Menunjukkan perilaku hidup  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak adekuat sehat  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
(kerusakan kulit, trauma jaringan,  Status imun, gastrointestinal, panas, drainase
gangguan peristaltik) genitourinaria dalam batas  Monitor adanya luka
normal  Dorong masukan cairan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
8

 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

2. Bersihan jalan nafas tak efektif

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif NOC:


berhubungan dengan:  Respiratory status : Ventilation  Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
 Respiratory status : Airway  Berikan O2 ……l/mnt, metode………
- Infeksi, disfungsi neuromuskular,
patency  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
hiperplasia dinding bronkus, alergi
 Aspiration Control  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
jalan nafas, asma, trauma
Setelah dilakukan tindakan
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan
nafas, sekresi tertahan, banyaknya keperawatan selama …………..pasien  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
mukus, adanya jalan nafas buatan,  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
menunjukkan keefektifan jalan nafas  Berikan bronkodilator :
sekresi bronkus, adanya eksudat di
alveolus, adanya benda asing di jalan dibuktikan dengan kriteria hasil : - ………………………
nafas. - ……………………….
 Mendemonstrasikan batuk efektif - ………………………
DS:
dan suara nafas yang bersih, tidak  Monitor status hemodinamik
- Dispneu ada sianosis dan dyspneu
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
DO: (mampu mengeluarkan sputum,
 Berikan antibiotik :
bernafas dengan mudah, tidak
- Penurunan suara nafas …………………….
ada pursed lips)
- Orthopneu
 Menunjukkan jalan nafas yang …………………….
- Cyanosis
paten (klien tidak merasa tercekik,
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
irama nafas, frekuensi pernafasan  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Kesulitan berbicara
dalam rentang normal, tidak ada  Monitor respirasi dan status O2
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada  Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan
suara nafas abnormal)
- Produksi sputum sekret
 Mampu mengidentifikasikan dan
- Gelisah
mencegah faktor yang penyebab.  Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
- Perubahan frekuensi dan irama nafas peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
 Saturasi O2 dalam batas normal
 Foto thorak dalam batas normal

3. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas


Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Gas exchange  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Keseimbangan asam Basa,  Pasang mayo bila perlu
è ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
è perubahan membran kapiler-alveolar  Respiratory Status : ventilation  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Vital Sign Status  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
DS: Setelah dilakukan tindakan  Berikan bronkodilator ;
è sakit kepala ketika bangun keperawatan selama …. Gangguan -………………….
è Dyspnoe pertukaran pasien teratasi dengan -………………….
è Gangguan penglihatan kriteria hasi:  Barikan pelembab udara
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
DO:  Mendemonstrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi yang  Monitor respirasi dan status O2
è Penurunan CO2 adekuat  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
 Memelihara kebersihan paru paru otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
è Takikardi
dan bebas dari tanda tanda  Monitor suara nafas, seperti dengkur
è Hiperkapnia distress pernafasan  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
 Mendemonstrasikan batuk efektif hiperventilasi, cheyne stokes, biot
è Keletihan  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
dan suara nafas yang bersih, tidak
è Iritabilitas ada sianosis dan dyspneu (mampu adanya ventilasi dan suara tambahan
mengeluarkan sputum, mampu  Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
è Hypoxia bernafas dengan mudah, tidak ada  Observasi sianosis khususnya membran mukosa

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
9

è kebingungan pursed lips)  Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan
 Tanda tanda vital dalam rentang tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2,
è sianosis normal Suction, Inhalasi)
è warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)  AGD dalam batas normal  Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
 Status neurologis dalam batas
è Hipoksemia normal
è hiperkarbia
è AGD abnormal
è pH arteri abnormal
èfrekuensi dan kedalaman nafas
abnormal

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC:  Kaji adanya alergi makanan


 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy of
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
nutrient
Berhubungan dengan :  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
b. Nutritional Status : food and Fluid
mencegah konstipasi
Ketidakmampuan untuk memasukkan Intake
 Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
c. Weight Control
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor harian.
Setelah dilakukan tindakan
 Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
biologis, psikologis atau ekonomi.
keperawatan selama….nutrisi kurang  Monitor lingkungan selama makan
DS:  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
teratasi dengan indikator:
makan
- Nyeri abdomen
 Albumin serum  Monitor turgor kulit
- Muntah
 Pre albumin serum  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
- Kejang perut
 Hematokrit kadar Ht
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan
 Hemoglobin  Monitor mual dan muntah
DO:
 Total iron binding capacity  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
- Diare  Jumlah limfosit konjungtiva
- Rontok rambut yang berlebih  Monitor intake nuntrisi
- Kurang nafsu makan  Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
- Bising usus berlebih nutrisi
- Konjungtiva pucat  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
- Denyut nadi lemah makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan : keterbatasan  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
 Kowledge : health Behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
kognitif, interpretasi terhadap informasi
Setelah dilakukan tindakan ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
yang salah, kurangnya keinginan untuk cara yang tepat.
keperawatan selama …. pasien
mencari informasi, tidak mengetahui  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit, dengan cara yang tepat
sumber-sumber informasi.  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
proses penyakit dengan kriteria hasil:
 Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga menyatakan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
10

pemahaman tentang penyakit, tepat


kondisi, prognosis dan program  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
DS: Menyatakan secara verbal adanya
pengobatan cara yang tepat
masalah  Pasien dan keluarga mampu  Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
melaksanakan prosedur yang pasien dengan cara yang tepat
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi,
dijelaskan secara benar  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
perilaku tidak sesuai  Pasien dan keluarga mampu  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
menjelaskan kembali apa yang second opinion dengan cara yang tepat atau
dijelaskan perawat/tim kesehatan diindikasikan
lainnya  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep
11

DAFTAR PUSTAKA

Karnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (2014). Pedoman Penatalaksanaan Asma


Bronkial. CV Infomedika Jakarta.

Muhamad Amin. Hood Alsagaff. W.B.M. Taib Saleh. (2013). Pengantar Ilmu
Penyakit Paru. Airlangga University Press.

Tucker S.M. (2013). Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan
Evaluasi. EGC.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners


Asnawati, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai