Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS

G2P1A0+ POST SECTIO CAESAREA


PADA Ny. M DI RUANGAN
TERATAI

OLEH

Nickarter Talupun S.Kep


N2011231

CI Lahan CI Institusi

(……………………………) (……………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN (STIKES) GRAHA

EDUKASI MAKASSAR

2021
Konsep Dasar

A. Pengertian Sectio Caesarea


Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sedangkan menurut (Gulardi &
Wiknjosastro, 2006) Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan
janin dengan berat badan di atas 500 gram melalui sayatan pada
dinding uterus yang utuh, dan menurut (Mansjoer,2002) Sectio
caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding parut dan dinding rahim.
B. Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita
1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ
reproduksi eksterna ( organ bagian luar ) dan organ reproduksi
interne ( organ bagian dalam ).
a. Organ Reproduksi Eksterna Wanita
1) Vulva atau pudenda, meliputi seluruh stuktur eksternal yang
dapat dilihat mulai dari pubis sampai pirenium, yaitu mons
veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput
darah / hymen, vestibulum, maura uretra, berbagai kelenjer
dan struktur vaskular.2. Mons veneris atau mons pubis
adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada
perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan.
Pada perempuan umunnya batas rambut melintang sampai
pinggir atas simfisis, sedangakn ke bawah samapai ke
sekitar anus dan paha.
2) Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan
kanan, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak
yang serupa dengan yang ada di mons veneris.
3) Labia minora / bibir-bibir kecil / nymphae adalah suatu
lipatan tipis dan kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang
meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea /
kelenjar-kelenjar lemak dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya
mengandung banak pembuluh darah dan beberapa otot
polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
4) Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh
preputium klitoris dan terdiri dari glans klitoris, korpus klitoris,
dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.
Glans klitoris terdiri atas jaringan yang dapat mengambang,
penuh dengan urat saraf sehingga sangat sensitif.
5) Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari
depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan
dan kiri oleh ke dua bibir kecil dan di belakang oleh
perineum.
6) Bulbus vestibuli sinitra et dekstra merupakan pengumpulan
vena terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat
namus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm
dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli mengandung banyak
pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio
kavernosus dan muskulus kontriktor vagina.
7) Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda. Pada seorang Virgo selalu dilindungi oleh
labia minora yang baru dapat dilihat jika bibir kecil ini dibuka.
Introtus vagina ditutupi oleh selaput dara / himen. Himen ini
mempunyai bentuk berbeda-beda, dan yang semilunar
(bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang atau yang
bersekat (septum).
8) Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjangnya
rata-rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum
terutama ialah diagfragma pelvis dan diagfragma
urogenitalis (Prawirohardjo, 2009).

b. Organ Reproduksi Interna Wanita


1) Vagina / Liang kemaluan, setelah melewati introtus vagina
terdapat liang kemaluan (vagina) yang merupakan suatu
penghubung antara introtus vagina dengan uterus. Dinding
depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain,
masing-masing panjangnyan antara 6-7 cm dan 7-10 cm.
Bentuk vangina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut
rugae.
2) Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang
sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar
telur ayam dan mempunyai rongga.Ukuran panjang uterus 7-
7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm dan tebal 2,5 cm dan tebal
dinding 1,25 cm. Letak uterus keadaan fifioligis adalah
anteversiofleksio / serviks ke depan dan membentuk sudut
dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan
membentuk sudut dengan serviks uteri.
3) Tuba falloppi terdiri atas :
a) Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding
uterus.
b) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya.
c) Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagian
saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
d) Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke
arah abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae
penting artinya bagi tuba untuk mengakap telur dan
selanjutnya menyalurkan ke dalam tuba. Bentuk
infundibulum seperti anemon / sejenis binatang laut.
e) Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai dua
indung telut kanan dan kiri.
f) Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang
ligamentum latum di kiri dan kanan. Ovarium berukuran
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
panjang 4 cm, lebar dan tebal 1,5 cm ( Prawirohardjo,
2009).
2. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Secara garis besar berfungsi sebagai sistem reproduksi dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Genetalia eksterna fungsinya adalah dikhususkan untuk
kopulasi (koitus).
b. Genetalia interna.
c. Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan
darah haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama,
jalan lahir pada waktu persalinan.
d. Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin
tumbuh dan berkembang, berkontraksi terutama sewaktu
bersalin.
e. Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil
konsepsi kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh
getaran rambut getar tersebut.
f. Ovarium berfungsi sebagai saluran telur, menangkap dan
membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur. Tempat
terjadinya pembuahan (Prawihardjo, 2009).
C. Jenis – jenis Sectio Caesarea
1. Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di
segmen bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan
teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini :
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio caesarea korporal / klasik
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus
uteri, pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di
selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio
caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen uterus.
3. Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk
mengurangi bahaya injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan tehadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak
lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uteri berat.
4. Sectio caesarea hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat
D. Etiologi
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-
tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalau oleh janin ketika akan lahir secara normal. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak
berlanjut menjadi eklamsi.
3. KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartus. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu.
4. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio
caesarea. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu,
bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir,
misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan,
adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak
kepala, pada pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi
kaki.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu
:
1. Pusing
2. Mual muntah
3. Nyeri sekitar luka operasi
4. Peristaltic usus menurun
F. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan sc yaitu distorsi kepala
panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan
janin lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat
akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi
akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan
anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih
banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou yang tidak
dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri
berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.
Anastesi ini juga mempengaruhi saluran pencarnaan dengan
menurunkan mobilitas usus.Seperti yang telah diketahui setelah
makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancur dengan
bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di
lambung akan menumpung dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sengat motilitas yang menurun juga berakibat
pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3. Magneti Resonance Imaging (MRI)


Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik
dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-
daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian
CT.
4. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
H. Komplikasi
Menurut Cunningham (2006) yang sering terjadi pada ibu SC :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas dibagi atas :
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung.
c. Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahan cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia
uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur. Yang sering terjadi pada
bayi : Kematian perinatal
I. Penatalaksanaan Menurut Cunningham (2006) penatalaksanaan klien
post Sectio Caesarea ialah :
1. Keperawatan
a. Perawatan awal
1) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama
1 jam pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya.
Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
3) Transfusi darah jika perlu
4) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan
transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah
kemungkinanan terjadi perdarahan pasca bedah.
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu di mulailah pemberian minuman dan
makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah bleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar.3. Hari kedua post
operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
3) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
4) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 smapai hari ke-5
pasca operasi.
d. Fungsi gastrointestinal
1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
2) Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
4) Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum
dengan baik.
e. Perawatan funsi kandung kemih
1) Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan
atau sesudah semalam.
2) Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine
jernih.
3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter
terpasang sampai minimum 7 hari atau urine jernih.
4) Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin
100 mg per oral per hari smapai kateter dilepas.5. Kandung
kemih yang penuh menimbulkan rasa nyri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 –
48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
f. Pembalutan dan perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar
cairan tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut.
2) Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi
beri plester untuk mengencangkannya.
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angka
jahitan kulit dilakukan pada hari ke-5 pada SC.
2. Medis
1) Cairan IV sesuai indikasi.
2) Anestesi regional atau general
3) Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
4) Tes laboratorium sesuai indikasi
5) Pemberian oksitosin sesuai indikasi
6) Tanda vital per protokol ruang pemulihan
7) Persiapan kulit pembedahan abdomen
8) Persetujuan ditandatanganii. Pemasangan kateter fole

