DISUSUN OLEH :
SYARMILA NASELDI S. Kep
NIM. 202314903001
TA GANJIL 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA
A. PENGERTIAN
Persalinan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan dengan
dilakukan insisi pada dinding perut dan rahim, dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2015).
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pengeluaran janin dan plasenta melalui tindakan
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh (Ratnawati, 2016).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea merupakan
salah satu cara persalinan, yang mana janin dikeluarkan dengan dilakukan insisi pada dinding
abdomen dan dinding uterus, dengan syarat berat janin diatas 500 gram dan rahim utuh.
1. Tipe-Tipe Sectio Caesarea
Tipe-Tipe sectio caesarea menurut (Prawirohardjo 2015), antara lain:
a. Sectio caesarea klasik, yaitu pembedahan secara sanger
b. Sectio caesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower segmen caesarean
section)
c. Sectio caesarea diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy = seksio
histerektomi)
d. Sectio caesarea ekstraperitoneal
e. Sectio caesarea vaginal
Tipe-tipe sectio caesarea menurut Hartanti (2014), yaitu diantaranya:
a. Segmen bawah: insisi melintang
Sectio caesarea tipe ini memungkinkan abdomen dibuka dan uterus disingkapkan.
Lipatan vesicouterina (bladder flap) yang terletak dengan sambungan segmen atas dan
bawah uterus ditentukan dan disayat melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah
dan bersama-sama kandung kemih didorong kebawah serta ditarik agar tidak menutupi
lapang pandang.
Keuntungan:
1) Insisinya ada pada segmen bawah uterus.
2) Otot tidak dipotong tetapi dipisah kesamping, cara ini mengurangi perdarahan.
3) Insisi jarang terjadi sampai plasenta.
4) Kepala janin biasanya dibawah insisi dan mudah diekstraksi .
5) Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan kembali
dibanding segmen atas yang tebal.
Kerugian:
1) Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti pada kasus bayi besar.
2) Prosedur ini tidak dianjurkan jika terdapat abnormalitas pada segmen bawah.
3) Apabila segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan melintang sukar
dilakukan.
4) Terkadang vesika urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi sebelumnya
sehingga vesika urinaria dapat terluka.
b. Segmen bawah: insisi membujur
Insisi membujur dibuat dengan skalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindari cedera pada bayi. Keuntungan tipe ini yaitu dapat memperlebar insisi keatas
apabila bayi besar, pembentukan segmen bawah tidak baik, terdapat malposisi janin
seperti letak lintang atau adanya anomali janin seperti kehamilan kembar yang menyatu.
Kerugiannya adalah perdarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya
otot.
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skalpel kedalam dinding anterior
uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting berujung tumpul.
Indikasi:
1) Kesulitan dalam menyingkapkan segmen bawah yaitu adanya pembuluh-pembuluh
darah besar pada dinding anterior, vesika urinaria yang letaknya tinggi dan melekat,
serta mioma segmen bawah.
2) Bayi yang tercekam pada letak lintang.
3) Beberapa kasus plasenta previa anterior.
4) Malformasi uterus tertentu.
Kerugian:
1) Miometrium harus dipotong, sinus-sinus yang lebar dibuka, dan perdarahannya
banyak.
2) Bayi sering diekstraksi dari bokong terlebih dahulu, sehingga kemungkinan aspirasi
cairan ketuban lebih besar.
3) Apabila plasenta melekat pada dinding depan uterus, insisi akan memotongnya dan
akan kehilangan darah dari sirkulasi janin yang berbahaya
4) Insidensi pelekatan isi abdomen pada luka jahitan uterus lebih tinggi
5) Insiden ruptur uteri pada kehamilan berikutnya lebih tinggi
d. Sectio Caesarea Ekstraperitonial
Pembedahan ini dilakukan guna untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-
kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering
berakibat fatal. Teknik pada prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam
kavum peritonei dan insidensi cedera vesika urinaria meningkat.
e. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan pengeluaran
uterus.
Indikasi:
1) Perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal.
2) Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus plasenta previa dan
abruptioplasenta tertentu.
3) Pada kasus-kasus tertentu kanker serviks atau ovarium.
4) Ruptur uteri yang tidak dapat diperbaiki.
5) Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus.
Komplikasi:
1) Angka morbiditas sebesar 20%.
2) Lebih banyak kehilangan darah.
3) Kerusakan pada traktus urinarius dan usus termasuk pembentukan fistula.
4) Trauma psikologis akibat hilangnya uterus.
Sistem reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian, yaitu genetalia internal dan genetalia
eksternal
Genetalia Internal
Genetalia Eksternal
Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim, terletak diantara
kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina panjangnya 7-9 cm dan dinding
belakang 9-11 cm. dinding vagina berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae,
sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan :
a. Lapisan dalam epitel skuamosa, membentuk lipatan atau rugae yang
memungkinkan vagina menggembang luas sehingga janin dapat lewat
b. Lapisan jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
c. Lapisan otot yang terdiri atas lapisan otot longitudinal di luar dan lapisan otot sirkuler
di sebelah dalam
d. Lapisan luar jaringan ikat, berhubungna dengan organ-organ lain dalam
panggul, termasuk pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut saraf
Dinding vagina tidak memiliki kelenjar, namun kelembapannya di jaga oleh sekret
kelenjar servikal dan adanya rembesan cairan dari kapiler darah. pH cairan ini asam yaitu
3,8-4,5, dan berfungsi untuk menjagakuman komensal vagina yaitu basil Doderlein. Kuman
komensal ini memakan glikogen, yang terdapat di dinding vagina, dan mengubahnya
menjadi asam laktat sehingga melindungi vagina dan genitalia in ternal lainnya dari infeksi.
Kadar glikogen juga turut berubah mengikuti kadar hormon ovarium. Keseimbangna asam
ini dapat terganggu saat kehamilan, sebelum pubertas, selama dan setelah menepous,
sehingga menyebabkan mikroorganisme patogen berkembang dengan mudah dan
meningkatkan kemungkinan infeksi vagina.
Di depan vagina, terdapat kandung kemih dan uretra. Di belakang vagina setinggi
serviks, terdapat ruang peritonium, di sebut kavum Douglas. Di belakang dinding posterior
vagina juga terdapat rektum. Korpus perineal, yang menyangga organ panggul, terletak di
bawah introitus vagina.
Suplai darah vagina berasal dari arterihemoroidales media, arteri uterina, dan arteri
vaginalis, yang semuanya ini merupakan cabang arteri iliaka internal. Aliran vena berjalan
menuju vena iliaka internal. Persarafan vagina berasal dari pleksus sekral dan saraf
pudendal. Aliran limfe berjalan menuju nodus limfe ilaka dan nodus limfe inguinal.
a. Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari rahim
b. Alat untuk bersenggama
c. Jalan lahir pada waktu bersalin
2. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah alpukat , sebesar telur ayam yang berongga, dindingnya
terdiri dari otot polos. Uterus berukuran panjang 7 – 7,5 cm, lebar 5,25 cm, tebal 2,5 cm
dan tebal dinding 1,25 cm. secara fisiologis uterus dalam keadaan anteversiofleksi
(serviks kedepan dan memebentuk sudut dengan v4g1n4, demikian juga korpus uteri
kedepan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).
a. Endometrium, terdiri dari epitel kubik, kelenjar – kelenjar dan jaringan dengan
banyak pembuluh darah. Endomeptrium melapisi seluruh cavum uteri dan mempunyai
arti penting dalam siklus haid wanita.
b. Miometrium yang terdiri dari otot polos
c. Perimetrium.
Lapisan otot polos sebelah dalam berbentuk sirkuler, bagian tengah berbentuk obliq dan
bagian luar berbentuk longitudinal, seluruh lapisan ini sangat penting dalam persalinan
karena setelah plasenta lahir bagian ini berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah.
Servik adalah bagian yang menghubungkan antara vagina dan uterus, serviks memiliki
beberapa bagian yaitu :
a. Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan portio.
b. Pars supra vaginalis servisis uteri adalah bagian serviks yang terdapat
diatas vagina
Saluran yang terdapat di serviks dikenal kanalis servikalis berbentuk saluran dengan
panjang 2.5 cm. pintu saluran serviks sebelah dalam disebut dengan ostium uteri internum
dan bagian luar disebut dengan ostium uteri eksternum.
3. Tuba Falopii
Pangkal tuba falopii terletak di fundus uteri, terdiri dari:
a. Pars interstisialis yang terletak di pangkal tuba.
b. Pars ismika merupakan baguan yang agak melebar, sebagai tempat konsepsi.
c. Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan mempunyai fimbria
yang berfungsi menangkap telur yang sudah matang untuk dibawa ke dalam tuba.
Otot dinding tuba bagian luar berbentuk longitudinal dan bagian dalam berbentuk
sirkuler. Dalam saluran tuba terdapat selaput yang berlipat – lipat dengan sel yang
bersekresi dan bersilia yang berfungsi untuk menyalurkan telur hasil konsepsi kedalam
kavum uteri.
