DI SUSUN OLEH:
FITRI ISMAWATI, S. Kep
IIN NOVITA LIANA, S. Kep
NANA TRISNA PUTRI, S. Kep
ROSMILAH, S. Kep
SELY AFRILIYANTI, S. Kep
1. DEFINISI
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru sofian
atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam
Dalam operasi section caesarea, ada tujuh lapisan yang diiris pisau
bedah yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan
dalam perut, lapisan luar rahim dan rahim. Setelah bayi dikeluarkan,
lapisan itu kemudian dijahit lagi satu per satu sehingga jahitannya
berlapis – lapis.
a. Kulit
Lapisan Abdomen
1
1) Lapisan Epidermis
2) Lapisan Dermis
3) Lapisan subkutan
dinding uterus
2
b. Fasia
bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdalam otot,
3
c. Otot Perut
abdominis.
crista iliaca
3. KLASIFIKASI
4
Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi memanjang
5
1) Kelebihannya adalah :
2) Kekurangannya adalah :
1) Kelebihannya adalah :
2) Kekurangannya adalah :
perdarahan banyak.
6
b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
cavum abdominal.
sebagai berikut :
4. ETIOLOGI
a. Dari Ibu.
kelainan letak.
6. Solusio plasenta.
7
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan.
c) Atas permintaan.
b. Dari Janin
5. MANISFESTASI KLINIK
b. Panggul sempit.
g. Distosia serviks.
berhasil).
8
j. Gemelli.
9
6. PATOFISIOLOGI
10
6. KOMPLIKASI
b. Perdarahan.
berikutnya.
a. Penatalaksaan Medis
1) Analgesik
serupa 10 mg morfin.
11
a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang
narkotik.
usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali, pada hari
ketiga.
12
(Jitowiyono & Weni, 2012).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Tanda-tanda vital
setelah, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus
3) Ambulasi
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
b. PemantauanElektrokardiogram (EKG).
d. Elektrolit.
e. Hemoglobin/ hematokrit.
f. Golongan darah
g. Urinalisis.
13
i. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
I. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
b. Keluhan utama.
c. Status perkawinan.
menikah.
penyakit lainnya.
2) Riwayat kehamilan
14
Tanyakan apakah ada keluarga Klien yang mempunyai riwayat
kehamilan kembar.
sectio caesarea.
mengalamikecacatan.
sewaktupersalinan.
1) Pola nutrisi
15
peningkatan nafsu makan atau tidak, tanyakan pada Klien
2) Penggunaan Obat
3) Pola eliminasi
Tanyakan pola tidur Klien berapa jam tidur dalam satu hari,
bergerak.
Tanyakan pada Ibu apa penting dan manfaat nya ASI pada
bayinya.
b) Perawatan payudara.
16
c) Tanggapan keluarga tentang bayi.
d) Riwayat Menstruasi.
e) Riwayat Obsetri.
keluhan.
h. Pemeriksaan fisik
kebersihannya.
6) Gigi dan mulut: Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
7) Leher:
17
b) Palpasi: Apakah ada pembesaran kelenjar thyroid, ada
apakahterdapat luka.
atautidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak dan
9) Jantung:
10) Payudara:
11) Abdomen:
sectio caesarea.
kuadran.
18
c. Palpasi: periksa fundus uteri, konsitensi, posisi dan tinggi
12) Kulit
terputus.
kemih.
jaringan.
19
III. RENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONALISASI
Relaxation therapy
1. Jelaskan alasan untuk
relaksasi dan manfaat.
2. Menciptakan lingkungan
yang tenang dengan cahaya
redup dan suhu yang
senyaman mungkin.
3. Ajak pasien untuk bersantai
dan membiarkan sensasi
terjadi.
20
Diagnosa Tujuan Dan
No Intervensi
Keperawatan kriteria Hasil
Pengungkapan pemahaman tentang sederhana.
masalah. pembedahan sectio Anjurkan pasangan untuk
Kognitif (khawatir, caesarea. mengajukan pertanyaan dan
melamun, kesulitan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaan
berkonsentrasi, mampu menjelaskan mereka dan pemahaman
ketakutan terhadap kembali apa yang mereka.
konsekuensi yang dijelaskan perawat. Berikan gambaran prosedur
tidak spesifik) Pasien dan keluarga pre operatif dengan jelas dan
Afektif (gelisah, mampu berikan rasional yang tepat.
distress, kesedihan melaksanakan Diskusikan sensasi yang
yang mendalam, ragu/ prosedur yang diantisipasi selama
tidak percaya diri, dijelaskan sectio melahirkan dan proses
khawatir, wajah caesarea secara pemulihan.
tegang). benar. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi
dengan cara yang tepat.
Hindari jaminan yang
kosong.
21
(nyeri) dengan isyarat. Menyatakan rasa menemukan dukungan.
Objektif nyaman setelah 8. Kurangi faktor presipitasi
Posisi untuk menghindari nyeri berkurang. nyeri.
nyeri. Tanda vital dalam 9. Pilih dan lakukan
Perubahan tonus otot rentang normal. penanganan nyeri.
(dengan rentang diri 10. Kaji tipe dan sumber
lemas tidak bertenaga nyeri untuk menentukan
sampai kaku). intervensi.
Respon autonomic 11. Ajarkan tentang teknik
(misalnya, diaforesis : farmakologi.
perubahan tekanan darah, 12. Berikan analgetik untuk
pernafasan atau nadi, mengurangi nyeri.
dilatasi pupil). 13. Evaluasi keefektifan
Perubahan selera makan. control nyeri.