Konsep Keperawatan

A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan
meliputi distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan,
malposisi janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta
previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor
registrasi, dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk
menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada
post operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing
dan sakit pinggang.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang
keluar pervaginan secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya, panggul
sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain
dapat juga mempengaruhi penyakit sekarang.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, HT,
TBC, DM, penyakit kelamin, abortus yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan
rambut, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata
pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan,sclera kuning.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga.d.
Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada post
partum kadangkadang ditemukan pernapasan cuping
hidung.
4) Mulut dan gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab.
b. Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid,
karna adanya proses penerangan yang salah.
c. Thorak
1) Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara,
areola hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air susu
lancer dan banyak keluar.
2) Paru-paru
I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat
pembengkakan.
P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa
P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezingc. Jantung
I : Ictus cordis teraba / tidak
P : Ictus cordis teraba / tidak
P : Redup / tympani
A : Bunyi jantung lup dup
d. Abdomen
I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie
gravidarum
P : Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus lembek / keras
P : Redup
A : Bising usus
e. Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk
anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak
anak.
f. Eksremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
g. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. Diagnosis yang muncul
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan
tampak meringis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan
dengan merasa lemah.
4. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
dibuktikan dengan tidak mampu mandi/berpakaian secara mandiri.
5. Gangguan mobilitan fisik berhubungan dengan efek agen
farmakologis (anestesi) dibuktikan dengan fisik lemah.
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur
pembedahan dibuktikan dengan perdarahan.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria intervensi


hasil
Nyeri akut Setelah dikakukan Observasi :
berhubungan dengan tindakan 1. Identifikasi lokasi,
agen cedera fisik keperawatan 3x24 karakteristik,
dibuktikan dengan jam diharapkan frekuensi, intensitas
tampak meringis Tingkat nyeri nyeri
menurun. 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi factor
1. Keluhan nyeri penyebab nyeri
menurun 4. Monitor efek samping
2. Tampak penggunaan analgetik
meringis Terapeutik :
menurun 1. Berikan teknik
3. Sikap protektif nonfarmakologis (tarik
menurun nafas dalam, kompre
hangat atau dingin)
2. Kontrok lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (suhu,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
pereda nyeri
3. Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan teknik
nonfarkamkologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik (jika perlu)
Resiko infeksi Setelah melakukan Observasi :
berhubungan dengan tindakan 1. Monitor tanda dan
kerusakan integritas keperawatan 3x24 gejala infeksi local
kulit. jam diharapkan dan sistemik
Tingkat infeksi Terapeutik :
menurun. 1. Batasi jumlah
Kriteria Hasil : pengunjung
1. Kebersihan 2. Berikan perawatan
tangan kulit pada area edema
meningkat 3. Cuci tangan sebelum
2. Kebersihan dan sesudah kontak
badan dengan pasien dan
meningkat lingkungan pasien
3. Nyeri menurun 4. Pertahankan teknikn
aseptic pada pasein
beresiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaska tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cuci tangan
dengan benar
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antibiotok ataupun
imusisasi (jika perlu)
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS
G2P1A0+ POST SECTIO CAESAREA
PADA Ny. M DI RUANGAN
TERATAI

OLEH

Nickarter Talupun S.Kep


N2011231

CI Lahan CI Institusi

(……………………………) (……………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN (STIKES) GRAHA

EDUKASI MAKASSAR
2021

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny M

DENGAN G1P0A0 + POST OP SECTIO CAESAREA

Nama : Nickarter Talupun NIM : N2011213

Tanggal MRS : 31 Mei 2021 Ruang/Kelas : Teratai/3A

Tanggal Pengkajian : 09 juni 2021 NO RM : 282797

Diagnosa Medis : POST OP SECTIO CAESAREA

A. Pengkajian
1. Identitas
PASIEN
Nama : Ny M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 40 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Bugis
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : malewang

PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn R
Hubungan dengan pasien : Suami
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri di bekas operasi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
pasien mengeluh nyeri dibekas operasi bila pasien bergerak,
terdapat luka di bagian perut dibalut. TTV : TD 100/80 MmHg, s
36 C, N 80X/m, P 20X/m
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada penyakit yg di derita
4. Riwayat Kesehatan keluarga (Genogram dan
keterangannya)