4. Ovarium
Setiap wanita memiliki dua ovarium dengan ukuran sebesar ibu jari tangan dengan
panjang kira – kira 4 cm, tebal 1,5 cm. Pinggir atasnya berhubungan dengan mesovarium
tempat banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Ovarium terdiri dari bagian luar
(korteks) dan bagian dalam (medulla).
Pada korteks terdapat folikel-folikel primordial kira-kira 100.000 setiap bulan satu folikel
akan matang dan keluar, kadang keluar 2 sekaligus secara bersamaan, folikel primer ini
akan menjadi folikel de graaf. Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf, dan
pembuluh lympha.
Genitalia eksternal, secara gabungan disebut dengan vulva, memanjang dari mons pubis di
anterior ke perineum di posterior. Secara lateral, genitalia eksternal memanjang sampai keluar
labia mayora.
Mons pubis merupakan lapisan jaringan lemak yang terletak di atas simfisis pubis pada
panggul, yang di tutupi oleh kulit dan setelah pubertas di tutupi oleh rambut. Mons pubis
bukan merupakan struktur sistem reproduksi tetapi fungsinya sebagai bantalan tulang panggul
bawah. Perineum adalah area dengan otot kuat yang menyongkong organ internal rongga
panggul.
1. Labia mayora
Merupakan dua lipatan jaringan lemak yang tertutup kulit, yang terbentang dari mons pubis
di anterior bergabung dengan otot perineum. Permukaan luar labia mayora di tutupi oleh
rambut setelah pubertas dan permukaan dalam lebih lembut dan mengandung kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat
2. Labia Minora
Merupakan dua lipatan tipis kulit menutupi labia mayora. Labia minora lembut, tidak di
tutupi rambut, dan mengandung beberapa kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Di
bagian anterior, labia minora masing-masing di bagi menjadi dua lipatan kulit dan bersatu
membentuk prepusium di depan klitoris, dan frenulum di belakang klitoris. Di posterior
labia minora bertemu fourchette, lipatan kulit tebal dibelakang orifisisum vagina.
3. Klitoris
Klitoris adalah penonjolan kecil jaringan erektil, dengan panjang kira-kira 2,5 cm, kaya
akan suplai pembuluh darah dan serabut saraf sebagai respon terhadap rangsangan, klitoris
menjadi ereksi dan terisi dengan darah dengan cara yang sama yang terjadi pada penis laki-
laki.
4. Orifisium Vagina
Orifisium vagina, atau introitus, terletak anatara dua pasang labia yang biasanya disebut
dengan vestibulum. Orifisium vagina terletak di belakang orifisium uretra bagian dari
sistem perkemihan. Orifisium vagina di tutupi oleh membran kulit
yang di sebut himen, yang memberikan perlindungan untuk vagina dan organ
internal lainnya pada sistem reproduksi. Himen ruptur saat kejadian koitus pertama
kali, walaupun mungkin juga ruptur sebelumnya karena aktifitas fisik (seperti
menunggang kuda), atau menggunakan tampon. Sisa himen biasanya dapat dilihat
sebagai jaringan kecil, yang di sebut carunculae myrtiformes.
D. MANIFESTASI KLINIK
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post
partum.Manifestasi klinis sectio caesarea antara lain :
1) Nyeri akibat ada luka pembedahan
2) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3) Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6) Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7) Biasanya terpasang kateter urinarius
8) Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10) Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11) Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya minus
paham prosedur
12) Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
E. PATOFISIOLOGI
Kelainan/hambatan pada proses persalinan yang dapat menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri mengancam,
partus lama, partus tidak maju, pre-eklamasi, distosia serviks, dan malpresentasi
janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan
yaitu Sectio Caesarea (Prawirohardjo, 2015).
Proses operasi sebelumnya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah hambatan mobilitas fisik. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan
diri (Prawirohardjo, 2015).
Proses pembedahan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan masalah nyeri dan terdapat luka post operasi, yang
mana bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi
(Prawirohardjo, 2015).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam
otak.
5. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap :mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
I. PENGKAJIAN FOKUS
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah-masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien post operasi sectio caesarea diantaranya sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (prosedur bedah)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
c. Gangguan mobilitan fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
(anestesi) dibuktikan dengan fisik lemah
d. Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi
berhubungan dengan kelemahan
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan mandiri yaitu yang harus dilakukan oleh
perawat dan tindakan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan
lainnya. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil yang
diharapkan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dikakukan tindakan Observasi :
dengan agen cedera keperawatan 1x24 jam Identifikasi lokasi,
fisik dibuktikan dengan diharapkan Tingkat nyeri karakteristik, frekuensi,
tampak meringis menurun. intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : Identifikasi factor penyebab
Keluhan nyeri menurun nyeri
Tampak meringis Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
Sikap protektif menurun
Terapeutik :
Berikan teknik
nonfarmakologis (tarik
nafas dalam, kompre
hangat atau dingin)
Kontrok lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suhu, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi pereda
nyeri
Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan teknik
nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik (jika perlu)
Edukasi :
Jelaska tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cuci tangan dengan
benar
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
3. Gangguan mobilitas fisik Setelah dikakukan tindakan Observasi :
berhubungan dengan efek keperawatan 1x24 jam Identifikasi adanya
agen farmakologis diharapkan Mobilitas fisik nyeri atau keluhan
(anestesi) dibuktikan meningkat. fisik lainnya
dengan fisik lemah. Kriterian Hasil : Identifikasi toleransi
Nyeri menurun fisik melakukan pergerakan
Kelemahan fisik menurun Terapeutik :
Kekuatan otot meningkat Fasilitas aktivitas
Gerakan terbatas menurun mobilisasi dengan alat
bantu
Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
Anjurkan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
dilakukan (mis.
duduk di
4. Defisit perawatan diri Setelah dikakukan tindakan Observasi :
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam Monitor tingkat kemandirian
kelemahan fisik diharapkan Perawatan diri Identifikasi kebutuhan alat
dibuktikan dengan tidak meningkat. bantu dlam melakukan
mampu mandi/berpakaian Kriteria Hasil : kebersihan diri, berpakaian,
secara mandiri. Kemampuan mandi berhias, dan makan.
meningkat Monitor integritas kulit
Kemampuan pasien.
mengenakan pakaian Terapeutik :
secara mandiri Dampingi dalam
meningkat melakukan
Mempertahankan perawatan diri
kebersihan diri meningkat Fasilitasi kemandirian klien
Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi :
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
Anjurkan ke toilet secara
mandiri
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
mana sudah direncanakan atau di intervensikan sebelumnya sehingga
pemberian asuhan keperawatan dapat secara komprenhensif. Tindakan
keperawatan harus sesuai dengan perencanaan sebelumnya yang sudah di
indikasikan dengan keadaan klien dan keluarganya sehingga dapat terlaksana
semua rencana tindakan keperawatan tersebut. Perlu di perhatikan dalam
tindakan keperawatan, bila klien dalam keadaan atau kondisi yang berubah
sehingga tidak dapat di laksanakan tindakan keperawatan, maka perawat perlu
mengkaji ulang keadaan klien sehingga dapat merubah perencanaan
sebelumnya.
E. Evaluasi
Evalusi keperawatan menunjukkan pencapaian tindakan keperawatan
berhasil atau tidak dengan di dapat dengan evaluasi hasil yang sebelumnya
diharapkan dalam perencanaan tindakan keperawatan. Maka evaluasi keperawatan
merupakan akhir dari proses keperawatan, yang mana seorang perawat
mengevaluasi keadaan klien dari hasil evaluasi somatic dan evalusi formatik.
Untuk evalusi somatic, seorang perawat mengevaluasi dari respon klien pada saat
melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan evaluasi formatik yang mana
seorang perawat dapat mendokumentasikan dalam format yang telah disediakan
yang berisi tentang evaluasi; subjektif, objektif, asertif dan pleaning yang akan
datang apakan teratasi atau tidak
DAFTAR PUSTAKA
Chairani, Nopi. 2015. Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman:Nyeri pada Post Operasi Sectio
Caesarea di R.S Fajar Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia. Diakses tanggal 1
Juni 2018.
<http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2624/142500028.pdf?
sequence=1&isAllowed=y>
Hartanti, Septi. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Sectio
Caesarea Hari Ke-1 Atas Indikasi Disproporsi Cefalopelvic Di Ruang Bougenvil
Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Diploma thesis,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Diakses tanggal 29 Mei 2018.
<http://repository.ump.ac.id/2643/>
Khasanah, Rafikatul. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Post SC Atas
Indikasi Janin Letak Sungsang Di Ruang Dewi Kunthi RSUD Kota Semarang.
Diakses tanggal 10 Mei 2018. <http://repository.unissula.ac.id/1517/3/Rafikatul
%20Khasanah%20%2089.331.61374.pdf>
Mayasari, Wulan. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nyeri Pada Ny. W:
Post SC Indikasi Postmatur Dengan Oligohidramnion Di Bangsal Bougenvil
RSUD Sukoharjo. Diakses tanggal 23 Mei 2018.