Perilaku distraksi 14. Tingkatkan istirahat.
(misalnya, mondar 15. Monitor penerimaan
mandir, mencari orang pasien tentang
atau aktivitas berulang). manajemen nyeri.
Perilaku ekspresif
(misalnya, gelisah, Analgetic Administration
merintih, menangis, 1. Tentukan lokasi,
kewaspadaan berlebihan, karakteristik, kualitas dan
peka terhadap rangsangan derajat nyeri.
dan menghela nafas 2. Cek instruksi dokter
panjang). tentang jenis obat, dosis
Wajah topeng (nyeri). dan frekuensi.
Perilaku menjaga atau 3. Tentukan analgetik
sikap melindungi. pilihan, rute pemberian
Gangguan tidur (mata secara IV, IM untuk
terlihat kuyu, gerakan pengobatan nyeri secara
tidak teratur atau tidak teratur.
menentu dan 4. Berikan analgetik tepat
menyeringai). waktu terutama saat nyeri.
5. Evaluasi efektivitas
Faktor-faktor yang analgesik, tanda dan
berhubungan: gejala.
Agen – agen penyebab
cedera (misalnya : biologis,
kimia, fisik dan psikologi).
22
Usia yang ekstrim pada kulit. adanya kemerahan.
Obat – obatan. Perfusi jaringan 6. Oleskan lotion atau
baik. minyak/ baby oil pada
Internal : Menunjukkan daerah yang tertekan.
Perubahan status pemahaman dalam 7. Monitor aktivitas dan
metabolik. proses perbaikan mobilisasi pasien.
Tonjolan tulang. kulit dan mencegah 8. Monitor status nutrisi
Perubahan status cairan, terjadinya cedera pasien.
pigmentasi, sirkulasi, berulang. 9. Memandikan pasien
turgor, status nutrisi. Mampu melindungi dengan sabun dan air
kulit dan hangat.
mempertahankan 10. Kaji lingkungan dan
kelembaban kulit peralatan yang
dan perawatan menyebabkan tekanan.
alami. 11. Observasi luka : lokasi,
Menunjukkan dimensi, kedalaman
terjadinya proses luka, karakteristik,
penyembuhan luka. warna cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda
tangan infeksi lokal,
formasi taktus.
12. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka.
13. Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP,
vitamin.
14. Cegah kontaminasi
feses dan urin.
15. Lakukan teknik
perawatan luka dengan
steril.
16. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka.
23
hari). ekspresi wajah, penurunan berat badan
Dilaporkan atau bahasa tubuh dan dan gula darah.
diobservasi adanya tingkat aktivitas. 6. Monitor lingkungan
disfungsi pola makan. selama makan.
Konsentrasi intake 7. Jadwalkan pengobatan
makanan pada menjelang dan tindakan tidak
malam. selama jam makan.
8. Monitor turgor kulit.
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht.
10. Monitor mual dan
muntah.
11. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan Jaringan
konjungtiva.
12. Monitor intake nutrisi.
13. Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi.
14. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti
adekuat dapat
dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi
selama makan.
24
dalam waktu yang lama.
9. Kolaborasikan dengan
ahli gizi diet tinggi serat
dan cairan.
10. Dorong peningkatan
aktivitas yang optimal.
11. Sediakan privacy dan
keamanan selama BAB.
25
nyaman, gejala distres, ketakutan. 8. Dengarkan dengan
lapar, gatal, kurang puas Support sosial. penuh perhatian.
dengan situasi. Keinginan untuk 9. Identifikasi tingkat
Gelisah. hidup. kecemasan.
Berkeluh kesah. 10. Bantu pasien mengenal
situasi yang
Faktor yang berhubungan : menimbulkan
kecemasan.
Gejala terkait penyakit.
11. Dorong pasien untuk
Sumber yang tidak
mengungkapkan
adekuat.
perasaan, ketakutan,
Kurang pengendalian
persepsi.
lingkungan.
12. Instruksikan pasien
Kurang privasi.
menggunakan teknik
Kurang control
relaksasi.
situasional stimulasi
lingkungan.
26
pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala
shock.
Shock managemen
1. Monitor fungsi
neurologis.
2. Monitor fungsi renal
(e.g. BUN dan Cr level).
3. Monitor tekanan nadi.
4. Monitor status cairan,
input dan output.
5. Catat gas darah arteri dan
oksigen di jaringan.
6. Monitor EKG.
7. Manfaatkan pemantauan
jalur arteri untuk
meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan
darah.
8. Gambar gas darah arteri
dan memonitor jaringan
oksigenasi.
9. Pantau tren dalam
parameter hemodinami
(misalnya CVP, MAP,
tekanan kapiler
pulmonal/ arteri).
10. Pantau factor penentu
pengiriman jaringan
oksigen (mis. PaO2
kadar hemoglobin jika
tersedia).
IV. IMPLEMENTASI
prosedur tindakan.
27
b. Mencakup peningkatan kesehatan.
V. EVALUASI
a. Formatif
2) Evaluasi proses.
b. Sumatif
2) Catatan naratif.
1. Subjek
2. Objek
28
3. Analisa (analisa ulang respon dari data subjek dan data objek/
assesment).
b. Teratasi sebagian.
d. Teratasi.
4. Planning
a. Rencana diteruskan.
b. Dimodifikasi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, 2013. Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Skala Nyeri Ibu Post
OperasI Sectio Caesaria di RSUD Banyumas.
30
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak,
Bedah, Dan Penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
31