Keterangan

: laki-laki
: perempuan
: Meninggal
: pasien

G1 : ayah dari pasien meninggal karena kecelakaan motor,


sedangkan mertua pasien meninggal karena factor usia.
G2 : Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Adik
laki-laki pasien meninggal karena sakit mata. Pasien tinggal
bersama suaminya, pasien belum mempunyai anak.
5. Riwayat Reproduksi
a. Riwayat penyakit gynekologi
Pasien tidak ada penyakit ginekologi seperti : infertilitas,
polip servik, infeksi virus, kanker kandungan, PMS, Mioma,
endometriosis, cervicitis kronis, dll.
b. Riwayat menstruasi
1) Menarche (haid pertama kali) : usia 15 tahun
2) Siklus haid : 28-30 hari
3) Apakah haid teratur? : teratur
4) Lama haid berapa hari? : 6-8 hari.
5) Gangguan menstruasi/keluhan saat haid : tidak ada
c. Riwayat obstetric :
d. Riwayat kontrasepsi : Pasien mengatakan pernah
menggunakan alat kontrasepsi suntik
6. Riwayat Perkawinan
a. Sudah/belum : sudah
b. Lama perkawinan  : 10 tahun
c. Istri ke-  : 1 dan sah
C. PENGKAJIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan sehari makan 2-3x.
Sesudah sakit : pasien mengatakan sehari makan 2-3x.
2. Pola eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB rutin 1x sehari
dengan konsistensi lunak.
Sesudah sakit : pasien mengatakan BAB 1 x hari .
b. BAK
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAK sebanyak 4-5x
sehari dengan jumlah yang banyak setiap berkemih ±250 cc.
Tidak ada keluhan berkemih.
Selama sakit : Pasien terpasang kateter dengan jumlah
urin 600cc warna kuning jernih.
3. Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Pasien menyatakan sebelum sakit dalam
melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan,
BAB/BAK, dan berpakaian pasien melakukannya secara mandiri
dan tidak menggunakan alat bantu.
Setelah sakit : Pasien menyatakan kegiatannya sehari-hari di
RS hanya berbaring saja, pasien mengatakan sulit bergerak
karna tempak operasi sakit.
4. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : pasien mengatakan dalam sehari pasien tidur
malam selama 6-7 jam, sedangkan tidur siang sebanyak 3 jam
sehari.
Setelah sakit : Pasien mengatakan tidur malam kurang lebih 6-
7jam/hari akan tetapi sering bangun karena khawatir dengan
keadaanya, tidur siang 4 jam.
5. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan jika sedang sakit atau ada masalah
kesehatan langsung memeriksakan ke puskesmas atau ke
tenaga Kesehatan terdekat.
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif
Pasien juga mengatakan khawatir terhadap kesehatan dirinya
dan tampak bingung.
7. Seksual dan Reproduksi
Pasien tidak ada masalah dengan seksual dan reproduksinya.
8. Pola peran Hubungan
Pasien berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga.
9. Manajemen Koping Stres
Jika ada masalah Pasien akan mendiskusikan dengan
suaminya dan mencari pemecahan atau solusi bersama-sama.
10. Sistem Nilai dan keyakinan
Pasien beragama Islam dan menjalankan sholat lima waktu
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : lemas
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV : TD 100/80 MmHg, s 36 0c, N 80X/m, P 20X/m.
4. TB : 161cm, BB : 55 kg, IMT : 21,21kg/m2 .
5. Pemeriksaan head to toe
a) Kepala dan Rambut
Inspeksi : warna rambut hitam, lurus dan Pendek
Palpasi : Tidak mudah rontok, tidak ada pembengkakan.
b) Wajah
Inspeksi : wajah tampak simteris, pucat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan edema.
c) Mata
Inspeksi : simetris mata kika, simetris bola mata kika,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
d) Telinga
Inspeksi : simetris telinga kika, bersih, tidak terdapat serum
dan tidak mengalami gangguan pendengaran.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e) Hidung
Inspeksi : bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip
pada hidung.
f) Mulut
Inspeksi : mulut bersih, mukosa bibir normal, bentuk bibir :
normal.
g) Leher
Inspeksi : tidak terdapat kelenjar tyroid
h) Dada
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : suara sonor.
Auskultasi : terdengar suara vesikuler, tidak ada suara
tambahan.
i) Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.
Palpasi : iktus cordis teraba.
Perkusi : suara redup.
Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 reguler.
j) Abdomen
Inspeksi : ada luka operasi, luka dibalut
Palpasi : ada nyeri tekan.
Perkusi : hipertimpani
Auskultasi : peristaltic usus 6x/m.
k) Kulit
Inspeksi : kulit tidak pucat.
Palpasi : turgor kulit normal.
l) Ektremitas
Inspeksi : terpasang IVFD RL 12tpm,

kekuatan otot : 5 5
5 5
m) Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (Pada tanggal 09 juni 2021) : HB : 12,2 g/dl
F. TERAPI
1. IVFD : RL
Analisa Data

Data Etologi Masalah keperawaan


Ds: Sectio Caesarea
1. Pasien pengeluh
nyeri dibagian perut Luka Post Op
Do:
1. Pasien tampak Jaringan Terputus Nyeri akut
meringis kesakitan
2. Terdapat luka operasi Merangsang Area
dibagian perut Sensorik
3. Skala nyeri 7 (berat)
Gangguan Rasa
Nyaman

Nyeri akut
Ds: Sectio Caesarea
1. Pasien pengeluh
nyeri perut bila Luka Post Op Hambatan mobilitas
bergerak fisik
2. Pasien aktivitas Jaringan Terputus
dibantu keluarga
Do: Merangsang Area
1. pasien terlihat Sensorik
berbaring
Gangguan Rasa
Nyaman

Nyeri akut
Hambatan mobilisasi
fisik
DO : Sectio Caesarea
1. Terputusnya Resiki infeksi
kontinuitas jaringan Luka Post Op
Kerusakan integritas
kulit Jaringa Terbuka
2. Klien terlihat
kesakitan meringis Luka

Resiko infeksi

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cederah


2. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas fisik
Intervensi Keperawatan

N Diagnose Tujuan dan Intervensi Rasional


o keperawatan kriteria hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Pengkajian Untuk mengetahui
(00132) tindakan 1. Pantau TTV keadaan umum
Definisi: keperawatan pasien pasien
pengalaman 3x24 jam, nyeri Tindakan
sensori yang dan dapat teratasi mandiri
emosional tidak dengan criteria 2. Ajarkan teknik Untuk mengatasi
menyenangkan hasil : nonfarmakologi nyeri
yang muncul 1. Pasien (Teknik relaksasi
akibat kerusakan mengatakan yaitu napas
jaringan actual nyeri dalam)
atau yang berkurang
digambarkan 2. Pasien tidak Penyeluhan Agar segera
sebagai tampak 3. instruksikan mengoptimalkan
kerusakan awitan meringis kepada klien tindakan yang
yang tiba-tiba kesakitan untuk diambil selanjutnya
atau lambat dari menginformasika
intensitas ringan n kepada perawat
hingga berat jika peredaan
dengan akhir nyeri tidak dapat
yang dapat dicapai
diantisipasi atau Kolaborasi Untuk mengatasi
diprediksi 4. Kolaborasi nyeri
Faktor yang dengan tim medis
berhubungan: dalam pemberian
Agens cedera terapi sesuai
fisik (prosedur indikasi
bedah)
Batasan
kerakteristik
Ds:
2. Pasien
pengeluh
nyeri dibagian
perut
Do:
4. Pasien
tampak
meringis
kesakitan
5. Terdapat luka
operasi
dibagian
perut
Skala nyeri 7
(berat)
2 Hambatan Setelah Pengkajian
Mobilitas Fisik dilakukan 1. Kaji ttv pasien Untuk mengetahui
(00085) tindakan ttv pasien
Definisi : keperawatan 3 x Tindakan mandiri
Keterbatasan 24 jam, masalah 2. Libatkan keluarga pasien terbantu
pada pergerakan pasien teratasi untuk membantu melakukan
fisik tubuh atau ditandai dengan pasien dalam mobilasi
satu atau lebih Batasan meningkatkan
ekstermitas kerakteristik: pergerakan
secara mandiri Penyeluhan
dan terarah 3. Jelaskan tujuan pasien dan
Faktor yang mobilisasi keluarga
berhubungan mengetahui
Dengan : manfaat mobilisasi
Penurunan
kekuatan otot
atau kendali
,massa otot
Ditandai dengan
Batasan
Karakteristik:
Ds:
1. Pasien
pengeluh
nyeri perut
bila bergerak
2. Pasien
aktivitas
dibantu
keluarga
Do:
1. pasien terlihat
berbaring

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Pengkajian


(00004) tindakan 1. Pantau tanda dan 1. Untuk
Defenisi: rentan keperawatan 3 gejala infeksi mengetahui
mengalami x24 jam, tidak Tindakan mandiri keadaan umum
invansi dan tanda tanda 2. Lakukan klien dan tanda-
multiplikasi infeksi perawatan luka tanda inflamasi
organisme Ditandai dengan 3. Bersihkan 2. Mencegah
patogenik yang : lingkunga perkembangan
dapat 1. Klien bebas Penyeluhan mikroorganisme
mengganggu dari tanda dan 4. Anjurkan pasien pathogen
kesehatan. gejala infeksi untuk istirahat 3. Untuk
Factor resiko: 2. Menunjukkan kolaborasi mempercepat
Batasan kemampuan 5. kolaborasi penyembugan
kerakteristik untuk dengan dokter luka
DO : mencegah tentang 4. Untuk mencega
1. Terputusnya timbulnya pemberikan obat infeksi
kontinuitas
jaringan infeksi antibiotic bila
Kerusakan diperlukan
integritas kulit
2. Klien terlihat
kesakitan
meringis

A. Implementasi dan evaluasi

N Diagnose Inplementasi Evaluasi


o
Nyeri akut 1. Menanjurkan Teknik S: pasien mengatakan
relaksasi napas masih merasakan
dalam nyeri
2. Memberikan posisi Skala nyeri (5)
yang nyaman O: pasien tampak
3. Memantau TTV meringis
4. Kolaborasi dengan A : masalah belum
tim medis dalam teratasi
pemberian terapi P : lanjutkan intervensi
sesuai indikasi 1. Lakukan
(ketorolac) pengkajian nyeri
2. Berikan posisi
yang nyaman
3. Anjurkan Teknik
relaksasi napas
dalam
Hambatan 1. mengkaji ttv pasien S:
mobilitis fisik 2. melibatkan keluarga pasien mengatakan
untuk membantu dapat melakukan
pasien dalam miring kiri dan kanan
meningkatkan O: pasien terlihat
pergerakan dapat melalukan
3. menjelaskan tujuan miring kiri dan kanan
mobilisasi A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
Resiko 1. Memantau tanda dan O: luka operasi
infeksi gejala infeksi tampak kemerahan
2. Melakukan perawatan Tanda-tanda vital :
luka S : 36 C / axilla
3. Mebersihkan N : 70 x/menit
lingkunga P : 18 x/menit
4. Mengajarkan pasien A: Masalah belum
dan keluarga teratasi
terhadap tanda dan P : Lanjutkan
gejala infeksi intervensi 1- 4
5. Mengkolaborasi
dengan dokter
tentang pemberikan
obat antibiotic bila
diperlukan (ambacin)

Anda mungkin juga menyukai