<http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl-wulanmayas-167-
1-wulanma-i.pdf>
Prawirohardjo, Sarwono. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Ratnawati, Agustina Dwi. 2016. Analisis Asuhan Keperawatan Pemberian Teknik
Relaksasi Benson Pada Ibu Post Sectio Caesarea Dengan Masalah Nyeri Akut
Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo Purwokerto. Karya
Ilmiah Akhir Ners. Diakses tanggal 11 April 2018. <http://
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/36/1/AGUSTINA%20DWI
%20RATNAWATI%20NIM.%20A31500816.compressed.pdf>
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA
SECTIO CAESARIA DIRUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD KOTA TANJUNGPINANG
TANGGAL 11 DESEMBER 2023
DISUSUN OLEH :
NIM. 202314903001
TA GANJIL 2023/2024
B. INTRA OPERASI
1. Anestesi dimulai jam : 10.00
2. Pembedahan dimulai jam : 10.15
3. Jenis anestesi : Spinal
4. Posisi opeasi : terlentang
5. Catatan anstesi :-
6. Pemasangan alat-alat : Oksigen Nasal kanul sebanyak 2liter
7. TTV : Suhu : 36 0C, Nadi : 80x/menit, RR :
20x/menit, TD : 140/80 mmHg. Sat O2 : 97%
8. Kesadaran : CM
9. Survei Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas
Normal Jika Tidak Normal Jelaskan
YA TIDAK
Kepala - Rambut berwarna hitam (bersih tidak
berketombe dan tidak romntok). Kepala
bentuk mesosepal, tidak ada pembesaran.
Mata Simetris, Penglihatan tidak kabur,
Tidak ada kotoran dimata,Konjungtiva
ananemis, sklera anikterik.
Ansietas
Rangsangan diteruskan
ke korteks serebri
Spasme otot
Nyeri Akut
Post Operasi Gangguan mobilitas fisik Post Operasi adanya luka
DS:- insisi
DO:
Pasien tampak pucat, Terputusnya Jaringan
adanya luka insisi
vertikal ± 12 cm, masih Kerusakan jaringan
ada efek anestesi,
pasien belum mampu Kerusakan sel
duduk
TTV: Merangsang reseptor nyeri
-RR 21x/m
-TD 110/78 mmHg, -- Nyeri saat bergerak
N: 84x/m,
-Suhu : 36 0C
-SPO2:97%, Gangguan mobilitas fisik
-Terpasang: O2 dengan
nasal Kanul 2LPM
i Obser vasi
Nyeri Akut b.d intervensi selama 3x24 jam
i
i i
nyeri
i i i
i i i
i i i
i i
i i
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2.Jelaskan strategi meredakan nyeri
3.Ajarkan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian analgetic, Jika
perlu
3. Post Operasi : Setel
i i ah
dilakukan DukunganMobilis
asi
Gangguan Mobilitas intervensi selama 3x24 jam
i i i
keluhan lainnya
abdoment post sectio hasil :
2. Identifikasi toleransi
1. Pergerakan ekstremitas
meningkat 3. monitor frekuensi denyut jantung
dan tekanan darah sebelum memulai
2.Kekuatan otot meningkat
mobilisasi
3.Nyeri menurun
4.Monitor kondisi umum selama
4.Gerakan terbatas menurun melakukan mobilisasi
5.Kelemahan fisik menurun
6.Kaku sendi menurun Terapeutik
1.Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu
2.Fasilitasi melakukan pergerakan jika
perlu
3.Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1.Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2.Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3.Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (misal duduk diatas
tempat tidur)
V.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam No Implementasi Tanda tangan
Dx
11 des 2023
09.30 1 Mengkaji keluhan klien
Respon: klien mengatakan cemas akan dilakukan
Operasi, klien mengatakan jantungnya berdebar-debar
S : 36oC
Saturasi O2 : 99%
No Tanggal/jam No Evaluasi
Dx
S : 36,5 oC
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
2 S:-
O:
Kasa yang menutup luka operasi bersih, tidak terdapat
rembesan cairan ataupun darah di luka bekas operasi
TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5oC
3
S : Klien mengatakan nyeri didaerah luka operasi
O:
klien tampak meringis, klien tampak lemah
TD : 110/76 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36oC
Saturasi O2 : 98%
Skala nyeri 3
A : Nyeri teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi
Identifikasi lokasi, durasi,karakteristik, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri